NASKAH SKRIPSI
M. ICHSAN YUSRI
A1C014069
BAB 1
PENDAHULUAN
khususnya yang berada di Kota Mataram memiliki bentuk yang beragam. Salah
satu jenis rumah makan yang saat ini sedang berkembang yaitu rumah makan
Yogyakarta. Lesehan itu sendiri merupakan istilah untuk rumah makan yang mana
pelanggannya tidak duduk di kursi, tetapi di lantai beralaskan tikar atau karpet dan
Setiap Lesehan pasti akan memerlukan bahan baku secara kontinu. Bahan
baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital bagi berlangsungnya suatu
menu/hidangan yang berbahan baku diantaranya ikan, ayam, ayam, dan daging.
Dari ke-empat bahan baku tersebut, ayam merupakan olahan yang banyak
digemari oleh semua kalangan dan juga di setiap rumah makan hampir selalu ada
Salah satu Lesehan yang menjadikan ayam sebagai menu andalannya yaitu
Lesehan Ayam Taliwang Irama. Lesehan Ayam Taliwang berlokasi di Monjok dan
sebagai salah satu menu yang disajikan, pastinya akan menimbulkan persaingan
2
dalam hal pengadaan bahan baku ayam. Maka dari itu harus dilakukan
perencaanaan dan pengendalian persediaan bahan baku yang tepat agar tidak
bahan baku yaitu dapat mengganggu proses produksi dan juga dapat menimbulkan
Sofyan selaku manajer dari Lesehan Ayam Taliwang Irama, proses pemesanan
bahan baku ayam dilakukan dengan cara, yaitu dari peternakan kemudian ke
dilakukan setiap hari dengan rata-rata 600 ekor per-hari dengan berat rata-rata
1,7kg. Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa peran dari
Perencanaan merupakan suatu proses yang akan membuat perusahaan peka, dalam
pengertian mampu menyesuaikan diri terhadap ancaman dan peluang yang ada
perencanaan persediaan bahan baku yaitu, berapa banyak bahan baku yang akan
dibeli dan kapan bahan baku dibeli. Perencanaan persediaan bahan baku sangat
kepada konsumen dalam bentuk barang jadi yang dilakukan melalui penjualan.
3
dua titik ini terdapat tingkat persediaan yang diinginkan, yaitu menentukan tingkat
bahan baku yang dibeli yaitu telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan dengan harga yang murah dan dapat diterima tepat waktu (Dewi dan
Kristanto, 2014: 28). Selain adanya perencanaan persediaan bahan baku yang
optimal (Tannady dan Filbert, 2018). Persediaan bahan baku harus dapat
memenuhi jumlah yang akan diproduksi dalam kurun waktu tertentu. Ada ukuran
tertentu dari jumlah bahan baku yang akan digunakan harus tersedia dalam jumlah
pada penelitian ini didasarkan atas teori yang menyatakan bahwa persediaan
total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan
dia dapatkan. Persediaan bahan baku yang berlebihan akan merugikan perusahaan
karena akan timbulnya biaya untuk penyimpanan yang lebih banyak dari
usaha.
perencanaan dan pengendalian bahan baku ayam . Dari uraian diatas penyusun
5
Baku ( Studi Kasus Pada Tempat Makan Lesehan Ayam Taliwang Irama ).”
sehingga sesuai dengan kebutuhan dan juga dapat menekan biaya yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
persediaan bahan baku. Teori kontingensi ini menunjukkan suatu upaya dalam
keadaan yang ada pada suatu organisasi agar dapat menyesuaikan tindakan yang
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal,
bahan-bahan yang masih dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk
bahan baku merupakan barang atau bahan yang akan dibeli dari para supplier
Jadi, persediaan bahan baku adalah barang milik perusahaan yang dibeli
dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan
baku ini akan ditransformasi atau dikonversi menjadi barang akhir. Contoh dari
bahan baku yaitu daging, ikan, ayam, ayam (dalam industri kuliner). Persediaan
bahan baku di dalam perusahaan merupakan hal yang sangat wajar untuk
tersebut, baik dalam hal jumlah unit dari persediaan bahan baku yang ada dalam
9
tidak sinkronnya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk
penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan. Oleh karena itu,
terdapat empat faktor yang dijadikan fungsi perlunya persediaan, yaitu faktor
Heizer dan Render (2004: 60) dalam Anjarsari (2015) mengemukakan bahwa
persediaan bahan baku dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambah
para pemasok.
jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.
adalah untuk menyediakan jumlah material yang tepat, lead time yang tepat, dan
biaya rendah. Biaya persediaan bahan baku merupakan keseluruhan biaya operasi
atas sistem persediaan bahan baku. Biaya persediaan bahan baku didasarkan pada
1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian adalah haga per-unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau
Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah
pemesanan.
3. Biaya Simpan
Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan
bahan baku.
4. Biaya Kekurangan Persediaan bahan baku
Biaya Kekurangan Persediaan bahan baku adalah konsekuensi ekonomis atas
kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekuangan dari luar
11
2.1.3. Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses yang akan membuat perusahaan peka, dalam
mendatang untuk mencapai tujuan tersebut. Proses ini mencakup sebagai berikut :
yang sebenarnya.
balik yang berjalan sering memerlukan rencana baru, yaitu untk memperbaiki
kinerja yang kurang menghadapi kejadian yang tidak diinginkan yang tidak
yang terjadi.
panjang, adalah komponen yang paling penting dari keseluruhan sistem. Hal ini
merupakan dasar bagi elemen lainnya karena melalui proses prencanaan ini kita
menentukan apa yang akan kita lakukan, bagaimana kita akan melakukannya, dan
merupakan program yang paling penting bagi perusahaan, tetapi juga merupakan
yaitu :
perusahaan yang bersangkutan. Di dalam hal ini perlu diketahui adanya dua unsur
hal ini adalah merupakan peramalan tentang produk apa dan berapa yang akan
yaitu merupakan perkiraan tentang jumlah dan jenis bahan baku yang diperlukan,
14
jumlah dan jenis dari tenaga kerja yang dibutuhkan, lama penggunaan jam mesin
serta mesin apa saja yang akan digunakan untuk proses produksi dan lain
yang relatif tinggi dan mempunyai pengaruh yang besar pada fungsi utama
pergantian, dan apikasi teknik dan metode yang menjamin keseuaian dengan
persediaan, di antara dua titik ini terdapat tingkat persediaan yang diinginkan,
2006:217).
Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa salah satu dampak dari
masalah dalam suatu perusahaan dan dampak jika perencanaan anggaran tidak
tersusun rapi dan tepat seperti kelebihan anggaran yang mencapai jumlah terlalu
besar, maka seluruh rencana mungkin perlu diperbaiki. Anggaran juga merupakan
2.1.4. Pengendalian
membandingkan kinerja yang diukur dengan tujuan dan standar yang telah
kesalahan.
antara tindakan dan rencana. Definisi ini menunjukkan adanya hubungan yang
erat antara perencanaan dengan pengendalian. Pengendalian tidak akan terjadi jika
tidak ada rencana, dan rencana mungkin tidak akan berhasil jika tidak ada usaha
adalah :
1. Pelacak (detector) atau sensor yaitu suatu perangkat yang mengukur apa
proses mengukur dan mengevaluasi kinerja aktual dari setiap bagian organisasi
Dengan kata lain, diasumsikan bahwaa tujuan, rencana, kebijakan, dan standar
tergantung pada penerapan konsep umpan balik (feedback), yaitu konsep yang
yang dirancang untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan semula.
terhadap rencana dan tujuan yang telah ditetapkan, atau kadangkala harus dibuat
investasi sangat besar akan mengakibatkan biaya modal yang sangat besar
sehingga akan mengakibatkan juga biaya operasi yang tinggi. Investasi untuk
bahan yang akan dapat mencapai biaya persediaan yang paling minimal. Dengan
diidentifikasikan bahwa ada lima kategori biaya yang dikaitkan dengan keputusan
persediaan. Dari kelima kategori tersebut hanya dua, yaitu biaya pesan dan biaya
simpan yang relevan untuk dipertimbangkan dalam model EOQ. Kategori biaya
yang lain tidak relevan dipertimbangkan karena stockut cost dan biaya perubahan
kapasitas tidak akan terjadi apabila permintaan konsumen konstan (salah satu
asumsi dalam EOQ), dan harga item diasumsikan tidak mengalami peruahan.
Oleh karena itu, ketiga kategori biaya tersebut tidak akan mempengaruhi
keputusan berapa jumlah yang harus dipesan maupun kapan harus melakukan
pemesanan kembali.
gudang, biaya asuransi bahan, biaya administrasi gudang, serta biaya atas
saat melakukan pesanan persediaan bahan baku (Rayburn, 1999: 57). Dengan
banyak, tetapi juga tidak terlalu sedikit, sehingga aktivitas perusahaan tidak akan
terganggu karenannya.
perubahan atau kesalahan data dalam parameter EOQ. Jika perubahan dalam
parameter mdel EOQ cukup besar tetapi tidak berpengaruh terhadap EOQ, dapat
dikatakan bahwa model EOQ tidak sensitive terhadap perubahan tersebut. Jika
terjadi perubahan parameter sangat kecil dalam model EOQ, tetapi berpengaruh
cukup besar terhadap EOQ, dapat dikatakan bahwa model EOQ sensitive terhadap
perubahan tersebut.
Pada bagian ini akan dipelajari model persediaan yang mengizinkan adanya
dipenuhi dari persediaan yang ada dan pelanggan menyetujui untuk menunggu
pengiriman pesanan berikutnya. Hal ini berarti perusahaan tidak akan kehilangan
penjualan. Dalam beberapa bisnis, backorder mungkin jarang terjadi atau bahkan
20
bahan makanan, jika backorder terjadi maka untuk setiap unit item yang
kembali (Reorder point) merupakan tingkat kuantitas persediaan yang ada yang
memicu sebuah pemesanan pembelian baru atau dengan kata lain titik dalam
proses produksi dimana jumlah bahan baku yang tersedia sama dengan kebutuhan
yang diperkirakan (Dewi dan Kristanto, 2014: 28). Keunggulan metode Economic
persediaan yang harus dipesan (bahan baku) dan dapat mengatasi ketidakpastian
Yamit (2003:187), total waktu untuk memperoleh semua bahan baku dan
disebut sebagai siklus waktu produksi (production cycle time). Sedangkan total
waktu yang diperlukan mulai dari kebutuhan operasi hingga penyelesaian akhir
Setup Time Process Time Wait time Move time Queue time
Waktu Waktu proses Waktu tunggu Waktu pindah Waktu antrian
persiapan
Dari table diatas menunjukkan siklus waktu pabarik yang terdiri dari lima elemen
yaitu :
1. Waktu persiapan (setup time), yaitu waktu mempersiapkan bahan baku, mesin,
berpindah dari gudang ke gudang berikutnya atau dari satu pusat kerja yang
lain.
5. Waktu antri (queue time), yaitu waktu bahan baku menunggu yang disebabkan
oleh pesanan yang lain dalam proses di pusat kerja atau departemen.
Waktu proses adalah waktu kegiatan yang menciptakan nilai tambah dan
hanya mewakili sebagian kecil dari siklus pabrik. Bagian waktu yang terbesar
adalah waktu tunggu (lead time) kadang-kadang lebih dari 90% digunakan untuk
22
mendatangkan hingga waktu antri. Waktu persiapan, waktu tunggu, dan waktu atri
adalah periode waktu yang tidak aktif atau tidak produktif dalam siklus waktu
menurunkan tingkat persediaan dalam proses. Jika siklus waktu dapat diturunkan
lebih efisien. Waktu antri dapat dikurangi dengan menghilangkan fisik persediaan
jaminan persediaan. Lead time menjadi lebih baik bila dapat mengurangi periode
permintaan tersebut dependen. Oleh karena itu tujuan system MRP adalah
menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat dibutuhkan untuk
memenuhi skedul produksi dan menjamin tersedianya produk jadi bagi konsumen,
pemesanan.
b. Perhatian terhadap prioritas pemesanan
Adanya kesadaran bahwa semua pesanan konsumen tidak memilikir
prioritas yang sama atau produk yang satu lebih penting dari produk lain.
berikut :
1. Bill Of Material (BOM)
Bill Of Material merupakan catatan atau laporan semua komponen
production plan.
b) Kuantitas agregat harus dialokasikan secara efisien sepanjang
waktu.
c) Bagian operasional harus memahami batasan kapasitas produksi
perusahaan.
3. Inventory Record
Inventory Record merupakan input terakhir untuk MRP, dan
Master
d) Production
Schedule
Berdasarkan Rencanadari
informasi Pemesanan
input-input tersebut, system MRP
Update Persediaan
mengidentifikasi aktivitas-aktivitas bahwa operasional perusahaan harus berjalan
Laporan Persediaan
mengikuti skedul, seperti merealisasikan pemesanan produk baru, melakukan
Rencana Kebutuhan
Kapasitasdan mempercepat keterlambatan pemesanan.
penyesuaian kuantitas pemesanan,
untuk memproduksi parent item. Proses ini disebut MRP explosion, karena
25
terdapat empat langkah, kemudian langkah tersebut diterapkan satu persatu pada
periode perencanaan dan pada setiap item. Ketika item dalam produksi relative
sedikit maka prosedur tersebut dilakukan secara manual. Sedangkan, kalau jumlah
item sangat banyak maka, dapat dijadikan dengaan suatu program software.
adalah :
1. Offsetting
Perhitungan untuk menentukan saat yang tepat dalam melakukan rencana
3. Explosion
Dalam langkah ini, dilakukan perhitungan kebutuhan kotor pada item atau
bahan (BOM).
4. Lotting
26
menghasilkan dan mengirimkan produk akhir tepat waktu untuk dijual. JIT pada
seperti bahan baku, mesin, dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menambah
nilai suatu produk. Istilah Just In Time secara harfiah berarti tepat waktu, yang
telah banyak dan berhasil digunakan oleh industry Jepang dengan memanfaatkan
tepat pada saat dibutuhkan dan pada tingkat yang dibutuhkan saja.
Ide umum dari JIT adalah menghapuskan semua beban atau yang
terus menerus inefisiensi seperti biaya persiapan, lead time, antrian, kesalahan
fungsi mesin, kualitas yang tidak stabil, proses yang berubah-ubah, dsb. Untuk
diantaranya adalah tipe proses produksi terus menerus. Manfaat dari Just In Time
adalah :
a. Biaya penyimpanan persediaan menjadi rendah
b. Biaya sisa bahan menjadi berkurang karena kecacatan dapat dideteksi
just in time membutuhkan set up time yang singkat dan alur produksi melalui
beberapa work stations yang seragam. Konsentrasi just in time adalah stockless
frekuensi besar.
c) Kemungkinan adanya penundaan pengiriman jika pemasok berada ratusan
mil jauhnya.
d) Kecendrungan yang membuat frustasi dimana komponen yang bernilai
rendah dan non kritis ketika tidak sampai tepat waktu dan akibatnya suatu
persediaan pengaman.
Adapun tujuan dari Just In Time adalah sebagai berikut :
1. Zero defects (meniadakan produk cacat)
2. Zero inventories (meniadakan persediaan dalam pabrik)
3. Zero setup time (meniadakan waktu persiapan)
4. Zero handling (meniadakan penanganan bahan)
5. Zero queues (meniadakan antrian)
6. Zero breakdowns (meniadakan kerusakan mesin)
7. Zero lead time (meniadakan waktu tunggu)
8. Zero lot excesses (meniadakan kelebihan lot)
9. Zero schedule interruptions (meniadakan gangguan pada jadwal produksi)
Berdasarkan tujuan diatas, system JIT berbeda dengan system konvensional
Tabel 2.1.4.3.
Perbandingan sistem konvensional dengan Just In Time
Konsep Just In Time pada persediaan bahan baku dimana bahan baku yang
digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan pemasok atau supplier tepat pada
saat bahan tersebut di butuhkan pada proses produksi. Salah satu alat yang
Kanban atau biasa disebut pull system adalah sistem komunikasi atau kartu
perintah yang digunakan untuk melakukan pemesanan bahan baku sesuai dengan
adanya ketepatan waktu dan jumlah persediaan yang optimal guna menghindari
suprastruktur dalam lingkup yang lebih luas. Yang terlibat dalam JIT tidak hanya
satu perusahaan saja, tetapi bisa jadi banyak perusahaan, bahkan sampai kepada
etos kerja atau komitmen manajer dalam mendukung system JIT. Oleh karena itu,
bagi manajer yang ingin menerapkan JIT dianjurkan melakukan kegiatan sebagai
berikut :
Konsep JIT dapat diterapkan dalam berbagai macam tipe proses produksi,
kemampuan perusahaan dalam penelitian ini yang digunakan yaitu Lesehan untuk
31
secara terus menerus dengan tanggap perubahan dan pemborosan. Lesehan Ayam
Taliwang Irama juga menyesuaikan pengiriman bahan baku dari supplier sesuai
Implementasi Konsep Just In Time dalam Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus
pada UD. Ultra Mas Malang)”. Masalah dalam penelitian ini yaitu terjadinya
kelebihan produksi yang dikarenakan persediaan bahan baku yang dibeli oleh
UD. Ultra Mas pada bulan September 2016 sebesar 8.099 kilogram keripik
singkong. Jumlah produksi tersebut merupakan jumlah bahan baku yang dikirim
oleh pemasok. Permintaan pelanggan produk keripik singkong UD. Ultra Mas
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder. Hasil dari penelitian ini yaitu total biaya
sebesar Rp 673.154.400 dan penerapan metode Just In Time total biaya persediaan
kedua metode tersebut sebesar Rp. 87.296.672. Metode Just In Time telah
menurunkan total biaya persediaan bahan baku ubi kayu sebesar 12,96%. Secara
32
Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi Persediaan Bahan Baku pada
Home Industry Mulya Collection Jombang”. Adapun masalah pada penelitian ini
tersebut dapat berupa produksi yang berlebih, waktu yang terbuang karena
transportasi, mesin tidak canggih, persediaan serta produk yang rusak atau cacat.
data pada penelitian ini yaitu data sekunder. Hasil dari penelitian tersebut bahwa
bahan baku. Nilai persediaan bahan baku Home Industry “Mulya Collection”
Jombang pada tahun 2017 sesuai dengan hasil perhitungan perusahaan sebesar Rp
155,856,000 dan hasil perhitungan Just In Time (JIT) nilai persediaan bahan baku
pada tahun 2017 sebesar Rp 131,950,000. Melihat hasi tersebut terdapat efisiensi
nilai persediaan bahan baku dari kebijakan Just In Time (JIT) sebesar Rp
23,950,000.
Madianto dkk (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
Implementasi Sistem Just In Time (JIT) pada Persediaan Bahan Baku untuk
masalah dalam penelitian ini yaitu pada tahun 2015 terjadi permasalahan dalam
gudang berupa listrik, biaya gudang, dan biaya kebersihan. Jenis penelitian yaitu
ini yaitu data sekunder. Hasil dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan
system Just In Time pada persediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan
Bisa dilihat juga dari total biaya persediaan bahan baku dimana total biaya
perusahaan lebih efektif dan efisien dari system perencanaan dan pengendalian
Berdasarkan uraian dari latar belakang dan penelitian terdahulu serta pada
kajaian teori, berikut ini peneliti dapat mengemukakan kerangka berfikir yang
34
penelitian ini.
35
Gambar 2.3
Rerangka Pemikiran
Rekomendasi:
Just In Time
Untuk Meningkatkan efisiensi
persediaan bahan baku pada lesehan
dengan menggunakan biaya
persediaan yang lebih rendah
BAB III
36
METODE PENELITIAN
kuantitatif.
Mataram, Nusa Tenggara Barat Pemilihan lokasi seperti yang telah dipaparkan
dalam pendahuluan yaitu berdasarkan minat masyarakat yang cukup tinggi untuk
olahan ayam, hal ini bisa dilihat dari banyaknya rumah makan dan warung kaki
lima yang memunculkan olahan ayam dalam menu yang ditawarkan kepada
menyajikan menu olahan ayam maka tingkat persaingannya juga semakin tinggi.
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam
a. Observasi
dengan teliti dan sistematis. Dalam penelitian ini dilakukan observasi awal
ayam. Selain itu dilakukan observasi lebih lanjut untuk menggali lebih dalam
lagi informasi yang dapat menunjang penelitian ini. Observasi ini juga
bertujuan untuk menyesuaikan antara teori yang telah didapatkan oleh peneliti
b. Wawancara
baku. Dalam peneltian ini peneliti berhadapan langsung dengan manajer dan
karyawan bagian persediaan bahan baku Lesehan Ayam Taliwang Irama untuk
c. Studi Pustaka
38
Studi pustaka adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari
buku-buku, majalah, jurnal, dan literatur lain yang relevan dengan masalah
penelitian.
d. Dokumentasi
sengan cara mencatat atau mengcopy data dari perusahaan seperti laporan
a. Data Primer
ini data yang didapat langsung dari manajer dari kedua Lesehan.
b. Data Sekunder
perusahaan terkait laporan persediaan bahan baku serta referensi dari buku
(2000:14).
Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk
Bogdan dalam Sugiyono yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain
orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data
yang diperoleh.
Menurut Miles & Huberman (1992: 16) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan
1. Reduksi Data
membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian
cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,
menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala
2. Penyajian Data
baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang
meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang
guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan
mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang
sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah
terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh
3. Menarik Kesimpulan
42
intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu
muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan
terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi
BAB IV
bidang kuliner yang sudah berdiri sejak tahun 1983. Pemilik dari Lesehan Ayam
Taliwang yakni Bapak H. Mahmudin dan saat ini yang dipercayakan untuk
mengelolanya yaitu anaknya sendiri H. Sofyan. Pada awal berdiri, Lesehan Ayam
Taliwang Irama ini masih bernama Warung Taliwang Irama dan masih berbentuk
kaki lima. Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, Warung Taliwang Irama
berkembang dan mendirikan sebuah lesehan yang diberi nama Lesehan Ayam
Taliwang Irama I. Sampai saat ini lesehan terus berkembang sehingga memiliki 2
cabang yaitu Lesehan Ayam Taliwang Irama 1 dan Lesehan Ayam Taliwang Irama
3 sebagai pusatnya.
Lesehan Ayam Taliwang Irama sendiri memiliki ciri khas dari sisi menu
yang ditawarkan, adanya masakan khas Lombok seperti pelecing kangkung salah
satu contohnya. Namun tetap menu olahan ayam taliwang merupakan menu
andalan dan menjadi daya tarik tersendiri dari lesehan ini. Selain itu dari segi
pelayanan juga sangat baik. Lesehan ini memiliki dua cabang yaitu Lesehan Ayam
Mataram, Nusa Tenggara Barat dan Jl. Ade Irma Suryani No.53, Monjok,
Salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan perusahaan
adalah suatu struktur organisasi yang baik dan tepat dimana di dalamnya terdapat
pembagian tugas dan tanggug jawab yang dimaksudkan agar setiap bagian dapat
sama lain, sampai tingkat tertentu ia juga menunjukkan tingkat spesialisasi dari
aktivitas kerja. Struktur ini juga menunjukkan hierarki oragnisasi dan struktur
tetap hidup walaupun orang datang dan pergi serta mengkoordinasi hubungannya
dengan lingkungannya.
fungsi memiliki wewnang dan tanggung jawab yang melekat sesuai dengan ruang
lingkup pekerjaannya agar tujuan dan sasaran dapat tercapai melalui efisiensi dan
efektifitas kerja.
45
yang ada. Dalam struktur organisasi akan nampak hubungan wewenang antara
pimpinan dan bawahan, begitu juga yang terjadi pada Lesehan Ayam Taliwang
hubungan pimpinan dan bawahan terjadi secara langsung dengan satu garis
wewenang.
kesimpangsiuran dalam bekerja sehingga dapat tercipta kerja sama yang harmonis
antar karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Agar
lebih jelas maka struktur organisasi yang digunakan dalam perusahaan dapat
Gambar 4.1.2
Struktur Organisasi Lesehan Ayam Taliwang Irama
PEMILIK
MANAJER
SUPERVISOR
STAFF
dalam usahanya.
perusahaan.
yang dipimpin
perusahaan
e. Memberikan motivasi
1. Bagian Dapur :
2. Bagian Kasir :
melakukan pembungkusan
49
penerimaan barang
3. Bagian waiter/waitres
tertib restoran
d) Menerapkan senyum,salam,sapa
penting. Tanpa adanya persediaan bahan baku, proses produksi akan terhambat
dan dapat menimbulkan masalah dalam hal memenuhi permintaan pelanggan atau
konsumen. Selain bahan baku, bahan pembantu juga sangat dibutuhkan sebagai
dan pengendalian persediaan bahan baku pada Lesehan Ayam Taliwang Irama.
Kemudian konsep yang diperlihatkan dalam penelitian ini yaitu konsep Just In
50
Time. Khusus tentang perencanaan bahan baku maka data yang dibutuhkan pada
terekam dengan baik. Namun gambaran data rata-rata penjualan pada periode
Tabel 4.2.
Data Rencana Penjualan periode Januari - Desember 2018
dimulai dari bulan Januari - Mei yaitu 24,000 ekor. Berdasarkan hasil wawancara,
sehari bisa mencapai 600 ekor ayam per-hari pada hari-hari biasa. Kemudian pada
hari-hari tertentu seperti saat Lebaran dan Tahun Baru Lesehan menambah 200
51
ekor ayam sehingga menjadi 800 ekor ayam sehari untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Namun pada bulan Juni terjadi penurunan kebutuhan bahan baku
membatasi suplai bahan baku ayam ke Lesehan Ayam Taliwang. Hal ini
400 ekor ayam sehari dari rencana penjualan normal bahan baku dikarenakan saat
bahan bakunya karena melihat situasi pelanggan yang berkunjung tidak sebanyak
4.3. Pembahasan
maupun jangka panjang, adalah komponen yang paling penting dari keseluruhan
sistem. Hal ini merupakan dasar bagi elemen lainnya karena melalui proses
prencanaan ini kita menentukan apa yang akan kita lakukan, bagaimana kita akan
c. Dengan adanya rencana, segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan
baku yang tersistematis, karena pemesanan bahan baku ayam juga menyesuaikan
yang dilakukan oleh Lesehan Ayam Taliwang Irama masih berdasarkan kebiasaan,
dan pengalaman sehari-hari. Hal ini menyebabkan hasil penjualan juga tidak
menentu tiap harinya. Hasil wawancara dengan manajer Lesehan Ayam Taliwang
Irama yaitu H. Sofyan, rata-rata penjualan menargetkan 600 ekor ayam di hari-
hari biasa dan 800 ekor ayam pada hari-hari peringatan seperti tahun baru dan
Konsep Just In Time yaitu meniadakan persediaan bahan baku digudang atau zero
stock. Jadi dari lesehan bisa lebih baik merencanakan untuk pemesanan bahan
baku ayam agar tidak terjadi masalah seperti yang sudah disebutkan diatas.
Namun perencanaan tersebut tidak akan bisa berjalan atau terlaksana di Lesehan
Ayam Taliwang Irama jika tidak memperhatikan apa saja tahap-tahap untuk
pada Lesehan Ayam Taliwang Irama dimulai dari rencana penjualan bahan baku
yang sekiranya ditargetkan oleh Lesehan pada tahun 2018 yang diperoleh dari
hasil wawancara dan sudah dipaparkan pada gambaran data penelitian. Kemudian
penjualan bahan baku ayam tahun 2018. Rencana Produksi bahan baku ayam
Tabel 4.3.1.
Perencanaan Produksi Lesehan Periode Januari Desember 2018
Januari 24,000
Februari 22,400
Maret 18,000
April 18,000
Mei 18,000
Juni 15,400
Juli 24,000
Agustus 12,000
September 12,000
Oktober 12,000
November 15,000
Desember 18,000
TOTAL 208,800
jelas kbutuhan produksi per-bulannya tidak selalu tetap. Ini karena persediaan
awal dan akhir adalah nol maka total keseluruhan tidak berbeda dari recana
penjualan yang sudah dibuat sebelumnya dan itu menjadi dasar pembuatan
rencana produksi ini. Berikut perhitungan dari rencana produksi pada lesehan :
pemakaian bahan baku ayam. Lesehan Ayam Taliwang perlu membuat rencana
pemakaian bahan baku agar persediaan bahan baku tidak terjadi kekurangan
ataupun kelebihan bahan baku agar tidak menggangu proses produksi Lesehan.
Berikut adalah tabel pemakaian bahan baku di Lessehan Ayam Taliwang 2018 :
Tabel 4.3.1.
Perencanaan Pemakaian Bahan Baku Lesehan Periode Januari Desember
2018
Rencana Pemakaian
Bulan Bahan Baku
(ekor)
Januari 24,000
Februari 22,400
Maret 18,000
April 18,000
Mei 18,000
Juni 15,400
Juli 24,000
Agustus 12,000
September 12,000
Oktober 12,000
November 15,000
Desember 18,000
TOTAL 208,800
Dapat dilihat dari tabel diatas, tidak ada perubahan dari total rencaa
pemakaian bahan baku ayam dari rencana produksi. Hal ini disebabkan bahwa
persediaan awal dan akhir tetap berjumlah nol. Berikut perhitungan pemakaian
Lesehan Ayam Taliwang perlu membuat rencana anggaran bahan baku untuk
memenuhi kebutuhan produksi lesehan dan mengetahui berapa biaya yang akan
dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku ayam. Berikut adalah rencana anggaran
Tabel 4.3.1.
Perencanaan Anggaran Bahan Baku Lesehan Ayam Taliwang Irama
Periode Januari-Desember 2018
Harga
Jumlah
Bulan per-ekor Total Biaya (Rp)
(ekor)
(Rp)
Januari 25,000 24,000 600,000,000
Februari 25,000 22,400 560,000,000
Maret 25,000 18,000 450,000,000
April 25,000 18,000 450,000,000
Mei 25,000 18,000 450,000,000
Juni 25,000 15,400 385,000,000
Juli 25,000 24,000 600,000,000
Agustus 25,000 12,000 300,000,000
September 25,000 12,000 300,000,000
Oktober 25,000 12,000 300,000,000
November 25,000 15,000 375,000,000
Desember 25,000 18,000 450,000,000
TOTAL 208,800 5,220,000,000
Bisa diihat dari tabel diatas, Lesehan membeli bahan baku ayam per-ekor
dengan harga Rp 25.000. Jumlah kebutuhan bahan baku juga masih tetap seperti
dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan, dan menekankan pencapaian
58
sebagai berikut :
rencana.
bekerja sama dengan 3 suplier. Dari ketiga suplier ini, semuanya saling mengisi,
artinya jika suplier satu sedang limit akan bahan baku ayam, maka suplier dua
bisa menjadi opsi selanjutnya, dan begitu seterusnya. Kemudian kebutuhan bahan
baku yang dipesan tiap harinya yaitu sebanyak 600 ekor ayam pada hari normal
dan 800 ekor ayam pada hari-hari peringatan seperti hari lebaran dan tahun baru.
Untuk pemesanan bahan baku sendiri, lesehan melakukan pemesanan setiap hari
untuk menghindari persediaan yang mengendap lebih dari satu hari dan
seperti pada saat lebaran yang pengunjungnya lebih ramai dari hari-hari biasa, jadi
lesehan bisa menyiapkan jumlah bahan baku yang akan dibtuhkan nantinya. Dari
hasil wawancara, untuk sejauh ini Lesehan Ayam Taliwang Irama tidak pernah
diperlukan pengendalian bahan baku yang baik. Pendendalian bahan baku yang
diakukan oleh Lesehan Ayam Taliwang Irama masih bersifat tradisional. Hal ini
59
mengingat jarak dari tempat supplier dan Lesehan tidak terlalu jauh dan hubungan
dengan pihak supplier masih keluarga. Jadi pihak lesehan dalam pemebelian
bahan baku, Lesehan seharusnya membeli bahan baku hanya untuk kebutuhan hari
itu saja. Lesehan tidak memiliki barang dalam proses pada akhir hari tersebut, dan
semua barang jadi yang diselesaikan hari itu telah dikirimkan ke konsumen begitu
mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian bahan
baku yaitu dengan salah satu cara mengurangi jumlah pemasok sehingga lesehan
pemasoknya.
Just In Time sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat
waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi
Produksi JIT juga dapat mengurangi biaya dan waktu produksi dengan cara :
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
dikatakan bahwa Lesehan Ayam Taliwang Irama bisa menerapkan sistem just in
dalam pemenuhan bahan baku ayam untuk produksinya. Kesimpulan yang dapat
diambil dari penerapan sistem just in time pada Lesehan Ayam Taliwang Irama
sebagai berikut :
baku masih didasarkan dengan kebiasaan sehari-hari atau melihat dari hari
sebelumnya.
Irama, karena faktor jarak lokasi dari pemasok dan lesehan tidak terlalu
Dari uraian diatas, maka dengan menerapkan sistem just in time Lesehan
5.2. Saran
terkait dengan persediaan bahan baku agar dapat terkontrol dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Luthfi, Edi Budi S., dan Patricia Dhiana P. 2018. Analisis Pengendalian Bahan
Baku dengan Menggunakan Metode Econmic Order Quantity (EOQ)
Untuk Mencapai Kelancaran Produksi pada CV. Cynthia Box Kudus.
Journal of Accounting 2018: 1-10.
Madianto, A., Dzulkirom A.R., dan Dwiatmanto. 2016. Analisis Implementasi
Just In Time (JIT) pada Persediaan Bahan Baku untuk Memenuhi
Kebutuhan Produksi (Studi pada PT Alinco, Karang Ploso, Malang).
Jurnal Administrasi Bisnis (JIB), Vol. 38 No. 1: 183-190.
Mujiastuti, R., Popy Meilina, dan Mustaqim Anwar. 2018. Implementasi Metode
Economic Order Quantity (EOQ) pada Sistem Informasi Produksi Kopi.
Jurnal Sistem Informasi, Teknologi Infomatika dan Komputer, Vol. 8 No. 2:
119-126.
Polimeni, Ralph S. dan James A. Cashin. 1985. Akuntansi Biaya 1 Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
Rayburn, L. Gayle. 1999. Akuntansi Biaya dengan Menggunakan Pendekatan
Manajemen Biaya. Jakarta: Erlangga.
Robyanto, Chairul Bahtiar, Made Antara dan Ratna Komala Dewi. 2013. Analisis
Persediaan Bahan Baku Tebu pada Pabrik Gula Pandji PT. Perkebunan
Nusantara XI (Persero) Situbondo, Jawa Timur. E-Jurnal Agriisnis dan
Agrowisata, Vol. 2 No.1: 23-31.
Saputra, Andrik, Rahidin H. Anang, dan Harniatun Iswarini. 2018. Studi
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Beras (Kasus di PT. Buyung Purta
Pangan PP Buyung Kabupaten Banyuasin). Societa, Vol. 6 No. 2: 101-110.
Stoner, James A.F., dan Charles Wankel. 2003. Perencanaan dan Pengambilan
Keputusan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2016. Statisika untuk Penelitan. Bandung: Alfabeta.
Sulastiningsih, dan Zulkifli. 2006. Akuntansi Biaya: Dilengkapi dengan Isu-Isu
Kontemporer.Yogyakarta: STIM YKPN.
Tannady, H., dan Kenrick Filbert. 2018. Pengendalian Persediaan dengan Metode
Economic Order Quantity dan Silver Meal Algorithm (Studi Kasus pada
PT SIA). Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer, Vol. 7 No. 25: 37 – 43.
Taroreh, G., Lotje Kawet, dan Jacky Sumarauw. 2016. Analisis Persediaan Bahan
Baku di Rumah Makan Sabuah Oksi Sario – Manado. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisien, Vol. 16 No. 4: 321-330.
Welsch, Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon. 2000. Budgeting: Planning and
Control. Jakarta. Salemba Empat.
64
LAMPIRAN
Lampiran 1
1. Apa alasan anda menggunakan ayam sebagai salah satu menu atau ciri khas dari
Lesehan anda ?
2. Apakah anda mempunyai standar kualitas tertentu pada bahan baku ayam yang
digunakan ?
3. Berapa kali pemesanan bahan baku dilakukan dalam satu bulan ?
4. Apa yang anda lakukan jika stok bahan baku habis (outstock) sebelum waktu yang