1 / Juni 2015
Abstrak
Untuk mengobati satu pasien dengan GGK, kami menggunakan frekuensi hemodialisa yang bervariasi
tergantung pada kerusakan ginjal mereka, yaitu empat sampai lima jam dalam dua sampai tiga kali
seminggu. Jenis pengobatan ini dapat menyebabkan stressor bagi pasien. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi Hubungan lama Tingkat Dengan kekhawatiran laju hemodialisis terkait Peralatan /
Dyalisis Satuan Pada Pasien GGK. Desain penelitian deskriptif digunakan analisis dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien GGK yang menjalani haemodialisa di unit
haemodialisa RSPAD. Sampel representatif berjumlah 131 responden. Hasil Dari hasil uji statistic
didapatkan nilai P Value = 0,004 berarti P Value < 0,05, sehingga terdapat hubungan yang bermakna antara
lama menjalani hemodialisa dengan tingkat kecemasan klien terkait alat/unit dyalisis pada klien gagal ginjal
di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
ABSTRACT
To treat a patient with CRF, we use hemodialysis frequency that varies depending on the damage to their
kidneys, which is four to five hours in two to three times a week. This type of treatment can cause a stressor
for patients. The aim of this study is to identify correlation between long time Level With hemodialysis rate
concerns related Equipment / Dyalisis Unit In CRF patients. The study design used descriptive analysis
with cross sectional approach. The population in this study were all patients who underwent Haemodialisa
CRF in unit Haemodialisa Army Hospital. A representative sample amounted to 131 respondents. The
results of the statistical test was obtained value P Value = 0.004 mean P Value <0.05, so there is a
significant correlation between long period of patient undergoing haemodialysa with the level of client
anxiety associated tool / unit dyalisis on client renal failure at Gatot Subroto Army Hospital in Jakarta.
61
61
Karyawan
Laki-laki 87 66,4
Swasta 12 9,2
Perempuan 44 33,6 Wiraswasta 2 1,5
66
66
4
Total 131 100 1
Tot 9 6 50, 13
65 0
al , 6 4 1
0
Berdasarkan lama responden menjalani 6
hemodialisis terlihat bahwa 69 responden
(52,7%) baru menjalani hemodialisis
Berdasarkan tabel silang (cross tabulation)
sedangkan 62 responden (47,3%) sudah
di atas dari 62 responden yang baru
lama menjalani hemodialisis.
menjalani hemodialisis terlihat bahwa 22
responden (35,5%) memiliki tingkat
B. Hasil Penelitian Bivariat
kecemasan ringan dan 40 responden
(64,5%) memiliki tingkat kecemasan berat.
Tabel 9. Analisis Hubungan Lama
Sedangkan dari 69 responden yang telah
Responden Menjalani Hemodialisis
lama menjalani hemodialisis terlihat bahwa
dengan Kecemsan Responden di RSPAD
43 responden (62,3%) memiliki tingkat
Gatot Soebroto Jakarta Tahun 2009
kecemasan ringan dan 26 responden
(37,7%) memiliki tingkat kecemasan berat.
Hasil uji statistic didapatkan nilai P Value =
La Tingkat Kecemasan 0,004 berarti P Value < 0,05, sehingga dapat
ma P- disimpulkan terdapat hubungan yang
Ringa OR
Me Berat Total va
n (CI 95 bermakna antara lama menjalani
njal lu hemodialisa dengan tingkat kecemasan
%)
ani n % n % n % e klien terkait alat/unit dyalisis pada klien
He gagal ginjal di RSPAD Gatot Soebroto
67
67
Jakarta. Dari nilai Odd Ratio dapat Dari nilai Odd Ratio dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa responden dengan yang bahwa responden dengan yang baru
baru menjalani hemodialisa 0,333 (CI: menjalani hemodialisa 0,333 (CI: 0,163-
0,163-0,678) kali memiliki tingkat 0,678) kali memiliki tingkat kecemasan
kecemasan lebih berat dibandingkan lebih berat dibandingkan dengan responden
dengan responden yang telah lama yang telah lama menjalani hemodialisis.
menjalani hemodialisis.
Kecemasan adalah keadaan ketika
individu/kelompok mengalami perasaan
Pembahasan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi
system syaraf autonom dalam berespon
Hubungan Lama Menjalani terhadap ancaman yang tidak jelas, non
Hemodialisis dengan Tingkat spesifik. (Carpenito, 2006)
Kecemasan Responden
Kecemasan pasien gagal ginjal kronik
Hasil penelitian yang dilakukan di unit berhubungan dengan lama klien menjalani
hemodialisa RSPAD Gatot Soebroto hemodialisis, semakin lama klien menjalani
Jakarta dari 62 responden yang baru hemodialisis maka klien tersebut akan dapat
menjalani hemodialisis terlihat bahwa 22 beradaptasi dengan alat/unit dialisa
responden (35,5%) memiliki tingkat (Suliswati, 2005).
kecemasan ringan dan 40 responden
Pasien yang mengalami dialysis jangka
(64,5%) memiliki tingkat kecemasan berat.
panjang maka akan merasa khawatir atas
Sedangkan dari 69 responden yang telah
kondisi sakitnya yang tidak dapat
lama menjalani hemodialisis terlihat bahwa
diramalkan dan berefek terhadap gaya
43 responden (62,3%) memiliki tingkat
hidup. (Brunner & Suddarth,2001)
kecemasan ringan dan 26 responden
(37,7%) memiliki tingkat kecemasan berat. Berdasarkan hasil yang didapat oleh
peneliti bahwa responden yang telah lama
Dari hasil uji statistic didapatkan nilai P
menjalani hemodialisa cenderung memiliki
Value = 0,004 berarti P Value < 0,05,
tingkat kecemasan lebih ringan
sehingga dapat disimpulkan terdapat
dibandingkan dengan responden yang baru
hubungan yang bermakna antara lama
menjalani hemodialisis hal ini disebabkan
menjalani hemodialisis dengan tingkat
karena dengan lamanya seseorang
kecemasan klien terkait alat/unit dyalisis
menjalani hemodialisa maka seseorang
pada klien gagal ginjal kronik di RSPAD
akan lebih adaptif dengan alat/unit dyalisis.
Gatot Soebroto Jakarta.
68
68
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan Carpenito-moyet, Lynda Juall. (2006). Buku
penelitian yang dilakukan oleh Sunardi Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi X.
69
69
70
70