Anda di halaman 1dari 66

0

NASKAH SKRIPSI

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU


(STUDI KASUS PADA TEMPAT MAKAN LESEHAN AYAM TALIWANG IRAMA)

M. ICHSAN YUSRI
A1C014069

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2019
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis di Indonesia terutama dalam bidang industri

rumah makan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Rumah makan

khususnya yang berada di Kota Mataram memiliki bentuk yang beragam. Salah

satu jenis rumah makan yang saat ini sedang berkembang yaitu rumah makan

berbentuk Lesehan. Budaya Lesehan yang sangat terkenal berada di daerah

Yogyakarta. Lesehan itu sendiri merupakan istilah untuk rumah makan yang mana

pelanggannya tidak duduk di kursi, tetapi di lantai beralaskan tikar atau karpet dan

kebanyakan duduk di berugak (www.onlombok.wordpress).

Setiap Lesehan pasti akan memerlukan bahan baku secara kontinu. Bahan

baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital bagi berlangsungnya suatu

proses produksi (Anjarsari, 2015). Pada umumnya Lesehan menyajikan beragam

menu/hidangan yang berbahan baku diantaranya ikan, ayam, ayam, dan daging.

Dari ke-empat bahan baku tersebut, ayam merupakan olahan yang banyak

digemari oleh semua kalangan dan juga di setiap rumah makan hampir selalu ada

memunculkan menu olahan ayam.

Salah satu Lesehan yang menjadikan ayam sebagai menu andalannya yaitu

Lesehan Ayam Taliwang Irama. Lesehan Ayam Taliwang berlokasi di Monjok dan

memiliki dua cabang. Dengan banyaknya Lesehan yang menggunakan ayam

sebagai salah satu menu yang disajikan, pastinya akan menimbulkan persaingan
2

dalam hal pengadaan bahan baku ayam. Maka dari itu harus dilakukan

perencaanaan dan pengendalian persediaan bahan baku yang tepat agar tidak

terjadi kekurangan persediaan pada saat dibutuhkan.

Dampak dari tidak adanya perencanaan dan pengendalian persediaan

bahan baku yaitu dapat mengganggu proses produksi dan juga dapat menimbulkan

pemborosan dalam hal pembelian persediaan. Dari hasil wawancara dengan H.

Sofyan selaku manajer dari Lesehan Ayam Taliwang Irama, proses pemesanan

bahan baku ayam dilakukan dengan cara, yaitu dari peternakan kemudian ke

pengepul dan selanjutnya terakhir ke Lesehan. Kemudian pemesanan juga

dilakukan setiap hari dengan rata-rata 600 ekor per-hari dengan berat rata-rata

1,7kg. Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa peran dari

perencanaan dan pengendalian sangat penting untuk diterapkan.

Perencanaan merupakan sesuatu yang mendasar dari proses manajemen.

Perencanaan merupakan suatu proses yang akan membuat perusahaan peka, dalam

pengertian mampu menyesuaikan diri terhadap ancaman dan peluang yang ada

(Kartadinata, 2000: 17). Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam

perencanaan persediaan bahan baku yaitu, berapa banyak bahan baku yang akan

dibeli dan kapan bahan baku dibeli. Perencanaan persediaan bahan baku sangat

penting keberadaannya bagi perusahaan, karena berfungsi untuk menghubungkan

operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya

kepada konsumen dalam bentuk barang jadi yang dilakukan melalui penjualan.
3

Tujuan dari perencanaan persediaan adalah untuk mencapai keseimbangan

maksimum antara kelebihan persediaan dengan kekurangan persediaan, di antara

dua titik ini terdapat tingkat persediaan yang diinginkan, yaitu menentukan tingkat

persediaan optimum. Kelebihan persediaan dapat mengakibatkan pemborosan

biaya, di samping memerlukan biaya pengelolaan yang akan mengurangi

profitabilitas perusahaan ( Sulastiningsih dan Zulkifli 2006:217 ).

Umumnya perusahaan atau organisasi besar memiliki departemen

pembelian yang berfungsi melakukan pembelian bahan baku yang diperlukan

untuk produksi. Manajemen bagian pembelian bertanggung jawab atas kualitas

bahan baku yang dibeli yaitu telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh

perusahaan dengan harga yang murah dan dapat diterima tepat waktu (Dewi dan

Kristanto, 2014: 28). Selain adanya perencanaan persediaan bahan baku yang

baik selama produksi perusahaan harus melakukan pengendalian persediaan bahan

baku (Saputra dkk, 2018).

Pengendalian persediaan merupakan suatu kegiatan untuk mengontrol

jumlah persediaan barang jadi, sehingga perusahaan dapat menghindari

terganggunya proses produksi dan mengetahui penjualan dan pembelian yang

optimal (Tannady dan Filbert, 2018). Persediaan bahan baku harus dapat

memenuhi jumlah yang akan diproduksi dalam kurun waktu tertentu. Ada ukuran

tertentu dari jumlah bahan baku yang akan digunakan harus tersedia dalam jumlah

minimal, hingga diketahui kapan titik pemesanan kembali harus dilakukan

(Mujiastuti dkk, 2018).


4

Adapun definisi mengenai persediaan bahan baku yang akan difokuskan

pada penelitian ini didasarkan atas teori yang menyatakan bahwa persediaan

merupakan kekayaan perusahaan yang memiliki peranan penting dalam operasi

bisnis, sehingga perusahaan perlu melakukan manajemen proaktif, artinya

perusahaan mampu mengantisipasi keadaan maupun tantangan yang ada dalam

manajemen persediaan untuk mencapai sasaran akhir, yaitu untuk meminimalisasi

total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penanganan persediaan

(Taroreh dkk, 2016).

Persediaan bahan baku memiliki peran yang sangat penting dalam

menunjang kemajuan suatu perusahaan. Tanpa adanya persediaan bahan baku

akan mengakibatkan terganggunya proses produksi dan berarti pula bahwa

pengusaha akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan yang seharusnya

dia dapatkan. Persediaan bahan baku yang berlebihan akan merugikan perusahaan

karena akan timbulnya biaya untuk penyimpanan yang lebih banyak dari

persediaan tersebut. Sedangkan kekurangan persediaan akan mengakibatkan

terhambatnya proses produksi. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu

perencanaan persediaan bahan baku untuk menunjang keberlangsungan suatu

usaha.

Berdasarkan latar belakang diatas penyusun ingin mengetahui bagaimana

perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada Lessehan Ayam

Taliwang Irama. Selain itu penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui

perencanaan dan pengendalian bahan baku ayam . Dari uraian diatas penyusun
5

mengambil judul yaitu “Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan

Baku ( Studi Kasus Pada Tempat Makan Lesehan Ayam Taliwang Irama ).”

1.2. Rumusan Masalah

Berikut ini adalah rumusan masalah dari penelitian ini :

Bagaimanakah perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada

Lesehan Ayam Taliwang Irama di Kota Mataram ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

Untuk mengeahui perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku pada

Lesehan Ayam Taliwang Irama di Kota Mataram.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Manfaat Akademis
Terpenuhnya syarat untuk mendapatkan gelar S-1 Akuntansi dan hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan/sumber informasi untuk

melakukan penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan hal-hal yang

belum terjangkau penelitian ini.


2. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk rumah makan Lesehan

mengenai pentingnya perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku

sehingga rumah makan Lesehan bisa mengendalikan pemesanan bahan baku

sehingga sesuai dengan kebutuhan dan juga dapat menekan biaya yang

berlebihan agar dapa mencapai laba yang sudah diperkirakan.


3. Manfaat Praktis
6

Dengan adanya penelitian ini diharapkan untuk rumah makan Lesehan

dapat digunakan sebagai kajian agar bisa lebih mengembangkan dan

meningkatkan kinerja dari perencanaan dan pengendalian bahan baku.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

pengetahuan bagi peneliti untuk mampu menerapkannya dalam kehidupan

sehari-hari, serta untuk menggali pengetahuan mengenai perencanaan dan

pengendalian persediaan bahan baku.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Kontingensi

Teori yang dikemukakan oleh Fiedler’s (1964) ini menyatakan bahwa

kinerja pemimpin ditentukan dari pemahamannya terhadap situasi dimana mereka

memimpin. Secara sederhana teori kontijensi menekankan terhadap gaya

kepemimpinan dan pemahaman situasi yang tepat oleh pemimpin. Gaya

kepemimpinan digambarkan sebagai motivasi kerja atau motivasi hubungan.

Motivasi kerja lebih ditekankan kepada pencapaian tujuan sedangkan motivasi

hubungan ditekankan pada pengembangan, hubungan dekat secara personal.

Kemudian gaya kepemimpinan itu disesuaikan dengan situasi. Teori kontingensi

mengemukakan bahwa situasi dapat dikategorikan dengan tiga faktor, yaitu

hubungan pimpinan bawahan, stuktur kinerja, dan kekuatan posisi. Hubungan

pimpinan bawahan merujuk kepada atmosfer kelompok dan kepercayaan diri,

kesetiaan, dan interaksi mereka. Struktur kinerja lebih ditekankan kepada

optimalisasi kinerja, dan kekuatan posisi lebih ditekankan pada wewenang.


Alasan peneliti menggunakan teori ini adalah teori kontingensi diperlukan

dalam merancang sistem metode pengendalian khususnya pengendalian

persediaan bahan baku. Teori kontingensi ini menunjukkan suatu upaya dalam

penentuan sistem pengendalian yang paling memungkinkan atas seperangkat

keadaan yang ada pada suatu organisasi agar dapat menyesuaikan tindakan yang

akan dilakukan terkait pengendalian persediaan bahan baku.


8

2.1.2. Persediaan Bahan Baku

2.1.2.1. Definisi Persediaan Bahan Baku

Persediaan adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik

perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal,

atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi, ataupun

persediaan barang baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses

produksi. Jadi persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan yang disediakan,

bahan-bahan yang masih dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk

proses produksi ( Assauri, 2004: 169 ). Yamit (2003:5) mengemukakan bahwa

bahan baku merupakan barang atau bahan yang akan dibeli dari para supplier

untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi.

Jadi, persediaan bahan baku adalah barang milik perusahaan yang dibeli

dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi. Bahan

baku ini akan ditransformasi atau dikonversi menjadi barang akhir. Contoh dari

bahan baku yaitu daging, ikan, ayam, ayam (dalam industri kuliner). Persediaan

bahan baku di dalam perusahaan merupakan hal yang sangat wajar untuk

dikendalikan dengan baik. Setiap perusahaan yang menghasilkan produk

(perusahaan-perusahaan yang menyelenggarakan proses produksi) akan

memerlukan persediaan bahan baku. Namun demikian cara penyelenggaraan

persediaan bahan baku akan berbeda-beda untuk setiap perusahaan-perusahaan

tersebut, baik dalam hal jumlah unit dari persediaan bahan baku yang ada dalam
9

perusahaan, maupun manajemen ataupun pengelolaan dari persediaan bahan baku

di dalam perusahaan yang bersangkutan.

2.1.2.2. Pentingnya Persediaan Bahan Baku

Menurut Yamit (2003:6) persediaan bahan baku timbul disebabkan oleh

tidak sinkronnya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan untuk

memproses bahan baku. Untuk menjaga keseimbangan permintaan dengan

penyediaan bahan baku dan waktu proses diperlukan persediaan. Oleh karena itu,

terdapat empat faktor yang dijadikan fungsi perlunya persediaan, yaitu faktor

waktu, faktor ketidakpastian waktu datang, faktor ketidakpastian penggunaan

dalam pabrik, dan faktor ekonomis.

Heizer dan Render (2004: 60) dalam Anjarsari (2015) mengemukakan bahwa

persediaan bahan baku dapat melayani beberapa fungsi yang akan menambah

fleksibilitas operasi perusahaan, diantaranya adalah:

a) Untuk men-decouple atau memisahkan beragam bagian proses produksi.

Sebagai contoh, jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin

diperlukan persediaan tambahan untuk men-decouple proses produksi dari

para pemasok.

b) Untuk men-decouple perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan

persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan.

Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pelanggan eceran.


10

c) Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam

jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.

d) Untuk menjaga pengaruh inflasi dan naiknya harga.

2.1.2.3. Biaya Dalam Persediaan Bahan Baku

Yamit (2003:9) mengemukakan tujuan manajamen persediaan bahan baku

adalah untuk menyediakan jumlah material yang tepat, lead time yang tepat, dan

biaya rendah. Biaya persediaan bahan baku merupakan keseluruhan biaya operasi

atas sistem persediaan bahan baku. Biaya persediaan bahan baku didasarkan pada

parameter ekonomis yang relevan dengan jenis biaya sebagai berikut :

1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian adalah haga per-unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau

biaya produksi per-unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per-unit

akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan.


2. Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan adalah biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari

supplier atau biaya persiapan apabila item diproduksi di dalam perusahaan.

Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah

pemesanan.
3. Biaya Simpan
Biaya simpan adalah biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan

dan pemeiharaan maupun investasi secara fisik untuk menyimpan persediaan

bahan baku.
4. Biaya Kekurangan Persediaan bahan baku
Biaya Kekurangan Persediaan bahan baku adalah konsekuensi ekonomis atas

kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekuangan dari luar
11

terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan

kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi

kebutuhan departemen yang lain.

2.1.3. Perencanaan

2.1.3.1. Pengertian Perencanaan

Perencanaan merupakan sesuatu yang mendasar dalam proses manajemen.

Perencanaan merupakan suatu proses yang akan membuat perusahaan peka, dalam

pengertian mampu menyesuaikan diri, terhadap ancaman-ancaman dan

kesempatan yang ada (Kartadinata, 2000:17). Teori lain menyebutkan bahwa

menurut Welsch dkk (2000:3) perencanaan adalah suatu proses mengembangkan

tujuan perusahaan dan memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di masa

mendatang untuk mencapai tujuan tersebut. Proses ini mencakup sebagai berikut :

a. Penentuan tujuan perusahaan.

b. Pengembangan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

c. Pemilihan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Penentuan langkah-langkah untuk mengaplikasikan rencana menjadi kegiatan

yang sebenarnya.

e. Melakukan perencanaan kembali untk memperbaiki kekurangan yang terjadi.

2.1.3.2. Pentingnya Perencanaan

Perencanaan adalah fungsi pertama manajemen. Perencanaan ini dilakukan

terus-menerus karena dengan berlalunya waktu, perusahaan perlu melaksanakan


12

perencanaan kembali dan membuat rencana-rencana baru. Lagipula, proses umpan

balik yang berjalan sering memerlukan rencana baru, yaitu untk memperbaiki

kinerja yang kurang menghadapi kejadian yang tidak diinginkan yang tidak

diantisipasikan sebelumnya, dan mengambil kesempatan dari perkembangan baru

yang terjadi.

Proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek maupun jangka

panjang, adalah komponen yang paling penting dari keseluruhan sistem. Hal ini

merupakan dasar bagi elemen lainnya karena melalui proses prencanaan ini kita

menentukan apa yang akan kita lakukan, bagaimana kita akan melakukannya, dan

siapa yang akan mengerjakannya (Welsch dkk 2000:4).

Salah satu bentuk perencanaan adalah budget. Budget bukan saja

merupakan program yang paling penting bagi perusahaan, tetapi juga merupakan

mata rantai yang menghubungkan akuntansi biaya dengan pimpinan perusahaan

(Kartadinata, 2000:17-18). Anggaran hampir selalu merupakan bagian penting

dari proses perencanaan, karena ia membimbing keputusan pengalokasian sumber

daya menuju pencapaian sasaran (James dan Charles 2003:136).

Perencanaan harus jelas dan dapat dirangkum ke dalam empat langkah

pokok. Keempat langkah perencanaan ini dapat disesuaikan dengan semua

aktivitas perencanaan pada seluruh tingkat organisasi. Keempat langkah tersebut

yaitu :

1. Tetapkan sasaran atau perangkat tujuan.

Perencanaan diawali dengan keputusan mengenai apa yang diinginkan

atau dibutuhkan oleh sebuah organisasi atau sub-unit.


13

2. Tentukan situasi sekarang

Jalur komunikasi yang terbuka di dalam organisasi dan antar sub-unitnya

akan memberikan informasi, terutama data keuangan dan statistic yang

diperlukan pada langkah kedua ini.

3. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan.

Memang mudah melihat factor apa yang mendukung dan akan

menghambat yang sedang terjadi sekarang, tetapi untuk dimasa depan

tidak pernah jelas. Namun mengantisipasi situasi, masalah, dan peluang di

masa yang akan datang merupakan bagian penting dari perencanaan.

4. Kembangkan rencana atau perengkat tindakan untuk mencapai tujuan.

Pengembangan berbagai alternative cara bertindak untuk mencapai tujuan

yang diinginkan, mengevaluasi alternative-alternatif tersebut dan memilih

alternatif yang paling sesuai untuk mencapai tujuan.

2.1.3.3. Perencanaan Persediaan Bahan Baku

Sebagaimana diketahui sebelum perusahaan melakukan proses produksi,

perusahaan haru melakukan perencanaan persediaan dan perencanaan produksi

yang akan dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan proses produksi dalam

perusahaan yang bersangkutan. Di dalam hal ini perlu diketahui adanya dua unsur

yang utama di dalam penyusunan perencanaan produksi untuk perusahaan tersebut

yaitu peramalan produksi dan perkiraan produksi. Peramalan produksi di dalam

hal ini adalah merupakan peramalan tentang produk apa dan berapa yang akan

diproduksikan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan perkiraan produksi

yaitu merupakan perkiraan tentang jumlah dan jenis bahan baku yang diperlukan,
14

jumlah dan jenis dari tenaga kerja yang dibutuhkan, lama penggunaan jam mesin

serta mesin apa saja yang akan digunakan untuk proses produksi dan lain

sebagainya yang berhubungan dengan proses produksi (Ahyari 1985:52).

Welsch dkk (2000:186) mengemukakan, persediaan merupakan investasi

yang relatif tinggi dan mempunyai pengaruh yang besar pada fungsi utama

perusahaan dan labanya. Tujuan kebijakan persediaan adalah merencanakan

tingkat optimal investasi persediaan dan melalui pengendalian, mempertahankan

tingkat optimal ini. Kebijakan persediaan harus meliputi penetapan standar

persediaan, seperti tingkat maksimum atau meminum atau target tingkat

pergantian, dan apikasi teknik dan metode yang menjamin keseuaian dengan

satndar persediaan yang direncanakan. Penyusunan anggaran membutuhkan

ditetapkannya kebijakan persediaan dan memberikan ketentuan tentang varians

tingkat persediaan yang actual dari tingkat standar bulan ke bulan.

Adapun tujuan dari perencanaan persediaan adalah untuk mencapai

keseimbangan maksimum antara kelebihan persediaan dengan kekurangan

persediaan, di antara dua titik ini terdapat tingkat persediaan yang diinginkan,

yaitu menentukan tingkat persediaan optimum. Kelebihan persediaan dapat

mengakibatkan pemborosan biaya, di samping memerlukan biaya pengelolaan

yang akan mengurangi profitabilitas perusahaan (Sulastiningsih dan Zulkifli

2006:217).

Dari penjelasan diatas bisa disimpulkan bahwa salah satu dampak dari

tidak adanya perencanaan persediaan dalam suatu perusahaan bisa mengalami

kelebihan stok maupun kekurangan stok yang berakibat timbulnya masalah-


15

masalah dalam suatu perusahaan dan dampak jika perencanaan anggaran tidak

tersusun rapi dan tepat seperti kelebihan anggaran yang mencapai jumlah terlalu

besar, maka seluruh rencana mungkin perlu diperbaiki. Anggaran juga merupakan

salah satu dari pengendali dari setiap aktivitas organisasi.

2.1.4. Pengendalian

2.1.4.1. Pengertian Pengendalian

Menurut Welsch dkk (2000:3), pengendalian adalah suatu proses untuk

menjamin terciptanya kinerja yang efisien yang memungkinkan tercapainya

tujuan perusahaan. Kegiatan ini mencakup menetapkan tujuan dan standar,

membandingkan kinerja yang diukur dengan tujuan dan standar yang telah

ditetapkan, dan menekankan pencapaian sukses dan upaya untuk memperbaiki

kesalahan.

James dan Charles (2003:135) mengemukakan dalam bukunya secara

sederhana, pengendalian adalah sebagai suatu proses yang menjamin kesesuaian

antara tindakan dan rencana. Definisi ini menunjukkan adanya hubungan yang

erat antara perencanaan dengan pengendalian. Pengendalian tidak akan terjadi jika

tidak ada rencana, dan rencana mungkin tidak akan berhasil jika tidak ada usaha

untuk memantau perkembangannya.

Pengendalian menurut Halim dkk (2003:4) adalah proses penetapan

standar, dengan menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan

mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya berbeda secara

signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.


16

Suatu sistem pengendalian mempunyai beberapa elemen yang

memungkinkan pengendalian berjalan dengan baik. Elemen-elemen tersebut

adalah :

1. Pelacak (detector) atau sensor yaitu suatu perangkat yang mengukur apa

yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.


2. Penilai (assesor) yaitu suatu perangkat yang menentukan signifikansi dari

suatu peristiwa actual dengan cara mebandingkannya dengan beberapa

standar atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.


3. Effector yaitu suatu perangkat yang sering disebut dengan “umpan balik”

yang mengubah perilaku jika assessor mengindikasikan kebutuhan untuk

melakukan hal tersebut.

2.1.4.2. Pentingnya Pengendalian


Pengendalian adalah fungsi yang kelima dan merupakan fungsi yang

terakhir dalam proses manajemen. Proses pengendalian didefinisikan sebagai

proses mengukur dan mengevaluasi kinerja aktual dari setiap bagian organisasi

suatu perusahaan, kemudian melaksanakan tindakan perbaikan apabila diperlukan.


Pengendalian yang efektif memerlukan umpan maju (feedforward).

Dengan kata lain, diasumsikan bahwaa tujuan, rencana, kebijakan, dan standar

telah dikembangkan dan dikomunikasikan ke seluruh manajer yang bertanggung

jawab terhadap pencapaian kinerja yang telah direncanakan. Jadi, pengendalian

tergantung pada penerapan konsep umpan balik (feedback), yaitu konsep yang

memerlukan pengukuran kinerja yang memicu dilakukannya tindakan koreksi

yang dirancang untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan semula.

Dalam beberapa kasus, hasil pengendalian ini menyebabkan diakukannya revisi


17

terhadap rencana dan tujuan yang telah ditetapkan, atau kadangkala harus dibuat

rencana yang baru, perubahan operasi, dan pergantian penugasan terhadap

karyawan atau manajer. Welsch dkk (2000:14).

2.1.4.3. Pentingnya Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Menurut Sumayang (2003:197) dalam Anjarsari (2015), pengendalian

persediaan adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada tingkat yang

dikehendaki. Harus ada keseimbangan antara mempertahankan tingkat inventori

yang tepat dengan pengaruh keuangan minimum terhadap pelanggan. Jika

investasi sangat besar akan mengakibatkan biaya modal yang sangat besar

sehingga akan mengakibatkan juga biaya operasi yang tinggi. Investasi untuk

persediaan harus bersaing dengan investasi lain juga membutuhkan dana.

Adapun metode perhitungan yang digunakan dalam mengendalikan

persediaan yang lazim digunakan yaitu :

a. Economic Order Quantity (EOQ).

Economic Order Quantity adalah merupakan suatu jumlah pembelian

bahan yang akan dapat mencapai biaya persediaan yang paling minimal. Dengan

demikian diharapkan dengan adanya Economic Order Quantity ini biaya-biaya

persediaan akan dapat ditekan menjadi serendah-rendahnya sehingga efisiensi

persediaan bahan di dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut dapat

terlaksana dengan baik ( Ahyari, 1987: 260).


18

Yamit (2003:232), konsep EOQ digunakan untuk menjawab pertanyaan

“berapa jumlah yang harus dipesan”. Pada bagian terdahulu,telah

diidentifikasikan bahwa ada lima kategori biaya yang dikaitkan dengan keputusan

persediaan. Dari kelima kategori tersebut hanya dua, yaitu biaya pesan dan biaya

simpan yang relevan untuk dipertimbangkan dalam model EOQ. Kategori biaya

yang lain tidak relevan dipertimbangkan karena stockut cost dan biaya perubahan

kapasitas tidak akan terjadi apabila permintaan konsumen konstan (salah satu

asumsi dalam EOQ), dan harga item diasumsikan tidak mengalami peruahan.

Oleh karena itu, ketiga kategori biaya tersebut tidak akan mempengaruhi

keputusan berapa jumlah yang harus dipesan maupun kapan harus melakukan

pemesanan kembali.

Dewi dan Kristanto (2014:34-35) mengemukakan beberapa elemen yang

mempengaruhi EOQ adalah sebagai berikut :

a) Harga beli dan ongkos angkut

b) Biaya pemesanan, merupakan biaya yang terjadi dalam rangka

melaksanakan kegiatan pemesanan bahan. Biaya pemesanan termasu biaya

bukti permintaan pembelian, pesanan pembelian, laporan penerimaan,

menangani kiriman, kmunikasi dengan pemasok, serta akuntansi atas

pengantaran dan pembayaran.

c) Biaya penyimpanan, merupakan biaya yang terjadi dalam rangka

melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan, anatara lain biaya sewa


19

gudang, biaya asuransi bahan, biaya administrasi gudang, serta biaya atas

rusak dan usangnya bahan

d) Kebutuhan bahan baku selama setahun

Tujuan dari penggunaan Economic Order Quantity adalah untuk

meminimumkan jumlah biaya pemesanan serta biaya penyimpanan persediaan

saat melakukan pesanan persediaan bahan baku (Rayburn, 1999: 57). Dengan

menggunakan Economic Order Quantity maka persediaan di gudang tidak terlalu

banyak, tetapi juga tidak terlalu sedikit, sehingga aktivitas perusahaan tidak akan

terganggu karenannya.

Analisis sensitivitas digunakan untuk menentukan bagaimana pengaruh

perubahan atau kesalahan data dalam parameter EOQ. Jika perubahan dalam

parameter mdel EOQ cukup besar tetapi tidak berpengaruh terhadap EOQ, dapat

dikatakan bahwa model EOQ tidak sensitive terhadap perubahan tersebut. Jika

terjadi perubahan parameter sangat kecil dalam model EOQ, tetapi berpengaruh

cukup besar terhadap EOQ, dapat dikatakan bahwa model EOQ sensitive terhadap

perubahan tersebut.

Dalam model EOQ diasumsikan tidak diperkenankan adanya backorder.

Pada bagian ini akan dipelajari model persediaan yang mengizinkan adanya

rencana backorder. Backorder terjadi ketika permintaan pelanggan tidak dapat

dipenuhi dari persediaan yang ada dan pelanggan menyetujui untuk menunggu

pengiriman pesanan berikutnya. Hal ini berarti perusahaan tidak akan kehilangan

penjualan. Dalam beberapa bisnis, backorder mungkin jarang terjadi atau bahkan
20

tidak pernah terjadi, sebab dapat menghilangkan penjualan apabila pelanggan

tidak bersedia menunggu pengiriman berikutnya. Sebagai contoh, toko penjual

bahan makanan, jika backorder terjadi maka untuk setiap unit item yang

didatangkan secara mendadak akan menanggung biaya sebesar K rupiah per

tahun (Yamit, 2003:58).

Salah satu masalah dalam menentukan analisis Economic Order Quantity

adalah sulit untuk menentukan titik pemesanan kembali. Tititk pemesanan

kembali (Reorder point) merupakan tingkat kuantitas persediaan yang ada yang

memicu sebuah pemesanan pembelian baru atau dengan kata lain titik dalam

proses produksi dimana jumlah bahan baku yang tersedia sama dengan kebutuhan

yang diperkirakan (Dewi dan Kristanto, 2014: 28). Keunggulan metode Economic

Order Quantity adalah dapat digunakan untuk mengetahui berapa banyak

persediaan yang harus dipesan (bahan baku) dan dapat mengatasi ketidakpastian

permintaan dengan adanya persediaan pengaman (safety stock). Rumus dari

Economic Order Quantity sebagai berikut :

Keterangan : RU : Requirement Unit ( kebutuhan bahan aku setahun )


CO : Cost per Order ( biaya pemesanan per pesanan )
CU : Cost per unit ( harga beli bahan baku per unit )
CC : Carryng cost ( biaya penyimpanan (%) )

b. Lead Time ( Tenggang Waktu )


21

Yamit (2003:187), total waktu untuk memperoleh semua bahan baku dan

pembelian kmponen, memprosesnya, mengetes, dan pengepakan produk akhir

disebut sebagai siklus waktu produksi (production cycle time). Sedangkan total

waktu yang diperlukan mulai dari kebutuhan operasi hingga penyelesaian akhir

disebut sebagai siklus waktu pabrik (manufacturing cycle time).

Manufacturing Cycle Time :

Setup Time Process Time Wait time Move time Queue time
Waktu Waktu proses Waktu tunggu Waktu pindah Waktu antrian

persiapan

Dari table diatas menunjukkan siklus waktu pabarik yang terdiri dari lima elemen

yaitu :
1. Waktu persiapan (setup time), yaitu waktu mempersiapkan bahan baku, mesin,

atau pusat kerja hingga siap untuk di operasikan.


2. Waktu proses (process time), yaitu waktu operasi yang produktif.
3. Waktu tunggu (wait time), yaitu waktu bahan baku menunggu untuk berpindah

pada lokasi berikutnya.


4. Waktu perpindahan (move time), yaitu waktu yang diperlukan bahan baku utuk

berpindah dari gudang ke gudang berikutnya atau dari satu pusat kerja yang

lain.
5. Waktu antri (queue time), yaitu waktu bahan baku menunggu yang disebabkan

oleh pesanan yang lain dalam proses di pusat kerja atau departemen.

Waktu proses adalah waktu kegiatan yang menciptakan nilai tambah dan

hanya mewakili sebagian kecil dari siklus pabrik. Bagian waktu yang terbesar

adalah waktu tunggu (lead time) kadang-kadang lebih dari 90% digunakan untuk
22

mendatangkan hingga waktu antri. Waktu persiapan, waktu tunggu, dan waktu atri

adalah periode waktu yang tidak aktif atau tidak produktif dalam siklus waktu

pabrik, yang disebabkan oleh adanya penundaan seperti :


1. Menunggu mesin atau penyiapan pusat kerja
2. Menunggu untuk dipindahkan
3. Menunggu untuk diperiksa
4. Menunggu untuk prioritas
5. Menseleksi peralatan, bahan baku, atau informasi
6. Kerusakan mesin
7. Ketidakhadiran
Atas anggapan bahwa biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja adalah
cukup terkontrol, diperlukan penurunan waktu siklus pabrikagar dapat

menurunkan tingkat persediaan dalam proses. Jika siklus waktu dapat diturunkan

atau dikurangi, maka investasi persediaan dalam prosesdapat pula dikurangi.

Untuk mengurangi penundaan dibutuhkan perencanaan dan skedul operasi yang

lebih efisien. Waktu antri dapat dikurangi dengan menghilangkan fisik persediaan

dalam produksi. Persediaan dapat dikurangi dengan perencanaan skedul operasi

dalam melaksanakan produksi.


Lead Time adalah bagian dari pemeliharaan jaminan persediaan, oleh

karena itu pengawasan terhadap lead time merupakan pengawasan terhadap

jaminan persediaan. Lead time menjadi lebih baik bila dapat mengurangi periode

waktu tidak produktif atau waktu tidak aktif.


c. Material Requirements Planning (MRP)
Material Requirements Planning merupakan system yang dirancang

khusus untuk situasi permintaan bergelombang, yang secara tipikal karena

permintaan tersebut dependen. Oleh karena itu tujuan system MRP adalah

menjamin tersedianya material, item, atau komponen pada saat dibutuhkan untuk

memenuhi skedul produksi dan menjamin tersedianya produk jadi bagi konsumen,

menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum, dan merencanakan aktivitas


23

pengiriman, penjadwalan, dan aktivitas pembelian (Yamit 2003:151). Manajemen

persediaan system MRP memiliki karakteristik sebagai berikut :


a. Perhatian terhadap kapan dibutuhkan
Integrasi pemikiran antara fungsi pengawasan produksi dan manajemen

persediaan mengakibatkan pergeseran perhatian terhadap kapan

dibutuhkan ketimbang perhatian langsung terhadap kapan melakukan

pemesanan.
b. Perhatian terhadap prioritas pemesanan
Adanya kesadaran bahwa semua pesanan konsumen tidak memilikir

prioritas yang sama atau produk yang satu lebih penting dari produk lain.

c. Penundaan pengiriman permintaan


Konsekuensi kesadaran bahwa semua pesanan menghasilkan konsep

penundaan pengiriman yaitu menunda produksi atau pesanan terhadap

item yang telah dijadwal, untuk memaksimumkan keseluruhan operasi.


d. Fungsi integrasi
Pengawasan produksi dan manajemen persediaan dipandang sebagai

fungsi yang terintegrasi.


Adapun input-input dari MRP (Kumalaningrum dkk 2011:176) sebagai

berikut :
1. Bill Of Material (BOM)
Bill Of Material merupakan catatan atau laporan semua komponen

setiap item, keterkaitan antara parent item dengan komponen, dan

kuantitas penggunaannya yang berasal dari engineering dan desain proses.


2. Master Production Schedule (MPS)
Master Production Schedule merupakan jumlah secara detail item

akhir yang akan di produksi dalam periode waktu tertentu. Beberapa

batasan yang perlu diperhatikan dalam MPS :


24

a) Jumlah kuantitas dalam MPS harus sama dengan aggregate

production plan.
b) Kuantitas agregat harus dialokasikan secara efisien sepanjang

waktu.
c) Bagian operasional harus memahami batasan kapasitas produksi

perusahaan.
3. Inventory Record
Inventory Record merupakan input terakhir untuk MRP, dan

fondasi untuk meng-update catatan transaksi persediaan yang mencakup

realisasi pesanan baru, penerimaan schedule receipt, penyesuaian awal

tanggal schedule receipt, penarikan persediaan, pembatalan persediaan,

dan berbagai pembatalan kerugian, dan keuntunngan persediaan.

Berikut gambar dari proses input dan output MRP :

Master
d) Production
Schedule

Bill Of Proses Inventory


Material MRP Record

Berdasarkan  Rencanadari
informasi Pemesanan
input-input tersebut, system MRP
 Update Persediaan
mengidentifikasi aktivitas-aktivitas bahwa operasional perusahaan harus berjalan
 Laporan Persediaan
mengikuti skedul, seperti merealisasikan pemesanan produk baru, melakukan
 Rencana Kebutuhan
Kapasitasdan mempercepat keterlambatan pemesanan.
penyesuaian kuantitas pemesanan,

Sistem MRP menerjemahkan MPS dan sumber-sumber permintaan lainnya ke

dalam sub perakitan, komponen-komponen, dan bahan baku yang dibutuhkan

untuk memproduksi parent item. Proses ini disebut MRP explosion, karena
25

mengubah skedul berbagai produk final ke dalam sejumlah skedul komponen

yang lebih besar.


Langkah dasar untuk menganalisis data pada prosedur system MRP

terdapat empat langkah, kemudian langkah tersebut diterapkan satu persatu pada

periode perencanaan dan pada setiap item. Ketika item dalam produksi relative

sedikit maka prosedur tersebut dilakukan secara manual. Sedangkan, kalau jumlah

item sangat banyak maka, dapat dijadikan dengaan suatu program software.

Menurut Hendra (2009:177-180) dalam Sukamto (2018) langkah dasar tersebut

adalah :
1. Offsetting
Perhitungan untuk menentukan saat yang tepat dalam melakukan rencana

pemesanan untuk memenuhi kebutuhan bersih, dimana rencana pemesanan

diperoleh dengan mengurangkan saat awal tersedianya kebutuhan bersih

yang diinginkan lead time.


2. Netting
Proses perhitungan kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisish

antara kebutuhan kotor dan keadaan persediaan.

3. Explosion
Dalam langkah ini, dilakukan perhitungan kebutuhan kotor pada item atau

komponen lebih bawah. Kemudian perhitungan didasarkan pada rencana

pemesanan item produk, untuk level yang lebih atas. Selanjutnya

kebutuhan kotor tersebut, dapat ditentukan dengan menghitung kebutuhan

bahan (BOM).
4. Lotting
26

Proses ini dilakukan untuk menentukan besarnya pesanan yang lebih

optimal dan berdasarkan perolehan masing-masing item produk dalam

perhitungan kebutuhan bersih.


c. Just In Time
Menurut Yamit (2003:193) Just in time adalah usaha-usaha untuk

meniadakan pemborosan dalam segala bidang produksi, sehingga dapat

menghasilkan dan mengirimkan produk akhir tepat waktu untuk dijual. JIT pada

dasarnya berusaha menghilangkan semua biaya pemborosan yang tidak

memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan. Pemborosan

didefinisikan sebagai sesuatu yang secara nyata meminimumkan sumber daya

seperti bahan baku, mesin, dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menambah

nilai suatu produk. Istilah Just In Time secara harfiah berarti tepat waktu, yang

telah banyak dan berhasil digunakan oleh industry Jepang dengan memanfaatkan

kemampuan pemasok bahan baku atau komponen untuk menyerahkan pesanan

tepat pada saat dibutuhkan dan pada tingkat yang dibutuhkan saja.
Ide umum dari JIT adalah menghapuskan semua beban atau yang

menghambat kelancaran produk dalam menggunakan fasilitas dari awal hingga

akhir. Dengan demikian pada dasarnya JIT adalah menyederhanakan atau

mempermudah dan menghilangkkan persoalan dari awal hingga akhir. Meskipun

persdiaan dianggap sebagai hal yang mendatangkan efisiensi operasi, namun

dapat juga berpengaruh sebaliknya. Bahkan persediaan dapat menimbulkan secara

terus menerus inefisiensi seperti biaya persiapan, lead time, antrian, kesalahan

fungsi mesin, kualitas yang tidak stabil, proses yang berubah-ubah, dsb. Untuk

mencapai tujuan JIT diperlukan asumsi sebagai berikut :


1. Ukuran lot kecil
2. Konsisten kualitas tinggi
27

3. Pekerja dapat diandalkan


4. Persediaan menjadi minimum
5. Mesin dapat diandalkan
6. Rencana produksi stabil
7. Kepastian jadwal operasi
8. Keseragaman
Konsep JIT dapat diterapkan dalam berbagai macam tipe proses produksi

diantaranya adalah tipe proses produksi terus menerus. Manfaat dari Just In Time

adalah :
a. Biaya penyimpanan persediaan menjadi rendah
b. Biaya sisa bahan menjadi berkurang karena kecacatan dapat dideteksi

lebih awal (karena frekuensi penyerahan bahan baku lebih sering)


c. Kualitas bahan baku yang dibeli lebih tinggi karena pemasok

bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan kualitas.


d. Tindakan korektif dapat lebih cepat dilakukan.
Just in Time merupakan kasus khusus dari sebagian kecil EOQ. Penerapan

just in time membutuhkan set up time yang singkat dan alur produksi melalui

beberapa work stations yang seragam. Konsentrasi just in time adalah stockless

production/lean production/zero inventory production. Tujuan pengurangan

persediaan menjadi nol hanya tercapai bila :


a) Biaya dan waktu persiapan yang rendah atau tidak signifikan.
b) Ukuran lot sama dengan satu.
c) Waktu tunggu minimum atau hampir seketika.
d) Beban kerja yang seimbang dan merata.
e) Tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan, kualitas buruk,

pemeliharaan mesin tidak sesuai jadwal, perubahan spesifikasi atau

perubahan lain yang tidak terencana.


Pengurangan tingkat persediaan juga mempengaruhi kecepatan proses atau

kecepatan dimana suatu unit dapat melalui system. Banyak perusahaan

menggunakan just in time hanya untuk menangani pembelian dalam presentase

yang kecil, alasannya :


28

a) Waktu dan usaha yang diperlukan untuk mengubah sebagian besar

pemasok agar mengikuti pola pengiriman just in time.


b) Kesulitan dalam memperoleh pengiriman dengan biaya rendah sehingga

dapat menjustifikasi pengiriman dalam jumah kecil namun dengan

frekuensi besar.
c) Kemungkinan adanya penundaan pengiriman jika pemasok berada ratusan

mil jauhnya.
d) Kecendrungan yang membuat frustasi dimana komponen yang bernilai

rendah dan non kritis ketika tidak sampai tepat waktu dan akibatnya suatu

pesanan penting pelanggan tidak dapat diselesaikan karena tidak ada

persediaan pengaman.
Adapun tujuan dari Just In Time adalah sebagai berikut :
1. Zero defects (meniadakan produk cacat)
2. Zero inventories (meniadakan persediaan dalam pabrik)
3. Zero setup time (meniadakan waktu persiapan)
4. Zero handling (meniadakan penanganan bahan)
5. Zero queues (meniadakan antrian)
6. Zero breakdowns (meniadakan kerusakan mesin)
7. Zero lead time (meniadakan waktu tunggu)
8. Zero lot excesses (meniadakan kelebihan lot)
9. Zero schedule interruptions (meniadakan gangguan pada jadwal produksi)
Berdasarkan tujuan diatas, system JIT berbeda dengan system konvensional

seperti diperlihatkan dalam table dibawah ini :

Tabel 2.1.4.3.
Perbandingan sistem konvensional dengan Just In Time

Konvensional Just In Time


1. Beberapa kesalahan dapat 1. Tanpa cacat dan pasti
diterima 2. Idealnya lota adalah Satu
2. Lot besar lebih efisien 3. Keseimbangan produksi lebih
3. Produksi cepat lebih efisien efisien
4. Persediaan memberikan rasa 4. Persediaan adalah pemborosan
aman 5. Antrian akan dihilangkan
5. Antrian sangat penting 6. Lead time pendek lebih penting
29

6. Lead time panjang lebih penting

Konsep Just In Time pada persediaan bahan baku dimana bahan baku yang

digunakan untuk aktivitas produksi didatangkan pemasok atau supplier tepat pada

saat bahan tersebut di butuhkan pada proses produksi. Salah satu alat yang

digunakan untuk merealisasikan sistem produksi Just In Time adalah Kanban.

Kanban atau biasa disebut pull system adalah sistem komunikasi atau kartu

perintah yang digunakan untuk melakukan pemesanan bahan baku sesuai dengan

kuantitas kebutuhan yang diinginkan, kuantitas sesuai dengan kapasitas

persediaan untuk menghasilkan suatu produk. Pada metode Kanban menuntut

adanya ketepatan waktu dan jumlah persediaan yang optimal guna menghindari

terjadinya stockout maupun persediaan yang menumpuk. Metode ini sangat

berbeda dengan metode EOQ

Untuk menerapkan JIT sangat bergantung dari kesiapan infrastruktur dan

suprastruktur dalam lingkup yang lebih luas. Yang terlibat dalam JIT tidak hanya

satu perusahaan saja, tetapi bisa jadi banyak perusahaan, bahkan sampai kepada

etos kerja atau komitmen manajer dalam mendukung system JIT. Oleh karena itu,

bagi manajer yang ingin menerapkan JIT dianjurkan melakukan kegiatan sebagai

berikut :

1. Hindari gangguan atau penghentian kerja

a. Kurangi waktu persiapan

b. Pengawasan kualitas sumber daya

c. Hilangkan kerusakan mesin


30

2. Hilangkan penanganan bahan dan persediaan

a. Kurangi jarak antar operasi

b. Hilangkan persediaan pengaman

c. Atur peralatan sesuai dengan arus produk

3. Singkronkan atau seimbangkan produksi

a. Hilangkan antrian dan penumpukan

b. Kurangi frekuensi kedatangan supplier

4. Hindari penjadwalan ulang

5. Dibuat jika hanya dibutuhkan

Konsep JIT dapat diterapkan dalam berbagai macam tipe proses produksi,

diantaranya adalah tipe proses produksi terus menerus. Langkah-langkah

penerapan just in time menurut Hustanto (2013:53-65) dalam Madianto dkk

(2016) sebagai berikut :

a. Membuat rencana kebutuhan bahan baku

b. Mengitung biaya pembelian bahan baku

c. Menghitung dan menetapkan biaya dalam pemesanan (JIT)

d. Menghitung biaya penyimpanan


Biaya penyimpanan termasuk biaya listrik, kebersihan, dan gudang.
e. Total biaya persediaan (JIT)

Dalam penelitian ini metode pengendalian yang digunakan yaitu Just In

Time. Just In Time digunakan karena dengan prinsipnya yaitu meningkatkan

kemampuan perusahaan dalam penelitian ini yang digunakan yaitu Lesehan untuk
31

secara terus menerus dengan tanggap perubahan dan pemborosan. Lesehan Ayam

Taliwang Irama juga menyesuaikan pengiriman bahan baku dari supplier sesuai

dengan banyaknya konsumen yang berkunjung pada hari sebelumnya.

2.2. Penelitian Terdahulu


Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

penelitian ini, antara lain:


Feprianto dkk (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Implementasi Konsep Just In Time dalam Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus

pada UD. Ultra Mas Malang)”. Masalah dalam penelitian ini yaitu terjadinya

kelebihan produksi yang dikarenakan persediaan bahan baku yang dibeli oleh

perusahaan tidak direncanakan sesuai jumlah permintaan produk. Jumlah produksi

UD. Ultra Mas pada bulan September 2016 sebesar 8.099 kilogram keripik

singkong. Jumlah produksi tersebut merupakan jumlah bahan baku yang dikirim

oleh pemasok. Permintaan pelanggan produk keripik singkong UD. Ultra Mas

sebanyak 5.277 kilogram keripik singkong, dengan demikian terjadi kelebihan

produksi sebesar 2.822 kilogram keripik singkong. Jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Sumber data yang

digunakan adalah data sekunder. Hasil dari penelitian ini yaitu total biaya

persediaan bahan baku dengan menggunakan metode yang diterapkan perusahaan

sebesar Rp 673.154.400 dan penerapan metode Just In Time total biaya persediaan

bahan baku sebesar Rp 585.857.728. Selisih yang didapatkan dari perhitungan

kedua metode tersebut sebesar Rp. 87.296.672. Metode Just In Time telah

menurunkan total biaya persediaan bahan baku ubi kayu sebesar 12,96%. Secara
32

keseluruhan implementasi metode Just In Time telah menurunkan biaya

perencanaan persediaan bahan baku. Penurunan biaya total tersebut dikarenakan

transformasi yang dilakukan metode Just In Time, yaitu mentransformasi

kebutuhan bahan baku bulanan ke harian.


Rosita dkk (2018), dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Metode

Just In Time (JIT) untuk Meningkatkan Efisiensi Persediaan Bahan Baku pada

Home Industry Mulya Collection Jombang”. Adapun masalah pada penelitian ini

yaitu adanya pemborosan-pemborosan yang terjadi pada perusahaan. Pemborosan

tersebut dapat berupa produksi yang berlebih, waktu yang terbuang karena

pemindahan barang, tenaga kerja menganggur, kesalahan tata letak pabrik,

transportasi, mesin tidak canggih, persediaan serta produk yang rusak atau cacat.

Jenis penelitian yaitu kuantitaif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber

data pada penelitian ini yaitu data sekunder. Hasil dari penelitian tersebut bahwa

dengan digunakannya metode Just In Time (JIT) untuk mengendalikan persediaan

bahan baku menunjukkan terjadinya efisiensi yang meningkat dalam persediaan

bahan baku. Nilai persediaan bahan baku Home Industry “Mulya Collection”

Jombang pada tahun 2017 sesuai dengan hasil perhitungan perusahaan sebesar Rp

155,856,000 dan hasil perhitungan Just In Time (JIT) nilai persediaan bahan baku

pada tahun 2017 sebesar Rp 131,950,000. Melihat hasi tersebut terdapat efisiensi

nilai persediaan bahan baku dari kebijakan Just In Time (JIT) sebesar Rp

23,950,000.
Madianto dkk (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Implementasi Sistem Just In Time (JIT) pada Persediaan Bahan Baku untuk

Memenuhi Kebutuhan Produksi pada PT Alinco, Karangposo, Malang. Adapun


33

masalah dalam penelitian ini yaitu pada tahun 2015 terjadi permasalahan dalam

hal pembekakan biaya pembelian bahan baku polyprophylen untuk memenuhi

kebutuhan produksi PT. Alinco. PT Alinco mengalami pembekakan biaya karena

kelebihan membeli bahan baku sebesar Rp 34.202.000 dalam memenuhi

kebutuhan klem kabel. Pembelian terlalu banyak juga akan mempengaruhi

penyimpanan berlebih di gudang dan akan menimbulkan biaya penyimpanan di

gudang berupa listrik, biaya gudang, dan biaya kebersihan. Jenis penelitian yaitu

kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Sumber data dari penelitian

ini yaitu data sekunder. Hasil dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan

system Just In Time pada persediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan

produksi yaitu bisa meningkatkan efisiensi biaya produksi perusahaan dan

menimbulkan efektivitas dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku produksinya.

Bisa dilihat juga dari total biaya persediaan bahan baku dimana total biaya

persediaan menurut perhitungan perusahaan sebesar Rp 731.096.660 sedangakan

menurut perhitungan Just In Time sebesar Rp 731.096.630,7 sehingga

menimbulkan selisih sebesar Rp 38.725.029,3, jadi menerapkan system Just In

Time pada persediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produksi

perusahaan lebih efektif dan efisien dari system perencanaan dan pengendalian

yang diterapkan oleh perusahaan.

2.3. Rerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian dari latar belakang dan penelitian terdahulu serta pada

kajaian teori, berikut ini peneliti dapat mengemukakan kerangka berfikir yang
34

dapat berfungsi sebagai penuntun sekaligus mencerminkan alur berfikir dalam

penelitian ini.
35

Gambar 2.3
Rerangka Pemikiran

Perencanaan dan Pengendalian Persediaan


Bahan Baku di Lesehan Ayam Taliwang Irama

Kendala Yang dihadapi

Rekomendasi:
Just In Time
Untuk Meningkatkan efisiensi
persediaan bahan baku pada lesehan
dengan menggunakan biaya
persediaan yang lebih rendah

BAB III
36

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif

yaitu metode penelitian yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi

gambaran terhadap objek sebagaiamana adanya, tanpa melakukan analisis dan

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2016:29). Pendekatan

dari penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan

kuantitatif menurut Hamdi dan Baharudin (2014:5) merupakan suatu pendekatan

penelitian yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara

kuantitatif.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lesehan Ayam Taliwang Irama yang

beralamatkan di Jl. Ade Irma Suryani No.10, Monjok, Cakranegara, Kota

Mataram, Nusa Tenggara Barat Pemilihan lokasi seperti yang telah dipaparkan

dalam pendahuluan yaitu berdasarkan minat masyarakat yang cukup tinggi untuk

olahan ayam, hal ini bisa dilihat dari banyaknya rumah makan dan warung kaki

lima yang memunculkan olahan ayam dalam menu yang ditawarkan kepada

konsumen. Selain itu dengan banyaknya Lesehan di Kota Mataram yang

menyajikan menu olahan ayam maka tingkat persaingannya juga semakin tinggi.

3.3. Teknik Pengumpulan Data


37

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam

memperoleh data tersebut maka teknik yang digunakan berupa:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara langsung dilapangan

dengan teliti dan sistematis. Dalam penelitian ini dilakukan observasi awal

dengan cara langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan informasi awal

tentang bagaimana Leseha nAyam Taliwang Irama mendapatkan bahan baku

ayam. Selain itu dilakukan observasi lebih lanjut untuk menggali lebih dalam

lagi informasi yang dapat menunjang penelitian ini. Observasi ini juga

bertujuan untuk menyesuaikan antara teori yang telah didapatkan oleh peneliti

sebelumnya dengan praktik di lapangan.

b. Wawancara

Wawancara yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab

langsung dengan manajer atau karyawan khususnya bagian persediaan bahan

baku. Dalam peneltian ini peneliti berhadapan langsung dengan manajer dan

karyawan bagian persediaan bahan baku Lesehan Ayam Taliwang Irama untuk

mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan dalam penelitian.

Dalam peneltian ini, peneliti melakukan wawancara dengan pihak terkait

dengan maksud melengkapi data yang diperoleh melalui observasi.

c. Studi Pustaka
38

Studi pustaka adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dari

buku-buku, majalah, jurnal, dan literatur lain yang relevan dengan masalah

penelitian.

d. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan

sengan cara mencatat atau mengcopy data dari perusahaan seperti laporan

penjualan, pembelian, laba rugi, dsb.

3.4. Sumber Data

Data merupakan salah satu komponen yang penting dalam penelitian.

Sumber data di dalam penelitian ini berupa :

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya, diamati dan diacatat untuk pertama kalinya. Dalam penelitian

ini data yang didapat langsung dari manajer dari kedua Lesehan.

b. Data Sekunder

Dalam penelitian ini data sekunder didapatkan dari data-data

perusahaan terkait laporan persediaan bahan baku serta referensi dari buku

dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian.

3.5. Responden Penelitian


39

Responden dalam penelitian ini yaitu manajer di Lesehan Ayam Taliwang

Irama di Kota Mataram

3.6. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalahpahaman dan memudahkan dalam memahami isi

penelitian perlu didefinisikan beberapa istilah:

3.6.1. Perencanaan Persediaan Bahan Baku

Perencanaan persediaan bahan baku yang dimaksud pada penelitian ini

berkatian dengan kemampuan Lesehan dalam mengembangkan usaha dan

memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang untuk

mencapai tujuan yang dilakukan dengan meminimalisasi total biaya yang

dikeluarkan dalam penanganan persediaan dan mampu mengantisispasi keadaan

maupun tantangan yang disesuakan dengan kekayaan yang dimiliki Lesehan.

Welsch dkk (2000:186)

3.6.2. Pengendalian Persediaan Bahan Baku

Pengendalian persediaan bahan baku yang dimaksud pada peneitian ini

berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh Lesehan dalam mempertahankan

jumlah persediaan pada tingkat yang dikehendaki atau mencapai titik

keseimbangan yang dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar, serta

menekankan pencapaian kesuksesan dalam memperbaiki kesalahan. Welsch dkk

(2000:14).

3.7. Teknik Analisis Data


40

Teknik analisis data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk

mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan. Analisis data menurut

Bogdan dalam Sugiyono yaitu proses mencari dan menyusun secara sistematik

data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada

orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis berdasarkan data

yang diperoleh.

Menurut Miles & Huberman (1992: 16) analisis terdiri dari tiga alur kegiatan

yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan

kesimpulan/verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut secara lebih lengkapnya

adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus

selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan

adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan (seringkal

tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan

penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya. Selama

pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya (membuat

ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi,

membuat memo). Reduksi data/transformasi ini berlanjut terus sesudah penelian

lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.


41

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan

suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,

membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian

rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Dengan reduksi data peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi.

Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam

cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,

menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya. Kadangkala

dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi

tindakan ini tidak selalu bijaksana.

2. Penyajian Data

Miles & Huberman membatasi suatu penyajian sebagai sekumpulan

informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih

baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang

meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang

guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan

mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang

sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah

terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh

penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

3. Menarik Kesimpulan
42

Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari

satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat

pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia

menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin

menjadi begitu seksama dan menghabiskan tenaga dengan peninjauan kembali

serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan

intersubjektif atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu

temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang

muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan

kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Kesimpulan akhir tidak hanya

terjadi pada waktu proses pengumpulan data saja, akan tetapi perlu diverifikasi

agar benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.


43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Profil Lesehan Ayam Taliwang Irama

Lesehan Ayam Taliwang Irama merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang kuliner yang sudah berdiri sejak tahun 1983. Pemilik dari Lesehan Ayam

Taliwang yakni Bapak H. Mahmudin dan saat ini yang dipercayakan untuk

mengelolanya yaitu anaknya sendiri H. Sofyan. Pada awal berdiri, Lesehan Ayam

Taliwang Irama ini masih bernama Warung Taliwang Irama dan masih berbentuk

kaki lima. Kurang lebih sepuluh tahun kemudian, Warung Taliwang Irama

berkembang dan mendirikan sebuah lesehan yang diberi nama Lesehan Ayam

Taliwang Irama I. Sampai saat ini lesehan terus berkembang sehingga memiliki 2

cabang yaitu Lesehan Ayam Taliwang Irama 1 dan Lesehan Ayam Taliwang Irama

3 sebagai pusatnya.

Lesehan Ayam Taliwang Irama sendiri memiliki ciri khas dari sisi menu

yang ditawarkan, adanya masakan khas Lombok seperti pelecing kangkung salah

satu contohnya. Namun tetap menu olahan ayam taliwang merupakan menu

andalan dan menjadi daya tarik tersendiri dari lesehan ini. Selain itu dari segi

pelayanan juga sangat baik. Lesehan ini memiliki dua cabang yaitu Lesehan Ayam

Taliwang Irama 1 dan Lesehan Ayam Taliwang Irama 3 yang masing-masing

beralamatkan di Jl. Ade Irma Suryani No.10, Monjok, Cakranegara, Kota


44

Mataram, Nusa Tenggara Barat dan Jl. Ade Irma Suryani No.53, Monjok,

Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

4.1.2. Struktur Organisasi

Salah satu faktor yang sangat penting untuk mencapai tujuan perusahaan

adalah suatu struktur organisasi yang baik dan tepat dimana di dalamnya terdapat

pembagian tugas dan tanggug jawab yang dimaksudkan agar setiap bagian dapat

mengetahui apa yang menjadi tugas dan dapat dilaksanakan serta

dipertanggungjawabkan tanpa adanya kesimpangsiuran dalam pelaksanaan tugas

masing-masing karyawan yang bersangkutan.

Struktur organisasi itu sendiri adalah suatu susunan yang merinci

pembagian aktivitas kerja dan menunjukkan tingkatan aktivitas berkaitan satu

sama lain, sampai tingkat tertentu ia juga menunjukkan tingkat spesialisasi dari

aktivitas kerja. Struktur ini juga menunjukkan hierarki oragnisasi dan struktur

wewenang, serta memperlihatkan hubungan pelapornya. Bagi perusahaan, sruktur

organisasi memberikan stabilitas dan kontinuitas yang memungkinkan organisasi

tetap hidup walaupun orang datang dan pergi serta mengkoordinasi hubungannya

dengan lingkungannya.

Struktur organisasi merupakan hal penting dalam perusahaan, yang

menggambarkan hubungan wewenang antara atasan dan bawahan. Masing-masing

fungsi memiliki wewnang dan tanggung jawab yang melekat sesuai dengan ruang

lingkup pekerjaannya agar tujuan dan sasaran dapat tercapai melalui efisiensi dan

efektifitas kerja.
45

Struktur organisasi merupakan perwujudan dari setiap pembagian tugas

yang ada. Dalam struktur organisasi akan nampak hubungan wewenang antara

pimpinan dan bawahan, begitu juga yang terjadi pada Lesehan Ayam Taliwang

Irama mempunyai tugas yang jelas.

Struktur organisasi yang dimiliki oleh Lesehan Ayam Taliwang Irama

adalah struktur organisasi line, dimana dalam struktur organisasi tersebut

hubungan pimpinan dan bawahan terjadi secara langsung dengan satu garis

wewenang.

Bentuk struktur organisasi yang baik sangat penting dalam menunjang

kelancaran tugas operasional perusahaan sehari-hari karena dengan adanya

pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas dapat meminimumkan

kesimpangsiuran dalam bekerja sehingga dapat tercipta kerja sama yang harmonis

antar karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Agar

lebih jelas maka struktur organisasi yang digunakan dalam perusahaan dapat

dilihat pada skema berikut ini :


46

Gambar 4.1.2
Struktur Organisasi Lesehan Ayam Taliwang Irama

PEMILIK

MANAJER

SUPERVISOR

STAFF

BAGIAN BAGIAN WAITER /


DAPUR KASIR WAITRES
47

Uraian Tugas Dan Tanggung Jawab :

1. Pemilik Usaha, memiliki tanggung jawab :

a. Memutuskan dan menentukan peraturan dan kebijakan tertinggi

dalam usahanya.

b. Bertanggung jawab dalam memimpin dan menjalankan

perusahaan.

c. Merencanakan serta mengembangkan sumber-sumber pendapatan

dan pembelanjaan kekayaan perusahaan.

d. Mengkoordinasi dan mengawasi semua kegiatan di perusahaan,

mulai bidang administrasi, kepagawaian, hingga pengadaan

persediaan bahan baku.

2. Manajer, memiliki tanggung jawab :

a. Mencapai tujuan organisasi/perusahaan bersama dengan karyawan

yang dipimpin

b. Bertanggung jawab terhadap proses manajemen secara keseluruhan

c. Manajer menjadi problem solver bagi permasalahan dalam

perusahaan

d. Manajer mengevaluasi aktivitas perusahaan

e. Manajer membangun kepercayaan antar kariawan


48

3. Supervisor, memiliki tanggung jawab :

a. Mengatur staf bawahan

b. Mampu menerangkan job description dengan baik

c. Melakukan pengarahan ke staf bawahan

d. Mengontrol dan memberikan evaluasi

e. Memberikan motivasi

4. Staf, memiliki tanggung jawab :

1. Bagian Dapur :

a) Mengatur dan mengawasi seluruh tugas-tugas di dapur,

khususnya daam proses pengadaan dan pengelolaan

makanan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.

b) Memastikan dapur dalam keadaan bersih.

c) Memastikan proses produksi berjalan sesuai dengan rencana

2. Bagian Kasir :

a) Menjalankan proses penjualan dan pembayaran

b) Melakukan pencatatan atas semua transaksi

c) Melakukan proses transaksi pelayanan jual beli serta

melakukan pembungkusan
49

d) Melakukan pengecekan atas jumlah barang pada saat

penerimaan barang

e) Melakukan pembukuan dengan tepat

3. Bagian waiter/waitres

a) Menata penampilan yang rapi dan sopan sesuai dengan tata

tertib restoran

b) Menata meja, memastikan meja bersih dan lengkap

c) Stand by pada posisi yang tepat

d) Menerapkan senyum,salam,sapa

e) Mencatat pesanan pelanggan

f) Menyampaikan pesanan dengan cepat

4.2. Gambaran Data Penelitian

Untuk melakukan kegiatan produksi, keberadaan bahan baku sangatlah

penting. Tanpa adanya persediaan bahan baku, proses produksi akan terhambat

dan dapat menimbulkan masalah dalam hal memenuhi permintaan pelanggan atau

konsumen. Selain bahan baku, bahan pembantu juga sangat dibutuhkan sebagai

pelengkap bahan baku.

Dalam penelitian ini, akan mencoba menjelaskan bagaimana perencanaan

dan pengendalian persediaan bahan baku pada Lesehan Ayam Taliwang Irama.

Kemudian konsep yang diperlihatkan dalam penelitian ini yaitu konsep Just In
50

Time. Khusus tentang perencanaan bahan baku maka data yang dibutuhkan pada

penelitian ini yaitu data penjualan.

Lesehan Ayam Taliwang Irama tidak memiliki data penjualan yang

terekam dengan baik. Namun gambaran data rata-rata penjualan pada periode

Januari-Desember 2018 dapat diperoleh dengan teknik wawancara dan data

penjualan terbaru di Lesehan Ayam Taliwang Irama pada periode Januari-

Desember 2018 sebagai berikut :

Tabel 4.2.
Data Rencana Penjualan periode Januari - Desember 2018

Bahan baku Ayam


Bulan
(ekor)
Januari 24,000
Februari 22,400
Maret 18,000
April 18,000
Mei 18,000
Juni 15,400
Juli 24,000
Agustus 12,000
September 12,000
Oktober 12,000
November 15,000
Desember 18,000
TOTAL 208,800
Sumber : Lesehan Ayam Taliwang Irama
Dari tabel 4.2. diatas, bisa dilihat rencana penjualan bahan baku ayam

dimulai dari bulan Januari - Mei yaitu 24,000 ekor. Berdasarkan hasil wawancara,

H. Sofyan mengungkapkan bahwa, rencana penjualan bahan baku ayam dalam

sehari bisa mencapai 600 ekor ayam per-hari pada hari-hari biasa. Kemudian pada

hari-hari tertentu seperti saat Lebaran dan Tahun Baru Lesehan menambah 200
51

ekor ayam sehingga menjadi 800 ekor ayam sehari untuk memenuhi kebutuhan

konsumen. Namun pada bulan Juni terjadi penurunan kebutuhan bahan baku

sebanyak 10-20% karena bertepatan dengan Bulan Ramadhan, sehingga pemasok

membatasi suplai bahan baku ayam ke Lesehan Ayam Taliwang. Hal ini

disebabkan pemasok juga membutuhkan bahan baku tersebut untuk kebutuhan

pribadinya pada Bulan Ramadhan. Walaupun demikian Lesehanpun masih bisa

memenuhi kebutuhan konsumen pada saat Bulan Ramadhan. Kemudian pada

bulan Agustus-September mengalami penurunan penjualan bahan baku menjadi

400 ekor ayam sehari dari rencana penjualan normal bahan baku dikarenakan saat

itu terjadi musibah gempa yang mengharuskan Lesehan mennngurangi kebutuhan

bahan bakunya karena melihat situasi pelanggan yang berkunjung tidak sebanyak

pada periode Januari- Juni 2018.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Perencanaan Persediaan Bahan Baku pada Lesehan Ayam Taliwang


Irama
Perencanaan adalah suatu proses mengembangkan tujuan perusahaan dan

memilih kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang untuk

mencapai tujuan tersebut. Proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek

maupun jangka panjang, adalah komponen yang paling penting dari keseluruhan

sistem. Hal ini merupakan dasar bagi elemen lainnya karena melalui proses

prencanaan ini kita menentukan apa yang akan kita lakukan, bagaimana kita akan

melakukannya, dan siapa yang akan mengerjakannya. Manfaat adanya

perencanaan adalah sebagai berikut :


52

a. Dipakai sebagai alat pengawasan dan pengendalian kegiatan sehari-hari.

Perencanaan yang telah disusun dengan baik akan memudahkan para

pelaksana untuk mengetahui apakah tindakan mereka menyimpang atau

sesuai dengan rencana.

b. Dengan adanya perencanaan yang disusun dengan cermat dapatlah dipilih

dan ditetapkan kegiatan-kegiatan mana yang diperlukan dan yang tidak.

c. Dengan adanya rencana, segala kegiatan dapat dilakukan secara tertib dan

teratur sesuai dengan tahap-tahap yang semestinya.

Pada Lesehan Ayam Taliwang Irama tidak menetapkan perencanaan bahan

baku yang tersistematis, karena pemesanan bahan baku ayam juga menyesuaikan

dengan banyaknya pengunjung yang datang pada hari sebelumnya. Perencanaan

yang dilakukan oleh Lesehan Ayam Taliwang Irama masih berdasarkan kebiasaan,

dan pengalaman sehari-hari. Hal ini menyebabkan hasil penjualan juga tidak

menentu tiap harinya. Hasil wawancara dengan manajer Lesehan Ayam Taliwang

Irama yaitu H. Sofyan, rata-rata penjualan menargetkan 600 ekor ayam di hari-

hari biasa dan 800 ekor ayam pada hari-hari peringatan seperti tahun baru dan

lebaran tanpa memerhatikan persaingan dalam kebutuhan pengadaan persediaan

bahan baku. Dengan tingginya tingkat persaingan, dibutuhkan rencana yang

tersusun secara sistematis agar tidak tertinggal oleh para pesaing-pesaingnya

dalam hal kebutuhan bahan baku. Namun di Lesehan Ayam Taliwang

menggunakan manajemen yang masih tradisional yang artinya lesehan masih


53

mengandalkan target bahan baku seperti yang dijelaskan diatas tanpa

memerhatikan tingkat persaingan.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan konsep Just In Time untuk

merencanakan kebutuhan bahan baku pada Lesehan Ayam Taliwang Irama.

Konsep Just In Time yaitu meniadakan persediaan bahan baku digudang atau zero

stock. Jadi dari lesehan bisa lebih baik merencanakan untuk pemesanan bahan

baku ayam agar tidak terjadi masalah seperti yang sudah disebutkan diatas.

Namun perencanaan tersebut tidak akan bisa berjalan atau terlaksana di Lesehan

Ayam Taliwang Irama jika tidak memperhatikan apa saja tahap-tahap untuk

melakukan perencanaan dengan baik.

Perencanaan persediaan bahan baku dengan menggunakan Just In Time

pada Lesehan Ayam Taliwang Irama dimulai dari rencana penjualan bahan baku

yang sekiranya ditargetkan oleh Lesehan pada tahun 2018 yang diperoleh dari

hasil wawancara dan sudah dipaparkan pada gambaran data penelitian. Kemudian

langkah selanjutya membuat rencana produksi yang didasarkan dari rencana

penjualan bahan baku ayam tahun 2018. Rencana Produksi bahan baku ayam

adalah sebagai berikut :


54

Tabel 4.3.1.
Perencanaan Produksi Lesehan Periode Januari Desember 2018

Bulan Rencana Produksi

Januari 24,000
Februari 22,400
Maret 18,000
April 18,000
Mei 18,000
Juni 15,400
Juli 24,000
Agustus 12,000
September 12,000
Oktober 12,000
November 15,000
Desember 18,000
TOTAL 208,800

Berdasarkan tabel perencanaan produksi Lesehan, dapat diketahui dengan

jelas kbutuhan produksi per-bulannya tidak selalu tetap. Ini karena persediaan

awal dan akhir adalah nol maka total keseluruhan tidak berbeda dari recana

penjualan yang sudah dibuat sebelumnya dan itu menjadi dasar pembuatan

rencana produksi ini. Berikut perhitungan dari rencana produksi pada lesehan :

Perhitungan untuk bulan Januari 2018


Dibutuhkan untuk penjualan (dari rencana penjualan) 24.000
Persediaan Akhir 0

Kebutuhan Total 24.000


Dikurangi Persediaan Awal 0

Produksi yang direncanakan Bulan Januari 2018 24.000


55

Setelah membuat rencana prduksi, selanjutnya adalah membuat rencana

pemakaian bahan baku ayam. Lesehan Ayam Taliwang perlu membuat rencana

pemakaian bahan baku agar persediaan bahan baku tidak terjadi kekurangan

ataupun kelebihan bahan baku agar tidak menggangu proses produksi Lesehan.

Berikut adalah tabel pemakaian bahan baku di Lessehan Ayam Taliwang 2018 :

Tabel 4.3.1.
Perencanaan Pemakaian Bahan Baku Lesehan Periode Januari Desember
2018

Rencana Pemakaian
Bulan Bahan Baku
(ekor)

Januari 24,000
Februari 22,400
Maret 18,000
April 18,000
Mei 18,000
Juni 15,400
Juli 24,000
Agustus 12,000
September 12,000
Oktober 12,000
November 15,000
Desember 18,000
TOTAL 208,800
Dapat dilihat dari tabel diatas, tidak ada perubahan dari total rencaa

pemakaian bahan baku ayam dari rencana produksi. Hal ini disebabkan bahwa

persediaan awal dan akhir tetap berjumlah nol. Berikut perhitungan pemakaian

bahan baku ayam pada Lesehan Ayam Taliwan Irama :


56

Perhitungan Bulan Januari 2018

Pemakaian Bahan Baku = Persediaan Bahan Baku Awal + Pembelian Bersih


Bahan Baku – Persediaan Akhir Bahan Baku
Pemakaian Bahan Baku = 0 + 24.000 – 0
= 24.000 ekor

Selanjutnya, setelah membuat perencanaan pemakaian bahan baku,

Lesehan Ayam Taliwang perlu membuat rencana anggaran bahan baku untuk

memenuhi kebutuhan produksi lesehan dan mengetahui berapa biaya yang akan

dikeluarkan untuk pengadaan bahan baku ayam. Berikut adalah rencana anggaran

bahan baku pada periode Januari-Desember 2018 :


57

Tabel 4.3.1.
Perencanaan Anggaran Bahan Baku Lesehan Ayam Taliwang Irama
Periode Januari-Desember 2018

Harga
Jumlah
Bulan per-ekor Total Biaya (Rp)
(ekor)
(Rp)
Januari 25,000 24,000 600,000,000
Februari 25,000 22,400 560,000,000
Maret 25,000 18,000 450,000,000
April 25,000 18,000 450,000,000
Mei 25,000 18,000 450,000,000
Juni 25,000 15,400 385,000,000
Juli 25,000 24,000 600,000,000
Agustus 25,000 12,000 300,000,000
September 25,000 12,000 300,000,000
Oktober 25,000 12,000 300,000,000
November 25,000 15,000 375,000,000
Desember 25,000 18,000 450,000,000
TOTAL 208,800 5,220,000,000

Bisa diihat dari tabel diatas, Lesehan membeli bahan baku ayam per-ekor

dengan harga Rp 25.000. Jumlah kebutuhan bahan baku juga masih tetap seperti

rencana penjualan yang dibuat untuk periode Januari-Desember 2018.

4.3.2. Pengendalian Persediaan Bahan Baku Lesehan Ayam Taliwang Irama

Pengendalian adalah suatu proses untuk menjamin terciptanya kinerja

yang efisien yang memungkinkan tercapainya tujuan perusahaan. Kegiatan ini

mencakup menetapkan tujuan dan standar, membandingkan kinerja yang diukur

dengan tujuan dan standar yang telah ditetapkan, dan menekankan pencapaian
58

sukses dan upaya untuk memperbaiki kesalahan. Adapun fungsi pengendalian

sebagai berikut :

a. Sebagai alat untuk mencapai apa yang sudah direncanakan.

b. Untuk mengantisipasi adanya pelanggaran dalam pelaksanaan perencanaan

c. Untuk menghindari kesalahpahaman dari pihak perencana dan pelaksana

rencana.

Dari hasil wawancara denga manajer Lesehan Ayam Taliwang Irama,

untuk mengantisipasi ketidaktersediaan bahan baku pada saat dibutuhkan, lesehan

bekerja sama dengan 3 suplier. Dari ketiga suplier ini, semuanya saling mengisi,

artinya jika suplier satu sedang limit akan bahan baku ayam, maka suplier dua

bisa menjadi opsi selanjutnya, dan begitu seterusnya. Kemudian kebutuhan bahan

baku yang dipesan tiap harinya yaitu sebanyak 600 ekor ayam pada hari normal

dan 800 ekor ayam pada hari-hari peringatan seperti hari lebaran dan tahun baru.

Untuk pemesanan bahan baku sendiri, lesehan melakukan pemesanan setiap hari

untuk menghindari persediaan yang mengendap lebih dari satu hari dan

kekurangan persediaan. Lesehanpun juga memiliki jadwal dihari-hari tertentu

seperti pada saat lebaran yang pengunjungnya lebih ramai dari hari-hari biasa, jadi

lesehan bisa menyiapkan jumlah bahan baku yang akan dibtuhkan nantinya. Dari

hasil wawancara, untuk sejauh ini Lesehan Ayam Taliwang Irama tidak pernah

mengalami kekurangan persediaan bahan baku ayam.

Berdasarkan tabel 4.3.1. yaitu rencana pemakaian bahan baku ayam,

diperlukan pengendalian bahan baku yang baik. Pendendalian bahan baku yang

diakukan oleh Lesehan Ayam Taliwang Irama masih bersifat tradisional. Hal ini
59

memungkinkan teknik pengendalian yang digunakan yaitu konsep Just In Time,

mengingat jarak dari tempat supplier dan Lesehan tidak terlalu jauh dan hubungan

dengan pihak supplier masih keluarga. Jadi pihak lesehan dalam pemebelian

bahan baku, Lesehan seharusnya membeli bahan baku hanya untuk kebutuhan hari

itu saja. Lesehan tidak memiliki barang dalam proses pada akhir hari tersebut, dan

semua barang jadi yang diselesaikan hari itu telah dikirimkan ke konsumen begitu

produksi selesai. Pembelian menggunakan konsep Just In Time juga dapat

mengurangi waktu dan biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian bahan

baku yaitu dengan salah satu cara mengurangi jumlah pemasok sehingga lesehan

dapat mengurangi sumber-sumber yang dicurahkan dalam negoisasi dengan

pemasoknya.

Kemudian Dalam hal produksi, Lesehan Ayam Taliwang Irama bisa

menggunakan konsep Just In Time karena dalam produksi yang menggunakan

Just In Time sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat

waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi

berikutnya atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan di Lesehan.

Produksi JIT juga dapat mengurangi biaya dan waktu produksi dengan cara :

a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses

b. Mengurangi atau meniadakan “lead time”.

c. Menyederhanakan pengeloaan produk


60

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan mengenai perencanaan dan

pengendalian persediaan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan produksi, dapat

dikatakan bahwa Lesehan Ayam Taliwang Irama bisa menerapkan sistem just in

time dalam pemenuhan kebutuhan produksi lesehan dan meningkatkan efektifitas

dalam pemenuhan bahan baku ayam untuk produksinya. Kesimpulan yang dapat

diambil dari penerapan sistem just in time pada Lesehan Ayam Taliwang Irama

dalam meningkatkan perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku ayam

sebagai berikut :

a. Perencanaan bahan baku yang dilakukan oleh Lesehan Ayam Taliwang

masih belum terekam dengan baik, sehingga untuk perencanaan bahan

baku masih didasarkan dengan kebiasaan sehari-hari atau melihat dari hari

sebelumnya.

b. Pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan Lesehan Ayam

Taliwang Irama untuk memenuhi kebutuhan produksi yaitu dengan cara

menjalin kerja sama dengan 3 pemasok sekaligus untuk memenuhi

kebutuhan bahan baku yang sudah direncanakan Lesehan.


61

c. Penerapan Just In Time bisa dilakukan pada Lesehan Ayam Taliwang

Irama, karena faktor jarak lokasi dari pemasok dan lesehan tidak terlalu

jauh, sehingga waktu pemesanan bahan baku tidak terlalu lama.

Dari uraian diatas, maka dengan menerapkan sistem just in time Lesehan

Ayam Taliwang Irama dapat meningkatkan efektivitas dari penyediaan dan

pembeliaan persediaan bahan baku.

5.2. Saran

Adapun juga saran yang peneliti berikan, antara lain :

1. Untuk Pihak Lesehan Ayam Taliwang Irama


a. Lesehan Ayam Taliwang hendaknya memperhatikan perencanaan yang

terkait dengan persediaan bahan baku agar dapat terkontrol dengan baik

dari segi biaya pembelian sehingga tidak terjadi pemborosan.


b. Dalam memenuhi kebutuhan produksi, Lesehan Ayam Taliwang Irama bisa

menerapkan sistem pengendalian dengan konsep just in time karena

berpengaruh terhadap produktifitas dan kinerja Lesehan.


2. Untuk Peneliti Selanjutnya
a. Penelitian ini hanya menggunakan 1 lokasi saja. Untuk peneliti

selanjutnya bisa menggunakan lebih dari 1 lokasi.


b. Mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk wawancara.
c. Untuk peneliti selanjutnya bisa menggunakan sistem selain just in time

untuk membandingkan tingkat produktivitas Lesehan.


62

DAFTAR PUSTAKA

Ahyari, Agus. 1987. Manajemen Produksi: Pengendalian Sistem Produksi Edisi


Ke-Empat. Yogyakarta: BPFE.
Anjarsari, Novika P. 2015. Analisis Efisiensi Pengendelian Persediaan Bahan
Baku Pembuatan Kecap dengan Metode Economic Order Quantity pada
Home Industri Azafood Kabupaten Blitar. Skripsi Tidak Diterbitkan.
Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Another Pesona Web Blog: OnLombok, Apa Itu Lesehan?:
https://onlombok.wordpress.com/2013/03/30/apa-itu-Lesehan/. Diakses
pada tanggal 1 September tahun 2018.
Apriyani, N., dan Ahmad Muhsin. 2017. Analisis Persediaan Pengendalian Bahan
Baku dengan Metode Economic Order Quantity dan Kanban pada PT
Adyawisna Stamping Industries. OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri,
Vol. 10 No. 2: 128-142.
Assauri, Sofian. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Jakarta:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Dewi, Prima D., dan Septian Bayu K. 2015. Akuntansi Biaya Edisi 2. Bogor: IN
MEDIA.
Feprianto, M., Muhammad Saifi, dan Dwiatmanto. 2018. Analisis Implementasi
Just In Time dalam Persediaan Bahan Baku (Studi Kasus pada UD. Ultra
Mas Malang). Jurnal Administrasi Bisnis (JIB), Vol. 55 No. 3: 3-14.
Halim, Achmad Tjahjono, dan Muhammad Fakhri H. 2003. Sistem Pengendalian
Manajemen.Yogyakarta: Akademik Manajemen Perusahaan YKPN.
Hamdi, Asep Saipul dan E. Baharuddin. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif
Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Heizer, J., dan Render, B. 2004. Manajemen Operasi. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Kartadinata, Abas. 2000. Akuntansi dan Analisis Biaya: Suatu Pendekatan
Terhadap Tingkah Laku Biaya. Jakarta: Rineka Cipta.
Kumalaningrum, Maria P., Heni Kusumawati, dan Rahmat Purbandono H. 2011.
Manajemen Operasi. Yogyakarta: STIM YKPN.
63

Luthfi, Edi Budi S., dan Patricia Dhiana P. 2018. Analisis Pengendalian Bahan
Baku dengan Menggunakan Metode Econmic Order Quantity (EOQ)
Untuk Mencapai Kelancaran Produksi pada CV. Cynthia Box Kudus.
Journal of Accounting 2018: 1-10.
Madianto, A., Dzulkirom A.R., dan Dwiatmanto. 2016. Analisis Implementasi
Just In Time (JIT) pada Persediaan Bahan Baku untuk Memenuhi
Kebutuhan Produksi (Studi pada PT Alinco, Karang Ploso, Malang).
Jurnal Administrasi Bisnis (JIB), Vol. 38 No. 1: 183-190.
Mujiastuti, R., Popy Meilina, dan Mustaqim Anwar. 2018. Implementasi Metode
Economic Order Quantity (EOQ) pada Sistem Informasi Produksi Kopi.
Jurnal Sistem Informasi, Teknologi Infomatika dan Komputer, Vol. 8 No. 2:
119-126.
Polimeni, Ralph S. dan James A. Cashin. 1985. Akuntansi Biaya 1 Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
Rayburn, L. Gayle. 1999. Akuntansi Biaya dengan Menggunakan Pendekatan
Manajemen Biaya. Jakarta: Erlangga.
Robyanto, Chairul Bahtiar, Made Antara dan Ratna Komala Dewi. 2013. Analisis
Persediaan Bahan Baku Tebu pada Pabrik Gula Pandji PT. Perkebunan
Nusantara XI (Persero) Situbondo, Jawa Timur. E-Jurnal Agriisnis dan
Agrowisata, Vol. 2 No.1: 23-31.
Saputra, Andrik, Rahidin H. Anang, dan Harniatun Iswarini. 2018. Studi
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Beras (Kasus di PT. Buyung Purta
Pangan PP Buyung Kabupaten Banyuasin). Societa, Vol. 6 No. 2: 101-110.
Stoner, James A.F., dan Charles Wankel. 2003. Perencanaan dan Pengambilan
Keputusan dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. 2016. Statisika untuk Penelitan. Bandung: Alfabeta.
Sulastiningsih, dan Zulkifli. 2006. Akuntansi Biaya: Dilengkapi dengan Isu-Isu
Kontemporer.Yogyakarta: STIM YKPN.
Tannady, H., dan Kenrick Filbert. 2018. Pengendalian Persediaan dengan Metode
Economic Order Quantity dan Silver Meal Algorithm (Studi Kasus pada
PT SIA). Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer, Vol. 7 No. 25: 37 – 43.
Taroreh, G., Lotje Kawet, dan Jacky Sumarauw. 2016. Analisis Persediaan Bahan
Baku di Rumah Makan Sabuah Oksi Sario – Manado. Jurnal Berkala
Ilmiah Efisien, Vol. 16 No. 4: 321-330.
Welsch, Ronald W. Hilton, dan Paul N. Gordon. 2000. Budgeting: Planning and
Control. Jakarta. Salemba Empat.
64

Yamit, Zulian. 2003. Manajemen Persediaan. Yogyakarta: Ekonesia.


65

LAMPIRAN

Lampiran 1

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

1. Apa alasan anda menggunakan ayam sebagai salah satu menu atau ciri khas dari

Lesehan anda ?
2. Apakah anda mempunyai standar kualitas tertentu pada bahan baku ayam yang

digunakan ?
3. Berapa kali pemesanan bahan baku dilakukan dalam satu bulan ?
4. Apa yang anda lakukan jika stok bahan baku habis (outstock) sebelum waktu yang

anda sudah prediksikan sebelumnya ?


5. Apa yang anda lakukan jika bahan baku masih tersedia banyak (overstock) ?
6. Apa saja masalah yang anda hadapi terkait dengan persediaan bahan baku ?
7. Biaya apa saja yang timbul dari persediaan bahan baku ?
8. Berapa banyak rata-rata bahan baku yang dibutuhkan dalam satu bulan ?
9. Berapa rencana produksi harian untuk olahan ayam ?
10. Berapa target penjualan olahan ayam dalam satu hari ?

Anda mungkin juga menyukai