INTISARI
Pendahuluan : Leukemia mieloid kronik merupakan penyakit keganasan hematologi
yang prevalensinya meningkat di masa depan. Pada mulanya keganasan hematologi
diklasifikasikan hanya berdasarkan morfologi menurut klasifikasi French-American-
British (FAB). Perkembangan selanjutnya, yang paling diterima adalah klasifikasi
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2008, yang mengintegrasikan
pemeriksaaan sitogenetika. Tinjauan pustaka ini akan membahas peran sitogenetika
pada leukemia mieloid kronik.
Pembahasan : Pemeriksaan sitogenetika pada leukemia kronik digunakan untuk
mendeteksi kromosom Philadelpia dalam penegakkan diagnosis, evaluasi respon
terapi ( respon sitogenetik ), dan mendeteksi kelainan kromosom tambahan atau
Acquired Additional Chromosomal Aberration (ACA). ACA merupakan aberasi
skunder yang dapat muncul bersamaan dengan kromosom Philadelphia dan sering
mendominasi kariotip pasien pasien yang telah memasuki tahap lanjut. ACA dijumpai
10 - 12 % pada fase akselerasi leukemia mieloid kronik berkaitan dengan peningkatan
risiko kegagalan respon terapi terhadap inhibitor tirosin kinase, peningkatan relaps,
peningkatan progresivitas penyakit, dan penurunan ketahanan hidup.
Kesimpulan : Sitogenetika berperan penting dalam tatalaksana leukemia mieloid
kronik. Penggabungan berbagai pemeriksaan mulai dari gambaran klinis, hematologi,
gambaran sumsum tulang, PCR, dan analisis sitogenetika, sesuai dengan panduan
WHO, akan diperoleh tatalaksana terapi yang komprehensif dan personal, yang
menghasilkan keberhasilan terapi yang efektif.
3
Himawan sartono,1 Haryono Soeharto2
1
Clinical Pathology Specialist Education Program, Faculty of Medicine, Public
Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada.
2
Department of Clinical Pathology and Laboratory Medicine, Faculty of Medicine,
Public Health, and Nursing, Universitas Gadjah Mada.
ABSTRACT