Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Saat ini pendirian suatu kontruksi terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia
terhadap kegiatan tersebut yang terus meningkat. Lebih lanjut lagi, kegiatan kontruksi
tersebut pada umumnya melibatkan pemotongan lereng batuan agar sesuai dengan rencana
yang ditetapkan sebelumnya. Namun perlu dipahami bahwa dengan adanya pemotongan
lereng, batuan cenderung menjadi kurang atau bahkan tidak stabil. Atau dengan kata lain
bahwa potensi keruntuhan/longsoran lereng batuan akan semakin meningkat. Untuk
memastikan kestabilan suatu aktivitas pemotongan lereng batuan, baik lereng yang baru
terbentuk maupun yang lama, dibutuhkan evaluasi bidang diskontinuitas dari batuan tersebut.
Berbagai jenis keruntuhan/longsoran lereng batuan berhubungan dengan struktur-struktur
geologi tertentu dimana perilaku massa batuan sangat dipengaruhi oleh diskontinuitasnya.
Oleh karena itu, mengenali potensi permasalahan stabilitas lereng pada tahap awal sebuah
kegiatan yang melibatkan pembuatan lereng merupakan hal yang sangat penting.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud longsoran?
 Longsoran apa yang sering terjadi pada lereng?
 Apa saja syarat – syarat terjadinya longsoran?

1.3 Tujuan
 Mengetahui definisi longsoran
 Mengetahui jenis – jenis longsoran yang terjadi pada lereng tambang
 Mengetahui syarat – syarat terjadinya longsoran

1
BAB II
LANDSARAN TEORI

1.1 Definisi longsoran

Longsor merupakan pergerakan massa batuan atau tanah menuruni lereng karena pengaruh
secara langsung dari gaya gravitasi (West, 2010). Lereng stabil jika gaya penahan lebih besar
dari gaya penggerak longsor. Tipe longsoran berdasarkan bidang gelincirnya dapat dibedakan
menjadi empat (Hoek dan Bray, 1981), yaitu: Longsoran bidang (plane failure), Longsoran
baji (wedge failure), toppling failure dan circular failure. Longsoran bidang merupakan
longsoran yang terjadi jika massa batuan bergerak menuruni lereng sepanjang bidang
gelincir. Longsoran baji merupakan longsoran yang terjadi akibat adanya dua diskontinuitas
yang berpotongan dan longsoran terjadi di sepanjang diskontinuitas tersebut sehingga
menghasilkan bentuk membaji. Toppling failure merupakan jenis longsoran yang terjadi jika
pergerakan massa batuan tanpa melalui bidang gelincir dan sebagian besar perjalanan
materialnya berada di udara. Circular failure merupakan jenis longsoran yang terjadi pada
batuan yang terlapukkan secara intensif, pada material lepas ataupun pada batuan dengan
diskontinuitas yang rapat dengan orientasi tidak teratur.

1.2 Klasifikasi Longsoran Batuan

Secara umum perpaduan orientasi diskontinuitas batuan akan membentuk empat tipe
longsoran utama pada batuan, yaitu :
 Longsoran busur(circular sliding failure)
 Longsoran planar (planar sliding failure)
 Longsoran baji(wedge sliding failure)
 Longsoran jungkiran(toppling failure)
Untuk mengetahui adanya potensi tipe longsoran pada suatu aktivitas pemotongan lereng
batuan, perlu dilakukan pemetaan orientasi diskontinuitas yang dilakukan, baik sebelum

2
maupun sesudah lereng batuan tersebut tersingkap. Sementara itu, rnetode analitik untuk
memprediksi potensi longsoran batuan dan cara penanggulangannya seringkali tidak efektif
(Maerz, 2000 dalam Endartyanto 2007).

Oleh karena itu, penggunaan desain empiris dan klasifikasi massa batuan menjadi penting
(Franklin, 1996 dalam Endartyanto 2007). Berdasarkan proses longsornya, longsoran batuan
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu : longsoran bidang (plane failure), longsoran
baji (wedge failure), longsoran guling (toppling failure) dan longsoran busur (circular
failure).

Jenis-Jenis Longsoran

 Longsoran Bidang
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi disepanjang bidang luncur
yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat berupa rekahan, sesar maupun bidang
perlapisan batuan.

3
Kondisi umum terjidinya longsoran bidang
Untuk kasus longoran bidang dengan bidang gelincir tunggal persyaratan berikut ini harus
terpenuhi. Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah :
 Bidang luncur mempunyai arah sejajar atau hampir sejajar (maksimum 200) dengan arah
lereng.
 Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi bidang luncur harus muncul di muka
lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil dari kemiringan lereng.
 Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada sudut geser dalamnya
 Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran

Longsoran Bidang

 Longsoran Baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari satu bidang lemah
yang saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut harus lebih besar
dari sudut geser dalam batuannya tetapi lebih kecil dari kemiringan lereng.
Kondisi umum terjidinya longsoran baji
Longsoran baji tersebut akan terjadi bila memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Kemiringan lereng lebih besar daripada kemiringan garis potong kedua bidang lemah (ψfi
> ψi).
b. Sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar daripada sudut geser dalamnya (ψfi >
φ).

Longsoran Baji

 Longsoran Guling
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah kemiringannya berlawanan
dengan kemiringan bidang lemahnya. Hoek & Bray (1981),

Longsoran guling pada blok fleksibel terjadi jika :


a. β > 900 + φ – α, di mana β = kemiringan bidang lemah, φ = sudut geser dalam dan α =
kemiringan lereng.
b. Perbedaan maksimal jurus (strike) dari kekar (joint) dengan jurus lereng (slope) adalah 300
c. apabila bidang – bidang lemah yang hadir dilereng mempunya kemiringan yang
berlawanan dengan kemiringan lereng .
Longsoran Guling

 Longsoran Busur
Longsoran busur adalah yang paling umum terjadi di alam, terutama pada batuan yang lunak
(tanah). Pada batuan yang keras longsoran busur hanya terjadi jika batuan tersebut sudah
mengalami pelapukan dan mempunyai bidang-bidang lemah (rekahan) yang sangat rapat dan
tidak dapat dikenali lagi kedudukannya. Pada longsoran bidang dan baji, kelongsoran
dipengaruhi oleh struktur bidang perlapisan dan kekar yang membagi tubuh batuan kedalam
massa diskontinuitas. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir bebas
mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur akan terjadi jika partikel
individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan tidak saling mengikat. Oleh
karena itu batuan yang telah lapuk cenderung bersifat seperti tanah. Tanda pertama suatu
longsoran busur biasanya berupa suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng,
kadang-kadang disertai dengan menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang berada
disamping rekahan. Penurunan ini menandakan adanya gerakan lereng yang pada akhirnya
akan terjadi kelongsoran lereng, hanya dapat dilakukan apabila belum terjadi gerakan lereng
tersebut.Longsoran jenis ini sering terjadi di alam, terutama pada material tanah atau batuan
yang lunak. Untuk longsoran pada batuan dapat terjadi bila batuan mempunyai pelapukan
yang tinggi dan mempunyai spasi kekar yang rapat, sehingga batuan tersebut akan
mempunyai sifat seperti tanah.
Kondisi umum terjadinya longsoran busur
Syarat – syarat terjadinya longsoran busur :
 Terjadi pada lereng batuan lapuk atau sangat terkekarkan dan dilereng lereng timbunan
 Bentuk bidang gelincir menyerupai busuran bila digambarkan pada penampang
melintang
 Ukuran fragmen tanah atau massa batuan sangat kecil dibandingkan dengan ukuran
lereng

Longsoran Busur

Anda mungkin juga menyukai