Anda di halaman 1dari 19

Mekanika Batuan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pengeboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuahindustri
pertambangan. Kegiatan pengeboran ini mempunyai tujuan yang bermacam-macam dan tidak
hanya dilakukan dalam industri pertambangan sajanamun juga untuk bidang-bidang yang lain.
Pengeboran sebagai salah satukegiatan dalam industri telah ada semenjak Cina mempergunakan
bor tumbuk(cable tool) sekitar 4.000 tahun yang lalu. Dengan adanya berbagai pengembangan
hingga saat ini baik dari segi teknis maupun aplikasi, pengeboran telah berkembang ke dalam
delapan sektor industri berikut ini:
a) Geoteknik
Pengeboran geoteknik bertujuan untuk menentukan karakteristik tanahdan batuan,
dalam beberapa hal digunakan untuk memperoleh informasitentang kondisi alami dan
posisi muka air tanah.
b) Konstruksi
Pengeboran konstruksi secara umum bertujuan untuk menentukan batas antara
batuan dasar (basement) dan batuan di atasnya yang umumnya sudah mengalami deformasi
pelapukan.
c) Eksplorasi mineral
Eksplorasi adalah proses pencarian terhadap suatu cebakan mineral untuk
menentukan kuantitas mineral secara ekonomis. Pengeboran eksplorasi bertujuan untuk:
 Eksplorasi tubuh bijih
 Informasi stratigrafi
 Survei seismic
 Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia
 Kontrol kadar bijih
 Perhitungan cadangan bijih
 Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir penyusun, dll.)
d) Dll.

1|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)


Mekanika Batuan

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan Latar Belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam
makalah ini adalah :
1) Apa Yang Di Maksud Pemboran?
2) Apa Saja Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran?
3) Bagaimana Pemilihan Alat Bor?
4) Bagaimana Penjelasan Tentang Geometri Pemboran?
5) Apa Yang Di Maksud Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)?
6) Apa Saja Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive?
7) Apa Saja Kegiatan Dasar Pada Pemboran Rotary-Percussive?
8) Bagaimana Estimasi Produksi Mesin Bor?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1) Mampu Mengetahui Yang Di Maksud Pemboran?
2) Mampu Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran?
3) Mampu Mengetahui Pemilihan Alat Bor?
4) Mampu Mengetahui Penjelasan Tentang Geometri Pemboran?
5) Mampu Mengetahui Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)?
6) Mampu Mengetahui Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive?
7) Mampu Mengetahui Kegiatan Dasar Pada Pemboran Rotary-Percussive?
8) Mampu Mengetahui Estimasi Produksi Mesin Bor?

2|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)


Mekanika Batuan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Pemboran

Pemboran Geotek adalah untuk menentukan karakteristik tanah dan batuan, dalam
beberapa hal digunakan untuk memperoleh informasi tentang kondisi alami dan posisi mauka air
tanah.Pemboran Kontruksi adalah untuk menetukan batas antara batuan dasar (base meaf) dan
batuan diatas yang umumnya sudah mengalami deformasi pelapukan.
Sebelum dipaparkan lebih jauh tentang metode dan peralatan pengeboran, akan
diperkenalkan beberapa istilah yang dijumpai dalam operasi pengeboran:
1. Tipe pengeboran, adalah jenis-jenis proses pengeboran dimana masing-masing tipe
pengeboran bisa menerapkan berbagai macam metode pembuatan lubang dan pembersihan
lubang.
2. Teknik pengeboran, adalah segala sesuatu yang berhubungan pada sebuah tipe pengeboran
sehingga proses pengeboran menjadi lebih efektif dan efisien. Sebagai contoh seorang ahli
bor jika menggunakan metode pengeboran putar dengan fluida lumpur, maka harus selalu
mengatur berat jenis lumpur untuk mengontrol keseimbangan terhadap tekanan formasi.
3. Metode pembuatan lubang, adalah prosedur untuk memberaikan material terkonsolidasi
maupun tak terkonsolidasi dalam proses pengeboran.
4. Metode pembersihan lubang, adalah prosedur untuk membersihkan cutting dari lubang bor.
5. Metode penyetabilan lubang, adalah prosedur untuk menjaga lubang bor tetap terbuka,
mencegah terjadinya gua-gua, atau terjadinya runtuhan dinding lubang bor.

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran


Kinerja suatu mesin bor dipengaruhi oleh faktor-faktor sifat batuan yang dibor, rock
drillability, geometri pemboran, umur dan kondisi mesin bor, dan ketrampilan operator.

2.2.1 Sifat Batuan

Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemilihan
metode pemboran yaitu : kekerasan, kekuatan, elastisitas, plastisitas, abrasivitas, tekstur, struktur,
dan karakteristik pembongkaran.
1) Kekerasan
3|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)
Mekanika Batuan

Kekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap goresan. Batuan yang
keras akan memerlukan energy yang besar untuk menghancurkanya. Pada umumnya
batuan yang keras mempunyai kekuatan yang besar pula
Kekerasan batuan diklasifikasikan dengan skala Fredrich Van Mohs (1882).
Table 2.1 Kekerasan Dan Kekuatan

2) Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan terhadap gaya dari
luar, baik bersifat static maupun dinamik. Kekuatan batuan dipengaruhi oleh komposisi
mineralnya, terutama kandungan kuarsa. Batuan yang kuat memerlukan energi yang besar
untuk menghancurkanya.
3) Bobot isi / Berat jenis
Bobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per satuan volume. Batuan
dengan bobot isi yang besar untuk membongkarnya memerlukan energy yang besar pula.
4) Kecepatan Rambat Gelombang Seismik
Batuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar. Pada
umumnya batuan yang mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar akan
mempunyai bobotisi dan kekuatan yang besar pula sehingga sangat mempengaruhi
pemboran.
5) Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan lain yang lebih
keras. Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran batuan, bentuk butir, ukuran butir,
porositas batuan, dan sifat heterogenitas batuan.
6) Tekstur
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang menyusun batuan
tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan bentuk batuan, porositas
batuan, dan sifat-sifat batuan lainya. Semua aspek ini berpengaruh dalam keberhasilan
operasi pemboran.

4|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)


Mekanika Batuan

7) Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau modulus Young
(E). Modulus elastisitas batuan bergantung pada komposisi mineral dan porositasnya.
Umumnya batuan dengan elastisitas yang tinggi memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkanya.
8) Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi
permanen setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum
hancur. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusunya, terutama kuarsa.
Batuan yang plastisitasnya tinggi memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkannya.
9) Struktur Geologi
Struktur geologi seperti sesar, kekar, dan bidang perlapisan akan berpengaruh terhadap
peledakan batuan. Adanya rekaha-rekahan dan rongga-rongga di dalam massa batuan akan
menyebabkan terganggunya perambatan gelombang energy akibat peledakan. Namun
adanya rekahan-rekahan tersebut juga sangat menguntungkan untuk mengetahui bidang
lemahnya, sehingga pemboran akan dilakukan berlawanan arah dengan bidang lemahnya.

2.2.2 Drilabilitas Batuan (Drillability of Rock)

5|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)


Mekanika Batuan

Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor terhadap batuan. Nilai
drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian terhadap toughness berbagai tipe batuan oleh Sievers
dan Furby. Hasil pengujian mereka memperlihatkan kesamaan nilai penetration speed dan net
penetration rate untuk tipe batuan yang sejenis.
Table 2.2 Nilai Faktor Drilabilitas dan Abrasivitas berbagai batuan

2.2.3 Umur dan Kondisi Mesin Bor


Alat yang sudah lama digunakan biasanya dalam kegiatan pemboran, kemampuan mesin
bor akan menurun sehingga sangat berpengaruh pada kecepatan pemboran. Umur mata bor dan
batang bor ditentukan oleh meter kedalaman yang dicapai dalam melakukan pemboran. Untuk
menilai kondisi suatu alat dapat dilakukan dengan mengetahui empat tingkat ketersediaan alat,
yaitu:
a. Ketersediaan Mekanik (Mechanical Availability, MA)
Ketersediaan mekanik adalah suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanik yang
sesungguhnya dari alat yang digunakan. Kesediaan mekanik (MA) menunjukkan
ketersediaan alat secara nyata karena adanya waktu akibat masalah mekanik.

6|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)


Mekanika Batuan

Persamaan dari ketersediaan mekanik adalah :


MA = x 100%
Keterangan:
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh operator untuk
melakukan kegiatan pemboran.
R = Jumlah jam perbaikan, yaitu waktu yang dipergunakan untuk perbaikan dan
waktu yang hilang akibat menunggu saat perbaikan termasuk juga waktu
penyediaan suku cadang serta waktu perawatan.
b. Ketersediaan Fisik (Physical Availability, PA)
Ketersediaan fisik menunjukkan kesiapan alat untuk beroperasi didalam seluruh waktu
kerja yang tersedia. Persamaan dari ketersediaan fisik adalah :
PA = x 100%
Keterangan:
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan padahal
alat tersebut siap beroperasi
(W+R+S) = jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalanmatau jumlah jam
kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk beroperasi.
c. Penggunaan Efektif
Penggunaan efektif menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif sebenarnya sama
dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari kesediaan penggunaan efektif adalah:
EU = x 100%
d. Pemakaian Ketersediaan (Use of Availability, UA)
Ketersediaan Penggunaan menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh alat
untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Penggunaan efektif
EUsebenarnya sama dengan pengertian efisiensi kerja. Persamaan dari ketersediaan
penggunaan adalah:
UA = x 100%
Penilaian Ketersediaan alat bor dilakukan untuk mengetahui kondisi dan kemampuan alat
bor untuk menyediakan lubang ledak. Kesediaan alat dikatakan sangat baik jika persen

7|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)


Mekanika Batuan

≥90%, dikatakan sedang jika berkisar antara 70%80%, dikatakan buruk (kecil) jika persen
kesediaan alat ≤70%.

2.2.4 Geometri Pemboran


1. Diameter Lubang ledak
Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan diameter lubang ledak adalah :
a. Volume batuan yang dibongkar
b. Tinggi jenjang dan konfigurasi isian
c. Tingkat Fragmentasi yang diinginkan
d. Mesin bor yang tersedia
e. Kapasitas alat muat yang akan menangani material hasil peledakan.
2. Arah Lubang Ledak
Pada kegiatan pemboran ada dua macam arah lubang ledak yaitu arah tegak dan arah miring.
Pada tinggi jenjang yang sama, kedalaman lubang ledak miring > dari pemboran tegak
selain itu pemboran miring penempatan posisi awal lebihsulit karena harus menyesuaikan
dengan kemiringan lubang ledak yang direncanakan.
3. Kedalaman Lubang ledak
Penentuan kedalaman lubang ledak disesuaikan dengan tinggi jenjang, dimana kedalaman
lubang ledak>tinggi jenjang. Kelebihan kedalaman lubang bor (subdrilling) dimaksudkan
untuk memperoleh jenjang yang rata.

2.3 Pemilihan Alat Bor


Adapun kondisi batuan yang akan digali atau dimanfaatkan bermaca-macam karakteristik,
tekstur, struktur dan kekerasannya, maka dalam usahausaha tersebut perlu diterapkan suatu metode
yang tepat. Misalnya terhadap batuan yang keras (andesit), maka proses pemanfaatannya dapat
dilakukan dengan metode peledakan. Tetapi sebelum pelaksanaan keputusan pekerjaan peledakan,
perlu dipertimbangkan terlebih dahulu adanya fakto-faktor pemilihan bahan peledak dan factor-
faktor teknis yang mempengaruhi hasil dari suatu proses tersebut, sehingga ketetapan pekerjaan
dapat tercapai.
Metode pemboran yang utama dipergunakan dalam tambang terbuka atau quarry adalah
pemboran pertikal atau miring. Dalam pekerjaan tambang, pemboran ini dilakukan untuk media

8|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)


Mekanika Batuan

bahan peledak. Sehingga dapat difungsikan sebagaimana mestinya dan juga pemboran ini sangat
berpengaruh terhadap bentuk permukaan tambang khususnya bentuk bench yang diledakkan. Oleh
karena itu, agar hasil dari suatu proses peledakan baik itu dilihat dari fragmentasi batuan dan
kondisi dari tambang yang terbentuk terkoordinasi dengan baik, maka pola pemboran yang baik,
aman dan efisien adalah “Staggered Dill Pattern” dan pola peledakan yang digunakan adalah
“Staggered ‘V’ Cut”.
Sedangkan dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan quarry yang memakai
metoda peledakan jenjang, ada beberapa factor yang harus diperhatikan, antara lain : ukuran dan
kedalaman lubang ledak, jenis batuan, kondisi lapangan dan lain sebagainya,
a) Jenis Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau rotaryrushing,
dipakai untuk batuan yang keras, rotarycuttingdipakai untuk batuan sedimen.
b) Tinggi Jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi jenjang
ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau ditentukan setelah
mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang terbuka dan quarry diusahakan tinggi
jenjang ditentukan terlebih dahulu, dengan beracuan pada peralatan bor yang tersedia.
Tinggi jenjang jarang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain.
c) Diameter Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter lubang ledak
adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar akan memberikan laju produksi
yang tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan ukuran diameter lubang ledak
adalah fragmentasi batuan yang dikehendaki dan batasan getaran yang diijinkan.
d) Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan.
e) Fragmentasi, adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah
peledakan dan pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses selanjutnya.

9|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)


Mekanika Batuan

2.4 Geometri Pemboran


Geometri Pemboran meliputi diameter lubang bor, kedalaman lubang tembak, kemiringan
lubang tembak, tinggi jenjang dan juga pola pemboran.

2.4.1 Diameter lubang tembak


Diameter lubang tembak yang terlalu kecil menyebabkan faktor energy yang dihasilkan
akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk membongkar batuan yang akan diledakkan,
sedang jika diameter lubang tembak terlalu besar maka lubang tembak tidak cukup untuk
menghasilak fragmentasi yang baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat kekar dengan
jarak kerapatan yang tinggi. diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau
hancuran yang lebih baik pada bagian atap jenjang. hal ini berhubungan dengan stemming, dimana
lubang tembak yang besar maka panjang stemming juga aka semakin besar dikarenakan untuk
menghindari getaran dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan lubang tembak yang kecil
maka panjang stemming dapat dikurangi.
Ukuran diameter lubang ledak yang akan dipilih akan tergantung pada :
1. volume massa batuan yang akan dibongkar (vulome produksi)
2. tinggi jenjang dan konfigurasi isian
3. tinggi fragmentasi yang diinginkan
4. alat muat yang digunakan

2.4.2 Kedalaman lubang tembak


Kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang yang diterapkan.
dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka hendaknya kedalaman lubang tembak harus
lebih besar dari tinggi jenjang, yang mana kelebihan daripada kedalaman ini disebut dengan sub
drilling.

2.4.3 Kemiringan lubang tembak (arah pemboran)


Arah pemboran yang kita ketahui ada dua, yaitu arah pemboran tegak dan arah pemboran
miring. arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus sejjajar untuk mrnjamin keseragaman
burden yang ingin didapatkan dan spasi dalam geometri peledakan. lubang tembak yang dibuat
tegak, maka pada bagian lantai jenjangaan menerima gelombang tekan yang besar, sehingga

10 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

menimbulkan tonjlan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan seagian akan
dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada abgian bawah lantai
jenjang. sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan membentuk bidang bebas yang
lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang tekan yang
dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang yang lebih kecil.

2.4.4 Pola pemboran


Pola pemboran yang biasa diterapkan pada tambang terbuka biasanya menggunakan dua
macam pola pemboran yaitu :
1. pola pemboran segi empat (square pattern)
2. pola pemboran selangseling (staggered)
Pola pemboran segi empat adalah pola pemboran dengan penempatan lubang-lubang
tembak antara baris satu dengan baris berikutnya sejajar dan membentuk segi empat. Pola
pemboran segi empat yang mana panjang burden dengan panjang spasi tidak sama besar disebut
square rectangular pattern. Sedangkan pola pemboran selangseling adalah pola pemboran yang
penempatan lubang ledak pada baris yang berurutan tidak saling sejajar, dan untuk pola pemboran
selangseling yang mana panjang burden tidak sama dengan panjang spasi disebut staggered
rectangular pattern.
Beberapa Keuntungan Pemboran Miring :
- Mengurangi biaya pemboran dan konsumsi handak, karena dengan burden yang besar
- Akan diperoleh jenjang yang stabil
- Mengurangi resiko timbulnya ´toe dan ´backbreak

Beberapa Kerugian Pemboran Miring :


- Sulit melakukan pemboran miring yang akurat
- Diperlukan supervisi yang ketat

Beberapa Keuntungan Pemboran Vertikal :


- Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat
- Untuk jenis batuan yang sama, asesoris bor berumur lebih panjang
- Bahan peledak lebih sedikit

11 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

- Biaya pengeboran lebih kecil

Beberapa Kerugian Pemboran Vertikal :


- Lereng kurang stabil terhadap getaran, perlu analisis kestabilan lereng
- Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat)
- Permukaan bidang bebas sering tidak rata

2.5 Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)


Mechanical Drilling merupakan operasi pemboran yang peralatan pemborannya
digerakkan secara mekanis sehingga operator pemboran dapat mengendalikan semua parameter
pemboran lebih mudah. Peralatan pemboran ini disangga diatas rigs dan menggunakan roda atau
ban rantai. Komponen utama pada mechanical drilling adalah,
a. Mesin (sumber energi mekanik)
b. Batang Bor (mentransmisi energi mekanik)
c. Mata Bor (menggunakan energi mekanik untuk menembus batuan)
d. Flushing (membersihkan lubang bor dari cuttings)

Mechanical drilling terbagi menjadi tiga macam berdasarkan cara penetrasi terhadap
batuan, yaitu: rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive drilling.
2.5.1 Metode Pemboran Rotary Drilling
Rotary Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi putaran untuk
melakukan enetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada dua jenis mata bor, yaitu tricone bit
dengan hasil penetrasinya berupa gerusan dan drag bit dengan hasil penetrasinya berupa potongan
(cutting).

2.5.2 Metode Pemboran Percussive Drilling


Percussive Drill adalah metode pemboran yang menggunakan aksi tumbukan untuk
melakukan penetrasi terhadap batuan. Komponen utama Percussive drilling adalah piston. Energi
tumbukan piston diteruskan ke batang bor dan mata bor dalam bentuk gelombang kejut yang
bergerak sepanjang batang bor untuk meremukkan permukaan batuan.

12 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

2.5.3 Metode Pemboran Rotary – Percussive Drilling


Rotary-Percussive Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi tumbukan yang
dikombinasikan dengan aksi putaran, sehingga terjadi proses peremukan dan penggerusan batuan.
Metode ini terbagi menjadi dua :
a. Top Hammer
Pada metode ini, aksi putaran dan tumbukan dihasilkan diluar lubang bor yang
kemudian ditransmisikan melalui batang bor yang menuju mata bor.
b. Down The Hole Hammer
Pada metode ini, aksi tumbukan dihasilkan didalam lubang bor yang dialirkan langsung
ke mata bor, sedangkan aksi putarannya dihasilkan diluar mata bor yang kemudian
ditransmisikan melalui batang bor menuju mata bor.

2.6 Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive


Batang bor yang digunakan pada pemboran rotarypercussive ada dua macam, yaitu integral
drill steel dan extention drill Steel.

2.6.1 Integral Drill Steel


Integral drill steel tidak memerlukan couplings karena mata bor dan batang bornya menjadi
satu. Batang bor ini biasanya digunakan untuk jenjang yang relative rendah atau kedalaman
pemboran relative dangkal dan diameter lubang bor antara 2241 mm.Komponen Batang Bor Jenis
Integral.

2.6.2 Extension Drill Steel


Berbeda dengan Integral drill, extension drill memerlukan coupling untuk menghubungkan
shank rod dengan extension rods. Selain itu, batang bor jenis extension dapat dipakai untuk
mendapatkan kedalaman pemboran yang diinginkan.
Komponen batang extension Perlengkapan pemboran pada alat bor rotarypercussive
drilling dengan menggunakan extension drill steel adalah :
1) Threads
Drill Steel threads berfungsi menghubungkan, shank, coupling sleeve, rods dan bits
selama operasi pemboran. Threads terdiri dari 4 macam, yaitu:

13 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

a. R – Thread
R – thread digunakan pada lubang berdiameter kecil (2238 mm), Rthread memiliki
sebuah pitch berukuran 12,77 mm dan mempunyai profil sudut yang besar.
b. T – Thread
Dapat digunakan pada semua kondisi pemboran dengan batang bor berukuran 38–51
mm. Tthread memiliki ukuran pitch yang lebih besar dan sudut yang lebih kecil
sehingga pelepasan koplingnya lebih mudah daripada R – thread. Umur pakai thread
tipe ini lebih panjang.
c. C – Threads
C – thread didesain untuk batang berukuran 51 mm atau lebih. Pitch pada thread ini
berukuran besar dan slope angle mirip dengan Tthread.
d. GD or HL – Thread
Thread ini mempunyai karakteristik diantara Rthread dan T – thread. Thread ini
mempunyai asymmetrical ‘sawtooth’ profil dan digunakan pada batang bor berukuran
25 – 57 mm.

2) Shank Adaptor
Shank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama yang menstransmisikan
energi pukulan dari piston ke batang bor. Shank adaptor ini terletak didalam mesin bor
dandihubungkan dengan couplings ke batang bor pertama.

3) Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi pukulan dari shank
adaptor ke mata bor. Pada pemboran dengan top hammer batang bor merupakan komponen
setelah drill chuck dan dapat berbentuk hexagonal maupun round cross – section.

4) Couplings
Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang satu dengan batang bor
lainnya. Tujuan penggunaan coupling untuk memperoleh kedalaman yang diinginkan.

14 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

5) Mata bor
Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan tumbukan dari batang bor ke
batuan. Alat bor rotarypercussive drill terdiri dari 2 jenis mata bor, yaitu:
a. Button Bit
Button bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan button bit terbesar tungsten
carbide dalam berbagai bentuk dengan diameter antara 50 mm – 251 mm. button bit ini
lebih cocok digunakan pada rotary-percusive drilling, mempunyai kecepatan yang
lebih tinggi daripada insert bit, lebih resisten terhadap pengerutan dan cold-pressing,
dan mampu meneruskan energy dari batang bor secara lebih efektif.
b. Insert Bit
Insert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bits dan Xbits. Cross bits terdiri dari
empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 90o sedangkan Xbits terdiri
dari empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 75o dan 105o. Insert
bits memiliki ukuran diameter mulai dari 35 mm sampai 57 mm untuk cross bits dan
64 mm untuk Xbits.

2.7 Kegiatan Dasar pada Pemboran Rotary-Percussive


2.7.1 Percussion
Energi pukulan dihasilkan dari shock wave yang menggerakkan piston secara berulang-
ulang kemudian ditransmisikan dari hammer ke mata bor melalui batang bor. Button Bit Cross Bit
XBit

2.7.2 Rotation
Gerakan putaran yang menghasilkan perputaran mata bor diantara energi pukulan
berulang-ulang. Gerakan ini mengakibatkan terjadinya tumbukan mata bor batuan dengan posisi
yang berbeda-beda. Metode Pemboran di Permukaan dan Pemakaiannya

2.7.3 Feed, or Thrust Load


Trhust Load adalah energi yang dihasilkan oleh pull down motor untuk menggerakkan
hammer dan kemudian diteruskan ke mata bor sehingga terjadi kontak permanen dengan batuan.
Feed adalah komponen dari rotarypercussive rock drill yang menggerakkan pneumatic maupun

15 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

hydraulic hammers maju mundur. Feed juga menyediakan thrust load yang diperlukan pada
operasi pemboran.

2.7.4 Flushing
Flushing adalah semburan udara, air, atau busa ke dalam lubang bor untuk mengeluarkan
cutting dari dalam lubang bor serta bertujuan untuk membersihkan lubang bor.

2.8 Estimasi Produksi Mesin Bor


2.8.1 Waktu Edar (Cycle Time)
Waktu edar yang dibutuhkan untuk membuat satu lubang.
Ct = Bt + St + At + Pt + Dt
Keterangan :
Ct = Waktu edar (menit)
Bt = Waktu pemboran (menit)
St = Waktu menyambung batang bor (menit)
At = Waktu melepas batang bor (menit)
Dt = Waktu untuk mengatasi hambatan (menit)
Pt = Waktu pindah ke lubang yang lain, dan mempersiapkan alat bor hingga siap untuk
melakukan pemboran (menit)

2.8.2 Kecepatan Pemboran Ratarata ( Drilling Speeds)


Kecepatan pemboran terdiri dari beberapa definisi :
1) Drilling Rate
Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang dicapai terhadap
waktu yang diperlukan untuk membuat 1 atau lebih lubang bor, tanpa
memperhitungkan waktu untuk mengatasi hambatan (delay time).

2) Gross Driling Rate


Gross Drilling Rate merupakan perbandingan kedalaman lubang bor yang dicapai
terhadap waktu yang tersedia.

16 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

2.8.3 Efisiensi Kerja Pemboran


Efisiensi kerja pemboran adalah perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu
kerja yang terjadwal dan dinyatakan dalam persen. Waktu produktif adalah waktu yang digunakan
untuk kerja pemboran. Jadi efisiensi kerja dapat dinyatakan:
EK = X 100%
Keterangan:
EK = Efisiensi kerja pemboran (%)
WP = waktu kerja produktif (jam)
WT = waktu kerja yang tersedia (jam)

2.8.4 Volume Setara


Volume setara (Equivalent volume, Veq) menyatakan volume batuan yang diharapkan
terbongkar untuk setiap meter kedalaman lubang ledak yang dinyatakan dalam m3/m.

2.8.5 Produksi Pemboran


Produksi pemboran tergantung kecepatan pemboran mesin bor, volume setara dan
penggunaan efektif mesin bor. Produksi tersebut dinyatakan dalam m3/jam. Maka persamaan
produksi pemboran adalah:
P = Veq x GDR x EK x 60
Keterangan :
P = produksi alat bor (m3/jam/alat)
60 = konversi dari menit ke jam

17 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industry pertambangan.
Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya penambangan. Pemboran masuk
dalam kegiatan eksplorasi detail yaitu pengambila conto sistematik dengan pemboran inti.
Pemboran sangat bermanfaat dalam berbagai kegiatan dalam proses penambangan dari
sebelum dilakukan kegiatan penambangan contohnya survey tinjau dan prospeksi umum yaitu
sampling batuan sedangkan dalam proses pemanbangan pemboran sangan di perlukan dalam
proses pembokaran burden atau tanah penutup dengan menggunakan peledak serta pemetaan
geologi daerah persebaran bahan galian.
Dalam kegiatan pemboran penting agar operator dapat memilih alat bor sesui keadaan
dilapangan hal ini sangat berhubungan erat dengan skil dari oporator alat bor dan pengalaman di
bagian pemboran.

18 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan

DAFTAR PUSTAKA
Winarno, A,2008, Pengantar Teknologi Mineral,Jurusan tenik pertambangan Universitas
Mulawarman

Koesnaryo S., (2001), Pemboran untuk Penyediaan Lubang Ledak, Jurusan Teknik
Pertambangan UPN “VETERAN” Yogyakarta

ONLINE : http://wapedia.mobi/id/Emas [http://wapedia.mobi/id/Emas] Diakses tanggal


17 Oktober 2015

Jimeno,.CL., (1995), Drilling And Blasting Of Rock, AA Bakema, Roterdam .

19 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )

Anda mungkin juga menyukai