Abstrak
Batu bara merupakan sumber energi berjumlah besar yang terkandung di bumi Indonesia. Pemanfaatan
energi batu bara secara perhitungan terkini lebih ekonomis dari sumber energi lain. Kualitas batu bara secara
umum ditentukan oleh calorific value, berupa kandungan energi yang dimiliki suatu bahan per satuan
massanya. Setiap pengujian juga memerlukan parameter ketepatan pengujian. Satu parameter yang sangat
penting adalah pengujian certified reference material (CRM) yang sesuai dengan bahan uji dan hasil uji yang
diinginkan. CRM dapat diperoleh, baik berkualitas nasional maupun internasional, dengan harga yang tinggi
sesuai dengan level bahan standard tersebut. Pada tulisan ini diuraikan suatu studi pembuatan lima buah
standard internal batu bara yang berasal dari lima lokasi di Indonesia dalam penentuan calorific value. Kelima
sampel tersebut diuji berulang menggunakan Calorimeter Tipe IKA® C-2000 , dibantu dengan perhitungan
statistika mengenai kestabilan dan akurasi pengujian. Hasil analisa menunjukkan kesesuaian bahwa
kapasitas panas batu bara akan meningkat bila warnanya pun makin hitam mengkilat dan keras. Uji statistik
menunjukkan bahwa empat calon standard memiliki RSD<1% menggambarkan bahwa Pusat Survei Geologi
dapat menyediakan standard internal terhadap beberapa tingkat panas batu bara yang berbeda.
Ketersediaan bahan standard berkualitas akan membantu pengujian rutin yang dilakukan terutama dalam
segi finansial. Dengan penerapan SNI ISO/IEC 17025:2005 pada pengerjaannya, hasil studi ini dapat
dikembangkan pula sebagai tahapan awal bagi Badan Standardisasi Nasional Indonesia yang belum memiliki
acuan standard dalam pengujian panas jenis batu bara maupun wujud fisik batu bara sebagai referece
material nasional terhadap calorific value.
Kata kunci : Batu bara, bomb calorimeter, calorific value, acuan standard internal
Abstract
Indonesia has extensive source of coal as source of energy. Utility of coal is more economical than other
source of energy. The quality of coal is generally determined by calorific value, the content of energy per
mass unit. Any analysis required calibrations about the method and the result of the test. Certified reference
material (CRM) is important that should correspond to tested material and to the measurement result. CRM
could be obtained, either national and international quality. This paper describe the study on producing five
coal internal standards from five locations in Indonesia in the determination of calorific value. All of the
samples were tested using Bomb Calorimeter IKA type C-200 for more than 13 times, assisted by statistic
calculation about the whole measurement stability and accuracy. This study showed that calorific value of
coal would increase on darker and more massive samples. According to RSD<1% on four samples, Geology
Survey Centre had produced internal reference material on calorific value of several types of coal. The
availability of good quality internal standard will be useful for routine calorific value tests of coal especially in
financial term. This research applied SNI ISO/IEC 17025:2005, which suggest that this work could be
continued on producing national standard procedures and national reference materials about calorific value
test.
Keywords: coal, bomb calorimeter, calorific value, in-house reference material
1
Writers Original Document
Published and Presented at
Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta Oktober 2013
pada era tersebut sangat memerlukan batu Tingkat perubahan yang dialami batu bara, dari
bara. Kemajuan teknologi dan peradaban level gambut hingga menjadi antrasit - disebut
kemudian dapat menemukan sumber energi pengarangan – memiliki hubungan yang
lain selain batu bara, seperti: minyak bumi, penting dan hubungan tersebut disebut
panas matahari, maupun arus air pun telah sebagai ‘tingkat mutu’ batu bara. Berdasarkan
dapat dimanfaatkan. Walau demikian sumber tingkat mutu umumnya batu bara dibagi
energi yang berasal dari pelapukan tumbuhan menjadi empat level, yakni: Antrasit, bitumen,
dari jaman prasejarah ini tetap menjadi sub-bitumen dan lignit.
komoditi yang menarik untuk diteliti dan
dimanfaatkan.
Kualitas batu bara biasanya ditentukan
oleh kadar panas (calorific value) yang
terkandung didalamnya. Perangkat yang biasa
digunakan pada pengujian ini adalah bomb
calorimeter, yang telah dikembangkan menjadi
beberapa model hingga dapat menguji
berbagai bentuk sampel. Keakuratan suatu
metoda pengukuran telah menjadi hal yang
penting dalam suatu pengukuran. Keakuratan
ini dapat diujikan dengan uji suatu certified
reference material, yang memang berharga
mahal, menggunakan metoda yang sama.
Penelitian ini juga bermaksud pada efisiensi
anggaran dalam menghasilkan hasil uji
kandungan panas yang tepat pada batu bara, Gambar 1. Antrasit dengan warna mengkilat
yaitu dengan membuat sendiri bahan standard (http://en.wikipedia.org/wiki/Coal)
internal sebagai nilai kontrol pengukuran. Studi
dikerjakan menggunakan acuan SNI ISO/IEC
17025:2005, IDT pada Bagian 5 mengenai
bahan acuan. Pada sub-bab 5.6.3.2
diterangkan bahwa acuan, bila mungkin
tertelusur ke satuan pengukuran SI, atau ke
bahan acuan bersertifikat yang juga digunakan
pada studi ini. Oleh karena itu hasil penelitian
ini dapat dikembangkan pula sebagai tahapan
awal bagi Badan Standardisasi Nasional
Indonesia yang masih belum memiliki acuan
standard dalam pengujian panas jenis batu
bara
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Batu Bara
Sumber energi ini terbentuk selama ratusan Gambar 2. Bitumen, tampak keabu-abuan
juta tahun melalui pelapukan tumbuhan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Coal)
Lapukan tumbuhan ini akan mengeras dengan
adanya tekanan-tekanan yang terus menerus
berulang, walau tidak selalu dengan kekuatan
seragam (Bowen drr, 2008). Akumulasi
tumbuhan purba ini pada awalnya
berakumulasi pada daerah rawa dan lahan
gambut. Area akumulasi ini dapat berubah
kemudian melalui proses-proses geologi yang
juga akan mempengaruhi kualitas batu bara.
Secara kandungan elemental, batu bara
memiliki dua formula empiris yaitu: bitumen
(C137H97O9NS) dan antrasit (C240H90O4NS).
2
Writers Original Document
Published and Presented at
Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta Oktober 2013
3
Writers Original Document
Published and Presented at
Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta Oktober 2013
oleh Doyle drr. (2006) dengan memadukan Berdasarkan tampilan fisik, Muara Kaman
pengukuran menggunakan metoda bomb berwarna paling legam, keras dan mengkilat.
calorimeter dengan proximate composition. Toli-toli tampak tidak terlalu padat dengan
Bahkan Ogwueleka dan Ogwueleka (2010) adanya campuran warna kecoklatan pada
memanfaatkan perangkat ini terhadap beberapa bagian.
pemodelan energi yang berasal dari padatan Batu bara merupakan salah satu jenis
sampah pembuangan masyarakat kota. sampel kebumian yang lazim diperiksa. Oleh
karena itu, sampel batu bara pada studi ini
juga diambil dengan melibatkan beberapa ahli
geologi yang menerapkan tata cara geological
sampling yang sesuai. Calon standard diambil
dari suatu area berupa singkapan, bukan
berasal dari float (lepasan). Sangat diwaspadai
untuk memilih sampel dengan kenampakan
warna maupun kekerasan yang sama agar
tidak terdapat bias terhadap hasil pengukuran.
Pada lokasi pengambilan, calon standard
dimasukkan dalam plastik-plastik besar dan
tebal untuk efektifitas kerja.
Pencucian sampel menjadi fokus awal
saat sampel tiba di laboratorium. Calon
standard dicuci terlebih dahulu menggunakan
air keran biasa sebanyak dua kali pembilasan
agar kotoran maupun benda lain yang
menempel dapat dihilangkan. Hasil pencucian
Gambar 4 Skema rinci perangkat Bomb kemudian dikeringkan dalam oven pada
Calorimeter yang digunakan (Irzon dan temperatur 70oC selama 30 menit supaya air
Permanadewi, 2012) yang meresap selama pencucian maupun
cairan lainnya dapat teruapkan. Perlu diingat
bahwa proses pencucian hingga pengeringan
Akers drr. (2006) mensintesa beberapa akan efektif dengan besar bongkahan calon
jenis diesel, kemudian mengklasifikasikan jenis standard tidak lebih besar dari kepalan tangan.
diesel tersebut menggunakan bomb
calorimeter. Akurasi dan stabilitas pengujian Bomb calorimeter adalah alat uji yang
calorific value bahan bakar cair telah diteliti baik dalam pengukuran kadar panas,
oleh Irzon dan Permanadewi (2012). Saat ini berapapun besar butiran sampel. Namun,
tersedia berbagai jenis bomb calorimeter yang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik,
dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan kerja. calon standard ditumbuk hingga berbesar butir
Bahkan pada suatu jenis bomb calorimeter kira-kira 50 mesh. Hal ini mengikuti hukum
juga terdapat beberapa opsi mengenai proses fisika bahwa semakin kecil besar butir maka
pengukuran panas jenis suatu bahan. luas bidang kontak akan lebih besar dan akan
meningkatkan efektifitas proses. Butiran calon
standard kemudian dimasukkan dalam botol
gelas, diberi label dan ditutup rapat sebagai
wadah penyimpanan jangka panjang.
3. METODA PENELITIAN Timbangan AND electronic balance seri
ER-180 A yang memiliki tingkat ketelitian 0,1
mg digunakan untuk mengukur jumlah sampel
Pada uji sampel padatan ini dipilih empat yang akan diujikan. Pengukuran calorific value
sampel batu bara yang diambil dari lokasi- lima buah batu bara menggunakan Bomb
lokasi berbeda sebagai calon standard internal. calorimeter IKA Werke Tipe C2000 basic yang
Ragam pemilihan ini didasarkan atas dimiiliki oleh Pusat Survei Geologi. Perangkat
kenampakan fisik batu bara yang tidak sama, yang telah digunakan sejak tahun 2008 ini
dengan harapan bahwa standard yang telah banyak menguji Calorific value beragam
dihasilkan nanti mempunyai level yang bahan padat, baik sampel internal maupun
beragam. Calon standard dinamakan sesuai sampel luar. Setidaknya alat tersebut telah
dengan lokasi pengambilan sampel. Kelima menguji dua ratus sampel secara keseluruhan.
calon standard tersebut adalah: Tarakan, Toli-
Setiap calon standard dimasukkan ke
toli, Muara Kaman, Lahat, dan Palembang.
dalam gelas sampel dengan range sampel 0,9
4
Writers Original Document
Published and Presented at
Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta Oktober 2013
– 1,1 gr dengan AND electronic balance. Pada Matematis statistika yang dihitung dijabarkan
bomb vessel diikatkan fuse wire yang nanti seperti dibawah ini:
memanas dengan aliran listrik. Pada fuse wire
ini diikatkan yang akan terbakar dan akan
XR = (X1+X2+X3+...+Xn): n ...... 1)
membuat sampel yang ada terbakar. Semua
cotton thread (benang pembakaran) yang Md = (Σ│X - XR│): n ................. 2)
digunakan pada pengukuran memiliki standard V = (Σ (X – XR)2) : (n-1) .......... 3)
panas sebesar 220 J. Nilai kalori cotton thread S = √V ...................................... 4)
dan massa sampel harus diinput pada setting (Swinscow, 1997)
pengukuran. Pengujian dilakukan pada opsi
25oC Isobarik yang dapat dipilih saat alat
dalam kondisi on. Perangkat ini dilengkapi Hasil uji statistik terhadap lima buah calon
dengan Huber minichiller SNr: 61060/50 yang standard terangkum dalam Tabel 2.
diisi air keran sebagai penyerap kalor yang
akan dihasilkan setelah terjadi bombing pada
vessel. Sebelum pengukuran dimulai, harus
dipastikan bahwa knop gas O2 berkadar 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
99,99% telah terbuka dan akan mengalir pada
bomb vessel. Rincin bagian-bagian dari bomb Pencucian maupun penggerusan sampel batu
calorimeter dapat dilihat pada Gambar 4. bara merupakan langkah penting dalam
Bomb vessel yang berisi sampel dan analisa sifat termalnya, termasuk kadungan
cotton thread dimasukkan dalam bomb panas. Pencucian akan menurunkan
calorimeter. Untuk memulai pengukuran kandungan abu dan penggerusan akan
pastikan alat berstatus ’ready’ dan chiller memperluas bidang kontak reaksi. Penurunan
memiliki air pendingin yang berada pada level kadar abu, kandungan reaktif batu bara
mendekati maksimum. Perangkat ini juga meninggi dan sifat termalnya pun semakin baik
memiliki standard keamanan yang cukup (Ryan drr., 1999; dan Sunarjanto, 2008).
dimana bila air pada chiller tidak memadai Umumnya batu bara dengan besar butir lebih
maupun kondisi alat belum konstan makan kecil juga memiliki kandungan reaktif lebih
urutan kinerja alat akan berhenti sebelum tinggi. Pada skala industri tahapan ini
bombing dimulai. Pada kondisi normal dikerjakan dengan peralatan khusus untuk
pengukuran berlangsung kurang dari 20 menit meningkatkan kualitas produksi. Terhadap
untuk setiap pengujian. Seluruh hasil kedua tahapan ini, seluruh sampel telah
pengukuran panas jenis pada kelima calon mendapat perlakuan sama, penggerusan
standard tertera pada Tabel 1. hingga melewati besar ayakan yang sama dan
Setiap sampel mengalami pengulangan pencucian diikuti pengeringan pada 70oC.
sejak penimbangan hingga pengukuran (n =14 Sampel calon standard calorific value
- 15) secara berurutan untuk kemudian dibuat batu bara melalui pengulangan sebanyak 14 –
statistikanya. Analisa statistik akan 15 (n = 14 -15) mulai tahap penimbangan
menggambarkan kinerja perangkat bomb hingga pengukuran kandungan panas. Massa
calorimeter secara umum terhadap berbagai sampel diambil sekitar 1 gr dan diukur pada
jenis sampel cair terpilih. Parameter statistik opsi isothermal 25oC. Satuan hasil analisa
yang dikalkulasi meliputi rentang pengukuran, dapat dipilih dalam satuan panas per satuan
rataan, rataan deviasi, variansi dan standard massa yang diinginkan, disni menggunakan
deviasi. Rentang pengukuran menunjukkan satuan calori/gram (cal/g). Pada setting hasil
perbedaan pengamatan paling besar dengan analisa harus dimasukkan besarnya panas
yang paling kecil. Rataan (mean, XR) yang dikandung oleh cotton thread, sehingga
merupakan penjumlahan angka pada pembacaan alat akan langsung mengacu
pengamatan dibagi dengan jumlah kepada panas jenis bahan uji. Seluruh
pengamatan, sedangkan rataan deviasi (Md) pengujian pada penelitian ini menggunakan
merupakan rata-rata dari seluruh perbedaan benang pembakaran yang sama yakni 220 J.
pengamatan dibagi dengan banyaknya jumlah Kenampakan fisik merupakan landasan
banyaknya pengamatan (diambil nilai mutlak). sederhana dalam penentuan kualitas batu bara
Rata-rata perbedaan antara mean dengan nilai adalah warna dan kekerasannya. Beberapa
masing-masing obserfasi disebut variansi (V). penulis telah menyimpulkan bahwa kandungan
Standard deviasi juga sering disebut dengan panas batu bara akan lebih besar pada sampel
simpangan baku yakni nilai yang menunjukkan yang makin keras, Rojek dan Stabik (2009)
tingkat variansi suatu kelompok data (S). makin menasbihkan hal ini dengan beragam
5
Writers Original Document
Published and Presented at
Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta Oktober 2013
hardness test (tingkat kekerasan). Sampel dari value paling tinggi (8.030 cal/g) sedangkan
wilayah toil-toli tampak lebih kusam, mirip Toli-toli paling rendah (2.190 cal g). Level
arang, dan lebih mudah hancur. Kenampakan kandungan panas makin meninggi pada bahan
warna bahan uji dari Palembang lebih hitam uji dari Palembang, Lahat, kemudian Tarakan
dibanding dengan dari Toli-toli, namun dengan nilai 4.039 cal/g, 6.046 cal/g, 6.212
kekuatan tekannya tidak jauh berbeda. Batu cal/g secara berurutan. Pengukuran panas
bara dari Tarakan dan Lahat berwarna hitam, jenis ini sesuai dengan kenampakan fisik yang
agak mengkilat, mengkilat walau kalah telah diuraikan sebelumnya.
binarnya dengan bahan dari Muara Kaman.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa
sampel dari Muara Kaman memiliki calorific
Studi ini bertujuan membuat bahan yang akurat. Hal ini mengacu terhadap deviasi
standard internal (Laboratorium Geologi – yang sangat kecil yaitu <0,7 %, kecuali sampel
Pusat Survei Geologi) pengukuran calorific Toli-toli (2,87%). Perhitungan rentang hasil uji
value dengan penggunaan beragam jenis batu yang juga rendah yakni ±<2,1% dari nilai rata-
bara. Sampel standard memerlukan kalibrasi rata kecuali bahan uji dari Toli-toli (rentang
dan standardisasi yang memadai. Perangkat analisa ± 11,6 % terhadap rata-rata).
timbangan dan ayakan yang dimiliki Perhitungan statistika pada Tabel 2.
laboratorium ini telah terkalibrasi. Metoda menunjukkan bahwa sampel Toli-toli memiliki
analisa adalah metoda yang banyak dipakai rentang hasil uji paling lebar dibanding dengan
peneliti (Seperti: Wadso drr., 2001; Nunez- lainnya (255). Pada sisi lain nilai rataan Toli-
Regueira drr., 2004; dan Doyle drr., 2006). toli, yaitu hanya 2.190 cal/g. Sampel ini
Pengujian terhadap semua sampel dilakukan memiliki satu nilai yang anomali yaitu 2.327
berulang sehingga dapat diterapkan cal/g karena nilai ini jauh dibanding dengan
perhitungan statistikanya. hasil analisa pengulangan lainnya. Satu angka
Statistika pengukuran, sebagaimana inilah yang menjadi penyebab deviasi Toli-toli
terurai pada Tabel 1., menunjukkan bahwa meninggi, karena rataannya pun kecil.
hamprir seluruh sampel menghasilkan data
yang stabil sehingga merupakan pengukuran
6
Writers Original Document
Published and Presented at
Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta Oktober 2013
7
Writers Original Document
Published and Presented at
Prosiding PPI Standardisasi, Jakarta Oktober 2013