Hipotesis awal yang diajukan Dr. Ahmad Khan adalah kata "ayatinaa" yang memiliki makna
"Ayat Allah", dijelaskan oleh Allah bahwa tanda- tanda kekuasaanNya ada juga dalam diri
manusia. Menurut Ahmad Khan ayat-ayat Allah ada juga dalam DNA (Deoxy Nucleotida Acid)
manusia.
Selanjutnya ia beranggapan bahwa ada kemungkinan ayat Alquran merupakan bagian dari
gen manusia.
Dalam dunia biologi dan genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi
protein sama sekali.
Area tanpa produksi ini disebut Junk DNA atau DNA sampah.
kenyataannya DNA tersebut menurut Ahmad Khan jauh sekali dari makna sampah. Menurut
hasil hasil risetnya, Junk DNA tersebut merupakan untaian firman-firman Allah sebagai
pencipta serta sebagai tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.
Sebagaimana disindir oleh Allah: "Afala tafakaruun " (apakah kalian tidak mau bertafakur
atau menggunakan akal pikiran?).
Setelah bekerjasama dengan adiknya yang bernama Imran, seorang yang ahli dalam analisis
sistem, laboratorium genetiknya mendapatkan proyek dari pemerintah. Proyek tersebut
awalnya ditujukan untuk meneliti gen kecerdasan pada manusia. Dengan kerja kerasnya
Ahmad Khan berupaya untuk menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari rantai
Kodon pada kromosom manusia. Sampai kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat Al
Qur'an. Akhirnya pada tanggal 2 Januari tahun 1999 pukul 2 pagi, ia menemukan ayat yang
pertama "Bismillah ir Rahman ir Rahiim. "Iqra bismirrabbika ladzi Khalq", "Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang menciptakan" . Ayat tersebut adalah awal dari surat Al-A'laq yang
merupakan surat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Hira.
Anehnya setelah penemuan ayat pertama tersebut ayat lain muncul satu persatu secara
cepat. Sampai sekarang ia telah berhasil menemukan 1/10 ayat Alquran.
Dalam wawancara yang dikutip "Ummi" edisi 6/X/99, Ahmad Khan menyatakan: "Saya yakin
penemuan ini luar biasa, dan saya mempertaruhkan karier saya untuk ini. Saya
membicarakan penemuan saya dengan dua rekan saya; Clive dan Martin seorang ahli
genetika yang selama ini sinis terhadap Islam. Saya menyurati dua ilmuwan lain yang selama
ini selalu alergi terhadap Islam yaitu Dan Larhammar dari Uppsala University Swedia dan Aris
Dreisman dari Universitas Berlin.
Di akhir wawancaranya Dr. Ahmad Khan berpesan "Semoga penerbitan buku saya "Alquran
dan Genetik", semakin menyadarkan umat Islam, bahwa Islam adalah jalan hidup yang
lengkap. Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni.
Semoga non muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan
agama.
Penulis berharap akan datang suatu generasi yang mendalami prinsip-prinsip ilmu
keperawatan yang digali dari agama Islam. Hal ini dapat dimulai dari niat baik para pemegang
kebijakan (decission maker) yang beragama Islam baik di institusi pendidikan atau pada level
pemerintah.
Terbukanya tabir hati ahli Farmakologi Thailand Profesor Tajaten Tahasen, Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Chiang Mai Thailand, baru- baru ini menyatakan diri masuk Islam saat
membaca makalah Profesor Keith Moore dari Amerika. Keith Moore adalah ahli Embriologi
terkemuka dari Kanada yang mengutip surat An-Nisa ayat 56 yang menjelaskan bahwa luka
bakar yang cukup dalam tidak menimbulkan sakit karena ujung-ujung syaraf sensorik sudah
hilang. Setelah pulang ke Thailand Tajaten menjelaskan penemuannya kepada
mahasiswanya, akhirnya mahasiswanya sebanyak 5 orang menyatakan diri masuk Islam.
Ditinjau secara anatomi lapisan kulit kita terdiri atas 3 lapisan global yaitu; Epidermis, Dermis,
dan Sub Cutis. Pada lapisan Sub Cutis banyak mengandung ujung-ujung pembuluh darah
dan syaraf. Pada saat terjadi Combustio grade III (luka bakar yang telah menembus sub
cutis) salah satu tandanya yaitu hilangnya rasa nyeri dari pasien.
Hal ini disebabkan karena sudah tidak berfungsinya ujung-ujung serabut syaraf afferent dan
efferent yang mengatur sensasi persefsi. Itulah sebabnya Allah menumbuhkan kembali kulit
yang rusak pada saat ia menyiksa hambaNya yang kafir supaya hambaNya tersebut dapat
merasakan pedihnya azab Allah tersebut.
Rabbana makhalqta hada batila, Ya...Allah tidak ada sedikit pun yang engkau ciptakan itu sia-
sia.
Dari bahtera menuju Islam Seorang pakar kelautan menyatakan betapa terpesonanya ia
kepada Al Qur'an yang telah memberikan jawaban dari pencariannya selama ini.
Prof. Jackues Yves Costeau seorang oceanografer, yang sering muncul di televisi pada acara
Discovey, ketika sedang menyelam menemukan beberapa mata air tawar di tengah
kedalaman lautan. Mata air tersebut berbeda adar kimia, warna dan rasanya serta tidak
bercampur dengan air laut yang lainnya. Bertahun-tahun ia berusaha mengadakan penelitian
dan mencari jawaban misteri tersebut.
Sampai suatu hari bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia menjelaskan
tentang ayat Al Qur'an Surat Ar-Rahman ayat 19-20 dan surat Al-Furqon ayat 53. Awalnya
ayat itu ditafsirkan muara sungai tetapi pada muara sungai ternyata tidak ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau sampai ia masuk Islam. Kutipan ayat tersebut antara lain sebagai
berikut: "Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan, yang ini tawar
lagi segar dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan antar-keduanya dinding dan
batas yang menghalang" (QS Al-Furqon: 53).
Berdasarkan contoh kasus di atas, dapat memberikan gambaran pada kita bahwa ayat suci
Alquran mampu menjelaskan fenomena Cromosome, Anatomi, Oceanografi, Keperawatan
dan antariksa (baca "Jurnal Keperawatan Unpad" edisi 4, hal 64-70). Sebenarnya masih
banyak ayat- ayat Al Qur'an yang menerangkan fenomena evolution and genetic seperti QS
As-Sajdah 4, QS al-A'raf 53, QS Yusuf 3, QS Hud 7, tetapi karena keterbatasan ruangan
pada kolom ini, serta dengan segala keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki
penulis, maka kepada Allah jualah hendaknya kita berharap dan hanya Allah-lah yang
Mahaluas dan
Mahatinggi ilmunya.