Anda di halaman 1dari 33

MICROTEACHING

“Keterampilan Melakukan Variasi Pembelajaran”

Oleh:
REZKI AFIFAH
1501050038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan


karunia-Nyalah sehingga penyusunan modul yang berjudul
“Keterampilan Melakukan Variasi” dapat diselesaikan dengan baik.
Selesainya penyusunan modul ini berkat bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Amiruddin Supu, S.Pd., M.Si selaku dosen


pengampu mata kuliah Microteaching yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan
bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusunan modul ini.

2. Rekan-rekan di kelas Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas


Nusa Cendana.

3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada


keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan
bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis dalam
menyelesaikan modul ini.

Penyusun menyadari modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh


karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan oleh penyusun untuk kemajuan modul ini kedepannya.
Akhirnya penyusun berharap semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Aamiin.

Kupang, Maret 2018

2
Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Pengantar 1
Capaian Pembelajaran 2
Uraian Materi 3
Rangkuman 24
Latihan 26
Soal dan Kunci 27
Daftar Pustaka 29

3
4
PENGANTAR

Guru merupakan sosok yang digugu dan ditiru. Program kelas


tidak akan berarti bilamana tidak diwujudkan menjadi kegiatan. Untuk
itu peranan guru sangat menentukan karena kedudukannya sebagai
pemimpin pendidikan di antara siswa di dalam suatu kelas. Semua
usaha yang dilakukan guru di dalam pembelajaran mengacu pada
bagaimana memfasilitasi siswa mencapai kompetensi yang sudah
ditetapkan.
Pencapaian kompetensi tidak mungkin terjadi tanpa melibatkan
secara langsung di dalam pembelajaran. Oleh sebab itu guru mestinya
membuat pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpartisipasi
secara aktif di dalam proses pembelajaran. Dan untuk menghindari
kebosanan siswa maka guru harus terampil dalam mengadakan variasi
dalam proses pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi
menyenangkan dan tidak membosankan.
Disaat siswa melakukan Partisipasi di dalam pembelajaran
sebaiknya diberikan tanggapan balik oleh guru sehingga siswa
termotivasi untuk mengulangi aktivitas tersebut dengan kualitas yang
lebih baik. Tanggapan yang diberikan guru sesaat setelah siswa
berpartisipasi disebut penguatan atau reinforcement. Berbagai bentuk
penguatan dapat dikombinasikan oleh guru, sehingga tidak terkesan
mengada-ada, tidak alami atau tidak spontan.
Keterampilan dasar memberikan penguatan perlu dimiliki oleh
seorang guru, karena terkadang guru suka bersikap dingin terhadap
respon yang diberikan siswa ketika di kelas. Sepertinya pemikiran
tersebut tidak dihargai. Tentu hal ini dapat mengakibatkan
melemahnya motivasi dalam belajar. Tanpa motivasi, mungkin tidak
akan tercipta pembelajaran yang kondusif. Dengan demikian, seorang
guru harus mampu untuk menjaga motivasi belajar siswanya agar
dapat mencapai suatu hasil yang optimal ketika melakukan suatu
proses pembelajaran.
Dengan memperbaiki gaya mengajar saja belum dapat
mengatasi persoalan yang terjadi namun, dengan harapan
bervariasinya proses pembelajaran yang diberikan akan membuat
siswa nyaman melaksanakan pembelajaran dikelas dan kelas menjadi
lebih kondusif.
Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran yang sesuai
dengan apa yang diinginkan guru. Guru harus selalu siap dengan
segala perubahan siswa, mulai dari rasa bosan, jenuh, ngantuk saat
jam pelajaran siang, tidak fokus ataupun siswa ramai sendiri saat guru
menjelaskan didepan kelas. Oleh karena itu guru harus mempunyai
keterampilan memvariasi jika dikiranya psiswa sudah mulai jenuh
dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Berbagai variasi dapat dilakukan oleh guru, untuk
membangun kondisi yang kondusif di dalam pembelajaran. Tentu saja
variasi tersebut tidak sembarangan dilakukan, harus mengandung
nilai-nilai pendidikan. Oleh sebab itu guru harus tahu betul bagaimana
variasi yang tepat guna dapat dilakukan.

2
CAPAIAN PEMBELAJARAN

Salah satu komponen belajar mengajar adalah keterampilan


dasar mengajar yang termasuk di dalamnya keterampilan mengadakan
variasi yang berguna untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan yang
dialami siswa dalam kegiatan atau proses pembelajaran dan juga
untuk mengatasi kondisi ruangan yang tidak nyaman, penampilan
guru kurang disukai peserta didik serta materi yang diajarkan kurang
menarik.
Dalam modul kali ini diharapkan calon guru dapat
menganalisis dan menjelaskan apa itu keterampilan mengadakan
variasi, bagaimana cara melakukan variasi, apa tujuan variasi dan
variasi apa yang kiranya sesuai dengan apa yang dibutuhkan didalam
kelas.

3
URAIAN MATERI

1. Pengertian Keterampilan Variasi


Secara umum keterampilan variasi adalah keterampilan
Guru untuk menjaga agar iklim pembelajaran tetap menarik
perhatian, tidak membosankan, sehingga siswa menunjukkan
sikap antusias dan ketekunan, penuh gairah, dan berpartisipasi
aktif dalam setiap langkah kegiatan pembelajaran. Dalam
model-model pembelajaran sebagai implementasi Kurikulum
Berbasis Kompetensi, keterampilan ini sangat diperlukan bagi
setiap guru. Sebab Kurikulum Berbasis Kompetensi
mengharapkan siswa berpartisipasi aktif dalam setiap tahapan
proses pembelajaran. Dalam konteks inilah guru perlu menjaga
agar iklim belajar tetap kondusif dan menyenangkan.
Setiap orang memiliki kejenuhan dalam pembelajaran
merasa bosan, jenuh, kurang bergairah, bahkan mengantuk
biasanya muncul kondisi semacam ini disebabkan penyajian
guru anda yang kurang menarik, sehingga anda menginginkan
agar proses pembelajaran cepat usai. Untuk menghindari
kebosanan siswa dalam pembelajaran, guru perlu memiliki
keterampilan variasi stimulus.
Peserta didik adalah memiliki individu yang unit,
heterogen dan memiliki intres yang berbeda-bedap, siswa ada
yang memiliki kecenderungan auditif, yaitu senang
mendengarkan, visual, senang melihat dan kecenderungan
kinestetik, yaitu senang melakukan. Kerena itulah guru harus
memiliki kemampuan mengadakan variasi dalam kegiatan
pembelajaran. Penggunaan multisumber, multimedia,
multimetode, multistrategi, dan multimodel. Biarlah
pembelajaran dilakukan secara klasikal, tapi sentuhan harus
individual.
Artinya guru perlu menggunakan ceramah untuk
siswayang auditif, guru perlu menggunakan media, alat peraga
untuk siswa yang visual, dan guru harus mengadakan diskusi,
eksperimen, demonstrasi, dan praktik untuk siswa yang kinetik.
Bila guru telah melakukan hal tersebut bearti guru telah
4
menyentuh masing-masing intres siswa. Disamping itu,
penggunaan variasi dalam kegiatan pembelajaran ditujukan
untuk mengatasi kejenuhan dan kebosanan siswa karena
pembelajaran yang monoton, dengan mengadakan variasi dalam
kegiatan pembelajaran diharapkan pembelajaran lebih
bermakna dan optimal, sehingga siswa senantiasa menunjukkan
ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi dalam kegiatan
pembelajaran.
Guru yang mampu menghadirkan proses pembelajaran
yang bervariasi itu lah guru yang telah memenuhi persyaratan-
persyaratan tersebut dan kemungkinan besar kejenuhan tidak
akan terjadi. Kejenuhan siswa dalam memperoleh pelajaran
yang diamati selama proses pembelajaran berlangsung seperti
kurang berpartisipasi aktif, mengantuk, mengobrol sesama
teman atau pura-pura mau kekamar kecil hanya untuk
menghindari kebosanan. Karenanya, pembelajaran yang
bervariasi sangat urgen sehingga situasi dan kondisi belajar
mengajar berjalan normal.
Dalam proses pembelajaran variasi memiliki beberapa
tujuan dimana menurut Pupuh Fathurahman dan M. Sobry
Sutikno menjelaskan bahwa dalam konteks pembelajaran
variasi diperlukan dengan tujuan :
a. Agar Perhatian Siswa Meningkat
Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa
dituntut untuk memperhatikan materi, sikap dan teladan
yang diberikan guru. Apabila perhatian siswa berkurang
apalagi tidak memperhatikan sama sekali, sulit diharapkan
jika siswa mengetahui dan memahami apa yang diuraikan
guru. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran akan tercapai
manakala kendala-kendala diatas dapat teratasi, disamping
siswa mau dan mampu mencerna pelajaran yang diberikan
gurudengan penuh perhatian. Dengan perhatian penuh
tersebut diharapkan siswa akan mampu menguasai materi
pelajaran yang diberikan guru.

5
b. Motivasi Siswa
Menurut George R. Terry Motivasi adalah keinginan
dalam diri seorang individu yang mendorongnya untuk
bertindak. Sedangkan menurut Harold Koonts motivasi
menunjukan dorongan dan usaha untuk memenuhi atau
memuaskan suatu kebutuhan atau untuk mencapai suatu
tujuan. oleh karena itu sesuai definisi tersebut didalam
belajar guru dapat mengamati perbedaan prestasi siswa yang
satu dengan yang lainnya hasil pengamatan niscaya akan
menunjukan bahwa semakin tinggi prestasi yang dicapai
seorang siswa salah satunya terkait dengan besarnya
motivasi yang ia miliki. Dengan demikian dapat ditegaskan
bahwa motivasi memegang peranan penting dalam belajar
siswa yang tidak memiliki motivasi belajar, dengan
demikian tidak akan mendapatkan kualitas belajar dan
prestasi yang baik. Selain sendiri harus menjaga
motivasiguru hendaklah membantu siswa untuk menjagadan
meningkatkan motivasi belajarnya.
Dalam konteks itulah variasi belajar yang dilakukan
oleh guru berkontribusi besar untuk membantu siswa agar
lebih termotivasi dalam belajar memang terdapat banyak
siswa milih-milih pelajaran berdasarkan kesenangannya. Hal
yang paling sering terjadi siswa kurang termotivasi untuk
belajar Fisika. Hal ini terjadi bukan disebabkan oleh
pandangan siswa bahwa Fisika sulit tetapi kemungkinan
guru Fisika kurang mampu menampilkan pelajaran
matematika dengan berbagai variasi.
Pada setiap siswa sesungguhnya memiliki potensi
yang sama terhadap motivasi, atau lazim disebut dengan
“motivasi intrinsik” peranan guru dalam hal ini ada dua
pertama mempertebal motivasi intrinsik siswa, kedua, guru
merupakan faktor motivasi intrinsik atau motivasi ekstrinsik
atau motivasi belajar melalui pengajaran bervariasi itulah
bearti guru telah mampu menghadirkan motivasi ekstrinsik.

6
c. Menjaga Wibawa Guru
Guru hendaklah menyadari bahwa kehadiranya
sewaktu mengajar tidak seluruh siswa menyenanginya.
Banyak guru yang kehadirannya dikelas disambut dengan
senyum kecut, ditertawai, bahkanadakalanya siswa
mengunjing guru baik melalui singgungan (tidak langsung)
atau mengunjing ketika guru itu selesai mengajar. Kondisi
ini akan berpengaruh buruk terhadap penerimaan materi
pelajaran siswa. Dengan kata lain, siswa tidak akan optimal
mengikuti dan memperoleh pengajaran dari guru. Faktor
ketidaksenangan siswa terhadap guru umumnya terjadi
sebagai reaksi terhadap prilaku guru selama memgajar.
Umpamanya, ketika mengajar guru duduk saja
sehingga umpamanya siswa menyebutnya “pak Ambeyen”
atau guru hanya menggunakan ceramah saja sehingga tidak
pernah melakukan tulis menulis dipapan tulis sehingga
umpamanya siswa menyebutnya “tukang obat” gunjingan
tersebut dengan jelas merendahkan guru dimata siswa tetapi
seorang guru harus menjadi panutan bagi siswanya.
Untuk menghindari berbagai kejadian yang dapat
merendahkan wibawa guru salah satunya guru harus mampu
mengajar dengan penuh percaya diri memiliki kesiapan
mental dan intelektual memiliki kekayaan metode keluasan
tehnik dan sebagainya. Dengan kata lain guru harus
memiliki bentuk dan model pengajaran yang bervariasi.

d. Mendorong Kelengkapan Fasilitas Pengajaran


Aspek lain yang sangat penting bagi kemampuan guru
memiliki variasi mengajar bergantung dari ketersediaan
fasilitas yang ada dikelas atau sekolah. Sebab sangat disadari
bahwa fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus
ada disekolah fungsi fasilitas antara lain sebagai alat bantu,
peraga dan sumber belajar. Jika guru mampu menghadirkan
pengajaran yang bervariasi maka akan sendirinya akan
memicu sekolah menyediakan berbagai fasilitas yang
mendukung bagi penggunaan pengajaran yang bervariai.
7
Atau setidaknya siswa secara aktif menyediakan berbagai
fasilitas yang memungkinkan ketika guru mengajar tersedia
fasilitas yang memadai.

2. Jenis - Jenis Variasi


Minimal ada tiga jenis variasi stimulus yang dapat
dilakukan guru, yaitu:
a. Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan
proses pembelajaran.
b. Variasi dalam mengunakan media atau alat bantu
pembelajaran.
c. Varisasi dalam melakukan pola interaksi.

3. Teknik-teknik Variasi Stimulus

Sesuai dengan jenisnya, teknik-teknik yang dapat


digunakan dalam melakukan variasi stimulus dijelaskan berikut
ini :

a. Variasi pada Waktu Melaksanakan Proses Pembelajaran


Untuk menjaga agar proses pembelajaran tetap
kondusif, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan yaitu :
 Penggunaan variasi suara (teacher voice)
Dalam suatu proses pembelajaran bisa terjadi
kurangnya perhatian siswa disebabkan oleh guru,
mungkin terlalu lemah sehingga suaranya tak bisa
ditagkap oleh seluruh siswa atau pengucapan kalimat
yang kurang jelas (ngosom). Guru yang baik akan
terampil mengatur volume suaranya, sehingga pesan
akan mudah ditangkap dan dipahami oleh seluruh
siswa. Guru harus mampu mengatur suara kapan ia
harus mengeraskan suaranya, dan kapan harus
melemahkan suaranya. Ia juga akan mampu mengatur
irama suara sesuai dengan isi pesan yang
disampaikan. Melalui intonasi dan pengaturan suara

8
yang baik dapat membuat siswa bergairah dalam
belajar, sehingga proses pembelajaran tidak
membosankan.

 Pemusatan perhatian
Memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang
dianggap penting dapat dilakukan oleh guru untuk
memfokuskan perhatian siswa. Misalnya, dengan
mengajak siswa untuk memperhatikan sesuatu
bersama-sama melalui kalimat: “Coba anda
perhatikan dengan saksama bagian ini. . .!” focusing
diperlukan untuk minta perhatian khusus dari siswa
terhadap hal-hal yang spesifik.

 Kebisuan Guru (teacher slience).


Ada kalanya guru dituntut untuk tidak berkata
apa-apa. Teknik ini bisa digunakan untuk menarik
perhatian siswa. Teknik ini dilakukan manakala siswa
dalam keadaan ribut, kemudian cobalah diam sambil
menatap mereka satu persatu, pasti mereka akan diam
dengan kebisuan guru dapat menarik perhatian siswa.
Oleh sebab itu teknik “diam” dapat digunakan sebagai
alat untuk menstimulasi ketenagan dalam belajar.

 Mengadakan kontak pandang (eye contact).


Setiap siswa membutuhkan perhatian dan
penghargaan. Guru yang baik akan memberikan
perhatian kepada siswa melalui kontak mata yang
terjaga terus-menerus dapat menumbuhkan
kepercayaan dari diri siswa. Pandang setiap mata
siswa dengan penuh perhatian sebagai tanda bahwa
kita memperhatikan mereka bahwa apa yang
dikatakan akan sangat bermanfaat untuk mereka,
bahwa kontak mata dapat menjadi magnet untuk
menarik perhatian setiap siswa.

9
 Gerak guru teacher (teacher movement).
Gerakan-gerakan guru didalam kelas dapat
menjadi daya tarik tersendiri untuk merebut perhatian
siswa. Guru yang baik akan terampil mengekpresikan
wajah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan.
Gerakan-gerakan guru dapat membantu untuk
kelancaran berkomunikasi, sehingga pesan yang
disampaikan mudah dipahami dan diterima oleh
siswa.

 Mimik dan Gerakan Badan


Mimik dan gerakan badan merupakan alat
komunikasi yang efektif. Menurut Sardiman gerakan
yang baik adalah gerakan yang efektif dan efisien,
artinya gerakan yang cukup tetapi benar-benar
mendukung penjelasan atau uraian guru. Mimik dan
gerakan badan guru hendaknya selalu mengalami
variasi dalam proses belajar-mengajar karena
disamping menarik perhatian siswa juga dapat
diartikan sebagai maksud dari pesan-pesan tertentu.
Dengan menggunakan mimik dan gerakan badan ini
lebih efektif digunakan dari pada dengan
menggunakan bahasa yang bertele-tele. Mimik dan
gerakan badan harus dilakukan sesuai dengan
pembawaan guru sendiri, tujuan yang ingin
disampaikan, serta latar belakang sosial budaya di
daerah masing-masing. Mimik dan gerakan badan
yang dapat divariasikan antara lain :

- Ekspresi Wajah
Dalam pembelajaran mimic atau ekspresi
wajah, seorang guru jangan melakukan ekspresi
tersebut setengah-setengah atau terlalu over akting
karena itu akan membuat bingung siswa-siswanya.
Jadi ekspresi wajah ini harus dilakukan dengan

10
yakin dan sungguh-sungguh, agar apa yang guru
sampaikan dapat ditangkap maknanya oleh siswa.
Perubahan pada ekspresi wajah yaitu seperti:
tersenyum, menggerutkan kening, mengangkat
alis, cemberut, dan tertawa untuk menunjukkan
kagum, tercengang, atau heran.
- Gerakan Kepala
Dalam proses pembelajaran tentu seorang
guru harus dapat memberikan gerakan-gerakan
tertentu pada daerah kepala, seperti melakukan
gerakan dengan menggeleng, mengangguk, tegak
atau mengangkat kepala, menunduk. Gerakan ini
dilakukan untuk menunjukkan setuju atau
sebaliknya dan gerakan ini dilakukan agar ada
variasi yang terjadi selama proses pembelajaran.
- Gerakan Tangan
Gerakan tangan, juga termasuk variasi
dalam gaya mengajar. Gerakan tangan sama
fungsinya dengan yang lain yaitu untuk
menegaskan suatu point-point penting dalam
pembahasan yang diajarkan oleh guru. Selain itu
gerakan tangan juga dapat digunakan untuk
menunjukkan suatu pujian terhadap keberhasilan
siswa. Gerakan tangan dapat berupa mengangkat
tangan, mengacungkan jempol, mengepalkan tinju
untuk menegaskan, bertepuk tangan. Akan tetapi
dalam menggunakan gerakan tangan guru harus
berhati-hati agar apa yang digunakan tidak
menyalahi aturan daerah setempat. Contohnya :
Guru mengatakan bumi itu bulat sambil membuat
gerakan dengan kedua tangan yang
menggambarkan bentuk bulat.

f. Perubahan Dalam Posisi Guru


Posisi guru ketika mengajar didalam kelas
juga berpengaruh kepada kegairahan siswa belajar.

11
Sehingga pergantian posisi guru diwaktu mengajar
juga sangat perlu diadakan variasi. Kalau guru
dalam mengajar dari awal hingga akhir hanya
duduk-duduk saja maka siswa biasanya akan
merasa bosan dengan penjelasan guru, sehingga
dengan sendirinya minat belajar pun akan
menurun. Dan pada akhirnya tujuan pembelajaran
tidak dapat terpacai dengan efektif dan efisien.
Demikian juga sebaliknya jika guru yang
hanya menjelaskan dengan berdiri saja didepan
kelas seperti orang khutbah jum’at, dari awal
hingga akhir maka hal ini pun akan mendatangkan
kebosanan belajar siswa. Untuk itu maka posisi
guru selama pelaksanakan proses belajar-mengajar
hendaknya dapat divariasikan agar siswa dapat
lebih berantusias dalam mengikuti pelajaran.
Variasi dalam posisi guru didalam kelas
dapat dilakukan dengan cara kebelakang, kekiri,
kekanan, berdiri, duduk, mendekati siswa dan
sebagainya. Semua variasi ini dilakukan dengan
maksud-maksud tertentu yang disesuaikan dengan
situasi pada waktu itu, dan hendaknya variasi ini
dilakukan secara wajar tidak berlebihan.

b. Variasi dalam penggunaan media dan alat pembelajaran


Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi.
Yang menjadi masalah adalah bagaimana agar proses
komunikasi itu berjalan dengan afektif agar pesan yang ingin
disampaikan dapat diterima secara utuh. Untuk kepentingan
tersebut, guru perlu mengunakan variasi dalam penggunaan
media dan alat pembelajaran.
Secara umum ada tiga bentuk media, yaitu media
yang dapat didengar, dapat dilihat, dan dapat diraba. Untuk
bisa mempertinggi perhatian siswa, guru perlu menggunakan
setiap media sesuai dengan kebutuhan.

12
Variasi penggunaan media dan alat pembelajaran
dapat dilakukan sebagai berikut :
 Dengan menggunakan variasi media yang dapat
dilihat (visual) seperti menggunakan gambar, slide,
foto, bagan, dan lain-lain.
 Variasi alat atau media yag bisa didengar (auditif)
seperti menggunakan radio, musik, deklamasi, puisi,
dan lain sebagainya.
 Variasi alat atau bahan yang dapat diraba,
dimanipulasi, dan digerakkan (motorik). Pemanfaatan
media semacam ini dapat menarik perhatian siswa,
sebab siswa dapat secara langsung membentuk dan
memperagakan kegiatannya, baik secara perorangan
ataupun secara kelompok. Yang termasuk kedalam
alat dan media ini adalah berbagai macam peragaan,
model, dan lain sebagainya.

c. Variasi dalam interaksi.


Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa
dengan lingkungannya. Guru perlu membangun interaksi
secara penuh dengan memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada siswa untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Kesalahan yang sering terjadi selama proses
pembelajaran berlangsung guru hanya menggunakan pola
interaksi satu arah, yaitu dari guru ke siswa. Pola interaksi
yang demikian bukan dapat membuat iklim pembelajaran
menjadi statistkik, tetapidapat memasung kreatifitas siswa.
Oleh sebab itu, guru perlu menggunakan variasi interaksi
dua arah, yaitu pola interaksi siswa-guru-siswa, bahkan pola
interaksi multi arah.
Interaksi-interaksi yang dikembangkan oleh guru di
dalam kegiatan pembelajaran, mengacu pad empat interaksi;
yaitu interaksi siswa-guru, guru-siswa, siswa-siswa, dan
siswa media pembelajaran. Imteraksi tersebut dikembangkan
lewat beberapa pola interaksi yang ditata oleh guru. Dalam
hal ini guru menjadi sutradara. Guru dapat memilih,
13
menggabungkan, menggunakan scara bergantian pola-pola
berikut :
 Diskusi Kelas
Pola interaksi ini tepat digunakan pada saat
membuka, menutup, memberikan penjelasan-penjelasan
penting yang harus diketahui dan dipahami oleh semua
anak, mencari kesepakatan, merangkum dan membuat
kesimpulan. Seyogianya pola ini tidak digunakan
sepanjang proses pembelajaran, karena terlalu lama
menggunakan ini bisa berakibat muncul kejenuhan pada
sebagian siswa.
Pola diskusi kelas dapat dikombinasikan dengan
pola lain dengan strategi yang disesuaikan dengan
karakter anak dan kondisi kelas pada saat pembelajaran
berlangsung.

 Diskusi Kelompok
Diskusi kelas dapat dikombinasikan dengan
diskusi kelompok. Pada diskusi kelompok kesempatan
untuk aktif benjadi lebih besar. Terutama bagi siswa yang
pemalu dan pendiam. Di dalam kelompok kecil siswa
bertukar pikiran hanya dengan beberapa orang teman,
sehingga komunikasi menjadi lebih efektif.
Diskusi kelompok yang direncanakan secara
matang, akan memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan diskusi kelas. Apalagi kalau guru bisa
menjalankan perannya sebagai fasilitator, motivator, dan
mediator. Menggabungkan diskusi kelompok dengan
presentasi membantu guru menyatukan pendapat siswa
melalui pendapat mereka sendiri. Jadi pada satu sisi anak
lebih paham, pada sisi lain tugas guru menjadi lebih
ringan.

 Demonstrasi
Menarik perhatian siswa, membuat siswa lebih
mudah memahami konsep-konsep fisika yang diajarkan,
dan menghidupkan suasana kelas dapat dilakukan guru
14
melalui bantuan demonstrasi. Bila guru menguasai
tatacara demonstrasi dan cekatan di dalam
memperagakan atau trampil dalam menggunakan alat,
membantu anak cepat menyerap materi ajar.
Guru dapat melibatkan anak di dalam melakukan
demonstrasi. Guru dapat memilih strategi demonstrasi
yang cocok dengan karakter anak dan kondisi kelas.
Kegiatan demonstrasi yang dilengkapi dengan latihan
tentang konsep-konsep fisika dan aplikasinya, diharapkan
memberikan hasil yang lebih baik. Jadi ada tindak lanjut
dari demonstrasi yang dilakukan.

 Pembelajaran perorangan
Selama proses pembelajaran berlangsung semua
siswa berhak untuk mendapatkan perhatian khusus dari
guru. Di dalam kelas biasanya ada anak yang butuh
bantuan khusus untuk bisa aktif di dalam diskusi kelas
dan diskusi kelompok. Untuk itu guru perlu mendorong
anak tersebut agar berani mengemukakan pendapat di
forum diskusi kelas maupun diskusi kelompok.
Walaupun guru sedang menerapkan diskusi kelas
atau diskusi kelompok, anak yang terlalu aktif perlu
disadarkan untuk berbagi kesempatan dengan temannya.
Sebaliknya anak yang terlalu pasif harus didorong supaya
menjadi aktif berpartisipasi. Dengan kata lain pendekatan
pribadi harus tetap ada di tengah pendekatan klasikal dan
kelompok.
Sepanjang kegiatan pembelajaran diharapkan guru
trampil menvariasikan atau mengkombinasikan
pendekatan klasikal, kelompok dan perorangan. Agar
siswa tidak bosan, guru memanfaatkan waktu secara
efektif, dan tujuan pembelajaran trcapai denga cara lebih
mudah.

15
d. Prinsip-prinsip penggunaan Keterampilan variasi
Dalam menerapkan keterampilan dasar mengajar
mengadakan variasi perlu diperhatikan bebrapa prinsip yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan sebagai berikut :
 Variasi hendaknya digunakan dengan maksud tertentu,
relevan dengan tujuan yan dicapai, sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa dan hakekat pendidikan. Penggunaan
variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan.
Sebaliknya pemakaian yang berlebihan akan
menimbulkan kebingungan, malahan dapat menganggu
proses belajar mengajar.
 Variasi harus digunakan secara lancar dan
berkesinambungan sehingga tidak merusak perhatian
siswa dan tidak menganggu pelajaran.
 Sejalan dengan prinsip 1 dan 2, komponen variasi
tertentu memerlukan susunan perencanaan yang baik.
Artinya secara eksplisit dicantumkan dalam rencana
pelajaran. Akan tetapi, apabila diperlukan, komponen
keterampilan tersebut dapat digunakan secara luwes dan
spontan, sesuai dengan pengembangan proses dalam
belajar mengajar dan balikan dari siswa selama pelajaran
berlangsung.

3. Tujuan dan Manfaat Keterampilan Variasi


Penggunaan variasi terutama di tujukan terhadap
perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan
mengadakan variasi dimaksud adalah :
a. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap
Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar perhatian dari
siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat
dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang
tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena
hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan
bahan yang di berikan guru.

16
Dalam jumlah siswa yang besar biasanya
ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar
perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang
diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya.
Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai
sasaran, situasi di luar kelas yang di rasakan siswa lebih
menrik daripada materi pelajaran yang diberikan guru,
siswa yang kurang menyenangi materi pelajaran yang di
berikan guru.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam
proses belajar mengajar,karena dengan perhatian yang
diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang Guru
jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran yang akan dicapai. Tercapainya tujuan
pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai
penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatau
pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran adalah terjadinya perubahan didalam diri
siswa. Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa
dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan
pembelajaran. Karena itu, Guru selalu memperhatikan
variasi mengajarnya, apakah sudah dapat meningkatkan
dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang
dijelaskan atau belum.

b. Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Mempelajari


Sesuatu
Motivasi memegang peranan penting dalam
belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan
baik dan tekun jika tidak ada motivasi di dalam dirinya.
Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan
melakukan kegiatan belajar. Maka dari itu, Guru selalu
memperhatikan masalah motivasi ini dan berusaha agar
tetap tergejolak didalam diri setiap siswa selama
pelajaran berlangsung. Dalam proses belajar mengajar
dikelas, tidak setiap siswa mempunyai motivasi yang

17
sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu boleh
jadi jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi untuk
bahan yang lain boleh jadi siswa tersebut tidak
menyenanginya. Ini merupakan masalah bagi Guru dalam
setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu
dihadapkan pada masalah motivasi. Guru selalu ingin
memberikan motivasi terhadap siswanya yang kurang
memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi
pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi Guru.
Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi
instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan
kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan Guru.
Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di
sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar
memecahkan perhatiannya.
Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di
dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan
dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini
peranan Guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi
motivasi, yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong
manusia untuk berbuat motivasi sebagai alat yang
menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat
untuk menyeleksi perbuatan.

c. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah


Suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
dikelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap
seorang Guru. Konsekuensinya bidang studi yang
dipegang oleh Guru tersebut juga menjadi tidak
disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap
dan perbuatan ketika Guru tersebut sedang memberikan
materi pelajaran di kelas. Kurang senangnya seorang
siswa terhadap Guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar
Guru yang kurang bervariasi. Gaya mengajar Guru tidak

18
sejalan dengan gaya belajar siswa. Metode mengajar
yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya
menggunakan metode ceramah untuk setiap kali
melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah
terlihat menggunakan metode lain. Misalnya metode
diskusi, resitasi, tanya jawab, problem solving atau cerita.
Ketika mengajar, guru selalu duduk dengan
santainya di kursi, tak peduli bagaimana tingkah laku dan
perbuatan anak didik, adalah jalan pengajaran yang cepat
membosankan. Guru kurang dapat menguasai keadaan
kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-
sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang
menguntungkan bagi kedua belah pihak, yaitu guru dan
siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang
membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa.
Guru yang bijaksana adalah guru yang yang pandai
menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa.
Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru
dan siswa selalu ingin dekat dengan guru. Dikarenakan
gaya mengajar dan pendekatannnya yang sesuai dengan
psikologis siswa.

d. Melayani Gaya Belajar Siswa yang Beranekaragam


Sebagai seseorang guru dituntut untuk mempunyai
berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam
mengajar. Penguasaan metode mengajar yang di tuntut
kepada guru tidak hanya satu atau dua metode, tetapi
lebih banyak dari itu. Karena diakui, penguasaan metode
mengajar dalam jumlah yang banyak lebih
memungkinkan guru untuk melakukan pemilihan metode,
mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang
tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap
bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan
lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian
juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam
mengajar di kelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan

19
tersebut (metode, media dan pembelajaran) memudahkan
bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar.
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang
harus ada disekolah. Fungsinya berguna sebagai alat
bantu pengajaran, alat peraga, dan sebagai sumber
belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak
pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar
mempengaruhi pemilihan yang harus dilakukan. sangat
terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit
alternative yang tersedia untuk melakukan pemilihan.
Misalnya, kurangnya buku yang tesedia untuk suatu
bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih
dominan dan sulit bagi guru untuk melakukan
pendekatan individual. Kurangnya fasilitas untuk
bidang studi IPA (biologi, kimia, atau fisika)
menyebabkan kurangnya keampuhan metode
demonstrasi atau metode eksperimin. Maka alternatif
yang sangat terpaksa guru lakukan adalah memilih
metode ceramah dan metode Tanya jawab, ketimbang
tidak ada kegiatan sama sekali.

e. Mendorong Anak Didik untuk Belajar


Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas
guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua
kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran
yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran
yang kondusif adalah lingkungan yang mampu
mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga
berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Belajar
memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak
didik yaitu motivasi instrinsik yang lahir dari kesadaran
akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya
jarang ditemukan bahwa semua anak didik mempunyai
motivasi instrinsik yang sama. Artinya, setiap anak
yang hadir didalam kelas selalu membawa motivasi
yang berbeda. Perbedaan motivasi itu terlihat dari sikap
20
dan perbuatan mereka ketika menerima materi
pelajaran dari guru.
Pada satu sisi ada anak didik yang senang
menerima materi pelajaran tertentu, tetapi dilain pihak
ada juga anak didik yang kurang senang menerima
materi pelajaran tertentu. Gejalanya terlihat ada anak
didik yang malas mencatat, malas memperhatikan
penjelasan guru, dan sebagainya. Gejala adanya anak
didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru
tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat
proses belajar mengajar. Disini lah diperlukan peranan
guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar
yang mampu mendorong anak didik untuk senang dan
bergairah belajar. Untuk hal ini cara tepat yang harus
guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar,
baik dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media
dan bahan pengajaran, maupun dalam interaksi guru
dengan anak didik.

Sedangkan manfaat keterampilan variasi dalam


proses pembelajaran adalah :
1. Menumbuhkan perhatian peserta didik.
2. Melibatkan peserta didik berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan proses pembelajaran.
3. Dengan bervariasinya cara guru menyampaikan
proses pembelajaran, maka akan membentuk sikap
positif bagi peserta didik terhadap guru.
4. Dapat menanggapi rasa ingin tahu dan ingin
menyelidiki peserta didik
5. Melayani keinginan dan pola belajar para peserta
didik yang berbeda – beda.

Manfaat Variasi menurut JJ Hasibuan adalah :


1. Memelihara dan meningkatkan siswa yang berkaitan
dengan aspek belajar

21
2. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi
ingin tahu melalui kegiatan investigasi dan
eksploitasi.
3. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
4. Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual
sehingga memberi keindahan belajar.
5. Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan
siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman
belajar yang menarik dan berbagai tingkat kognitif.

Sebenarnya dari pendapat diatas, yakni mengenai


manfaat variasi gaya mengajar adalah sama. Hanya saja
bahasanya berbeda. Jadi, jika diambil intisarinya manfaat
variasi gaya mengajar adalah :
1. Meningkatkan, menimbulkan dan memelihara
perhatian siswa terhadap aspek-aspek belajar yang
relevan.
2. Memberi kesempatan untuk meningkatkan dan
berkembangnya bakat ingin tahu dan berfungsinya
motivasi belajar.
3. Memupuk dan membentuk sikap positif terhadap
guru dan sekolah dengan berbagai gaya mengajar
yang lebih hidup.
4. Memberi pelayanan yang baik kepada siswa secara
individual dalam menerima pelajaran agar mudah
dan senang belajar.
5. Mendorong aktivitas belajar dengan cara
melibatkan siswa dengan berbagai kegiatan atau
pengalaman belajar yang menarik diberbagai
tingkat kognitif.

22
4. Hal-Hal yang Perlu Dipertahankan dalam Keterampilan
Variasi
Dalam mengadakan variasi didalam proses belajar
mengajar seorang guru harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
a. Keterampilan mengajar variasi serta hubungannya dengan
keterampilan-keterampilan guru profesionnal lainnya, seperti
penguasaan berbagai metode mengajar dan keterampilan
mengajukan pertanyaan.
b. Penggunaan berbagai ketrampilan mengajar dengan variasi
perlu direncanakan sebelumnya dan sebaliknya dicantumkan
dalam satuan pelajaran yang harus disusun sebagai persiapan
mengajar.
c. Penggunaan variasi sangat dianjurkan, tetapi harus luwes
dan wajar serta sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Pemakaian variasi yang berlebihan justru akan menimbulkan
kebingungan dan mengganggu proses belajar mengajar.
Maka guru perlu memperhatikan reaksi siswa, baik reaksi
tingkah laku ataupun reaksi perhatian siswa.

23
RANGKUMAN

1. Keterampilan mengadakan Variasi dapat diartikan sebagai suatu


proses pengubahan dalam pengajaran yang bertujuan untuk
menghilangkan kebosanan siswa dan kejenuhan siswa dalam
menerima bahan pengajaran yang diberikan guru serta untuk
mengacu dan mengingat perhatian siswa sehingga siswa agar
dapat selalu aktif dan terfokus dalam proses pembelajaran.
2. Jenis-Jenis Variasi
a. Variasi pada waktu bertatap muka atau melaksanakan
proses pembelajaran.
b. Variasi dalam mengunakan media atau alat bantu
pembelajaran.
c. Varisasi dalam melakukan pola interaksi.
3. Tujuan dan manfaat mengadakan variasi
a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa
b. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan
rasa ingin tahu siswa.
c. Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
d. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar
individual siswa.
e. Mendorong peserta didik untuk selalu terfokus dengan
pelajaran.
4. Komponen-komponen mengadakan vaariasi
a. Variasi dalam gaya mengajar guru
o Suara Guru (voice variation)
o Memusatkan perhatian siswa (verbal focusing)
o Kesenyapan atau Diam sebentar (pausing)
o Kontak mata (eye contact)
o Gerakan badan dan mimik (gesterus)
o Tempat berdirinya guru dikelas
b. Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan siswa
c. Variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran

5. Prinsip-prinsip mengadakan variasi

24
a. Variasi hendaknya digunakan dengan relevan dengan
tujuan yang hendak dicapai, sesuai dengan tingkat
kemempuan siswa.
b. Variasi harus digunakan secara lancar dan
berkesinambungan.
c. Direncanakan secara baik dan eksplisit dicantumkan
dalam rencana pelajaran.

LATIHAN

25
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan keterampilan memberikan
variasi dalam pembelajaran!
2. Mengapa guru diperlukan untuk memberikan variasi dalam
pembelajaran?
3. Jelaskan tujuan dan manfaat dari pemberian vairasi mengajar!
4. Jelaskan prinsip-prinsip dalam pemberian variasi mengajar!
5. Salah satu jenis dari komponen dalam variasi mengajar adalah
variasi gaya mengajar. Jelaskan!

SOAL DAN KUNCI


26
1. Jelaskan fungsi variasi dalam pembelajaran ?
Kunci :
Variasi di dalam kegiatan pembelajaran dapat
menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan
keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang
beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.
2. Sebutkan 3 Komponen keterampilan mengadakan variasi!
Kunci :
a. Variasi dalam gaya mengajar yang meliputi variasi suara,
pemusatan perhatian, kesenyapan, pergantian posisi guru,
kontak pandang serta gerakan badan dan mimik.
b. Variasi pola interaksi dan kegiatan.
c. Variasi penggunaan alat bantu pengajaran yang meliputi
alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan
dimanipulasi.
3. Jelaskan hal-hal yang perlu dipertahankan dalam keterampilan
melakukan variasi!
Kunci :
a. Keterampilan mengajar variasi serta hubungannya dengan
keterampilan-keterampilan guru profesionnal lainnya,
seperti penguasaan berbagai metode mengajar dan
keterampilan mengajukan pertanyaan.
b. Penggunaan berbagai ketrampilan mengajar dengan variasi
perlu direncanakan sebelumnya dan sebaliknya
dicantumkan dalam satuan pelajaran yang harus disusun
sebagai persiapan mengajar.
c. Penggunaan variasi sangat dianjurkan, tetapi harus luwes
dan wajar serta sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Pemakaian variasi yang berlebihan justru akan
menimbulkan kebingungan dan mengganggu proses belajar
mengajar. Maka guru perlu memperhatikan reaksi siswa,
baik reaksi tingkah laku ataupun reaksi perhatian siswa.

4. Apa yang dimaksud dengan “teknik diam?” Jelaskan!

27
Kunci :
Ada kalanya guru dituntut untuk tidak berkata apa-apa.
Teknik ini bisa digunakan untuk menarik perhatian siswa.
Teknik ini dilakukan manakala siswa dalam keadaan ribut,
kemudian cobalah diam sambil menatap mereka satu persatu,
pasti mereka akan diam dengan kebisuan guru dapat menarik
perhatian siswa. Oleh sebab itu teknik “diam” dapat
digunakan sebagai alat untuk menstimulasi ketenagan dalam
belajar.
5. Sebutkan manfaat variasi menurut JJ. Hasibuan!
Kunci :
 Memelihara dan meningkatkan siswa yang berkaitan
dengan aspek belajar
 Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi ingin
tahu melalui kegiatan investigasi dan eksploitasi.
 Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah.
 Kemungkinan dilayaninya siswa secara individual
sehingga memberi keindahan belajar.
 Mendorong aktivitas belajar dengan cara melibatkan
siswa dengan berbagai kegiatan atau pengalaman belajar
yang menarik dan berbagai tingkat kognitif.

DAFTAR PUSTAKA

28
Asril, Zainal.2010. Micro Teaching. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.

Darmadi, Hamid. 2010. Kemampuan Dasar Pengajar. Bandung :


Alfabeta

Marno dan Idris. 2008. Strategi dan Model Pengajaran. Yogyakarta:


AR-Ruzz Media.

Moh. Uzer Usman. 2002. Menjadi Guru Professional. Bandung : PT


Remaja Rosdakarya.

Soetomo. 1993. Dasar Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya :


Usaha Nasional.

Suwarna, dkk. 2005. Pengajaran Mikro, Pendekatan Praktis Dalam


Penyiapkan Pendidik Profesional. Yogyakarta: Tiara Wacana.

29

Anda mungkin juga menyukai