Kompas.Id
Pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh menjadi langkah awal yang tepat dalam mendeteksi berbagai
penyakit, khususnya kanker. Sebagai rumah sakit swasta di Indonesia yang mendedikasikan diri sebagai
comprehensive cancer centre, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi telah menghadirkan teknologi terbaru
dalam kedokteran nuklir yang dapat mendeteksi kanker dengan lebih akurat, yaitu PET Scan.
Nuclear Medicine Specialist MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dr Hapsari Indrawati Sp KN menjelaskan,
Positron Emission Tomography (PET) Scan merupakan pemeriksaan/pemindaian yang dapat
menggambarkan fungsi metabolisme molekul sel dengan menginjeksi tubuh pasien menggunakan cairan
radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose). PET dengan radiofarmaka FDG akan mendeteksi aktivitas
metabolik dari sel-sel tubuh, seperti sel-sel kanker yang mempunyai aktivitas metabolik berlebih.
Pemindaian menyeluruh
PET/CT Scan menggunakan kombinasi penggunaan radiofarmaka dan sinar X dosis rendah (low dose)
yang nantinya menghasilkan citra 3D dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hasilnya dapat
memperlihatkan di organ mana terdapat aktivitas metabolik tertinggi yang mencurigakan dan mengarah
pada keganasan.
“PET/CT Scan memiliki empat fungsi. Pertama, digunakan dalam mendiagnosis keganasan kanker. Kedua,
untuk mengetahui penyebaran kanker sehingga akan diketahui cara pengobatannya. Ketiga, sebagai
evaluasi respon terapi. Jadi, dengan alat ini akan terlihat apakah pengobatan yang sedang diterapkan ke
pasien memberikan respons yang baik atau tidak. Keempat, re-staging. Misalnya, seseorang yang telah
dinyatakan bebas dari kanker selama beberapa tahun, tapi kemudian dokter mencurigai adanya
kekambuhan,” jelas Hapsari.
Berdasarkan pengalaman, Hapsari berbagi cerita bahwa alat ini membantu terutama dari segi terapi.
“Dokter onkologi akan memilih obat kanker baru bahkan mengganti obat kanker jika hasil terapi
dianggap tidak memberikan respon, sehingga pasien dapat ditangani secara lebih efektif.”
Keamanan optimal
Cara kerja PET/CT Scan bermula dengan menginjeksi tubuh pasien dengan cairan radiofarmaka, yakni
18F-FDG. Cairan inilah yang berfungsi sebagai tracer (alat penelusur) molekul sel kanker.
Hapsari memaparkan bahwa FDG adalah fluorodeoxyglucose. FDG memiliki unsur menyerupai glukosa
atau gula. Kenapa menggunakan cairan ini? Karena menyerupai gula sehingga dapat digunakan untuk
melacak kanker. Ciri-ciri kanker salah satunya adalah perlu energi yang banyak untuk tumbuh dan
berkembang. Energi ini biasanya didapat dari glukosa.
“Jadi nanti dilihat mana sel yang mengambil glukosa lebih banyak akan kami nilai dan dibandingkan
dengan bagian yang mengambil gula secara normal. Intinya 80–90 persen keganasan kanker mengambil
energinya dari gula atau menggunakan gula untuk berkembang. Sementara itu, 20 persen keganasan
kanker bukan berasal dari gula atau tidak menggunakan gula,” terangnya.
Cairan FDG tak bisa bekerja sendiri. Oleh karena itu, digandeng oleh isotop 18 Flour. Cairan inilah yang
menjadi pengikat FDG agar pemindaian dapat bekerja optimal.
Meski tubuh pasien diinjeksi cairan radiofarmaka, risiko yang berkaitan dengan PET/CT- Scan sangat
minimal. Kuantitas radiasi sangat rendah dan FDG akan dengan cepat meluruh sehingga radioaktif akan
hilang dalam beberapa jam saja.
Berkaitan dengan komposisi radioaktif, FDG yang tersisa di dalam tubuh pasien akan keluar dari tubuh
melalui urine. Dalam waktu 110 menit atau hampir 2 jam, baik pasien, anggota keluarga pasien, maupun
orang lain di sekeliling pasien minim risiko terkena paparan radioaktif karena paparan radiasinya pasti
sudah kecil dan aman.
“Di MRCCC Siloam ini mempunyai bagian kedokteran nuklir dengan segala fasilitas pendukung yang
menjaga keamanan sehingga jangan khawatir dengan radiasi. Bagian PET/CT Scan tersedia dengan
adanya area tersendiri. Sehingga, pasien yang telah diinjeksi 18F-FDG dapat ditempatkan di sebuah
kamar khusus. Toilet bagi pasien PET/CT Scan pun tersendiri. Dan, petugas yang akan menginjeksi pasien
memakai baju khusus,” papar Hapsari.
Kedokteran nuklir
PET/CT Scan berada di naungan kedokteran nuklir. Tak banyak rumah sakit di Jakarta yang memiliki
bagian ini. MRCCC Siloam Hospitals Semanggi merupakan rumah sakit yang memiliki jumlah dokter
nuklir paling banyak.
Untuk membaca hasil PET/CT Scan dengan tepat dibutuhkan keahlian dokter nuklir. Dengan ini, hasil
pembacaan PET/CT Scan MRCCC Siloam Hospitals Semanggi akan sama dengan di Singapura atau
Malaysia, karena di sana yang membacanya juga spesialis kedokteran nuklir.
MRCCC Siloam Hospitals Semanggi memiliki tim kedokteran nuklir yang terdiri atas 6 dokter. Para dokter
nuklir yang tergabung di rumah sakit ini telah mendalami pendidikan kedokteran nuklir di Jerman dan
Korea dan ada pula yang memiliki pengalaman bekerja sebagai dokter nuklir di Jepang.
Hanya ada empat rumah sakit di Indonesia yang telah dilengkapi fasilitas pemeriksaan kesehatan dengan
PET. MRCCC Siloam Hospitals Semanggi adalah salah satunya, dengan teknologi lebih canggih dan akurat.
[ACH]
Artikel ini merupakan kerja sama harian Kompas dengan Galactic Empire.
TERPOPULER
Berebut Milenial
ANGKA BICARA
Terdapat enam BUMN yang resmi menjadi sponsor penyelenggaraan Asian Games Jakarta-Palembang
2018, yaitu Telkom, Telkomsel, Pertamina, BNI, BRI, dan Bank Mandiri.
TERBARU
30 August 2018
30 August 2018
China Siap-Siap Akhiri Kebijakan Satu Anak
30 August 2018
30 August 2018
30 August 2018
LAYANAN PELANGGAN
KOMPAS KRING
hotline@kompas.id
JAM KERJA
Harian Kompas adalah surat kabar Indonesia yang berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh
PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha Kompas Gramedia (KG), yang
didirikan oleh P.K. Ojong (almarhum) dan Jakob Oetama sejak 28 Juni 1965.
Mengusung semboyan "Amanat Hati Nurani Rakyat", Kompas dikenal sebagai sumber informasi
tepercaya, akurat, dan mendalam.
object(stdClass)#4230 (3) { ["class"]=> string(21) "fa fa-facebook-square" ["name"]=> string(13)
"@hariankompas" ["url"]=> string(32) "http://facebook.com/hariankompas" } @hariankompas
object(stdClass)#4229 (3) { ["class"]=> string(20) "fa fa-twitter-square" ["name"]=> string(13)
"@hariankompas" ["url"]=> string(31) "http://twitter.com/hariankompas" } @hariankompas
object(stdClass)#4228 (3) { ["class"]=> string(15) "fa fa-instagram" ["name"]=> string(13)
"@hariankompas" ["url"]=> string(33) "http://instagram.com/hariankompas" } @hariankompas
object(stdClass)#4227 (3) { ["class"]=> string(20) "fa fa-youtube-square" ["name"]=> string(13) "Harian
Kompas" ["url"]=> string(31) "http://youtube.com/hariankompas" } Harian Kompas
KANTOR REDAKSI
10270
KANTOR IKLAN
Indonesia 10270
PRODUK
ePaper
Kompas.Id
Kompas Data
Kompas Karier
IKLAN
Klasika
Tarif
Advertorial
TENTANG
Profil Perusahaan
Sejarah
LAINNYA
Daftar Newsletter
Harian Kompas
Tanya Jawab Hubungi Kami Sidik Gangguan Pedoman Media Siber Syarat & Ketentuan Organisasi
Utama
Pemilu
Ekonomi
Wirausaha
Opini
Artikel Opini
Analisis Ekonomi
Analisis Politik
Kolom
Tajuk Rencana
Surat Pembaca
Humaniora
Dikbud
Iptek
Kesehatan
Riset
Survei
Linimasa
Kajian Data
Nusantara
Metropolitan
Internasional
Tokoh
Sosok
Wawancara
Figur
Olahraga
Gaya Hidup
Kendara
Gawai
Kuliner
Mode
Properti
Multimedia
Tutur Visual
Infografik
Jelajah
Video
Video Berita
Program
Dokumenter
Siaran Langsung
Fotografi
Galeri Foto
Foto Cerita
Klinik Foto
Muda
Hiburan
Sastra
Cerpen
Puisi
Buku
English
Perjalanan
Di Balik Berita
https://kompas.id/baca/adv_post/deteksi-kanker-lebih-akurat-dengan-pet-ct-scan/