Anda di halaman 1dari 4

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BURU

NOMOR: 840.56 /SK/RSUD/X/2018


TENTANG
KEBIJAKAN BANTUAN HIDUP DASAR
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BURU

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BURU

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien
di rumah sakit maka perlu memberikan panduan mengenai cara
memberikan bantuan hidup dasar;

b. Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, diperlukan penetapan


kebijakan tentang bantuan hidup dasar.

Mengingat : a. Undang Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara RI Tahun 2009):
b. Peraturan Presiden RI Nomor 77 Tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit;
c. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1961 Tahun 2011 Tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.;
d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik Nomor M.0104.3.5.2504
Tentang Pedoman Hak, Kewajiban Pasien, Dokter, dan Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
KESATU : Keputusan direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buru tentang
kebijakan bantuan hidup dasar di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Buru.

KEDUA : Tindakan pertolongan medis sederhana yang dilakukan pada penderita yang
mengalami henti jantung sebelum diberikan tindakan pertolongan medis
lanjutan.

KETIGA : Setiap pasien emergensi harus dilakukan asesmen sistem sirkulasi,


pernafasan dan jalan napas untuk memastikan kebutuhan tindakan
resusitasi.

KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan pelayanan bantuan hidup dasar pasien RSUD
Kabupaten Buru dilaksanakan oleh Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Bina
Keperawatan.

KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagimana mestinya.

Namlea, 17 Desember 2018


Direktur RSUD Namlea

Dr. Helmi Koharjaya


PANDUAN PELATIHAN BANTUAN HIDUP DASAR RUMAH SAKIT UMUM
KABUPATEN BURU

BAB I

PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah Resusitasi, artinya usaha yang dilakukan untuk
menjaga jalan nafas tetap terbuka, menunjang pernafasan dan sirkulasi tanpa menggunakan
alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat keadaan tanda henti
jantung atau henti nafas serta segera memberikan bantuan sirkulasi dan ventilasi. Selain itu,
resusitasi juga dikatakan sebagai sebuah upaya menyediakan oksigen ke otak, jantung dan
organ-organ vital lainnya melalui sebuah tindakan yang meliputi pemijatan jantung dan
ventilasi yang memenuhi syarat.

Dalam Resusitasi Jantung Paru (RJP) terdiri dari 2 tahap yaitu survey primer yang
dapat dilakukan oleh setiap orang dan survey sekunder yang hanya dapat dilakukan oleh
tenaga medis dan paramedic yang terlatih dan merupakan lanjutan dari survey primer. RJP
ini dilakukan terhadap korban henti nafas seperti sumbatan jalan nafas, depresi pernafasan.
Selain itu RJP juga diberikan kepada korban henti jantung seperti penyakit jantung dan
trauma.

2.Tujuan
Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) ini untuk meningkatkan keterampilan pegawai
rumah sakit baik medis maupun non medis dalam menangani kasus-kasus dengan kegawat
daruratan, khususnya dalam memberikan bantuan hidup dasar disaat bantuan medis belum
ada.
BAB II
RUANG LINGKUP

Bantuan hidup dasar diharapkan dapat dilakukan oleh semua staf rumah sakit baik tenaga
medis maupun non medis tanpa terkecuali
BAB III
TATA LAKSANA
Teknik pelaksanaan BHD
a. Sebelum melakukan BHD penolong harus memastikan 3A (aman diri,aman pasien,
aman lingkungan) dan di lanjutkan dengan memeriksa respons penderita, kemudian
meminta pertolongan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat atau aktifkan code blue.
b. Pengecekan pulsasi arteri
 Pengecekan pulsasi perlu dilakukan bila penderita mengalami pingsan mendadak, tidak
bernafas atau bernafas tidak normal. Penilaian pulsasi sebaiknya di lakukan kurang dari
10 detik , jika dalam 10 detik, jika dalam 10 detik tidak dapat meraba pulsasi maka
segera lakukan kompresi dada.
 Kompresi dada di lakukan dengan pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada
tulang dada, dengan frekuensi minimal 100 kali/menit,kedalaman minimal 5 cm,berikan
kesempatan dada mengembang sempurna setelah kompresi , seminimal mungkin
interupsi dan hindari pemberian nafas bantuan berlebihan
c. Pembukaan jalan nafas
pembukaan jalan nafas dilakukan dengan teknik angkat kepala , angkat angkat dagu
pada penderita yang tidak diketahui tidak mengalami cidera leher, sedangkan untuk
yang mengalami cidera leher dilakukan dengan menarik rahang tanpa ekstensi kepala.
d. Pemberian nafas bantuan
Pemberian nafas bantuan dilakukan setelah jalan nafas aman dengan memperhatikan
pemberian nafas bantuan dalam waktu 1 detik dengan volume tidal yang cukup untuk
mengangkat dinding dada, diberikan 2 kali nafas setelah 30 kali kompresi
e. Defibrilasi
Defibrilasi hanya dilakukan bila pasien dengan fibrilasi ventrikel dengan kemungkinan
keberhasilan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya waktu
BAB IV

PENUTUP

Dengan adanya pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar, diharapkan semua staf
yang ada di lingkup Rumah sakit Umum daerah kabupaten buru dapat memberikan
pertolongan pertama kepada siapapun yang mengalami keadaan yang akan mengancam
nyawa.

DITETAPKAN : NAMLEA
TANGGAL : 03 DESEMBER 2018
Direktur RSUD Kabupaten Buru

dr. HELMI HOHARJAYA


Nip. 19750812 200604 1 016

Anda mungkin juga menyukai