Pendamping :
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya
Plateau”.
Malik, dr., Sp.OT selaku dokter penanggung jawab pasien dan sebagai pihak yang
Penulis menyadari bahwa presentasi kasus ini jauh dari sempurna, dan
masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh sebab itu, kritik dan saran
Internship demi kesempurnaan presentasi kasus ini. Semoga presentasi kasus ini
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial. Tendensi untuk
terjadinya fraktur tibia terdapat pada pasien-pasien usia lanjut yang terjatuh,
Pada pasien-pasien usia muda, mekanisme trauma yang paling sering adalah
World Health Organization mencatat pada tahun 2005 terdapat lebih dari
orang mengalami kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang cukup
terjadi. Insiden yang terjadi pertahun pada fraktur terbuka tulang panjang
diperkirakan 11,5 per 100.000 orang, dengan 40% terjadi pada ekstremitas
bawah. Fraktur ekstremitas bawah yang paling umum terjadi pada diafisis
bidang orthopaedi. Kira-kira 1,3 % dari semua jenis fraktur, paling banyak
dijumpai pada laki-laki dibanding wanita. Fraktur ini merupakan jenis yang
3
sehingga dapat berisiko terhadap fungsi integritas sendi lutut (Watson,
2003)
nonunion, dan arthritis dapat terjadi pada fraktur tibia. Di antara tulang-
tulang panjang, tibia adalah lokasi yang paling sering dari fraktur nonunion.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
JenisKelamin : Laki-laki
Usia : 64 tahun
Alamat : Saluyu
Suku : Batak
PendidikanTerakhir : S1
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Primary Survey
cahaya +/+
5
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSMB dengan keluhan nyeri di kaki sebelah kiri
Keluhan disertai dengan adanya luka lecet di daerah lutut kanan dan
memar pada tangan kiri. Pada saat kecelakaan os terjatuh dengan posisi lutut kiri
kendaraannya.
setelah kecelakaan.
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien.
6
Kesadaran : Compos Mentis
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 22 x/menit
Suhu : 36,6°C
Saturasi : 98%
Status Internus
Paru :
Perkusi : Sonor
7
Auskultasi : VBS kiri = kanan, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Regio Abdomen :
Perkusi : Timpani
Look :
Deformitas (-)
Angulasi (-)
Swelling (+)
Feel :
Nyeri tekan (+), Krepitasi (-),NVD (sensorik dan motorik baik, CRT< 2”,
Movement :
8
Pergerakan jari- jari kaki (+)
Hb : 13,9 gr%
Leukosit : 20.800/mm3
Trombosit : 348.000/mm3
Hematokrit : 41%
BT : 1 menit 45 detik
CT : 6 menit 00 detik
Pemeriksaan Radiologi
9
Kesan: tampak fraktur pada 1/3 proximal os tibia kiri
Pemeriksaan EKG
Diagnosis Akhir
3.6 Tatalaksana
- Wound Toilet
- Injeksi ketorolac iv
10
Jawaban konsul:
• Ceftriaxon 2x1 gr iv
• Ativan 1x0,5 mg
Rencana terapi
11
Prognosis
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
tungkai bawah dan terletak medial dari fibula atau tulang betis. Tibia
adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Tibia memiliki
ujung atas yang melebar dan ujung bawah yang lebih kecil serta sebuah
distal disebut sebagai pilon (sendi dan medial maleolus). Tibial plateau
13
Gambar III.1: Tibia Plateau
terhadap lebar tibia pada permukaan sendi. Pada bagian proximal dibagi
tibia yang merupakan insersi dari ligamen patela. Di medial, terdapat pes
14
Permukaan sendi medial dan kondilus medial lebih kuat dibandingkan
2015).
distal, berada di sisi medial dan anterior dari crus. Pada posisi berdiri, tibia
2002).
15
Facies articularis dari condylus medialis berbentuk oval, sedangkan
medialis, (2) facies lateralis dan (3) facies posterior. Mempunyai tiga buah
tepi, yaitu (1) margo anterior, (2) margo medialis dan (3) margo
ventral, melanjutkan diri menjadi bagian ventral ujung distal tibia. Facies
sepertiga bagian proximal terdapat linea poplitea, suatu garis yang oblique
proximal mulai dari tepi lateral tuberositas tibiae, dan di bagian distal
menjadi tepi anterior dari malleolus medialis. Margo medialis, mulai dari
16
margo medialis, tempat melekat membrana interossea. Di bagian proximal
ujung distal fibula. Facies articularis inferior pada ujung distal tibia
2002).
17
3.2.Definisi Fraktur
Fraktur tibial plateau adalah fraktur yang melibatkan lesi sendi lutut
3.3.Epidemiologi
dan 8% dari keseluruhan fraktur yang biasa terjadi pada usia tua. Trauma
yang terbatas pada bagian lateral plateu mencapai 55% hingga 70% dari
hanya sebesar 10% hingga 25%, sedangkan 10% hingga 30% fraktur tibia
3.4.Mekanisme Trauma
pejalan kaki yang rendah energy mengenai bumper mobil. Sebagian besar
kejadian fraktur tibial plateau ini juga dilaporkan terjadi akibat dari
axial, biasanya dengan posisi valgus (paling sering) atau varus (jarang)
18
atau trauma tidak langsung yang besar. Aspek anterior dari kondilus
dan lokasi dari kekuatan yang ditimbulkan, serta posisi lutut pada saat
trauma akan menyebabkan perbedaan dari pola fraktur, lokasi, dan tingkat
pergeseran. Factor lain seperti usia dan kualitas tulang juga berpengaruh
pada konfigurasi fraktur. Pasien yang lebih tua dengan tulang yang
osteopeni akan lebih cenderung menjadi tipe fraktur depresi karena tulang
Sumber : http://www.physio-pedia.com/
19
Usia muda dengan tulang yang kaku memiliki angka kejadian lebih
3.5.Faktor Resiko
2007):
Usia lebih tua dengan kualitas tulang yang jelek memiki resiko
fraktur.
3.6.Derajat Fraktur
2008).
20
Grade 3 : Kontusio kulit yang luar, avulse subkutan, dan kerusakan
otot
patah
repair segera
Tipe I : Fraktur biasa pada kondilus tibia lateral. Pada pasien yang
21
mungkin terdapat retakan vertikan dengan pemisahan
utuh.
22
Gambar III.4: Klasifikasi Schtzker
3.8.Gejala Klinis
Tanda yang menunjukan adanya fraktur tibia plateu tidak jauh berbeda
dengan tanda fraktur secara umum yaitu adanya nyeri, odema, deformitas
dan gangguan fungsi, namun pada fraktur tibia plateu ini mempunyai ciri-
ciri yang khas adanya pembegkakan pada lutut dan sedikit deformitas,
memar biasanya luas dan jaringan terasa adonan karena hemathrosis. Pada
ketidakstabilan kearah medial maupun lateral. Kaki dan ujung kaki harus
diperiksa dengan cermat untuk mencari ada tidaknya tanda tanda cidera
23
3.9.Diagnosis
3.9.1 Anamnesis
2007).
a. Look (Inspeksi)
perpanjangan).
24
Bengkak atau kebiruan.
b. Feel (Palpasi)
- Krepitasi.
- Nyeri sumbu.
c. Move (Gerakan)
25
3.10. Pemeriksaan Penunjang
dengan posisi anteroposterior (AP), lateral, dan dua oblik. Foto X-ray
terjadi tetapi tingkat kominusi atau depresi plateau mungkin tidak terlihat
diagnosis dari fraktur tibial plateau dan diindikasikan pada kasus dengan
lunak dari lokasi trauma. Namun, tidak ada indikasi yang jelas untuk
26
3.11. Terapi
operative.
Non-operative
lutut dan beban tubuh merupakan salah satu metode pilihan. Latihan
tubuh secara partial selama 8-12 minggu, dan progressif hingga memikul
beban tubuh secara keseluruhan. Terapi dengan long leg cast juga dapat
Operative
• Indikasi Absolut:
27
1. Fraktur Tibial Plateu dengan komplikasi sindroma
kompartemen
3. Fraktur terbuka
• Indikasi relatif
patient
depresi ringan (kurang dari 5 mm) dan lutut stabil atau jika pasien
28
kompresi, traksi rangka dipasang lewat pen berulir melalui tibia, 7 cm
dan dengan 5 kg traksi, latihan aktif harus dilakuakn tiap hari. Selain
itu, lutut dapat diterapi sejak permulaan dengan mesin CPM, untuk
minggu lagi. Pada pasien muda dengan fraktur tipe 2, terapi ini
Pasca operasi lutut diterapi dengan mesin CPM setelah beberapa hari.
Prinsip terapinya mirip dengan prinsip yang berlaku untuk fraktur tipe
29
dilakukan secara tertutup dengan traksi yang kuat dan kompresi lateral,
jika ini berhasil, fraktur diterapi dengan traksi atau CPM. Kalau
reduksi tertutup gagal, reduksi terbuka dan fiksasi dapat dicoba. Pasca
sekaligus.
juga lebih baik ditangani secara tertutup, meskipun traksi dan latihan
dilakukan.
30
Gambar III.6. Raft-screw. (a-c) ukuran kortikal screw sebesar 3,5 mm
31
komunitif harus ditinggikan dengan mendorong massa yang
sesuai dengan kontur dan sekrup pada sisi tulang itu. Kecuali kalau
ahli bedah lebih suka memberi terapi dengan traksi dan mobilisasi.
32
Gambar III.7. Fraktur tibial plateau- fiksasi. (a) sekrup tunggal
plat penopang dan sekrup lebih aman. (c) depresi yang lebih dari 1 cm
dapat diterapi dengan peninggian dari bawah dan (d) disokong dengan
operasi.
3.12. Prognosis
masalah luka.
33
3.13. Komplikasi
1. Komplikasi dini
Kaki dan ujung kaki harus diperiksa secara terpisah untuk mencari
tanda-tanda iskemia.
Kerusakan dari nervus peroneal. Hal ini umum terjadi pada trauma
2. Komplikasi lanjut
34
menerus dapat menyebabkan predisposisi untuk osteoarthritis di
kemudian hari.
melaporkan hasil yang sangat baik atau baik apda 90% pasien bila
tidak terasa nyeri. Tetapi, jika timbul osteoarthritis yang nyeri dan
dipertimbangkan.
35
BAB IV
KESIMPULAN
1. Fraktur merupakan suatu patahan pada struktur jaringan tulang atau tulang
tidak langsung.
post trauma dihubungkan dengan usia pasien, lokasi dari pergeseran, dan
reduksi.
8. Komplikasi pada fraktur tibia plateau dapat terjadi secara dini, yaitu:
36
DAFTAR PUSTAKA
37
14. Sjamsuhidajat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
15. Zerltser DW and Leopold SS. 2012. Clinical Orthopaedics and Related
Research. Classifications in Brief: Schatzker Classification of Tibial
Plateau Fractures. 471(2): 371–374.
38