Anda di halaman 1dari 4

CUT AND FILL DEMI LAHAN YANG PRODUKTIF

Mangunsari desa yang tidak pernah luput dari image masyarakat Grobogan
sebagai desa genangan banjir. Kalau banjir bukan hanya hitungan hari air itu
singgah, air banjir bisa lenyap harus membutuhkan waktu minimal 14 hari atau
bahkan bisa lebih. Karena lahan persawahan tidak bisa dimanfaatkan sehingga
penduduknya banyak yang berjualan bahan bangunan kayu dengan mendatangkan
dari luar pulau. Karena pengaruh bahan bangunan sebagai rival kayu adalah baja
ringan. Sementara baja ringan setiap hari harganya mengoyak kayu akhirnya harus
berpikir untuk mengoptimalkan potensi desa sebagai penyangga ekonominya. Dan
sadarnya tentang kebutuhan arti pentingnya pangan untuk itu harus kembali ke
sawah sebagai penyedia karbohidrat nasional, kontribusi penyedia karbohidrat
nasional diharapkan mampu memberi impact yang positif secara ekonomi keluarga.
Latar belakang
1. Ratusan hektar sawah kurang produktif hanya menyisakan 37 % sawah yang
bisa menghasilkan keuntungan, sementara sisanya hanya seperti tak terawat
karena banyaknya rumputan liar.
2. Berpikir, bagaimana kalau luasnya lahan yang ada itu mampu berkontribusi
sebagai penyumbang pangan nasional ?. Sehingga masyarakat Desa
Mangunsari berarti untuk daerah khususnya negara khususnya.
3. Potensi yang ada akan cukup berarti untuk kembangkan dengan bantuan dari
masyarakat dan fasilitasi pemerintah
4. Meningkatkan desa untuk mencapai kemandirian ekonomi, hingga mampu
membawa kesejahteraan masyarakatnya.
5. Mudahnya memelihara sarana yang ada dengan dukungan sepenuhnya
masyarakat dan rasa saling memiliki.
Inovasinya

Penyisiran lahan yang permukaan tanahnya tinggi untuk diturunkan beberapa


Centi meter untuk dijadikan lahan sawah, dan menimbun rawa-rawa dari sisiran
tanah yang ada. Sehingga luas lahan bertambah dan hasil panen bisa baik.

Proses
1. Gagasan datang dari beberapa petani dan membentuk forum untuk dibawa ke
musyawarah desa, sebagai musyawarah yang formal agar keputusan yang
diambil tidak mengambang.
2. Adanya kesepakatan untuk pengelolaan lahan yang ada akan dibangun
dengan swadaya masyarakat, berdasar luas lahan yang dipunyai.
3. Musyawarah menentukan kepanitiaan sebagai pelaksana kesepakan dan
menghitung luas lahan yang akan diprioritaskan pengerjaanya.
4. Masyarakat yang belum memiliki kapital untuk pengerjaan lahan, bisa
bekerjasama dengan pelaksana kegiatan dengan model sewa lahan.
5. Kepanitian menunjuk jasa penyedia setelah terjadi kesepakatan dalam
penentuan harga per bidang atau permeter.
6. Pemerintah desa bertindak sebagai fasilitator sesuai keinginan warga, agar
rencana yang baik bisa terwujud.

Pelaku
 Pemerintah desa
 Warga
 Penyedia jasa
Pendanaan

Dalam proses rehabilitasi lahan, warga masyarakat menggunakan pendekatan


swadana berdasar luas lahan yang dipunyai, sehingga tidak ada rasa keberatan.

Keberhasilan
1. Jumlah luas lahan yang dipunyai masyarakat bertambah, sehingga hasil
panen bertambah.
Sebelum inovasi lahan tanah produktif kurang lebih 125 Ha, setelah adanya
inovasi luas lahan produktif menjadi 150 Ha
Sebelum inovasi hasil panen mencapai 5 ton/Ha tetapi setahun panen 1x
Setelah inovasi hasil panen mencapai 7 ton/Ha sekali panen dan setahun
bisa panen 2x
2. Banyaknya warga masyarakat yang merasa dirinya petani setelah
mengerjakan luas lahan yang dimilikinya sendiri.
3. Mempercepat Masa tanam 1
4. Bertambahnya lapangan pekerjaan didesa sehingga bisa menekan angka
pengangguran.
5. Menekan masyarakat desa merantau keluar kota atau menjadi buruh migran.
6. Meningkatnya kwalitas hidup masyarakat setelah bertambahnya luas lahan
persawahan.

Pembelajaran
1. Adanya potensi desa yang belum terkelola dengan maksimal dalam
pemanfaatannya, untuk itu perlu adanya revitalisasi lahan.
2. Adanya kesadaran masyarakat dalam melihat potensi yang dimiliki, hingga
mampu menemukenali kelebihan dan kekurangannya.
3. Adanya kesadaran dalam meningkatkan potensi desa harus swadana utk
kebersamaan.
Rekomendasi
1. Perlu adanya bimbingan dan fasilitasi pemerintah dalam pemeliharahan
lahan, hingga lahan yang direvitalisasi bisa berkesinambungan.
2. Perlu adanya penyedian embung dalam pengelolaan lahan yang baik, hal ini
luas lahan semakin bertambah banyak.
3. Perlu adanya bantuan sarana produksi pertanian, dengan pengeloaan
bumdesa atau posyantekdes.
4. Adanya peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan penggunakan
saprotan organik.

Kontak person
 Musono 081326487767
 Purwadi 085865419321

Lahan Inovasi
Cut lahan pertanian

Fill lahan pertanian

Anda mungkin juga menyukai