10e00274 PDF
10e00274 PDF
Oleh :
YANTI HARAHAP
NIM. 051000147
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
ABSTRAK
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
ABSTRACT
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
DAFTAR ISI
Halaman Persetujuan ............................................................................................. i
Abstrak Indonesia .................................................................................................. ii
Abstrak Inggris ...................................................................................................... iii
Kata Pengantar ...................................................................................................... iv
Daftar Isi .................................................................................................................. viii
Daftar Tabel............................................................................................................. xi
Daftar Gambar ........................................................................................................ xiii
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
4.4. Metode Pengumpulan Data ................................................................... 32
4.5. Pengolahan dan Analisis Data………………………………………….32
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
6.2. Analisa Statistik .................................................................................. 58
6.2.1. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Jenis
Dispepsia .................................................................................. 58
6.2.2. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Lama
Sakit ......................................................................................... 59
6.2.3. Distribusi Proporsi Lama Sakit Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang.......................................................... 60
6.2.4. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Umur ......................... 61
6.2.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Jenis
Dispepsia .................................................................................. 62
6.2.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Lama
Sakit ......................................................................................... 63
6.2.7. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber
Biaya ........................................................................................ 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Master Data Penderita Dispepsia
Hasil Pengolahan Statistik
Surat Survei Pendahuluan
Surat Izin Penelitian
Surat Selesai Penelitian
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
DAFTAR TABEL
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Tabel 5.11. Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Umur Pada
Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska
Medan Tahun 2007 ................................................................. 42
DAFTAR GAMBAR
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Gambar 2.1.1. Esophagus, Lambung & Duodenum ....................................... 8
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Gambar 6.11. Diagram Pie Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Sumber Biaya di RS Martha Friska Medan
Tahun 2007 ............................................................................ 56
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut WHO (2004), proporsi kematian di dunia yang disebabkan oleh penyakit
tidak menular sebesar 60% dan proporsi kesakitan sebesar 47%, dan diperkirakan
pada tahun 2020 proporsi kematian akan meningkat menjadi 73% dan proporsi
kesakitan menjadi 60%. Untuk negara SEARO (South East Asian Regional Office),
pada tahun 2020 diperkirakan proporsi kematian dan kesakitan yang disebabkan oleh
penyakit tidak menular sebesar 50% dan 42%. Di Indonesia, menurut hasil studi
morbiditas pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) prevalensi penyakit tidak
menular meningkat dari 15% pada tahun 1995 menjadi 18% pada tahun 2001.2
membawa perubahan perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungan
seperti pola konsumsi makanan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik dan
Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya
paling umum ditemukan. Kondisi ini dilaporkan dialami sekitar 25% (13%-40%)
populasi di dunia setiap tahun, namun sebagian besar penderita tidak mencari
pertolongan kesehatan.
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Meskipun demikian, dispepsia bertanggung jawab atas besarnya biaya perawatan
Gejala dispepsia sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun
intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu. Gejala yang bisa dirasakan penderita
seperti nyeri di ulu hati, perut kembung, mual, muntah, nafsu makan berkurang,
bervariasi dari 10%-20%. Di wilayah Cape Town, Afrika Selatan pada tahun 1993,
proporsi dispepsia yang terdapat pada klinik gastroenterologi sebesar 71%.7 Heyse
waktu tiga bulan ditemukan bahwa 54% masyarakat Swedia mengalami dispepsia
dispepsia (Kay and Jorgensen, 1994). Beberapa studi juga menemukan bahwa
dispepsia terjadi terus menerus dan berulang. Janes and Lydeard (1992) menyebutkan
bahwa selama dua tahun hanya 26% dari pasien dispepsia tidak mengalami
gejala yang sama selama 12-20 bulan kedepan (Talley et al.,1992). Kay and
Jergensen (1997) mengungkapkan bahwa hanya 25% dari penderita bebas dari gejala
Indonesia.10
dengan proporsi 1,5% untuk kategori 10 jenis penyakit terbesar pada pasien rawat
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia. Tahun 2004, dispepsia menempati urutan
ke 15 dari daftar 50 penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan
Survei yang dilakukan Ari F. Syam dari FKUI (2001) menemukan bahwa dari
yang dilakukan oleh Chaidir Aulia dengan menggunakan endoskopi terhadap 475
pasien di RSU Pondok Indah Jakarta pada bulan April 2002 sampai dengan Juli 2003
ditemukan proporsi penderita dispepsia sebesar 61,5%.13 Survei yang dilakukan pada
masyarakat Jakarta pada tahun 2006 oleh Departemen Ilmu penyakit Dalam FKUI
berada di urutan ke 4 terbanyak untuk pasien rawat jalan dengan proporsi 5,04% (217
kasus) dan di urutan ke 9 untuk pasien rawat inap dengan proporsi 1,02% (10
berada di urutan ke 2 terbanyak untuk pasien rawat inap dengan proporsi 6,3% (441
kasus) dan di urutan ke 3 untuk pasien rawat jalan dengan proporsi 9,9% (595
kasus).16
dari tahun 2001-2004, jumlah penderita sindrom dispepsia ada sebanyak 484 orang.17
Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga B di RSU Advent Medan selama tahun 2005
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
menemukan bahwa proporsi penderita dispepsia di RS Advent sebesar 9,43% (215
kunjungan di RS Martha Friska. Berdasarkan data kasus yang diperoleh dari studi
pendahuluan di rumah sakit ini, pada tahun 2004 proporsi dispepsia 2,63% (135
kasus). Tahun 2005 sebesar 2,75% (195 kasus). Tahun 2006 sebesar 2,69% (216
Dari data ini terlihat bahwa sindrom dispepsia mengalami peningkatan kasus
dari tahun ke tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
1.3.2. Tujuan Khusus
dispepsia.
manifestasi klinis.
sakit..
sumber biaya.
lama sakit.
dispepsia.
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
m. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan lama sakit.
biaya.
o.
a. Sebagai bahan informasi bagi pihak RS Martha Friska Medan dalam upaya
b. Dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain yang akan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai rasa sakit atau ketidaknyamanan yang berpusat pada perut bagian atas.4
keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang
Sindrom dispepsia sebetulnya adalah kumpulan gejala nyeri atau rasa tidak
nyaman pada epigastrium, yang disertai dengan rasa panas di dada dan perut, nyeri
epigastrium, mual, muntah, nafsu makan berkurang, sendawa, rasa cepat kenyang,
atau perut kembung.20 Dalam perkembangannya, gejala rasa panas di dada dan perut
serta sendawa tidak dimasukkan lagi dalam sindrom dispepsia, karena korelasinya
Keluhan-keluhan ini tidak perlu selalu semua ada pada tiap pasien, dan bahkan
pada satu pasien pun keluhan dapat bervariasi dari waktu ke waktu. Definisi dispepsia
diatas menunjukkan bahwa sumber gejala-gejala yang timbul berasal dari saluran
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Gambar 2.1. 1. Eshopagus, Lambung & Duodenum 21
organik sebagai penyebabnya misalnya adanya tukak di lambung, dan usus dua belas
jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain. Dispepsia organik jarang
ditemukan pada usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.22
Tukak dapat ditemukan pada mukosa, sub mukosa, dan lapisan muskularis
dari saluran cerna bagian atas, di distal esophagus, lambung, & duodenum. Keluhan
yang sering diutarakan penderita adalah nyeri di daerah epigastrium berupa nyeri
yang tajam, dan menyayat, atau terasa tertekan, penuh atau terasa perih seperti pada
seseorang yang lapar. Nyeri pada bagian kanan atau kiri epigastrium, terjadi 30 menit
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
sesudah makan, dan dapat menjalar ke punggung. Nyeri terasa berkurang atau
sembuh sementara sesudah makan atau setelah minum antasida. Gejala lain seperti
mual, muntah, kembung, bersendawa, dan berkurangnya nafsu makan sehingga berat
Hasil pemeriksaan endoskopi pada saluran cerna bagian atas yang dilakukan
terhadap 810 orang di RSUP. dr. Jamil Padang tahun 1990-1991, menemukan
penderita tukak lambung sebanyak 23 orang (proporsi 2,84%) dan tukak duodenum
Tukak Esophagus
Tukak Lambung
Tukak Duodenum
b. Batu Empedu
Kelainan utama yang dapat timbul pada kandung empedu adalah terbentuknya
batu. Hal ini juga dapat terjadi pada saluran empedu. Pada kandung empedu, batu
kolik bilier dengan gejala nyeri epigastrium yang menjalar ke punggung dan bisa
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
saluran empedu, batu menyebabkan penyumbatan sehingga terjadi penyakit hepatitis,
c. Gastritis
mengiritasi mukosa lambung dan adanya pengeluaran asam lambung yang berlebihan
oleh lambung itu sendiri. Gejalanya seperti mual dan muntah, nyeri pada epigastrium,
endoskopi pada saluran cerna bagian atas yang dilakukan terhadap 810 orang di
RSUP. dr. Jamil Padang tahun 1990-1991, ditemukan penderita gastritis sebanyak
d. Karsinoma
sering menimbulkan dispepsia. Keluhan utama yaitu rasa nyeri di perut. Keluhan
bertambah dengan turunnya nafsu makan, timbul anoreksia sehingga berat badan
menurun.22 Hasil pemeriksaan endoskopi pada saluran cerna bagian atas yang
dilakukan terhadap 810 orang di RSUP. dr. Jamil Padang tahun 1990-1991,
saluran cerna bagian atas yang dilakukan terhadap 810 orang (proporsi 0,86%) di
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
e. Pankreatitis
Gambaran yang khas dari pankreatitis akut ialah rasa nyeri di epigastrium yang
hebat. Sifat nyeri timbulnya mendadak dan terus menerus, seperti di tusuk-tusuk dan
rasa terbakar. Perasaan nyeri tersebut mulai dari epigastrium kemudian menjalar ke
punggung. Beberapa jam kemudian perasaan nyeri tersebut menjalar ke seluruh perut
Penderita pankreatitis kronik juga mengeluh rasa nyeri di perut bagian atas.
Rasa nyeri juga seperti di tusuk-tusuk, menjalar ke punggung, disertai mual dan
muntah, sifatnya hilang timbul, sehingga tidak jarang dibuat diagnosa sakit lambung.
Pada pankreatitis kronik tidak ada keluhan rasa pedih, melainkan disertai tanda-tanda
dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi.25 Pada penderita ini di
samping mempunyai keluhan rasa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus,
g. Gangguan Metabolisme
timbul keluhan rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, mual dan muntah.
ruangan. Hal ini terjadi apabila makanan berbentuk padat tetap tertahan di lambung.
Gangguan metabolik lain seperti hipertiroid menimbulkan keluhan nyeri perut dan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
vomitus. Hipotiroid dan hiperkalsemia juga dapat menyebabkan nyeri abdomen
bagian atas.22
h. Penyakit Lain
Penyakit jantung iskemik sering memberi keluhan perut kembung dan rasa
cepat kenyang. Penderita infark miokard dinding inferior juga sering menimbulkan
Penemuan bakteri ini dilakukan oleh dua dokter peraih Nobel dari Australia, yaitu
Barry Marshall dan Robin Warre yang menemukan adanya bakteri yang bisa hidup
dalam lambung manusia. Penemuan ini mengubah cara pandang para ahli mengenai
penyebab penyakit lambung termasuk cara pengobatannya. Telah terbukti saat ini
bahwa infeksi yang disebabkan oleh Helicobacter pylori pada lambung bisa
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
menyebabkan peradangan mukosa lambung yang disebut dengan gastritis. Proses ini
Bentuknya seperti spiral berekor diselubungi lapisan mirip rambut atau flagela.
Bakteri ini hidup dibawah lapisan selaput lendir dinding bagian dalam lambung.
Fungsi selaput lendir di lambung adalah untuk melindungi dinding lambung dari
kerusakan akibat asam yang diproduksi lambung. Infeksi oleh Helicobacter pylori
merupakan infeksi yang cukup umum pada manusia. Lebih sering terjadi pada usia
muda. Kemungkinan ini berkaitan dengan keadaan sosio-ekonomi yang rendah dan
faktor kebersihan.
Georgia pada 1991, semua ahli mengakui hubungan langsung antara Helicobacter
pylori dengan penyakit gastritis. Sekitar 75% jenis penyakit tukak lambung telah
terbukti disebabkan oleh Helicobacter pylori yang dapat diobati secara permanen
adalah dispepsia yang terjadi tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
saluran pencernaan).15
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Penyebab Dispepsia Fungsional :
2. Menelan terlalu banyak udara, untuk mereka yang mempunyai kebiasaan makan
3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu. Efeknya bisa membuat lambung
minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi karena bisa mengiritasi dan
berlemak, gorengan, makanan yang terasa asam, dan sayuran dan buah yang
mengandung gas seperti kol, sawi, nangka dan kedondong. Jenis makanan diatas
tidak mutlak sama reaksinya untuk setiap individu. Karena itu setiap penderita
diharapkan untuk membuat daftar makanan pemicu dispepsia untuk diri sendiri,
5. Obat penghilang nyeri. Terlalu sering menggunakan obat penghilang nyeri seperti
6. Pola makan. Jarang sarapan di pagi hari, termasuk yang berisiko terserang
dispepsia. Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak. Sehingga bila
tidak sarapan, maka lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Sebuah riset
yang dilakukan perusahaan obat Brains & Co, menyebutkan satu dari dua orang
tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh dan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
persaingan yang tinggi, sering menjadi alasan para profesional untuk menunda
makan.28
Orang sering tidak menyadari kalau faktor stres erat sekali kaitannya dengan
reaksi tubuh yang merugikan kesehatan. Ada beberapa mekanisme yang kini
hormon untuk memicu sekresinya. stres paling banyak memicu sekresi hormon
Sekresi hormon ini juga menjelaskan mengapa ketika menghadapi stres, tekanan
darah dan denyut jantung meningkat secara cepat. Peningkatan kerja sistem
bagian tubuh mulai dari otot-otot hingga ke otak, dan peningkatan tersebut
disebutkan beberapa riset bisa naik mencapai 300% melebihi batas normal.
Akibatnya, bukan jantung saja yang dapat terasa berdebar, namun keseluruhan
sistem tubuh termasuk pengeluaran keringat juga akan meningkat dengan cepat.
Selain hormon kortisol, ada hormon lain yang turut berperan dalam mekanisme
ini, diantaranya hormon katekolamin yang terdiri dari zat aktif dopamin,
norepinefrin dan epinefrin yang lebih dikenal dengan adrenalin. Hormon ini akan
mengaktifkan suatu sistem ingatan jangka panjang yang akan mengingat stressor
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
yang sama pada peristiwa selanjutnya serta menekan bagian otak yang berperan
dalam ingatan jangka pendek. penekanan ingatan jangka pendek ini dinilai para
ahli sebagai faktor utama yang menyebabkan orang tidak lagi dapat dengan
mudah berpikir secara rasional ketika mereka dilanda stres. Proses ini juga
d. Nyeri episodik
dengan gejala:
a. Mudah kenyang
c. Mual
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
d. Muntah
hati dan rasa mual, kembung dan muntah, tapi tidak ada yang spesifik atau
dominan.19
jangka waktu tiga bulan. Bila lama sakit terjadi selama tiga bulan atau kurang disebut
a. Berdasarkan Orang
1. Umur
Dispepsia bisa terjadi pada semua golongan usia, terutama usia diatas 20
yang diperiksa 79,4% umur penderita dispepsia berada pada usia 30 sampai 50
tahun.31
2. Jenis Kelamin
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
3. Etnis
lebih tinggi pada kelompok kulit hitam dan Hispanik, dibanding kelompok
sanitasi jelek.32
b. Berdasarkan Tempat
penduduknya, sosio ekonomi yang rendah, dan banyak terjadi pada negara
c. Berdasarkan Waktu
Penyakit dispepsia paling sering ditemukan pada bulan puasa, bagi yang
jam perut kosong, terjadi peningkatan pepsin dan asam lambung yang dapat
minggu pertama akan merasa perih pada lambung. Kondisi ini akan normal
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
2.4.2. Faktor Risiko
1. Faktor Psikososial
penyakit sering tidak disadari oleh penderita bahkan oleh tenaga medis
sendiri. Karena itu penting sekali untuk menelusuri kejadian stres yang
menimpa pasien dalam suatu sistem terapi secara terpadu. Hal ini sekaligus
2. Penggunaan Obat-Obatan
Pola makan yang tidak teratur terutama bila jarang sarapan di pagi
seseorang cukup banyak. Sehingga bila tidak sarapan, maka lambung akan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
4. Kebiasaan Tidak Sehat
a). Mengisap rokok berlebihan. Tar dalam asap rokok dapat melemahkan
kerongkongan.
c). Minum kopi, teh atau minuman lain yang mengandung kafein
kerongkongan.30
5. Lingkungan
penduduknya, sosio ekonomi yang rendah, dan banyak terjadi pada negara
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
of Sydney, Nepean Hospital, Penrith, Australia terhadap 15.000 orang dewasa
Australia menyimpulkan bahwa sosio ekonomi yang rendah adalah salah satu
faktor resiko terjadinya gejala gangguan saluran cerna bagian atas dan
bawah.35
dispepsia pada tenaga kerja di PT tersebut. Hal ini karena pengaruh bising
2.5. Diagnosis
terdapat keluhan yang berat, muntah-muntah, telah berlangsung lebih dari 4 minggu,
adanya penurunan berat badan, dan usia lebih dari 40 tahun. Untuk memastikan
a. Laboratorium
untuk diperiksa secara rutin. Dari hasil pemeriksaan darah bila ditemukan lekositosis
berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika cairan tampak cair
asam lambungnya.21, 37
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
b. Radiologis
Pada tukak di lambung akan terlihat gambar yang disebut niche yaitu
suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak
akan tampak massa yang ireguler, tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk
c. Endoskopi
diperhatikan warna mukosa, lesi, tumor jinak atau ganas. Kelainan di lambung yang
sering ditemukan adalah tanda peradangan tukak yang lokasinya terbanyak di bulbus,
dan parsdesenden, tumor jinak atau ganas yang divertikel. Pada endoskopi ditemukan
tukak baik di esophagus, lambung, maupun duodenum, maka dapat dibuat diagnosis
dispepsia tukak. Sedangkan bila tidak ditemukan tukak tetapi hanya ada peradangan
d. Ultrasonografi
dari suatu penyakit. Pemanfaatan alat USG pada pasien dispepsia terutama bila
dugaan ke arah kelainan di traktus biliaris, pankreas, kelainan di tiroid, bahkan juga
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
2.6. Pencegahan
a. Pencegahan Primordial
contoh adalah adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan membuat
peraturan pada kotak rokok akan bahaya dari rokok tersebut terhadap kesehatan.
sanitasi lingkungan agar tetap bersih, perbaikan gizi dan penyediaan air bersih. 28
pada orang yang sudah mempunyai faktor risiko dengan cara membatasi atau
dengan obat-obatan yang tidak mengandung NSAIDs. Berat badan perlu dikontrol
agar tetap ideal, karena gangguan di saluran pencernaan seperti rasa nyeri di
lambung, kembung dan konstipasi lebih umum terjadi pada orang yang mengalami
obesitas. Rajin olahraga dan mampu memanejemen stres juga akan menurunkan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
b. Pencegahan Sekunder ( Secondary Prevention)
1. Diet mempunyai peran yang sangat penting. Dasar diet tersebut adalah
sehingga keluhan yang timbul saat berpuasa, terutama saat perut sudah
kosong (6-8 jam setelah makan terakhir), dapat dikurangi. Obat anti asam
bekerja selama 12-14 jam. Dengan begitu, obat ini dapat mengontrol asam
terlebih dulu.19
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
c. Pencegahan Tersier
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
BAB 3
KERANGKA KONSEP
Berdasarkan latar belakang dan studi kepustakaan diatas maka dapat disusun
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
3.2. Definisi Operasional Variabel
3.2.1. Penderita dispepsia adalah pasien yang di rawat inap di RS Martha Friska
dispepsia.
a) Umur adalah usia penderita dispepsia yang di rawat inap di rumah sakit,
1. ≤20 tahun
2. 21-30 tahun
3. 31-40 tahun
4. 41-50 tahun
5. >50 tahun
b) Jenis Kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki oleh penderita
1. Laki-laki
2. Perempuan
c) Suku adalah etnik penderita dispepsia sesuai dengan yang tercatat pada
1. Batak
2. Jawa
3. Melayu
4. Minang
5. Aceh
6. Lainnya
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
d) Agama adalah kepercayaan yang dianut oleh penderita dispepsia, sesuai
1. Islam
2. Kristen
3. Budha
4. Hindu
Dikategorikan atas:
1. Tidak Sekolah
2. SD
3. SLTP
4. SLTA
5. Akademi/Perguruan Tinggi
6. Tidak Tercatat
f) Pekerjaan adalah aktifitas utama yang dilakukan oleh penderita
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
1. Belum Kawin
2. Kawin
3. Tidak Tercatat
h) Daerah asal adalah tempat tinggal penderita dispepsia, sesuai dengan yang
3.2.3. Jenis dispepsia adalah jenis penyakit dispepsia yang diderita pasien
berdasarkan diagnosa dokter, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status.
Dikategorikan atas:
dispepsia, sesui dengan yang yang tercatat dalam kartu status. Dikategorikan
atas:
1. Ulcus-like dyspepsia
2. Dysmotility-like dyspepsia
3. Mixed/Gabungan
3.2.5. Lama sakit adalah lama terjadinya gejala yang dirasakan oleh penderita
1. ≤ 3 bulan (Akut)
2. >3 bulan (Kronik)
3.2.6. Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan semua penderita
dispepsia terhitung mulai dari hari pertama masuk sampai keluar, sesuai
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
3.2.7. Sumber biaya adalah sumber biaya perawatan penderita dispepsia, sesuai
1. Biaya Sendiri
2. Bukan Biaya Sendiri (Askeskin, Askes, Jamsostek)
meninggalkan rumah sakit, sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status.
Dikategorikan atas:
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2009 sampai dengan Juli 2009.
4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah data seluruh penderita dispepsia rawat inap di
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah data sebagian penderita dispepsia rawat inap di
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
a. Besar Sampel
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d = Tingkat kepercayaan (0,05)
412
1 + 412 (0,05)2
= 202,95 ~ 203
Kartu status pasien pada tahun 2007 diberi nomor berurutan. Pengambilan
sampel dilakukan secara Systematic Random Sampling, dimana hasil bagi antara
jumlah populasi (N) dengan besar sampel yang akan diambil (n) dijadikan sebagai
sampel pertama dilakukan dengan cara Simple Random Sampling yaitu dengan cara
mengundi kartu status nomor urut pertama dan kedua. Untuk sampel-sampel
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Sampel ke-n = s + (n-1)k
Keterangan:
s = sampel pertama
k = interval
Sampel Pertama = s
Sampel Ke-2 = s + (2-1) 2
= s+2
Sampel Ke-203 = s + (203-1) 2
= s + 404
dari pencatatan kartu status (rekam medik) penderita dispepsia yang dirawat inap di
RS Martha Friska Medan tahun 2007. Kartu status penderita dispepsia yang terpilih
diteliti.
Data yang dikumpulkan, diolah dan dianalisa dengan bantuan komputer yang
menggunakan program SPSS. Data univariat dijelaskan secara deskriptif dan data
bivariat dianalisa dengan uji chi-square dan t-test dan disajikan dalam bentuk narasi,
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Rumah Sakit Martha Friska berdiri sejak tanggal 2 Maret 1981, beralamat di
kepemilikan di bawah Yayasan Rumah Sakit Martha Friska. Bangunan awal rumah
sakit berupa bangunan permanen berlantai satu dengan luas bangunan 628,2 M2
diresmikan penggunaan gedung berlantai lima dengan luas bangunan 750 M2. Pada
saat ini Rumah Sakit Martha Friska mempunyai luas lahan sebesar 3.640 M2 dan luas
lahan cadangan 1.195 M2. Jumlah tempat tidur saat ini sebanyak 250 unit. Pada tahun
2002 status kepemilikan Rumah Sakit Friska beralih kepada PT. Karya Utama Sehat
Sejahtera.
Pada Rumah Sakit Martha Friska terdapat beberapa unit pelayanan, yaitu Unit
Gawat Darurat, Unit Bedah, Unit Laboratorium, Poli THT, Poli Gigi dan Mulut, Poli
Mata, Poli Anak, Poli Umum, Poli Penyakit Dalam, Poli Kebidanan, Poli Paru, Poli
Neurologi, Poli Penyakit Kulit dan Kelamin, dan lain-lain. Saat ini Rumah Sakit
Sumber daya manusia Rumah sakit Martha Friska terdiri dari tenaga medik 220
orang (33%), tenaga paramedis keperawatan 310 orang (46%), paramedis non
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
5.2. Analisa Deskriptif
tahun 2007 berdasarkan sosiodemografi yaitu menurut umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Kawin 143 70,4
Tidak Kawin 42 20,7
Tidak Tercatat 18 8,9
Total 203 100,0
7 Daerah Asal
Dalam Kota Medan 176 86,7
Luar Kota Medan 27 13,3
Total 203 100,0
Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia
rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007 berdasarkan umur adalah >50
tahun yaitu sebesar 33,0%, proporsi terendah dari kelompok umur 31-40 tahun
sebesar 10,8%. Berdasarkan jenis kelamin, proporsi perempuan lebih tinggi yaitu
Proporsi agama tertinggi adalah Islam sebesar 75,3% dan proporsi terendah
adalah Hindu sebesar 0,5%. Berdasarkan tingkat pendidikan yang tercatat, proporsi
tertinggi adalah tamat SLTA sebesar 17,7% dan terendah SD sebesar 2,6%. Proporsi
tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah Ibu Rumah Tangga sebesar 30,0% dan
kawin lebih tinggi yaitu sebesar 70,4%, sedangkan yang tidak kawin sebesar 20,7%.
Berdasarkan daerah asal, proporsi penderita asal kota Medan lebih tinggi yaitu
sebesar 86,7 %, sedangkan asal dari luar kota Medan sebesar 13,3%.
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Proporsi penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan tahun
2007 berdasarkan jenis dispepsia dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
berdasarkan jenis dispepsia lebih tinggi pada penderita dispepsia fungsional sebesar
2007 berdasarkan manifestasi klinis dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia
mixed/gabungan sebesar 52,7%. Proporsi terendah adalah penderita dengan ulcus like
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
5.2.4. Lama Sakit
2007 berdasarkan lama sakit dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
berdasarkan lama sakit lebih tinggi pada penderita akut sebesar 74,9%, sedangkan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
X 5,24
SD 3,822
95%CI 4,71-5,77
Coef. of Variation 72,94%
Minimum 1
Maximum 31
Dari tabel 5.7. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia
yang dirawat inap di RS Martha Friska Medan tahun 2007 adalah 5,24 hari,
SD=3,822 hari, dan nilai Coefficient of Variation adalah 72,94% (>10%), artinya
lama rawatan rata-rata penderita dispepsia sangat bervariasi, dimana lama rawatan
minimum adalah 1 hari dan lama rawatan maksimum adalah 31 hari. Dari CI dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa lama rawatan rata-rata penderita dispepsia
2007 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
berdasarkan sumber biaya lebih tinggi pada penderita bukan dengan biaya sendiri
yaitu sebesar 79,8%, sedangkan proporsi penderita dengan biaya sendiri sebesar
20,2%.
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
5.2.7. Keadaan Sewaktu Pulang
2007 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Berdasarkan tabel 5.5. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita dispepsia
berdasarkan keadaan sewaktu pulang adalah pulang berobat jalan sebesar 90,6%,
Penderita yang meninggal ada 2 orang (100%) berada pada kelompok umur 41-
50 tahun, satu orang (50%) berjenis kelamin perempuan dan satu orang lagi (50%)
berjenis kelamin laki-laki, satu orang (50%) beragama Islam dan satu orang lagi
(50%) beragama Kristen, satu orang (50%) berpendidikan SLTA dan satu orang lagi
Berdasarkan pekerjaan, satu orang (50%) adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) dan
satu orang (50%) adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Berdasarkan status perkawinan,
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
daerah asal, satu orang (50%) adalah penduduk Medan dan satu orang lagi (50%)
yang seorang lagi juga mengalami komplikasi penyakit lain, namun belum sempat
terdeteksi karena penderita sudah meninggal. Satu orang meninggal setelah dirawat
selama empat hari dan seorang lagi meninggal setelah dirawat enam hari.
rawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Berdasarkan tabel 5.8. dapat dilihat bahwa dari 43 penderita dispepsia
organik, proporsi lebih tinggi pada penderita kelompok umur >40 tahun yaitu sebesar
60,5%. Proporsi penderita kelompok umur ≤40 tahun sebesar 39,5%. Dari 160
proporsi yang hampir sama yaitu sebesar 49,4% dari kelompok umur ≤40 tahun dan
50,6% dari kelompok umur >40 tahun. Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai
p>0,05. Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara umur penderita dengan
jenis dispepsia.
rawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Lama Sakit Pada Penderita
Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007
Lama Sakit
No Umur (Tahun) ≤3 bulan (Akut) >3 bulan (Kronik)
f % f %
1 ≤40 83 54,6 13 25,5
2 >40 69 45,4 38 74,5
Total 152 100,0 51 100,0
X2 = 12,986 df = 1 p = 0,000
Berdasarkan tabel 5.9. dapat dilihat bahwa dari 152 penderita dispepsia
dengan lama sakit ≤3 bulan (Akut), proporsi lebih tinggi pada kelompok umur ≤40
tahun yaitu sebesar 54,6%. Proporsi penderita dari kelompok umur >40 tahun sebesar
45,4%. Dari 51 penderita dispepsia dengan lama sakit >3 bulan (kronik), proporsi
lebih tinggi pada kelompok umur >40 tahun yaitu sebesar 74,5%. Proporsi penderita
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
dari kelompok umur ≤40 tahun sebesar 25,5%. Dari hasil uji chi-square diperoleh
nilai p<0,05. Artinya ada hubungan yang bermakna antara umur penderita dengan
jenis dispepsia.
penderita dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007 dapat dilihat
Berdasarkan tabel 5.10. dapat dilihat bahwa dari 184 penderita yang pulang
berobat jalan, proporsi penderita dengan lama sakit ≤3 bulan (akut) lebih tinggi yaitu
sebesar 74,5%. Proporsi penderita dengan lama sakit >3 bulan (kronik) sebesar
25,5%. Dari 17 penderita yang pulang atas permintaan sendiri, proporsi penderita
dengan lama sakit ≤3 bulan (akut) lebih tinggi yaitu sebesar 88,2%. Proporsi
penderita dengan lama sakit >3bulan (kronik) sebesar 11,8%. Proporsi penderita yang
meninggal 100% berasal dari penderita dengan lama sakit >3 bulan (kronik) sebanyak
2 orang. Analisa dengan uji chi-square tidak dapat dilakukan karena terdapat 3 sel
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan umur pada penderita dispepsia
rawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
penderita dispepsia lebih lama pada kelompok umur >40 tahun yaitu sebanyak 107
orang dengan lama rawatan rata-rata 6,23 hari dengan SD = 4,544 hari. Pada
penderita dispepsia dengan umur ≤40 tahun, lama rawatan rata-ratanya adalah 4,13
hari dengan SD = 2,376 hari. Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh nilai p<0,05.
Artinya ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur.
rawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
t = -0,321 df = 201 p = 0,748
berdasarkan jenis dispepsia lebih lama pada jenis fungsional yaitu 5,28 hari dengan
SD = 4,0271 hari, sedangkan pada jenis organik lama rawatan rata-ratanya adalah
5,07 hari dengan SD = 2,971 hari. Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh nilai p>0,05.
Hal ini berarti tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis
dispepsia.
dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 5.13. Distribusi Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Lama Sakit Pada
Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska Medan
Tahun 2007
Lama Rawatan Rata-Rata
No Lama Sakit f X SD
1 ≤3 bulan (Akut) 152 5,06 3,830
2 >3 bulan (Kronik) 51 5,76 3,787
t = -1,142 df = 201 p = 0,255
berdasarkan lama sakit lebih lama pada penderita kronik yaitu 5,76 hari dengan SD =
3,830 hari sedangkan pada penderita akut lama rawatan rata-ratanya adalah 5,06 hari
dengan SD = 3,787 hari. Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh nilai p>0,05. Hal ini
berarti tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis dispepsia.
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya pada penderita
dispepsia rawat inap di RS Martha Friska Medan Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Berdasarkan tabel 5.14. dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita
dispepsia yang paling lama adalah penderita yang sumber pembiayaannya bukan
biaya sendiri sebanyak 162 orang yaitu 5,77 hari dengan SD = 3,977 hari, sedangkan
lama rawatan penderita dispepsia dengan biaya sendiri lebih singkat yaitu 3,15 hari
dengan SD = 2,116 hari sebanyak 41 orang. Berdasarkan hasil uji t-test diperoleh
nilai p<0,05. Hal ini berarti ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan
sumber pembiayaan.
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
BAB 6
PEMBAHASAN
6.1.1. Umur
100
90
80
70
Proporsi (%)
60
50
40 33.0
30
19.8 19.2 17.2
20 10.8
10
0
>50 tahun 41-50 tahun ≤20 tahun 21-30 tahun 31-40 tahun
Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Umur Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007
dispepsia berdasarkan umur terdapat pada kelompok umur >50 tahun yaitu sebesar
33,0% sedangkan proporsi terendah terdapat pada kelompok umur 31-40 tahun
sebesar 10,8%. Pada usia 50 tahun keatas telah terjadi proses degenerasi di dalam
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
organ tubuh. Artinya organ-organ tubuh mengalami penurunan daya kerja yang
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sinaga B (2008)
di RS Advent Medan tahun 2005 dengan desain case series yang menemukan
proporsi kejadian dispepsia tertinggi pada umur >50 tahun sebesar 33,5%.18
38.4%
Perempuan
Laki-laki
61.6%
Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Jenis Kelamin Di RS Martha Friska Medan Tahun
2007
berdasarkan jenis kelamin lebih tinggi pada perempuan yaitu 61,6% sedangkan pada
daripada laki-laki.29 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Sianturi C (2006) dengan desain case series di RSUP. H. Adam Malik Medan tahun
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
2001-2004 yang menemukan proporsi kejadian dispepsia lebih tinggi pada
6.1.3. Agama
0.5%
3.0%
21.2%
Islam
Kristen
Budha
Hindu
75.3%
Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Agama Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007
dispepsia berdasarkan agama adalah Islam sebesar 75,3% dan proposi terendah
beragama Hindu yaitu sebesar 0,5 %. Penyakit dispepsia tidak dipengaruhi oleh
agama tertentu. Dalam penelitian ini jumlah penderita yang beragama Islam lebih
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
6.1.4. Tingkat Pendidikan
Friska Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
100
90
80
70
Proporsi (%)
58.6
60
50
40
30
17.7
20 10.8
6.4 3.9
10 2.6
0
T idak SLTA Akademi/PT Tidak SLTP SD
Tercatat Sekolah
Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di RS Martha Friska Medan
Tahun 2007
dispepsia berdasarkan tingkat pendidikan yang tercatat adalah SLTA sebesar 17,7%
khususnya pola makan. Apabila individu tidak dengan tepat mengatur pola hidupnya
dengan baik maka akan memicu terjadinya dispepsia. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga B (2008) dengan desain case
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
series di RS Advent Medan tahun 2005 yang menemukan proporsi tertinggi penderita
6.1.5. Pekerjaan
100
90
80
70
Proporsi (%)
60
50
40 30.0
30 22.7
20 14.3 13.3 13.3
6.4
10
0
Ibu Rumah Pegawai Wiraswasta Pegawai Lain-lain Pelajar
Tangga (IRT) Negeri Sipil Swasta
(PNS)
Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Pekerjaan Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007
dispepsia berdasarkan pekerjaan adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) yaitu sebesar
Demikian juga halnya dengan Ibu Rumah Tangga, setiap hari dengan aktivitas yang
sama dan secara psikologis membutuhkan komunitas yang bisa berbagi tentang
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
masalah yang dihadapi dalam rumah tangga.41 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Nazrul & Julius (1992) di RSU dr. M. Jamil,
Padang dengan desain Case Series yang menemukan bahwa proporsi tertinggi
penderita adalah Pegawai Negeri Sipil (31,6%). Pekerjaan Ibu Rumah Tangga berada
Friska Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
8.9%
20.7%
Kawin
Tidak Kawin
Tidak Tercatat
70.4%
Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Status Perkawinan Di RS Martha Friska Medan
Tahun 2007
berdasarkan status perkawinan yang tercatat lebih tinggi pada penderita yang sudah
kawin yaitu sebesar 70,4%, sedangkan yang tidak kawin sebesar 8,9%. Hasil ini
bukan berarti individu yang menikah lebih beresiko untuk menderita dispepsia
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Kejadian dispepsia berkaitan dengan jumlah pengunjung yang datang berobat
ke RS Martha Friska Medan lebih banyak yang telah kawin. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga B (2008) dengan desain
case series di RS Advent Medan tahun 2005 yang menemukan proporsi tertinggi
penderita dispepsia berdasarkan status kawin yang lebih besar adalah kawin yaitu
sebanyak 63,7%.18
13.3%
Medan
Luar Medan
86.7%
berdasarkan daerah asal lebih tinggi pada penderita yang berasal dari kota Medan
yaitu sebesar 86,7%, sedangkan penderita yang berasal dari luar kota Medan sebesar
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
13,3%. Hal ini disebabkan karena rumah sakit tersebut berada di kota Medan
sehingga pengunjung yang datang berobat sebagian besar berasal dari kota Medan.
Selain itu juga ada juga penderita yang berasal dari luar kota Medan, ketika
faktor stres yang umumnya dialami masyarakat di kota-kota besar sebagai akibat
rutinitas dan kesibukan sehari-hari turut juga menjadi penyebab banyaknya penderita
Jenis Dispepsia
21.2%
Fungsional
Organik
78.8%
Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Jenis Dispesia Di RS Martha Friska Medan Tahun
2007
proporsi penderita dispepsia fungsional lebih tinggi yaitu sebesar 78,8%. Proporsi
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
dispepsia organik sebesar 21,2%. Menurut data terakhir yang diperoleh di RSCM
tahun 1998 disebutkan dari 100 pasien dengan keluhan dispepsia, 80 persen
dispepsia fungsional ditemukan pada 86,41 % dari 7.092 kasus dispepsia yang
dilakukan endoskopi.32
Hai ini berlawanan dengan pemeriksaan endoskopi 223 pasien pada penderita
dispepsia di RSUD Tugurejo Semarang 2003 yang menemukan sekitar 80% adanya
Friska Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
18.2%
Mixed Dyspepsia
Dysmotility-like Dyspepsia
52.7%
Ulcus-like Dyspepsia
29.1%
Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Manifestasi Klinis Di RS Martha Friska Medan
Tahun 2007
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Berdasarkan gambar 6.9. dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi penderita
dispepsia sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala yang ada maupun intensitas
gejala tersebut, dari waktu ke waktu.5 Hal inilah yang menjadi penyebab lebih
seorang penderita dispepsia bisa mengalami gejala yang berbeda-beda setiap kali
mengalami dispepsia.
25.1%
≤ 3 bulan (Akut)
> 3 bulan (Kronik)
74.9%
Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Lama Sakit Di RS Martha Friska Medan Tahun
2007
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Berdasarkan gambar 6.10. dapat dilihat bahwa berdasarkan lama sakit, proporsi
penderita akut lebih tinggi yaitu sebesar 74,9%, sedangkan penderita kronik sebesar
25,1%. Lama sakit ditentukan dari lama waktu penderita mengalami dispepsia.
Penderita yang lama sakit kurang dari 12 minggu atau 3 bulan dinyatakan akut
sebaliknya jika lebih dari waktu tersebut dinyatakan kronik. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian Sinaga B (2008) di RS Advent Medan tahun 2005
dengan desain case series yang menemukan bahwa proporsi penderita dispepsia
dispepsia adalah 5,24 hari, SD = 3,822 hari dan nilai coefficient of variation (COV)
72,94% (COV > 10%), artinya lama rawatan rata-rata penderita dispepsia sangat
bervariasi, dimana lama rawatan tersingkat 1 hari sedangkan lama rawatan terlama
adalah 31 hari. Dari CI dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini lama rawatan rata-rata
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
6.1.12. Sumber Biaya
20.2%
79.8%
Gambar 6.11. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Sumber Biaya Di RS Martha Friska Medan Tahun
2007
proporsi penderita dispepsia yang berobat bukan dengan biaya sendiri lebih tinggi
yaitu sebesar 79,8%. Penderita dengan biaya sendiri proporsinya sebesar 20,2%. Hal
ini terjadi karena sebagian besar penderita dispepsia yang berobat ke RS Martha
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
6.1.13. Keadaan Sewaktu Pulang
Martha Friska Medan tahun 2007 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
8.4% 1.0%
90.6%
Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Dispepsia Rawat Inap
Berdasarkan Lama Sakit Di RS Martha Friska Medan Tahun
2007
yaitu sebesar 90,6% dan proporsi terendah adalah penderita meninggal sebesar 1,0%.
Banyaknya proporsi pulang berobat jalan berkaitan dengan proses penyembuhan yang
memerlukan waktu yang lama dan dianjurkan kepada setiap pasien untuk melakukan
hasil penelitian Sinaga B (2008) di RS Advent Medan tahun 2005 dengan desain case
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
series yang menemukan bahwa keadaan sewaktu pulang penderita dispepsia terbesar
100
Proporsi (%)
80
60.5
60 49.4 50.6 ≤40 tahun
39.5
40 >40 tahun
20
0
Organik Fungsional
Jenis Dispepsia
dispepsia organik, lebih tinggi pada kelompok umur >40 tahun sebesar 60,5%. Pada
kelompok umur ≤40 tahun sebesar 39,5%. Pada penderita dispepsia fungsional,
proporsi dari kelompok umur >40 tahun sebesar 50,6%, hampir sama dengan
kelompok umur ≤40 tahun yaitu sebesar 49,4%. Berdasarkan analisa statistik dengan
uji chi-square diperoleh nilai p>0,05 (p=0,251), artinya tidak ada hubungan yang
bermakna antara umur dengan jenis dispepsia. Dapat dikatakan bahwa pada penelitian
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
ini semua kelompok umur memiliki resiko yang sama untuk terkena dispepsia
100
80 74.5
Proporsi (%)
60 54.6
45.4 ≤40 tahun
40 25.5 >40 tahun
20
0
Akut Kronik
Lama Sakit
Gambar 6.14. Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Lama Sakit
Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap di RS Martha Friska
Medan Tahun 2007
akut, lebih tinggi pada kelompok umur ≤40 tahun sebesar 54,6%. Pada kelompok
umur >40 tahun sebesar 45,4%. Proporsi penderita dispepsia kronis lebih tinggi pada
kelompok umur >40 tahun sebesar 74,5%. Pada kelompok umur ≤40 tahun sebesar
25,5%.
(p=0,000), artinya ada hubungan yang bermakna antara umur penderita dengan lama
sakit. Dapat dikatakan bahwa pada penelitian ini, semakin tua umur seseorang maka
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
tingkat keparahan yang diderita oleh penderita dispepsia mengarah pada tingkat
keparahan kronik karena penderitanya lebih sulit untuk dapat sembuh jika
Selain itu permasalahan yang dihadapi pada usia ini lebih kompleks sehingga
lebih rentan terkena stres. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sinaga B
(2008) di RS Advent Medan tahun 2005 dengan desain case series yang menemukan
adanya hubungan yang bermakna antara umur penderita dengan lama sakit.
80 74.5
Proporsi (% )
60
≤3 bulan (Akut)
>3 bulan (Kronik)
40
25.5
20 11.8
0
0
PBJ PAPS Meninggal
Berdasarkan gambar 6.15. dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang pulang
berobat jalan lebih tinggi pada kelompok penderita dispepsia akut sebesar 74,5%.
Proporsi pada kelompok penderita dispepsia kronis sebesar 25,5%. Proporsi penderita
yang pulang atas permintaan sendiri lebih tinggi pada kelompok penderita dispepsia
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
akut sebesar 88,2%. Proporsi pada penderita dispepsia kronis sebesar 11,8%. Proporsi
penderita yang meninggal 100% berasal dari kelompok penderita dispepsia kronis
Pada pengolahan data ini tidak dapat diketahui apakah ada hubungan antara
keadaan sewaktu pulang penderita dengan lama sakit karena data tidak memenuhi
syarat untuk dilakukan uji chi-square, karena terdapat 3 sel (50,0%) yang expected
0 1 2 3 4 5 6 7
Hari
Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Umur Pada
Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan
Tahun 2007
kelompok umur ≤40 tahun menjalani rata-rata lama rawatan 4,13 hari, dan kelompok
umur >40 tahun menjalani rata-rata lama rawatan 6,23 hari. Dari hasil analisa statistik
dengan menggunakan uji t-test diperoleh p<0,05 artinya ada perbedaan lama rawatan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
kemampuan tubuh penderita dengan umur >40 tahun untuk melawan penyakit
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyono J, dkk (2006) dengan
desain case series di RSUD Prof DR. Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2005
yang menemukan penderita yang berusia >40 tahun mendapatkan perawatan yang
lebih lama. 43
Organik 5.07
Jenis
Fungsional 5.28
0 1 2 3 4 5 6 7
Hari
menjalani rata-rata lama rawatan 5,07 hari, sedangkan penderita dispepsia fungsional
menjalani rata-rata lama rawatan 5,28 hari. Dari hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji t-test diperoleh p>0,05 artinya tidak ada perbedaan lama rawatan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
6.2.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Lama Sakit
Akut 5.06
Kronik 5.76
0 1 2 3 4 5 6 7
Hari
Gambar 6.18. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Lama Sakit
Pada Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska
Medan Tahun 2007
menjalani rata-rata lama rawatan 5,06 hari, sedangkan penderita dispepsia kronik
menjalani rata-rata lama rawatan 5,76 hari. Dari hasil analisa statistik dengan
menggunakan uji t-test diperoleh p>0,05 artinya tidak ada perbedaan lama rawatan
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
6.2.7. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya
Bukan Biaya
5.77
Sendiri
0 1 2 3 4 5 6 7
Hari
biaya sendiri menjalani rata-rata lama rawatan 3,15 hari, sedangkan penderita bukan
dengan biaya sendiri menjalani rata-rata lama rawatan 5,77 hari. Dari hasil analisa
statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh p <0,05 artinya ada perbedaan lama
dengan hasil penelitian Sinaga B (2008) dengan desain case series di RS Advent
Medan tahun 2005 yang tidak menemukan perbedaan lama rawatan rata-rata
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
tertinggi adalah umur >50 tahun sebesar 33,0%, jenis kelamin perempuan
sebesar 61,6%, agama Islam sebesar 75,3%, pendidikan yang tercatat SLTA
perkawinan yang tercatat kawin sebesar 70,4%, dan daerah asal Medan
sebesar 86,7%.
7.1.4. Proporsi tertinggi penderita dispepsia berdasarkan lama sakit adalah akut
sebesar 74,9%.
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
7.1.8. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan jenis dispepsia
(p >0,05).
7.1.9. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur berdasarkan lama sakit
(p <0,05).
7.1.10. Tidak diketahui adanya hubungan antara lama sakit berdasarkan keadaan
dari 5.
7.1.11. Terdapat perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan umur
(p <0,05).
7.1.12. Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan jenis dispepsia
(p >0,05).
7.1.13. Tidak ada perbedaan lama rawatan rata-rata berdasarkan lama sakit (p >0,05).
7.1.15. Data pasien di bagian rekam medik RS Martha Friska kurang tercatat dengan
perkawinan.
7.2. Saran
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
7.2.2. Kepada bagian Rekam Medik RS Martha Friska Medan diharapkan
DAFTAR PUSTAKA
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
12. Syam, A.F., 2007. Department Of Internal Medicine FKUI. Stress Dan Sakit
Maag. http://www.gizi.net/
14.Agustina, H, dari PT. Kalbe Farma. ”The 2nd Annual Women's Health Seminar & Expo
2008” http://wap.kalbe.co.id/
17. Sianturi, C, 2006. Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RSUP. H. Adam
Malik Medan Tahun 2001-2004. Skripsi FKM USU, Medan
18. Sinaga, B, 2008. Karakteristik Penderita Dispepsia Yang Dirawat Inap Di Rumah
Sakit Advent Medan Tahun 2005. Skripsi FKM USU, Medan
19. Mansjoer, A., dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama. Media
Aesculapius FKUI, Jakarta
21.Zubir, N., Julius, 1992. Gambaran endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas di Bagian
Penyakit Dalam di RSU dr M. Jamil Padang http://images.google.co.id/
24. Bateson, M, 1992. Batu Empedu Dan penyakit Hati. Arcan, Jakarta
26. Syam A.F., 2007. Ilmu Penyakit Dalam “Malabsorpsi”. Edisi IV. FKUI,
Jakarta
27. Tim Redaksi, 2009. Mengatasi Gangguan Penyakit Maag. Banyu Media,
Yogyakarta
28. Rani, A.A., Fauzi A, 2007. Ilmu Penyakit Dalam ” Infeksi Helicobacter Pylori
Dan Penyakit Gastro-Duodenal”. Edisi IV. FKUI, Jakarta
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
29. Tarigan, C.J., 2003. Perbedaan Depresi Pada Pasien Dispepsia Fungsional
Dan Dispepsia Organik. USU Digital Library. http://library.usu.ac.id/
34. Wash, D.T., 2001. Kapita Selekta Penyakit dan Terapi. EGC, Jakarta
35. Bitzer P, et al, 2000. Low Socioeconomic Class Is A Risk Factor For Upper
And Lower Gastrointestinal Symtomps.
http://gut.bmj.com/cgi/content/abstract/49/1/66
39. Shmuely, H, dkk, September 2003. Dyspepsia Symptoms and Helicobacter pylori
Infection, Nakuru Kenya. Emerging Infectious Diseases, Vol. 9, No.9 Hal 1104
43. Setyono, J, dkk., 2006. Karakteristik Pasien Dispepsia Di RSUD Prof. DR.
Margono Soekarjo Purwokerto. http://journal.lib.unair.ac.id/
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.
Yanti Harahap : Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan Tahun 2007, 2010.