TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN HIV AIDS
DIREKTUR RUMAH SAKIT KRISTEN LINDIMARA
Menimbang : a. Bahwa dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien dengan
diagnosa HIV-AIDS, perlu ditetapkan Kebijakan Pelayanan HIV AIDS di RS
Kristen Lindimara.
b. Bahwa RS Kristen Lindimara bukanlah Rumah sakit Rujukan bagi Orang Dengan
HIV AIDS (ODHA).
c. Bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud huruf a dan
b, maka perlu ditetapkan dengan keputusan Direktur RS Kristen Lindimara.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Ditetapkan di : Waingapu
Pada Tanggal : 22 Oktober 2018
Direktur RSK Lindimara
KATA PENGANTAR
Pedoman Pelayanan HIV/AIDS di Rumah Sakit merupakan tata aturan pelayanan HIV/AIDS Rumah
Sakit dilaksanakan oleh petugas di RS Kristen Lindimara.
Dengan disusunnya Pedoman ini diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan pelayanan
HIV/AIDS dan meningkatkan pelayanan kepada pasien.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan pedoman ini masih dirasakan ada beberapa kekurangan,
oleh karena itu apabila ada masukan, saran untuk membuat pedoman ini lebih baik lagi, kami sangat
mengharapkan.
Waingapu, November 2018
Tim HIV/AIDS
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dengan meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok pengguna
napza, penjaja seks bebas, serta waria.Maka kemungkinan terjadi resiko menyebabkan infeksi HIV
kemasyarakat umum tidak dapat diabaikan.
Estimasi yang dilakukan pada tahun 2003 diperkirakan diIndonesia sekitar 90.000-130.000
orang terinfeksi HIV,sedangkan data yang tercatat oleh Departeman Kesehatan RI sampai dangan
maret 2005 tercatat 6.789 orang hidup dengan HIV/AIDS.
Melihat tingginya temuan kasus HIV/AIDS saat ini, maka bukan hanya masalah kesehatan
dari penyakit yang menular semata, tetapi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
sangat luas.Oleh karena itu penangan tidak hanya dari segi medis tapi juga dari segi sepiritual.
Konseling merupakan salah satu pendekatan yang perlu dikembangkan kan untuk
mengelola kejiwaan dan proses menggunakan pikiran secara mandiri. Layanan konseling dan
perawatan pasien dengan HIV/AIDS dapat dilakukan disarana kesehatan. Oleh karena itu
penangan tidak hanya dari segi medis tapi juga dari segi sepiritual. Dalam hal ini RS Kristen
Lindimara melibatkan bagian kerohanian dalam pembinaan ODHA.
B.Tujuan Pedoman
C. Ruang Lingkup
Buku pedoman memuat penjelasan mengenai program dan layanan komprehensif mengenai HIV-
AIDS di RS Kristen Lindimara meliputi aspek promotif, preventif, kuratif yang mengalami masalah
penyakit terkait HIV-AIDS.
1. Promotif
Dilakukan melalui kegiatan penerbitan/pembagian brosur tentang HIV/AIDS, penyuluhan-
penyuluhan tentang HIV/AIDS di institusi pendidikan,gereja-gereja,dan berbagai tempat yang
membutuhkan informasi tentang HIV/AIDS.
2. Preventif
Dilakukan melalui edukasi lewat konseling, agar tidak melakukan perilaku resiko yang bisa
tertular HIV. Edukasi juga diberikan kepada keluarga yang merawat anggota keluarga yang
terinfeksi HIV, agar mereka tidak tertular dengan mendapatkan informasi yang benar,bertujuan
agar mereka yang terinfeksi HIV tidak menularkan virusnya pada yang lain dan tetap menjaga
pola hidup yang sehat.
D. Batasan Operasional
1. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan
pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang.
2. Human Immuno-deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS.
3. Integrasi adalah pendekatan pelayanan yang membuat petugas kesehatan menangani klien
secara utuh, menilai kedatangan klien berkunjung ke fasilitas kesehatan atas dasar kebutuhan
klien, dan disalurkan kepada layanan yang dibutuhkannya ke fasilitas rujukan jika diperlukan.
4. Klien adalah seseorang yang mencari atau mendapatkan pelayanan konselingdan atau tesing
HIV/AIDS.
5. Konselor adalah pemberi pelayanan konseling yang telah dilatih keterampilan konseling dan
dinyatakan mampu.
6. Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah orang yang tubuhnya telah terinfeksi
virus HIV/AIDS.
7. Perawatan dan dukungan adalah layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan
keluarganya. Termasuk didalamnya konseling lanjutan, perawatan, diagnosis, terapi, dan
pencegahan infeksi oportunistik, dukungan sosio ekonomi dan perawatan di rumah.
8. Sistem Rujukan adalah pengaturan dari institusi pemberi layanan yang memungkinkan
petugasnya mengirimkan klien, sampel darah atau informasi, memberi petunjuk kepada
institusi lain atas dasar kebutuhan klien untuk mendapatkan layanan yang lebih memadai.
Pengiriman ini senantiasa dilakukan dengan surat pengantar, bergantung pada jenis layanan
yang dibutuhkan. Pengaturannya didasarkan atas peraturan yang berlaku, atau persetujuan para
pemberi layanan, dan disertai umpan balik dari proses atau hasil layanan.
E. Landasan Hukum
BAB II
Begitu diagnosis klien ditegakkan dengan HIV positif, maka tanda-tanda vital pasien perlu
distabilkan dan diberi konseling tentang penyakitnya kemudian dirujuk dengan pertimbangan
akan kebutuhan rawatan dan dukungan. Kesempatan ini digunakan klien dan klinisi untuk
menyusun rencana dan jadwal pertemuan konseling lanjutan dimana penyakitnya menuntut
tindakan medik lebih lanjut, seperti pemberian terapi profilaksis dan akses ke ART
a. Konseling HIV/AIDS
Konseling HIV/AIDS pada dasarnya sama dengan konseling pada umumnya. Namun
konseling HIV/AIDS menjadi unik dibandingkan konseling lainya karena :
1. Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual (IMS) dan
HIV/AIDS.
2. Membutuhkan pembaha san mengenai praktik seks yang bersifat pribadi.
3. Membutuhkan pembahsan tentang kematian atau proses kematian.
4. Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan pendapat dan nilai yang
mungkin sangat bertentangan dengan nilai yang dianut oleh konselor itu sendiri.
5. Membutuhkan keterampilan pada saat pada saat memberikan hasil HIV yang positif
6. Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan anggota keluarga lain.
c. Rujukan
Rujukan merupakan proses ketika petugas kesehatan atau pekerja masyarakat melakukan
penilaian bahwa klien mereka memerlukan pelayanan tambahan lainnya. Rujukan merupakan
alat penting guna memastikan terpenuhinya pelayanan berkelanjutan yang dibutuhkan klien
untuk mengatasi keluhan fisik, psikologik dan sosial. Konsep pelayanan berkelanjutan
menekankan perlunya pemenuhan kebutuhan pada setiap tahap penyakit infeksi, yang
seharusnya dapat diakses disetiap tingkat dari pelayanan VCT guna memenuhi kebutuhan
perawatan kesehatan berkelanjutan (Puskesmas, pelayanan kesehatan sekunder dan tersier) dan
pelayanan sosial berbasis masyarakat dan rumah. Pelayanan VCT bekerja dengan membangun
hubungan antara masyarakat dan rujukan yang sesuai dengan kebutuhannya, serta memastikan
rujukan dari masyarakat ke pusat VCT, sehingga terdapat dua basis pelayanan.
Pelayanan VCT yang memerlukan rujukan :
1. Pelayanan Penanganan Manajemen Kasus
Tujuannya membantu klien untuk mendapatkan pelayanan berkelanjutan yang dibutuhkan.
Tahapan dalam manajemen kasus, identifikasi, penilaian kebutuhan pengembangan rencana
tindak individu, rujukan sesuai kebutuhan dan tepat dan koordinasi pelayanan tindak lanjut.
2. Layanan Psikiatrik
Banyak pengguna zat psikoaktif mempunyai gangguan psikiatrik lain atau gangguan
mental berat yang belum dikonseling (dual diagnosis). Pada saat menerima hasil positif
testing HIV, walaupun telah dipersiapkan lebih dulu dalam konseling pra testing dan diikuti
konseling pasca-testing, klien dapat mengalami goncangan jiwa yang cukup berat, seperti
depresi, gangguan panik, kecemasan yang hebat atau agresif dan risiko bunuh diri. Bila
keadaan tersebut terjadi, maka perlu dirujuk ke fasilitas layanan psikiatrik.
BAB III
PENGELOLAAN LIMBAH
Pengelolaan limbah di Instalasi Laboratorium untuk pemeriksaan serologi untuk HIV, maka
pengelolaan limbahnya disesuaikan dengan pedoman pelayanan Instalasi Laboratorium RS Kristen
Lindimara, oleh karena pemeriksaan serologi untuk HIV mengacu pada pengelolaan limbah RS, yaitu :
a. Limbah infeksius yaitu jarum bekas, spuit, swab kasa, plester bekas klien yang menjalani
pengambilan darah untuk tes HIV dimasukkan di tempat pembuangan limbah infeksius.
b. Limbah non infeksius, yaitu kertas, gelas plastik yang pengambilannya dilakukan oleh petugas
pengambil limbah.
BAB III
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien yang lebih
aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan
resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil.
a. Pertama kali konseling HIV dengan menanyakan : Nama lengkap, tanggal lahir dan alamat.
b. Pengambilan darah untuk tes HIV.
Sebagai layanan Konseling dan Perawatan pasien terinfeksi HIV/AIDS melakukan pelaporan
mengikuti sistem pencatatan dan pelaporan khusus yang berpegang pada prinsip kerahasiaan klien dan
sesuai pedoman Dinas Kesehatan..Dokumen klien disimpan di tempat tersendiri dan hanya bisa diakses
oleh petugas yang berwenang dan diarsipkan sesuai dengan prinsip catatan medik pasien di sarana
kesehatan.
BAB V
PENUTUP
Demikian pedoman pelayanan HIV/AIDS RS Kristen Lindimara dan hal-hal yang berhubungan dengan
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS di Rumah Sakit sesuai dengan undang-undang tidak dilakukan
karena RS Kristen Lindimara tidak menjamin ketersediaan obat Anti Retroviral (ARV) yang secara
langsung didistribusikan oleh PT Kimia Farma sesuai dengan prosedur khusus yang berlaku dan obat
infeksi oportunistik tertentu, RS Kristen Lindimara tidak menyiapkan sarana, prasarana, dan fasilitas yang
sesuai dengan pedoman dan belum membentuk tim kelompok kerja/pokja khusus HIV dan AIDS yang
terdiri dari tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya yang telah dilatih melalui pelatihan khusus HIV
dan AIDS.