Disusun Oleh:
Pembimbing:
DR. Risya Cilmiaty AR, drg., MSi, SpKG
Oleh:
M Yusuf Habibi G991906021
1. Fokal Infeksi
a. Definisi
Fokal infeksi adalah suatu infeksi lokal yang bersifat kronis dimana
hanya melibatkan bagian kecil dari tubuh, yang dapat menyebabkan suatu
infeksi atau kumpulan gejala klinis pada bagian tubuh yang lain. Teori
tentang fokal infeksi sangat erat hubungannya dengan bagian gigi, dimana
akan mempengaruhi fungsi sistemik seseorang seperti sistem sirkulasi,
skeletal, dan saraf. Hal ini disebabkan oleh penyebaran mikroorganisme
atau toksin yang berasal dari gigi, akar gigi, atau gusi yang terinfeksi
(Swastini, 2013).
Sudibyo dalam Li, dkk (2000) menyatakan bahwa fokus infeksi
merupakan asal mula dan penyebab berkembangnya penyakit sistemik,
terutama penyakit periodontal permukaan marginal maupun apical, jumlah
bakteri pada infeksi jaringan periodontal apical mencapai 200 macam dan
pada infeksi jaringan periodontal marginal mencapai 500 macam atau
lebih dan umumnya bakteri gram negatif.
2. Hipertensi
a. Definisi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan penyakit darah tinggi
adalah peningkatan abnormal tekanan darah, baik tekanan darah sistolik
maupun tekanan darah diastolik. Pada keadaan normal, tekanan darah
sistolik (saat jantung memompakan darah) kurang dari 120 mmHg dan
tekanan darah diastolik (saat jantung istirahat) kurang dari 80 mmHg.
Hipertensi dengan peningkatan tekanan sistolik tanpa disertai peningkatan
diastolik lebih sering pada lansia, sedangkan hipertensi peningkatan
tekanan diastolik tanpa disertai peningkatan tekanan sistolik lebih sering
terdapat pada dewasa muda. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 yang diselenggarakan oleh Kementrian Kesehatan menunjukkan
bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 26,5 persen dari total
penduduk berusia ≥18 tahun. Perhimpunan Hipertensi Indonesia (PERHI)
membuat batasan yang disebut hipertensi adalah keadaan dimana tekanan
darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di atas 85
mmHg. Tekanan darah disebut optimal bila berada pada kisaran 120
mmHg/70 mmHg.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi atas 2 golongan
yaitu: (1) Hipertensi primer atau esensial yaitu hipertensi yang
belum diketahui penyebabnya. (2) Hipertensi sekunder atau non
esensial yaitu hipertensi yang sudah diketahui penyebabnya.
Berbagai klasifikasi tekanan darah digunakan diseluruh dunia salah
satunya klasifikasi tekanan darah oleh Joint National Committee 7
(JNC 7)
Klasifikasi tekanan darah pada usia dewasa 18 tahun ke atas menurut JNC 7
b. Imunologi Hipertensi
Beberapa penelitian evidence based menunjukkan hubungan antara
peningkatan tanda-tanda peradangan pada vaskuler dengan hipertensi,
diantaranya adalah C-Reactive Protein (CRP), Interleukin(IL)-6, IL-1β,
Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF-α), dan Angiotensin II (Ang II). C-
Reactive Protein (CRP) merupakan salah satu jenis reaktan dan jumlahnya
akan meningkat seiring dengan proses peradangan di dalam tubuh.
Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan konsentrasi plasma IL-6
yang diproduksi oleh makrofag. Pada peradangan akut oleh infeksi
bakteri, CRP dapat meningkat sekitar > 200 mg/L dalam waktu 6 jam.
Perlu diketahui bahwa kadar normal CRP adalah 10 mg/L. Dari
penelitian-penelitian terdahulu, peningkatan high sensitive C-reactive
protein (hsCRP) dapat dipakai untuk memprediksi perkembangan
hipertensi pada individu yang sepertinya memiliki normotensi (Swastini,
2013).
C-Reactive Protein (CRP) juga menstimulasi pelepasan monosit
yang menghasilkan IL-1β, IL-6, TNF-α serta ekspresi dari Intercellular
Adhesion Molecule (ICAM)-1 dan Vascular Adhesion Molecule (VCAM)-
1 oleh sel-sel endotel. C-Reactive Protein juga mengatur transkripsi
endothelial Nitric Oxide Synthease (eNOS) pada sel endotel. Bilamana
terjadi pengurangan nitric oxide (NO) dapat terjadi perkembangan
aterosklerosis dan hipertensi (Swastini, 2013).
Interleukin (IL)-6, IL-1β, TNF-α kurang signifikan berhubungan
dengan hipertensi. Pada dasarnya hipertensi berhubungan dengan
perubahan struktural resistensi arteri, suatu proses yang dikenal dengan
remodeling yang melibatkan perubahan pada pertumbuhan sel-sel otot
halus pembuluh darah, migrasi sel yang dimediasi oleh Angiotensin II.
Angiotensin II adalah hormon regulator yang dibentuk secara lokal pada
dinding pembuluh darah dan memegang peranan penting dalam mengatur
tekanan darah. Angiotensin II juga mengatur produksi Reactive Oxigen
Species (ROS) dan pro-inflammatory mediators seperti IL-6, MCP-1, NF-
kB, NF-kA, dan VCAM-1 (Swastini, 2013).
Hipertensi dapat meningkatkan produksi limfosit T dan TNF-α,
reaksi imunitas adaptif, seluler, dan antibodi berhubungan dengan tekanan
darah. Pernyataan ini dipertegas oleh Higashi et al (2007) yang
menyatakan bahwa konsentrasi serum IL-6 dan C-Reactive Protein (CRP)
secara signifikan lebih tinggi pada pasien hipertensi dengan periodontitis
dibandingkan dengan pasien hipertensi tanpa periodontitis (Swastini,
2013).
c. Mekanisme Hipertensi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme
(ACE). Angiotensin I converting enzyme (ACE) memegang peran
fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin
(diproduksi di ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
(Swastini, 2013).
Angiotensin II inilah yang memiliki peran kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui 2 aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan
sekresi hormon antidiuretik (ADH). Hormon antidiuretik (ADH) akan
menyebabkan urin yang diekskresikan sangat sedikit, sehingga urin
menjadi pekat dan osmolalitasnya tinggi. Untuk mengencerkannya,
volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan
dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada
akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorbsinya dari
tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah (Swastini, 2013).
Kementerian Kesehatan, R.I., 2013. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Li, X., Kolltveit, K.M., Tronstad, L. and Olsen, I., 2000. Systemic diseases caused by
oral infection. Clinical microbiology reviews, 13(4), pp.547-558.
Pietropaoli, D., Rita D.P., Claudio F., Jackson T.W.J, Mario G, Eleonora O, &
Annalisa M (2018). Poor oral health and blood pressure control among US
hypertensive adults. Hypertension AHA Journals 72: 1365-1373.