Anda di halaman 1dari 3

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu
menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama.
Perbedaan ini diperbesar dengan adanya pengaruh lingkungan, operator, serta
metode pengukuran. Setiap alat ukur yang digunakan diharapkan dapat
memberikan hasil yang sama hal ini berkaitannya dengan keperluan keamanan,
kesehatan, transaksi, dan keselamatan. Agar setiap alat dapat memberikan hasil
ukur dengan keabsahan yang sama, alat ukur tersebut perlu mempunyai ketelusuran
kepada standar nasional atau standar internasional. Cara untuk memberikan
jaminan bahwa alat yang digunakan mempunyai ketelusuran kepada standar
nasional yaitu dengan melakukan kalibrasi terhadap alat tersebut. Lebih dari itu
untuk memelihara ketelusuran tersebut perlu dilakukan perawatan alat dalam
selang kalibrasi tertentu.

Kalibrasi adalah perbandingan antara dua pengukuran, yang satu adalah


pengukuran alat yang disebut standar dan yang kedua adalah pengukuran alat ukur
yang dikalibrasi. Definisi resmi menurut International Bureau of Weights and
Measures yang dimaksud kalibrasi adalah serangkaian operasi yang dilakukan di
bawah kondisi uji, yang menghasilkan hubungan antara nilai ukur dan
ketidakpastian yang dihasilkan dari perbandingan pengukuran obyek ukur dengan
standar (Rosadi, 2016).

Menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International


Metrology (VIM), kalibrasi adalah kegiatan yang menghubungkan nilai yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur atau nilai yang diwakili oleh bahan ukur dengan
nilai-nilai yang sudah diketahui tingkat kebenarannya (yang berkaitan dengan
besaran yang diukur). Nilai yang sudah diketahui ini biasanya merujuk ke suatu
nilai dari kalibrator atau standar, dan harus memiliki akurasi yang lebih tinggi
daripada alat ukur yang diuji, hal ini biasa disebut unit under test atau UUT
(Budiasih, et al, 2004).
Tolerate atau tolerance (toleransi), menurut New Oxford American
Dictionary adalah nilai yang mampu menanggung sesuatu (yang buruk) tanpa efek
buruk. Jika diartikan secara umum toleransi adalah kemampuan menerima suatu
penyimpangan dengan nilai yang dapat diterima tanpa banyak mempengaruhi nilai
yang ada.

Mekanisme penetapan nilai toleransi teknis bervariasi tergantung dari satu


negara ke negara lainnya atau jenis industrinya. Pembuat instrumen umumnya
memberikan toleransi teknis dan menyarankan calibration interval (CI) dan
memberikan spesifikasi kondisi lingkungan penggunaan dan penyimpanan alat
ukur produksinya. Asosiasi pengguna seringkali memberikan rekomendasi CI nya
tergantung tingkat penggunaan alat ukur tersebut. Pada umumnya ada dua cara
bagaimana menentukan interval kalibrasi, yaitu berdasarkan kalender contoh untuk
instrumen diberlakukan interval kalibrasi 1 tahun sekali, sedangkan untuk alat
standar sekunder misal setiap 2-3 tahun sekali. Pada cara kedua dilakukan
berdasarkan durasi pemakaian misal setiap 1000 jam pemakaian. Akan tetapi cara
ini memerlukan kedisplinan yang tinggi untuk mencatat atau merekam jam
penggunaan alat.

Setiap instrumen memiliki periode kalibrasi yang berbeda-beda, seperti halnya


pada kalibrasi instrumen inkubator Biochemical Oxygen Demand (BOD) dilakukan
setiap hari dan per dua minggu, dengan suhu sebagai parameter ukur. Pengukuran
suhu pada inkubator dapat menggunakan termokopel karena pada prinsipnya
termokopel bekerja sebagai pengukur suhu. Pada instrumen turbidimeter masa
periode kalibrasi dilakukan setiap triwulan dengan menggunakan larutan standar
formazin (Komite Akreditasi Nasional, 2004).

Kalibrasi dilakukan dengan 2 cara, yaitu kalibrasi internal dan eksternal.


Kalibrasi internal yang biasa dilakukan di laboratorium tersebut sebagai
pengecekan antara bagi laboratorium tersebut, sedangkan kalibrasi eksternal
dilakukan dengan bantuan pihak kedua sebagai laboratorium kalibrasi yang dipilih.
Setiap kalibrasi dilakukan pengukuran pengulangan sebanyak 10 kali ulangan
dengan menghitung persen perolehan kembali (% recovery) dan persen Relatif
Standar Deviasi(% RSD).

2
B. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum dari kerja praktik adalah untuk memberikan wawasan kepada
mahasiswa atau mahasiswi dalam dunia kerja. Tujuan khusus adalah melakukan
kalibrasi internal alat inkubator dan turbidimeter yang terdapat di Laboratorium
PPLH-IPB.
Manfaat dari Kerja Praktik (KP) ini dapat mengetahui metode dan nilai
keberterimaan dari alat inkubator dan turbiditi meter, agar alat-alat tersebut
benar-benar layak digunakan dengan memperhatikan persen perolehan kembali (%
recovery) dan persen Relatif Standar Deviasi (RSD).

Anda mungkin juga menyukai