Pemboran Batuan Mekanika Batuan
Pemboran Batuan Mekanika Batuan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kegiatan pengeboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuahindustri
pertambangan. Kegiatan pengeboran ini mempunyai tujuan yang bermacam-macam dan tidak
hanya dilakukan dalam industri pertambangan sajanamun juga untuk bidang-bidang yang lain.
Pengeboran sebagai salah satukegiatan dalam industri telah ada semenjak Cina mempergunakan
bor tumbuk(cable tool) sekitar 4.000 tahun yang lalu. Dengan adanya berbagai pengembangan
hingga saat ini baik dari segi teknis maupun aplikasi, pengeboran telah berkembang ke dalam
delapan sektor industri berikut ini:
a) Geoteknik
Pengeboran geoteknik bertujuan untuk menentukan karakteristik tanahdan batuan,
dalam beberapa hal digunakan untuk memperoleh informasitentang kondisi alami dan
posisi muka air tanah.
b) Konstruksi
Pengeboran konstruksi secara umum bertujuan untuk menentukan batas antara
batuan dasar (basement) dan batuan di atasnya yang umumnya sudah mengalami deformasi
pelapukan.
c) Eksplorasi mineral
Eksplorasi adalah proses pencarian terhadap suatu cebakan mineral untuk
menentukan kuantitas mineral secara ekonomis. Pengeboran eksplorasi bertujuan untuk:
Eksplorasi tubuh bijih
Informasi stratigrafi
Survei seismic
Verifikasi interpretasi geofisika dan geokimia
Kontrol kadar bijih
Perhitungan cadangan bijih
Deskripsi tubuh bijih (penyebaran, bentuk, butir penyusun, dll.)
d) Dll.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1) Mampu Mengetahui Yang Di Maksud Pemboran?
2) Mampu Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran?
3) Mampu Mengetahui Pemilihan Alat Bor?
4) Mampu Mengetahui Penjelasan Tentang Geometri Pemboran?
5) Mampu Mengetahui Sistem Pemboran Secara Mekanik (Mechanical Drilling)?
6) Mampu Mengetahui Perlengkapan Metode Pemboran Rotary-Percussive?
7) Mampu Mengetahui Kegiatan Dasar Pada Pemboran Rotary-Percussive?
8) Mampu Mengetahui Estimasi Produksi Mesin Bor?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengenalan Pemboran
Pemboran Geotek adalah untuk menentukan karakteristik tanah dan batuan, dalam
beberapa hal digunakan untuk memperoleh informasi tentang kondisi alami dan posisi mauka air
tanah.Pemboran Kontruksi adalah untuk menetukan batas antara batuan dasar (base meaf) dan
batuan diatas yang umumnya sudah mengalami deformasi pelapukan.
Sebelum dipaparkan lebih jauh tentang metode dan peralatan pengeboran, akan
diperkenalkan beberapa istilah yang dijumpai dalam operasi pengeboran:
1. Tipe pengeboran, adalah jenis-jenis proses pengeboran dimana masing-masing tipe
pengeboran bisa menerapkan berbagai macam metode pembuatan lubang dan pembersihan
lubang.
2. Teknik pengeboran, adalah segala sesuatu yang berhubungan pada sebuah tipe pengeboran
sehingga proses pengeboran menjadi lebih efektif dan efisien. Sebagai contoh seorang ahli
bor jika menggunakan metode pengeboran putar dengan fluida lumpur, maka harus selalu
mengatur berat jenis lumpur untuk mengontrol keseimbangan terhadap tekanan formasi.
3. Metode pembuatan lubang, adalah prosedur untuk memberaikan material terkonsolidasi
maupun tak terkonsolidasi dalam proses pengeboran.
4. Metode pembersihan lubang, adalah prosedur untuk membersihkan cutting dari lubang bor.
5. Metode penyetabilan lubang, adalah prosedur untuk menjaga lubang bor tetap terbuka,
mencegah terjadinya gua-gua, atau terjadinya runtuhan dinding lubang bor.
Sifat batuan yang berpengaruh pada penetrasi dan sebagai konsekuensi pada pemilihan
metode pemboran yaitu : kekerasan, kekuatan, elastisitas, plastisitas, abrasivitas, tekstur, struktur,
dan karakteristik pembongkaran.
1) Kekerasan
3|Yuli Yulia Citra-1203221 (Teknik Sipil S1)
Mekanika Batuan
Kekerasan adalah daya tahan permukaan batuan terhadap goresan. Batuan yang
keras akan memerlukan energy yang besar untuk menghancurkanya. Pada umumnya
batuan yang keras mempunyai kekuatan yang besar pula
Kekerasan batuan diklasifikasikan dengan skala Fredrich Van Mohs (1882).
Table 2.1 Kekerasan Dan Kekuatan
2) Kekuatan (strength)
Kekuatan mekanik suatu batuan merupakan daya tahan batuan terhadap gaya dari
luar, baik bersifat static maupun dinamik. Kekuatan batuan dipengaruhi oleh komposisi
mineralnya, terutama kandungan kuarsa. Batuan yang kuat memerlukan energi yang besar
untuk menghancurkanya.
3) Bobot isi / Berat jenis
Bobot isi (density) batuan merupakan berat batuan per satuan volume. Batuan
dengan bobot isi yang besar untuk membongkarnya memerlukan energy yang besar pula.
4) Kecepatan Rambat Gelombang Seismik
Batuan yang masif mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar. Pada
umumnya batuan yang mempunyai kecepatan rambat gelombang yang besar akan
mempunyai bobotisi dan kekuatan yang besar pula sehingga sangat mempengaruhi
pemboran.
5) Abrasivitas
Abrasivitas adalah sifat batuan yang dapat digores oleh batuan lain yang lebih
keras. Sifat ini dipengaruhi oleh kekerasan butiran batuan, bentuk butir, ukuran butir,
porositas batuan, dan sifat heterogenitas batuan.
6) Tekstur
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang menyusun batuan
tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan bentuk batuan, porositas
batuan, dan sifat-sifat batuan lainya. Semua aspek ini berpengaruh dalam keberhasilan
operasi pemboran.
7) Elastisitas
Sifat elastisitas batuan dinyatakan dengan modulus elastisitas atau modulus Young
(E). Modulus elastisitas batuan bergantung pada komposisi mineral dan porositasnya.
Umumnya batuan dengan elastisitas yang tinggi memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkanya.
8) Plastisitas
Plastisitas batuan merupakan perilaku batuan yang menyebabkan deformasi
permanen setelah tegangan dikembalikan ke kondisi awal, dimana batuan tersebut belum
hancur. Sifat ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusunya, terutama kuarsa.
Batuan yang plastisitasnya tinggi memerlukan energi yang besar untuk
menghancurkannya.
9) Struktur Geologi
Struktur geologi seperti sesar, kekar, dan bidang perlapisan akan berpengaruh terhadap
peledakan batuan. Adanya rekaha-rekahan dan rongga-rongga di dalam massa batuan akan
menyebabkan terganggunya perambatan gelombang energy akibat peledakan. Namun
adanya rekahan-rekahan tersebut juga sangat menguntungkan untuk mengetahui bidang
lemahnya, sehingga pemboran akan dilakukan berlawanan arah dengan bidang lemahnya.
Drilabilitas batuan adalah kecepatan penetrasi rata-rata mata bor terhadap batuan. Nilai
drilabilitas ini diperoleh dari hasil pengujian terhadap toughness berbagai tipe batuan oleh Sievers
dan Furby. Hasil pengujian mereka memperlihatkan kesamaan nilai penetration speed dan net
penetration rate untuk tipe batuan yang sejenis.
Table 2.2 Nilai Faktor Drilabilitas dan Abrasivitas berbagai batuan
≥90%, dikatakan sedang jika berkisar antara 70%80%, dikatakan buruk (kecil) jika persen
kesediaan alat ≤70%.
bahan peledak. Sehingga dapat difungsikan sebagaimana mestinya dan juga pemboran ini sangat
berpengaruh terhadap bentuk permukaan tambang khususnya bentuk bench yang diledakkan. Oleh
karena itu, agar hasil dari suatu proses peledakan baik itu dilihat dari fragmentasi batuan dan
kondisi dari tambang yang terbentuk terkoordinasi dengan baik, maka pola pemboran yang baik,
aman dan efisien adalah “Staggered Dill Pattern” dan pola peledakan yang digunakan adalah
“Staggered ‘V’ Cut”.
Sedangkan dalam pemilihan alat bor untuk tambang terbuka dan quarry yang memakai
metoda peledakan jenjang, ada beberapa factor yang harus diperhatikan, antara lain : ukuran dan
kedalaman lubang ledak, jenis batuan, kondisi lapangan dan lain sebagainya,
a) Jenis Batuan, dimana menentukan pemilihan alat bor, percussive atau rotaryrushing,
dipakai untuk batuan yang keras, rotarycuttingdipakai untuk batuan sedimen.
b) Tinggi Jenjang, parameter yang dihubungkan dengan ukuran lainnya. Tinggi jenjang
ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau ditentukan setelah
mempertimbangkan aspek lainnya. Dalam tambang terbuka dan quarry diusahakan tinggi
jenjang ditentukan terlebih dahulu, dengan beracuan pada peralatan bor yang tersedia.
Tinggi jenjang jarang melebihi 15 meter, kecuali ada pertimbangan lain.
c) Diameter Lubang Ledak, faktor penting dalam menentukan ukuran diameter lubang ledak
adalah besarnya target produksi. Diameter yang lebih besar akan memberikan laju produksi
yang tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi pemilihan ukuran diameter lubang ledak
adalah fragmentasi batuan yang dikehendaki dan batasan getaran yang diijinkan.
d) Kondisi Lapangan, kondisi lapangan sangat mempengaruhi pemilihan peralatan.
e) Fragmentasi, adalah istilah yang menggambarkan ukuran dari pecahan batuan setelah
peledakan dan pada umumnya fagmentasi dipengaruhi oleh proses selanjutnya.
10 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
menimbulkan tonjlan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan gelombang tekan seagian akan
dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan diteruskan pada abgian bawah lantai
jenjang. sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan membentuk bidang bebas yang
lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya batuan karena gelombang tekan yang
dipantulkan lebih besar dan gelombang tekan yang diteruskan pada lantai jenjang yang lebih kecil.
11 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
Mechanical drilling terbagi menjadi tiga macam berdasarkan cara penetrasi terhadap
batuan, yaitu: rotary drilling, percussive drilling, dan rotary-percussive drilling.
2.5.1 Metode Pemboran Rotary Drilling
Rotary Drilling adalah metode pemboran yang menggunakan aksi putaran untuk
melakukan enetrasi terhadap batuan. Pada metode ini ada dua jenis mata bor, yaitu tricone bit
dengan hasil penetrasinya berupa gerusan dan drag bit dengan hasil penetrasinya berupa potongan
(cutting).
12 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
13 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
a. R – Thread
R – thread digunakan pada lubang berdiameter kecil (2238 mm), Rthread memiliki
sebuah pitch berukuran 12,77 mm dan mempunyai profil sudut yang besar.
b. T – Thread
Dapat digunakan pada semua kondisi pemboran dengan batang bor berukuran 38–51
mm. Tthread memiliki ukuran pitch yang lebih besar dan sudut yang lebih kecil
sehingga pelepasan koplingnya lebih mudah daripada R – thread. Umur pakai thread
tipe ini lebih panjang.
c. C – Threads
C – thread didesain untuk batang berukuran 51 mm atau lebih. Pitch pada thread ini
berukuran besar dan slope angle mirip dengan Tthread.
d. GD or HL – Thread
Thread ini mempunyai karakteristik diantara Rthread dan T – thread. Thread ini
mempunyai asymmetrical ‘sawtooth’ profil dan digunakan pada batang bor berukuran
25 – 57 mm.
2) Shank Adaptor
Shank adaptor merupakan komponen mesin bor yang pertama yang menstransmisikan
energi pukulan dari piston ke batang bor. Shank adaptor ini terletak didalam mesin bor
dandihubungkan dengan couplings ke batang bor pertama.
3) Batang Bor
Batang bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan energi pukulan dari shank
adaptor ke mata bor. Pada pemboran dengan top hammer batang bor merupakan komponen
setelah drill chuck dan dapat berbentuk hexagonal maupun round cross – section.
4) Couplings
Coupling berguna untuk menyambungkan batang bor yang satu dengan batang bor
lainnya. Tujuan penggunaan coupling untuk memperoleh kedalaman yang diinginkan.
14 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
5) Mata bor
Mata bor berguna untuk meneruskan energi putaran dan tumbukan dari batang bor ke
batuan. Alat bor rotarypercussive drill terdiri dari 2 jenis mata bor, yaitu:
a. Button Bit
Button bit berbentuk silinder. Pada bagian permukaan button bit terbesar tungsten
carbide dalam berbagai bentuk dengan diameter antara 50 mm – 251 mm. button bit ini
lebih cocok digunakan pada rotary-percusive drilling, mempunyai kecepatan yang
lebih tinggi daripada insert bit, lebih resisten terhadap pengerutan dan cold-pressing,
dan mampu meneruskan energy dari batang bor secara lebih efektif.
b. Insert Bit
Insert bit ini terdiri dari dua bentuk yaitu cross bits dan Xbits. Cross bits terdiri dari
empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 90o sedangkan Xbits terdiri
dari empat buah tungsten carbide yang saling membentuk sudut 75o dan 105o. Insert
bits memiliki ukuran diameter mulai dari 35 mm sampai 57 mm untuk cross bits dan
64 mm untuk Xbits.
2.7.2 Rotation
Gerakan putaran yang menghasilkan perputaran mata bor diantara energi pukulan
berulang-ulang. Gerakan ini mengakibatkan terjadinya tumbukan mata bor batuan dengan posisi
yang berbeda-beda. Metode Pemboran di Permukaan dan Pemakaiannya
15 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
hydraulic hammers maju mundur. Feed juga menyediakan thrust load yang diperlukan pada
operasi pemboran.
2.7.4 Flushing
Flushing adalah semburan udara, air, atau busa ke dalam lubang bor untuk mengeluarkan
cutting dari dalam lubang bor serta bertujuan untuk membersihkan lubang bor.
16 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
17 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industry pertambangan.
Kegiatan pemboran biasanya dilakukan sebelum diadakannya penambangan. Pemboran masuk
dalam kegiatan eksplorasi detail yaitu pengambila conto sistematik dengan pemboran inti.
Pemboran sangat bermanfaat dalam berbagai kegiatan dalam proses penambangan dari
sebelum dilakukan kegiatan penambangan contohnya survey tinjau dan prospeksi umum yaitu
sampling batuan sedangkan dalam proses pemanbangan pemboran sangan di perlukan dalam
proses pembokaran burden atau tanah penutup dengan menggunakan peledak serta pemetaan
geologi daerah persebaran bahan galian.
Dalam kegiatan pemboran penting agar operator dapat memilih alat bor sesui keadaan
dilapangan hal ini sangat berhubungan erat dengan skil dari oporator alat bor dan pengalaman di
bagian pemboran.
18 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )
Mekanika Batuan
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, A,2008, Pengantar Teknologi Mineral,Jurusan tenik pertambangan Universitas
Mulawarman
Koesnaryo S., (2001), Pemboran untuk Penyediaan Lubang Ledak, Jurusan Teknik
Pertambangan UPN “VETERAN” Yogyakarta
19 | Y u l i Y u l i a C i t r a - 1 2 0 3 2 2 1 ( T e k n i k S i p i l S 1 )