Anda di halaman 1dari 16

Bab II Tinjauan Pustaka

Ciri khusus dari proses korosi adalah berlangsungnya reaksi redoks pada tempat
yang terpisah di logam. Proses korosi logam berlangsung secara elektrokimia
yang terjadi secara simultan pada daerah anoda dan katoda yang membentuk
rangkaian arus listrik tertutup. Korosi terjadi ketika elektron dari atom-atom pada
permukaan logam dipindahkan ke bagian lain yang bertindak sebagai katoda
sehingga terjadi depolarisasi. Depolarisator yang umum adalah oksigen, asam dan
kation yang kurang aktif (Lower, 2007). Korosi tidak dapat dihindari, yang bisa
dilakukan adalah memperlambat lajunya baik secara mekanis maupun
penggunaan suatu inhibitor.

II.1 Reaksi Redoks


Reaksi redoks adalah reaksi yang melibatkan adanya perpindahan elektron dari
suatu zat ke zat lain. Reaksi oksidasi dan reduksi berlangsung secara bersamaan,
bila suatu zat menerima elektron, maka akan ada zat yang mendonorkan elektron
tersebut. Dalam reaksi redoks, zat yang menerima elektron atau tereduksi disebut
oksidator sedangkan kebalikannya yaitu zat yang mendonorkan elektron atau
teroksidasi disebut reduktor. Contoh reaksi redoks antara lain adalah:
Mg + Cl2 Mg2+ + 2Cl-
Pada reaksi tersebut, magnesium (Mg) memberikan elektron pada klorin (Cl2)
sehingga Mg adalah reduktor, dan Cl2 yang menerima elektron dari Mg adalah
oksidator.

Umumnya, unsur elektropositif seperti logam alkali dan alkali tanah adalah
reduktor kuat sedangkan unsur elektronegatif seperti klorin adalah oksidator yang
baik. Dalam reaksi redoks jumlah elektron yang diserahkan atau diterima harus
dinyatakan dengan jelas dan untuk keperluan ini digunakan suatu parameter yaitu
bilangan oksidasi. (Takeuchi Y., 2006). Pada contoh reaksi Mg dan Cl2, ada
2elektron yang diserahterimakan dari Mg ke Cl2. Biloks Mg berubah dari 0 ke +2
atau teroksidasi sedangkan Cl2 berubah dari 0 ke -1 atau tereduksi.

4
II.2 Sel Galvani
Alat untuk mendapat arus listrik dengan bantuan reaksi kimia disebut dengan sel
galvani. Dalam sel Galvani, oksidasi terjadi pada salah satu elektroda yang
disebut anoda sedangkan reduksi berlangsung di elektroda lainnya yang disebut
katoda. Sebuah sel Galvani tersusun bila dicelupkan dua logam dengan
kecenderungan ionisasi yang berbeda ke dalam larutan elektrolit dan
menghubungkan kedua elektroda tersebut dengan kawat penghantar. Logam yang
memiliki kecenderungan lebih mudah terionisasi atau potensial reduksinya lebih
rendah akan teroksidasi menghasilkan kation yang akan larut dalam larutan
elektrolit sedangkan elektron yang dihasilkan akan bermigrasi menuju logam yang
kecenderungan ionisasinya lebih rendah melalui kawat penghantar. Ilustrasi
proses perpindahan elektron tersebut dapat dilihat pada Gambar II-1.

Gambar II-1.Skema suatu sel Galvani. Logam dengan kecenderungan ionisasi


lebih tinggi disebut elektroda negatif (anoda) dan elektroda dengan
kecenderungan ionisasi rendah disebut elektroda positif (katoda)
(Takeuchi, 2006)

Pada logam dengan kecenderungan ionisasi lebih rendah, kation akan direduksi
dengan menerima elektron yang mengalir dari anoda. Arah aliran arus listrik
mempunyai arah berlawanan dengan arah aliran elektron. Elektroda tujuan arus
disebut dengan elektroda negatif dan asal arus disebut elektroda positif (Takeuchi
,2006).

5
II.3 Korosi
Korosi atau corrosion diturunkan dari bahasa latin “corrous” yang berarti
menggerogoti. Korosi selanjutnya menurut Riggs dapat didefinisikan sebagai
suatu proses perusakan material (biasanya berupa logam atau paduan logam) yang
berlangsung secara berangsur-angsur akibat interaksi kimiawi atau elektrokimia
antara material tersebut dengan lingkungannya (Bundjali, 2005)

II.3.1 Sejarah Korosi


Studi korosi sudah dikenal sejak zaman Romawi pada 23-79 SM, dengan
ditemukannya catatan seorang filsuf besar yang bernama Plinus mengenai ferrum
corrumpitur, atau besi rusak. Pada zaman tersebut besi digunakan secara luas baik
untuk persenjataan maupun perkakas. Masyarakat saat itu menggunakan teknik
pembiruan (blueing) dan penyepuhan (gilding) untuk menghindari kerusakan besi
(Trethewey, 1991).

Catatan lain mengenai korosi adalah penemuan naskah laporan armada angkatan
laut Inggris dari tahun 1761-1763 M yang berisi upaya melakukan
penanggulangan kerusakan pada kapal akibat cacing dan mikroba dengan melapisi
bagian kapal yang terendam air laut oleh tembaga. Ternyata diketahui bahwa
bagian besi tidak boleh kontak langsung dengan tembaga di lingkungan air laut
jika ingin mencegah korosi pada kapal (Trethewey, 1991).

II.3.2 Logam
Korosi tidak dapat dilepaskan dari logam, karena sebagian besar korosi terjadi
pada logam. Hampir empat perlima dari unsur-unsur adalah logam. Gaya ikatan
pada logam disebabkan adanya elektron-elektron yang terdelokalisasi. Pada
dasarnya, korosi adalah kebalikan proses ekstraksi logam dari bijihnya,
contohnya: logam Fe di alam bebas berada dalam bentuk senyawa besi oksida
atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah akan dihasilkan besi yang
digunakan untuk membuat baja atau baja paduan. Selama pemakaian, baja
tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi dan kembali
menjadi senyawa besi oksida. Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat dijumpai

6
pada bangunan dan peralatan yang menggunakan komponen logam seperti: seng,
tembaga, besi baja dan sebagainya.

Logam dapat mengkristal dalam bentuk heksagonal terjejal (hcp), kubus terjejal
(bcc) dan kubus berpusat muka (fcc). Ketika logam membeku membentuk
struktur kisi kristal yang teratur sebenarnya ada cacat dalam susunan
tumpukannya. Beberapa cacat yang bersangkutan dengan atom-atom secara
individu yaitu: (Trethewey, 1991)
(1) Kekosongan (vacancy) berupa hilangnya sebuah atom dari kedudukannya
pada kisi, cacat atom tunggal atau cacat titik ini menyebabkan beberapa
mekanisme korosi misalnya perapuhan hidrogen, serangan selektif, korosi
oksidasi dan korosi panas
(2) Cacat substitusi (subtitutional defect) yakni adanya atom asing yang
menempati suatu kedudukan bidang pada kisi yang semestinya ditempati
atom tuan rumah atau adanya dislokasi. Dua tipe dislokasi yang penting
adalah: dislokasi tepi (edge dislocation) yakni adanya sebuah bidang atom
tidak sempurna di antara dua bidang lainnya dan dislokasi ulir (screw
dislocation) yakni adanya bidang yang menyerong sedikit sehingga tidak
searah lagi dengan bidang terdekatnya,
(3) Cacat interstisi (interstitial defect) yakni bila sebuah atom menempati
suatu kedudukan yang tidak normal sehingga terdesak ke antara atom-atom
pada kisi tuan rumah. Atom interstisi bisa berupa atom tuan rumah atau
atom asing,
(4) Cacat volume yakni sebagian besar dari volume logam tidak berkesesuaian
dengan struktur keseluruhan bahan sejenis yang terbentuk sempurna.

II.3.3 Tembaga
Tembaga adalah logam yang tidak bereaksi dengan air (H2O). Di udara terbuka,
tembaga membentuk produk korosi berwarna hijau yang disebut patina yang
dalam keadaan stabilnya berupa tembaga sulfat basa, CuSO4.3Cu(OH)2. Lapisan
yang terbentuk dari reaksi udara dengan tembaga mempunyai efek proteksi untuk
korosi selanjutnya. Korosi yang dialami tembaga dalam sistem air dapat berupa

7
korosi aerasi diferensial, korosi erosi, korosi tegangan atau peluruhan logam. Pada
umumnya, tembaga tahan terhadap serangan basa kecuali amonium hidroksida
dan larutan-larutan yang mengandung ion-ion amonium dan sianida. Ion amonium
akan merangsang peretakan korosi tegangan, karena baik ion amonium maupun
sianida membentuk ion-ion kompleks seperti Cu[NH3]42+ dan Cu[CN]42- yang
tidak memungkinkan berkembangnya lapisan ganda untuk mempolarisasikan sel
korosi sehingga laju korosi tetap tinggi. Dalam senyawa belerang tembaga dapat
menderita korosi umum yang menyebabkan penipisan (Trethewey, 1991).

II.3.4 Faktor Lingkungan


Lingkungan adalah semua unsur di sekitar logam terkorosi pada saat reaksi
berlangsung. Reaksi korosi suatu logam L pada lingkungan bersuasana asam,
dapat dituliskan sebagai berikut:
Reaksi tanpa adanya oksigen,
L + 2H+ M2+ + H2
Reaksi dengan adanya oksigen,
L + O2 + 2H+ M2+ + H2O
Pada penelitian ini digunakan aqua regia sebagai media atau lingkungan yang
akan mengkorosi logam tembaga dengan adanya oksigen yang terlarut dalam
larutan. Aqua regia merupakan pelarut yang sangat korosif dan mampu
melarutkan logam mulia sekalipun, seperti emas dan platina.

Aqua regia dibuat dari campuran HNO3 dan HCl pekat dengan perbandingan 1:3.
Kedua campuran asam tersebut mempunyai peran yang berbeda, asam nitrat
adalah oksidator yang sangat kuat yang akan melarutkan logam menjadi ionnya
(M+n) sedangkan asam klorida menghasilkan ion klorida yang akan bereaksi
dengan ion logam membentuk senyawa kompleks. Reaksi dengan asam klorida
berlangsung secara berkesetimbangan dengan pembentukan senyawa
kompleksnya. Reaksi yang terjadi adalah:
L (s) + 3NO3- (aq) + 6H+ (aq) → L+n (aq) + 3NO2 (g) + 3H2O (l)
L+n (aq) + 4Cl- (aq) → LCl4- (aq) atau
- + +n
L (s) + NO3 (aq) + 4H (aq) → L (aq) + NO (g) + 2H2O (l)

8
Proses yang terjadi pada korosi dimulai dari oskidasi bagian logam yang berfungsi
sebagai anoda dan dipercepat dengan adanya oksigen, asam atau unsur yang lebih
mulia (Bundjali, 2006), seperti pada korosi tembaga dalam Gambar II-2.

Gambar II-2. Proses korosi pada logam Cu. Atom Cu pada permukaan logam
melarut membentuk lapisan tipis dan melepaskan e- ke dalam
logam, korosi berlangsung secara depolarisasi dengan
memindahkan e- dari logam ke H+(Virtual textbook, 2005).

II.3.5 Jenis-jenis korosi


Berdasarkan bentuk dan penyebabnya, korosi dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis yaitu: (Bundjali, 2005 dan Perez, 2004)
(1) Korosi umum/korosi seragam. Suatu bentuk korosi yang menghasilkan
serangan seragam pada seluruh permukaan logam. Seringkali dikaitkan
dengan korosi di lingkungan atmosfir dan oksidasi pada suhu tinggi atau
serangan sulfidasi
(2) Korosi pitting atau sumuran, adalah korosi lokal yang secara selektif
menyerang bagian permukaan logam yang: selaput pelindungnya tergores
atau retak akibat perlakuan mekanik, mempunyai tonjolan akibat dislokasi
atau slip yang disebabkan oleh tegangan tarik yang dialami atau tersisa atau

9
mempunyai komposisi heterogen dengan adanya inklusi, segregasi atau
presepitasi
(3) Korosi akibat mikroorganisme, yaitu degradasi logam akibat aktivitas bakteri,
jamur, protozoa dan alga yang menempel pada permukaan logam dalam
bentuk biodeposit
(4) Korosi batas butir, adalah korosi pada logam yang mengandung logam
antara atau senyawa pada batas-batas butirnya disebabkan karena perlakuan
panas awal
(5) Korosi galvanik. Sel korosi terbentuk dari penggandengan dua logam berbeda
jenis dengan logam yang lebih aktif akan menjadi anoda sedangkan logam
yang lebih mulia akan menjadi katoda.
(6) Korosi erosi, korosi yang timbul akibat logam terserang akibat gerak relatif
antara elektrolit dan permukaan logam, efek mekanik seperti pengausan,
abrasi dan gesekan.

II.3.6 Pengendalian korosi


Korosi udara maupun korosi basah dapat dikendalikan menggunakan bahan kimia
khusus yang disebut inhibitor. Apabila bahan ini ditambahkan ke lingkungan
maka laju serangan akan berkurang. Secara umum suatu inhibitor adalah suatu zat
kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Sedangkan
inhibitor korosi adalah suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu
lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap
suatu logam. Mekanisme penghambatannya terkadang lebih dari satu jenis.
Sejumlah inhibitor menghambat korosi melalui cara adsorpsi untuk membentuk
suatu lapisan tipis yang tidak nampak dengan ketebalan beberapa molekul saja,
ada pula yang karena pengaruh lingkungan membentuk endapan yang nampak dan
melindungi logam dari serangan yang mengkorosi logamnya dan menghasilkan
produk yang membentuk lapisan pasif, dan ada pula yang menghilangkan
konstituen yang agresif. Terdapat 6 jenis inhibitor, yaitu inhibitor yang
memberikan pasivasi anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik,
inhibitor pengendapan, dan inhibitor fasa uap (Dalimunthe., 2004).

10
Tanin merupakan salah satu senyawa dalam teh yang ternyata cukup efektif untuk
mengurangi laju korosi tembaga. Mabrour melaporkan hasil penelitian bahwa
tanin dengan kadar 2 gram/liter mampu menghambat laju korosi tembaga di
dalam larutan NaCl 0,1M sebesar 93,2% Tanin adalah nama komponen zat
organik yang sangat kompleks yang terdiri dari gabungan beberapa senyawa
fenolik. Tanin mempunyai berat molekul 500 – 20000 dan dapat bereaksi dengan
protein membentuk senyawa kompleks yang tidak larut. Salah satu komponen
dalam senyawa tanin yaitu asam galat (galic acid) adalah senyawa yang
mempunyai peranan dalam penghambatan laju korosi logam tembaga (Hagerman,
2002) tetapi mekanisme penghambatannya masih belum diketahui secara jelas.
Gambar senyawa tanin yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang terlihat
pada Gambar II-3.

Gambar II-3. Senyawa tanin yang digunakan sebagai inhibitor korosi logam Cu

Melalui pengukuran secara elektrokimia dengan metoda Electrochemical


Impedance Spectroscopy ternyata asam galat akan menginhibisi pada anoda
sehingga disebut juga inhibitor anodik. Rumus struktur asam galat seperti pada
Gambar II-4.

Gambar II-4. Struktur molekul asam galat (Mabrour, 2003)

Asam galat akan bereaksi dengan logam Cu membentuk senyawa kompleks dalam
bentuk padatan. Padatan atau endapan yang terjadi akibat reaksi inilah yang
kemudian bertindak sebagai pelindung bagi logamnya. Ikatan antara asam galat

11
(ligan) dengan ion logam yang bertindak sebagai atom pusat akan membentuk
senyawa kompleks sepit yang akan menempel pada permukaan tembaga, seperti
pada Gambar II-5. Struktur ini dapat diamati dengan mikroskop Raman.
(Mabrour, 2003).

Gambar II-5. Senyawa kelat antara ion Cu2+ dengan asam galat dari tanin
(Mabrour, 2003)

Pembentukan lapisan endapan tipis senyawa sepit ini cukup efektif untuk
melindungi permukaan logam yang lemah dari serangan zat-zat agresif.
Pembentukan lapisan endapan ini perlu dijaga kontinuitasnya, mengingat lapisan
tersebut bisa lepas yang disebabkan oleh adanya arus larutan. Cara yang lazim
tentang studi pembentukan lapisan pasif pada permukaan logam akibat reaksi
antar muka logam dengan inhibitor dapat menggunakan diagram potensial - pH
atau lebih dikenal diagram Pourbaix sedangkan secara kinetik dengan
menggunakan kurva polarisasi. (Dalimunthe, 2004).

II.4 Diagram Potensial – pH


Diagram potensial-pH atau diagram Pourbaix, memetakan kesetimbangan
termodinamika fasa stabil logam dan senyawanya sebagai fungsi dari potensial
elektroda dan pH larutan. Diagram Pourbaix terutama berguna untuk dapat
memperkirakan arah reaksi spontan, komposisi produk korosi dan perubahan
lingkungan yang akan dapat mencegah atau menurunkan laju serangan korosi.
Diagram Puorbaix dikonstruksi berdasarkan hasil perhitungan termodinamika
yang menyatakan kesetimbangan fasa-fasa stabil elektrokimia suatu logam pada
suhu 25oC dan tekanan 1 atm, karenanya diagram ini tidak dimaksudkan untuk

12
memperkirakan laju korosi. Kegunaan diagram Pourbaix terutama adalah untuk
memperkirakan arah reaksi spontan; komposisi produk korosi; dan perubahan
lingkungan yang akan mencegah atau menurunkan laju serangan korosi. Dengan
menggunakan data termodinamika terpilih yang sesuai dan pemodelan yang tepat,
diagram potensial pH untuk suatu sistem logam/H O masih terus direvisi. Saat ini
2

belum ada yang mengkonstruksi diagram potensial pH berdasarkan hasil


eksperimen (Bundjali, 2005). Pada Gambar II-6, diagram Pourbaix sistem Cu/air,
keadaan a adalah reaksi yang hanya dipengaruhi oleh potensial, keadaan b adalah
reaksi yang hanya dipengaruhi oleh pH sedangkan keadaan c, d dan e adalah
reaksi yang dipengaruhi oleh pH dan potensial.

Gambar II-6. Diagram Pourbaix Cu/air pada 25oC (Handbook Pourbaix, 2000)

II.5 Penentuan Laju Korosi


Reaksi elektrokimia melibatkan reaksi pelepasan dan reaksi penangkapan
elektron, maka laju aliran elektron dari atau ke suatu antar muka pereaksi
merupakan ukuran dari laju reaksi (Bundjali, 2005). Aliran elektron pada
umumnya diukur sebagai arus, I, dinyatakan dalam satuan ampere, yang sama
dengan 1 Coulomb (muatan 6,2.10-18 elektron) per detik. Kesebandingan antara I
dan massa yang bereaksi, m, dalam suatu reaksi elektrokimia diungkapkan oleh
hukum Faraday:

13
Ar
m It
nF

Dengan F adalah tetapan Faraday (96500C/ekiv), n jumlah ekivalen perubahan


pereaksi, Ar berat atom, dan t waktu dalam satuan detik. Laju korosi, r, diperoleh
sebagai hasil bagi rumus Faraday oleh t dan luas permukaan, A, sehingga
diperoleh:

m Ar
r  i
t nF

Dengan I, didefinisikan sebagai rapat arus, sama dengan I/A. Rapat arus adalah
sebanding dengan laju korosi, karenanya arus yang sama bila terkonsentrasi pada
pada luas permukaan yang lebih kecil akan menghasilkan laju korosi yang lebih
besar. Dengan anggapan bahwa korosi berlangsung secara seragam, laju penetrasi
korosi persatuan waktu dapat dicari dengan memasukkan tetapan Faraday,
sehingga persamaannya menjadi:

Ar
r  0, 00327 i
n
Untuk I dinyatakan dalam satuan, μA.cm-2, dan ρ, dalam satuan gram.cm-3,
dengan 0,00327 sebagai tetapan kesebandingannya.

II.6 Metode Pengukuran Laju Korosi


Pengujian laju korosi secara tradisional adalah dengan cara menimbang hilangnya
berat bahan (weight loss) pada selang waktu kontak tertentu dengan lingkungan
tetapi hal ini memerlukan waktu yang lama. Metode yang biasa dilakukan di
laboratorium untuk pengurangan berat adalah menggunakan alat Corrosion Wheel
test, di mana sampel dalam bentuk kupon diputar dalam selang waktu dan suhu
tertentu sehingga proses korosi dapat berlangsung lebih cepat.

Pengujian kelajuan korosi yang lain adalah dengan menggunakan teknik


pengukuran–pengukuran listrik seperti pengukuran arus (I), potensial (V) dan
hambatan (R) dibantu instrumen yang dapat memudahkan pelaksanaan
pengukuran. Hubungan antara potensial, arus dan hambatan dijelaskan dalam

14
hokum Ohm, yaitu: volt = ampere x ohm. Hambatan terhadap aliran elektron oleh
sebuah konduktor akan meningkat bila panjang konduktor (l) bertambah tetapi
menurun bila luas penampang melintangnya (A) bertambah. Tetapan
kesebandingan untuk itu disebut resistivitas atau hambatan jenis (hambatan) dan
dituliskan dengan simbol ρ, jadi R=ρlA-1. Pengukuran beda potensial antara dua
titik dilakukan dengan sebuah voltmeter yang dihubungkan memintas titik-titik
yang diminati (secara paralel). Dalam pengukuran ini diupayakan seminimal
mungkin arus yang teralihkan dari rangkaian yaitu dengan menggunakan
potensiometer yang dapat mengukur potensial tanpa memakan arus. Salah satu
cara sederhana menentukan laju korosi adalah pengukuran perubahan hambatan
logam yang terkorosi terhadap waktu selama selang waktu tertentu. Sampel yang
digunakan untuk pengukuran ini adalah logam dalam bentuk kawat dengan
diameter dan panjang tertentu. Dari plot data R-1/2 terhadap waktu dapat dihitung
kemiringan garisnya yang sebanding dengan laju korosi. Berdasarkan data
berkurangnya diameter kawat logam yang terkorosi dalam milimeter/menit maka
laju korosi dapat dihitung (Singh, 1995).

Salah satu teknik elektrokimia yang juga digunakan dalam penelitian ini adalah
pengukuran polarisasi secara potensiodinamik melalui teknik Tafel menggunakan
alat Voltamaster PGZ-301 seperti Gambar II-7.5.

Gambar II-7. Sel dengan sistem 3 elektroda dan radiometer PGZ type 301
yang digunakan untuk pengukuran teknik ekstrapolasi Tafel
(Voltalab catalogue, 2005)

Korosi yang akan terjadi diasumsikan bahwa kecepatan proses, baik di katoda
maupun anoda dikontrol oleh reaksi perpindahan elektron di permukaan logam.
Melalui teknik elektrokimia ini dapat pula diketahui parameter korosi yang

15
lainnya seperti potensial tahanan korosi, konstanta Tafel dan laju korosi. Laju
korosi adalah fungsi dari banyak variabel seperti: jenis logam, komposisi larutan,
temperatur, gerakan di dalam larutan dan yang lainnya. Pada studi elektrokimia,
contoh logam dengan luas beberapa cm2 digunakan sebagai logam yang akan
dikorosi (korodan). Data dan perhitungannya diambil dan dihitung saat proses
pengujian (run) menggunakan perangkat lunak voltamaster 4.

II.7 Tafel
Ketika suatu logam tidak berada dalam kesetimbangan dengan larutan yang
mengandung ion-ionnya, nilai potensial elektrodanya akan berbeda dari potensial
korosi bebas dan selisih antara keduanya disebut polarisasi (Trethewey, 1991).
Potensial polarisasi,η atau potensial lebih, adalah selisih antara potensial terapan
terhadap potensial korosi logam pada keadaan kesetimbangan dengan ionnya
dalam larutan. Parameter ini dapat digunakan untuk menyatakan laju pelarutan
atau laju proses korosi logam yang bersangkutan, yang dikenal dengan persamaan
Tafel dengan ungkapan sebagai berikut:

Untuk polarisasi anodik,

ηa = βa.log ia - βa.log i0

Untuk polarisasi katodik,

ηk = βk.log ik - βk.log i0

Dengan ηa , ηk , ia , ik dan i0 berturut-turut adalah potensial polarisasi anodik,


potensial polarisasi katodik, rapat arus anodik, rapat arus katodik dan rapat arus
korosi pada kesetimbangan. Sedangkan βa dan βk disebut sebagai tetapan-tetapan
Tafel atau beta anodik dan beta katodik. Ungkapan persamaan di atas
menunjukkan bahwa aluran η terhadap log I baik pada proses anodik maupun
proses katodik akan berupa suatu garis lurus dengan kemiringan sama dengan
tetapan Tafel yang bersangkutan. Pada saat Ecorr, η = 0 dan tetapan-tetapan Tafel
dinyatakan dalam besaran mV/dekade. Tetapan ini digunakan untuk menentukan
rapat arus korosi yang berbanding langsung dengan laju korosi. Kurva yang
diperoleh dari pengukuran ini seperti pada Gambar II-8.

16
Gambar II-8. Aluran kurva Tafel yang diidealkan, Ecorr dan Icorr diperoleh dari
perpotongan arus anodik dan arus katodik (Trethewey, 1991)

Rapat arus adalah sebanding dengan laju korosi, karena arus yang sama bila
terkonsentrasi pada luas permukaan yang lebih kecil akan menghasilkan laju
korosi yang lebih besar. Dengan anggapan bahwa korosi berlangsung seragam,
merata pada seluruh permukaan logam, laju penetrasi korosi persatuan waktu
dapat dinyatakan dalam mm.tahun-1.

II.8 Moodle
Salah satu cara untuk berbagi data secara online dapat dilakukan dengan
menggunakan hypertext dan perangkat lunak browser (web). Awalnya web
bersifat statis, pengunjung hanya bisa membaca informasi yang sudah disajikan
tetapi sekarang suatu website mempunyai fasilitas interaktif dengan anggotanya
dimana anggota bisa secara dinamis merubah dan menambahkan isi website serta
berinteraksi dengan pengguna lain. Website jenis ini bisa berupa situs komunitas
atau situs interaktif dimana orang bisa mengirimkankan foto, audio bahkan video.
Beberapa pemrogram juga membuat program Learning Content Management
System (LCMS) sehingga memudahkan orang yang tidak punya keahlian
membuat web untuk mengelola sebuah website. Program LCMS ini umumnya
bersifat terbuka yang bisa digunakan oleh siapa saja secara gratis. Program-
17
program tersebut antara lain PHP, Nuke, Mambo, Jomla dan Moodle (Tisna,
2007).

Moodle dapat berarti suatu tempat belajar dinamis dengan menggunakan model
berorientasi objek, adalah sebuah LCMS yang digunakan untuk membuat sebuah
proses belajar agar bisa dilakukan secara online, powerfull dan fleksibel. Proses
belajar menggunakan Moodle bisa disebut sebagai e-learning, karena selain dapat
mengelola berlangsungnya sebuah proses belajar juga mampu mengelola materi
dari pembelajaran. Moodle bersifat program terapan yang terbuka dan gratis di
bawah ketentuan General Public License (GPL). Moodle boleh didistribusikan
atau dimodifikasi di bawah ketentuan GPL sebagaimana dipublikasikan oleh free
software foundation. Moodle dapat berjalan di atas web server sembarang yang
mendukung bahasa pemrograman PHP dan sebuah database tetapi moodle akan
berjalan dengan sangat baik di atas web server Apache dengan database MySQL.
Penggunaan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL didasarkan pada
alasan:
1. Bahasa pemrograman PHP terbukti sangat handal dalam membangun sebuah
program berbasis web
2. Waktu yang digunakan untuk memproses data dan menjalankan perintah
query sangat cepat; dengan berjalan di atas sebuah web server maka secara
otomatis program ini bersifat multiuser
3. Database MySQL dalam menyimpan data ditempatkan ke dalam direktori
khusus dan terpisah dengan program PHP yang lain sehingga keamanan data
dari orang usil lebih terjamin
4. Web server dan database server terpisah sehingga menyulitkan pihak luar
yang tidak mempunyai akses untuk mengakses data yang terdapat dalam
database
5. Bahasa PHP dan database MySQL lebih fleksibel karena dapat diakses dengan
sistem operasi windows dan linux
6. Program dapat diakses dari komputer manapun tanpa harus menginstal
program client, program bantuan untuk mengakses sistem ini hanya sebuah
browser yang mudah dicari (Agnes, 2006)

18
Dalam penyediaannya Moodle memberikan paket perangkat lunak yang lengkap
(Moodle + Apache + MySQL + PHP) yang dapat di download di:
http://download.moodle.org/download.php/windows/MoodleWindows Installer-
latest-17.zip. Adapun beberapa hal gambaran dan kelebihan tentang moodle,
adalah:
(1) 100% cocok untuk kelas online dan sama baiknya dengan belajar tambahan
yang langsung berhadapan dengan dosen/guru
(2) Sederhana, ringan, efisien, dan menggunakan teknologi sederhana
(3) Mudah di Install pada banyak program yang bisa mendukung PHP hanya
membutuhkan satu database
(4) Menampilkan penjelasan dari pelajaran yang ada dan pelajaran tersebut dapat
dibagi ke dalam beberapa kategori
(5) Moodle dapat mendukung 1000 lebih pelajaran
(6) Mempunyai Keamanan yang kokoh. Formulir pendaftaran untuk pelajar telah
diperiksa validitasnya dan mempunyai cookies yang terenkripsi
(7) Paket bahasa disediakan penuh untuk berbagai bahasa. Bahasa yang tersedia
dapat diedit dengan menggunakan editor yang telah tersedia. Lebih dari 45
bahasa yang tersedia. termasuk Bahasa Indonesia. Mungkin “Bahasa
Indonesia” inilah menjadi kelebihan Moodle (Melfahrozi, 2006)

19

Anda mungkin juga menyukai