Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada sebagian besar kasus, plasenta akan terlepas spontan dari tempat

implantasinya dalam waktu beberapa menit pertama setelah bayi dilahirkan.

Penyebab keterlambatan pelepasan ini tidak selalu jelas, namun cukup sering

terjadi akibat kontraksi dan relaksasi yang tidak memadai. Normalnya plasenta

akan lahir dalam waktu 5-30 menit setelah janin lahir. Apabila plasenta belum

lahir melebihi waktu tersebut dinamakan retensio plasenta.

Retensi bagian-bagian plasenta merupakan penyebab umum terjadinya

perdarahan lanjut dalam masa nifas. Jika plasenta belum lepas sama sekali tidak

akan terjadi perdarahan, akan tetapi jika sebagian plasenta telah lepas akan terjadi

perdarahan dan ini merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita

0muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 2001, WHO memperkirakan

lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil dan bersalin.

Perdarahan pasca persalinan adalah sebab penting kematian ibu, ¼ kematian

ibu disebabkan oleh perdarahan (perdarahan pasca persalinan, plasenta previa,

solusio plasenta, kehamilan ektopik, abortus, retensio plasenta dan ruptura uteri)

disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan.

Retensio plasenta merupakan salah satu masalah yang masih menjadi

penyebab terbesar terjadinya perdarahan post partum dan kematian maternal.

Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002) adalah 650 ibu tiap

1
100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka tersebut disebabkan oleh perdarahan

post partum. Perdarahan yang disebabkan karena retensio plasenta dapat terjadi

karena plasenta lepas sebagian, yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Berdasarkan data diatas maka, penulis tertarik untuk membuat makalah yang

berjudul Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny.S di BPM Martini Am.Keb di

daerah Desa Rambot Lhoksukon Kecamatan Aceh Utara.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada bayi Ny. S dengan Retensio

Plasenta

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pengertian dari Retensio Plasenta

b. Untuk mengetahui etiologi dari Retensio Plasenta

c. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Retensio Plasenta

d. Untuk mengetahui komplikasi dari Retensio Plasenta

e. Untuk mengetahui terapi dari Retensio Plasenta

f. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Manual Plasen Retensio

Plasenta

2
C. Manfaat

a. Bagi institusi kesehatan

Menambah referensi dalam upaya peningkatan pelayanan kebidanan

khususnya asuhan kebidanan pada ibu.

b. Bagi institusi pendidikan

Menambah referensi dalam bidang pendidikan sehingga dapat menyiapkan

calon-calon bidan yang berkompeten khususnya dalam memberikan asuhan

kebidanan pada ibu secara komprehensif

c. Bagi penulis

Menambah pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata yang berkaitan

dengan Asuhan kebidanan pada ibu

d. Bagi Pembaca

Memberikan tambahan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Retensio Plasenta

Menurut Sarwono Prawirohardjo :Retensio plasenta adalah tertahannya atau

belum lahirnya plasentahingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir.

Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (hbitual retensio plasenta).

Plasenta harus dikluarkan karena dapat menimbulkan bahaya

perdarahan,infeksi karena banda mati,dapat terjadi plasenta inkarserata dapat

terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma.(Rukiyah

2010).

Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan

hemorrhage yang tidak tampak, dan juga disadaripada lamanya waktu yang

berlalu antara kelahiran bayi dan kluarnya plasenta yang diharapkan. Beberapa

ahli menangani setelah 5 menit kabanyakn bidan akan menunggu satu setengah

jam bagi plasenta untuk keluar sebelummenyebutnya tertahan.( varney 2007).

Retensio Plasenta adalah tertahannya plasenta atau belum lahirnya plasenta

Hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. (Taufan Nugroho, 2011).

Retensio Plasenta adalah plasenta lahir terlambat lebih dari 30 menit

(Manuaba, 2007)

4
B. Etiologi Retensio Plasenta

Menurut Manuaba (2010) etiologi dasar retensio plasenta meliputi:


a) Faktor maternal
a. Gravida berusia lanjut
b. Multiparitas
b) Faktor Uterus
a. Bekas sectio caesaria, plasenta sering tertanam pada jaringan cicatrik
b. Bekas pembedahan uterus
c. Abnormali uterus
d. Kontraksi uterus tidak efektif
e. Bekas curetage uterus,yang terutama dilakukan setelah abortus
f. Pembentukan kontraksi ringan
g. Bekas Endometritis
c) Faktor plasenta
a. Plasenta previa
b. Implantasi comeal
c. Plasenta akreta
d. Kelainan bentuk plasenta

Retensio plasenta disebabkan oleh :

1. Sebab Fungsional.

Plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia uteri (his tidak

adekuat) dan akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Ini merupakan

penyebab terpenting. Atau karena ada lingkaran kontraksi pada bagian bawah

rahim akibat kesalahan penanganan kala III, yang akan manghalangi plasenta

keluar (plasenta inkarserata)

5
2. Sebab-Sebab Patologi-Anatomis

Pada kondisi ini plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena tumbuh

melekat lebih dalam, yang menurut tingkat perlekatannya dibagi menjadi :

a. Plasenta adhesiva, yang melekat pada desidua endometrium lebih dalam.

b. Plasenta akreta, apabila vili korialis menanamkan diri lebih dalam dan

menembus desidua sampai ke batas atas lapisan miometrium.

c. Plasenta inkreta, apabila vili korialis masuk ke dalam lapisan

miometrium, akan tetapi belum menembus serosa.

d. Plasenta perkreta, bila vili korialis menembus miometrium sampai ke

serosa atau peritoneum dinding rahim.

C. Tanda dan Gejala Retensio Plasenta

1. Plasenta Akreta Parsial / Separasi

a. Konsistensi uterus kenyal

b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedang – banyak

e. Tali pusat terjulur sebagian

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta lepas sebagian

h. Syok sering

6
2. Plasenta Inkarserata

a. Konsistensi uterus keras

b. TFU 2 jari bawah pusat

c. Bentuk uterus globular

d. Perdarahan sedang

e. Tali pusat terjulur

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta sudah lepas

h. Syok jarang

3. Plasenta Inkreta

a. Konsistensi uterus cukup

b. TFU setinggi pusat

c. Bentuk uterus discoid

d. Perdarahan sedikit / tidak ada

e. Tali pusat tidak terjulur

f. Ostium uteri terbuka

g. Separasi plasenta melekat seluruhnyaSyok jarang sekali, kecuali

akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat

D. Komplikasi

1. Perdarahan Postpatum (PPH)

Perdarahan yang terjadi biasanya lebih dari 500-600 ml.Sekitar 16-17 %

penyebabnya adalah retensio plasenta. Bila perdarahan terlalu banyak dapat

menimbulkan syok.

7
2. Inversio Uteri

Biasanya terjadi pada plasenta akreta dengan implantasi plasenta di daerah

fundus. Dengan dilakukannya tarikan tali pusat yang terlalu kuat dan

penekanan pada fundus, sementara plasenta masih melekat akan

menyebabkan inversio uteri.

3. Perforasi Uterus

Pada plasenta perkreta lebih sering menimbulkan perforasi terutama pada

segmen bawah rahim dari pada plasenta akreta & inkreta. Hal ini terjadi bila

pembebasan perlekatan plasenta secara manual terlalu dipaksakan.

4. Infeksi

E. Terapi

Apabila plasenta masih belum lahir dalam waktu setengah sampai satu jam

setelah bayi dilahirkan, dan telah terjadi perdarahan, maka plasenta harus

segera dikeluarkan dengan cara sebagai berikut:

1. Pasang infus dengan kateter besar, lakukan pemberian cairan kristaloid

NaCL atau RL fisiologis. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan sesuai

dengan hasil pemeriksaan darah.

2. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1 liter larutan NaCl atau RL fisiologis

dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 UNIT oksitosin Intra Muskular.

Kemudian lanjutkan infus oksitosin 20 UNIT dalam 1 liter larutan NaCl

atau RL fisiologis dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan

berhenti

8
3. Mencoba melahirkan plasenta dengan perasat Brandt-Andrews. Jika

berhasil, lanjutkan drip oksitosin untuk mempertahankan uterus.

4. Apabila plasenta tidak bisa terlepas, lakukan tindakan manual plasenta

secara invasive dengan memasukkan tangan penolong persalinan langsung

ke dalam rahim

5. Apabila tindakan manual plasenta tidak mungkin dilakukan, jaringan dapat

dikeluarkan dengan menggunakan tang (cunam) abortus kemudian

dilanjutkan dengan kuret sisa plasenta. Hati-hati kuretase sisa plasenta

harus dilakukan dengan perlahan karena dinding rahim relatif tipis

dibandingkan kuretase pada abortus.

6. Setelah plasenta berhasil dikeluarkan semuanya, lanjutkan pemberian obat

uterotonika melalui suntikan atau per oral.

7. Pemberian antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g IV dan

metronidazol 500 mg IV)dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.

Hingga saat ini tidakan manual plasenta atau pengeluaran plasenta dengan

tangan masih dianggap sebagai cara yang paling baik. Sementara pada kasus

retensio plasenta akibat plasenta akreta, inkreta, dan perkreta memerlukan

penanganan yang lebih kusus yaitu histerektomi (pengangkatan uterus) untuk

mengatasinya.

9
F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Retensio Plasenta Secara umum .Tentukan jenis retensio yang

terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang di ambil.

1) Jika plasenta terlihat pada vagina, minta ibu untuk mengajan, jika anda dapat

merasakan adanya plasenta dalam vagina , keluarkan plasenta tersebut

2) Pastikan kandung kemih sudah kosong.jika di perlukan, lakukan kateterisasi

kandung kemih

3) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 unit IM, jika belum

dilakukan dalam penanganan aktif kala tiga.

4) Jangan berikan ergometrin karena dapat menyebabkan kontraksi yang tonik

yang dapat memperlamabat pengeluaran plasenta.

5) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit maka pemberian oksitosin

maka dan uterus berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali

6) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil maka, cobalah untuk

mengeluarkan plasenta secara manual, jika perdarahan terus berlangsung

lakukan uji permbekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya

pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah

dengan mudah menunjukan koagulapati

7) Jika terdapat tanda tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau) berikan

antibiotik untuk metritis.

8) Sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal , akan

menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif

10
9) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta. Eksplorasi manual

uterus menggunakan teknik yang serupa dengan teknik yang digunakan untuk

mengeluarkna plasenta yang tidak keluar

10) Kelaran sisa plasenta dengan tangan,cunam ovum atau kuret besar.

11) Jika perdarahan lanjut lakukan uji pembekuan darah.

11
BAB III
PEMBAHASAN

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA Ny.S

Tanggal masuk : 4 April 2017 Tanggal Pengkajian : 5 April 2017

Jam masuk : 00:10 WIB Jam Pengkajian : 08:00 WIB

DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama Ibu : Ny.S Nama suami : Tn.S

Umur : 29 tahun Umur : 35 tahun

Agama : islam Agama : islam

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pedagang

Alamat : Ds. Dayah Alamat : Ds. Dayah

Lhoksukon Lhoksukon

2. Riwayat Menstruasi

Menarche : 13

Siklus : 28 hari, teratur/tidak

Lama : 7 hari

12
3. Tanda- tanda persalinan

Kontraksi ada sejak pukul : 22:00 WIB

Frekuensi 3x dalam 10 menit

Lamanya > 40 detik

Lokasi ketidak nyamanan : di sekitar pinggang dan sympisis

4. Pengeluaran pervaginam

Air ketuban ada/tidak jumlah ±500 cc warna jernih

5. Riwayat kehamilan sekarang

G: III P: II A: 0

HPHT :18 – 9 – 2016

TTP : 25 – 6 – 2017

UK : 32 minggu

Obat yang di konsumsi selama hamil : Tidak ada

6. Riwayat penyakit yang pernah di derita sekarang

Jantung : tidak ada

Hipertensi : tidak ada

DM : tidak ada

Ginjal : tidak ada

Asma : tidak ada

Hepatitis : tidak ada

Riwayat SC : tidak ada

13
7. Riwayat penyakit keluarga

Hipertensi : tidak da

DM : tidak ada

Asma : tidak ada

Lain-lain : tidak ada

8. Riwayat KB

Suntik

9. Riwayat sosial ekonomi dan psikososial

Status perkawinan : sah kawin : 1x

Lama nikah 11 tahun ,menikah pertama pada umur: 18 tahun

Kehamilan ini direncanakan : ya

Perasaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan dan persalinan : bahagia

Pengambil keputusan dalam keluarga adalah suami

Tempat rujukan jika terjadi komplikasi Rumah sakit

Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas :

tidak ada

14
10. Activity Daily Living

a. Pola makan dan minum

Frekuensi : 3x sehari

b. Pola istirahat

Tidur siang : 2 jam

Tidur terakhir : 2 jam

Keluhan : tidak ada

c. Personal hygiene

Mandi : 2x sehari

Ganti pakaian dan pakaian dalam : setiap habis mandi

d. Aktivitas

Pekerjaan sehari-hari : tidak ada

Kaluhan : tidak ada

e. Kebiasaan hidup

Merokok : tidak ada

Minum- minuman keras : tidak ada

Obat terlarang : tidak ada

Minum Jamu : tidak ada

15
DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

 Keadaan umum : lemah

 Tanda-tanda Vital

TD : 90/60 mmHg RR : 28x/i

Pols : 100 x/i

Temp : 35 °C

 Pengukuran tinggi badan dan berat badan

BB : 155 cm

TB : 148 cm

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

 Kepala

Rambut : bersih

Muka :

Cloasma : ada

Oedema : tidak ada

Mata :

Sclera : normal

Conjungtiva : normal

Hidung : polip : tidak ada

16
 Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid

 Payudara:

Bentuk : simetris

Keadaan puting susu : normal

Aereola mammae : menghitam

Colostrum : ada

 Abdomen

Pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan : ya

Linea nigra : ada

Bekas luka/operasi : tidak ada

 Genetalia :

Varises : tidak ada

Odema : tidak ada

Pembesaran kelenjar bartolin : tidak ada

Pengeluaran pervaginam : tidak ada

Bekas luka/ jahitan perenium : ada

 Ekstremitas :

Simetris/tidak

Odem pada tungkai bawah : tidak ada

Varises : tidak ada

Pergerakan : normal

17
b. Palpasi

 Payudara

Colostrum : ada

Benjolan : tidak ada

 Abdomen

Leopold I : 32 cm

Leopold II : PUKA

Leopold III : Kepala

Leopold IV : Divergen

TBJ : 3255 gr

c. Auskultasi

DJJ: 139 x/i

3. Pemeriksaan penunjang

Tidak ada

ASSESMENT

Ny.S berumur 29 tahun G: III P: II A:O dengan retensio plasenta.

Plasenta tidak lahir 15 menit setelah bayi lahir

18
PLANNING

1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa plasenta belum lahir dan akan

dilakukan plasenta manual

2. Memberikan surat infomconsent untuk di tandatangani oleh keluarga

3. Mengobservasi kontraksi uterus.

4. Melakukan plasenta manual.

5. Mengajarkan ibu untuk massase uterus searah dengan jarum jam sampai terasa

keras sehingga tidak terjadi perdarahan

6. Memeriksa kembali TTV ibu

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menurut Sarwono Prawirohardjo :Retensio plasenta adalah tertahannya

atau belum lahirnya plasentahingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi

lahir. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta (hbitual retensio

plasenta). Plasenta harus dikluarkan karena dapat menimbulkan bahaya

perdarahan,infeksi karena banda mati,dapat terjadi plasenta inkarserata dapat

terjadi polip plasenta dan terjadi degerasi ganas korio karsioma.(Rukiyah

2010).

Dari Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin pada Ny.S di BPM Rohani Am.Keb

di daerah Desa Dayah Lhoksukon Kecamatan Aceh Utara, maka dapat

disimpulkan bahwa Ny. S menderita penyakit Retensio Plasenta dan harus

mendapatkan terapi manual plasenta, pemasangan infus RL 20 tetes/i, dan

injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam. Retensio plasenta adalah terlambatnya

kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Retensio

plasenta dapat disebabkan oleh plasenta belum lepas dari dinding uterus dan

plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.

20
B. Saran

1. Bagi pasien

Menganjurkan makan-makanan yang bergizi untuk menunjang

kesehatannya.Pasien tidak perlu cemas dan khawatir dengan kehamilannya

karena hal ini masih bisa diatasi, asal ibu mau mengikuti asuhan yang

diberikan.

2. Bagi bidan

Bidan dalam menentukan diagnosa dan pendeteksian dini harus tepat dan

sesuai agar langkah selanjutnya dapat dilaksanakan dengan tepat sehingga

kematian ibu dan janin dalam kehamilan, persalinan dan nifas dapat dicegah.

3. Bagi institusi pendidikan

Instansi pendidikan diharapkan dapat mengarahkan peserta didiknya untuk

lebih jauh mengenal metode pemecahan masalah dengan melakukan langkah

SOAP.

21
Daftar Pustaka

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal, Edisi I, Cetakan ke IV. 2006. Jakarta: yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Tim Revisi. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui Dini, Edisi III. 2008.

Jakarta: JNPK-KR/POGI.

Wiknjosastro, Hanifa. Ilmu Kebidanan, Edisi III, Cetakan VIII. 2006. Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

IBI. Standar Pelayanan Kebidanan. 2003. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Bidan

Indonesia.

22

Anda mungkin juga menyukai