Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Korea Utara merupakan Negara yang berbentuk kesatuan dan memiliki bentuk
pemerintahan yang diktaktur yang dikuasai oleh satu partai yaitu Juche Songun, pada tahun
1950 semenanjung korea memiliki bentuk pemerintahan yang berbentuk kekaisaran hingga
bergabung dengan Jepang setelah perang Russia dan Jepang. Setelah Jepang mengalami
kekalahan dalam perang dunia II Korea terbagi menjadi dua wilayah pendudukan Amerika
Serikat dan Soviet, pada situasi tersebut Korea Utara menolak untuk Ikut serta dalam
pemilihan umum pemerintahan yang diawasi oleh PBB yang diselenggarakan pada tahun
1948, yang bertujuan untuk pembentukan dua pemerintahan antara Korea Utara dan Korea
Selatan yang terpisah zona demiliterisasi. Korea Utara dan Korea Selatan saling mengklaim
kedaulatan pada seluruh semenanjung Korea yang pada akhirrnya berujung peperangan
pada tahun 1950. Selama peperangan berlangsung timbulah krisis ekonomi maupun
kekacauan pada kedua belah pihak, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan oleh sebab itu
kedua pihak melakukan genjatan senjata pada 1953 untuk mengakhiri pertemputan.
Meski kedua belah pihak Korea Utara dan Korea Selatan telah melakukan genjatan
senjata, kedua negara ini masih aktif dalam status berperang, karena perjanjian untuk
perdamaian tidak ditandatangani. Korea Utara termasuk dalam negara yang hanya memiliki
satu partai yang dikuasai oleh Partai Buruh Korea dan memiliki permerintahan yang bersifat
diktator totaliter. Pada 26 mei 2009 Korea Utara secara sepihak menarik diri dari genjatan
senjata. Hingga saat ini hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan masih memanas,
banyak upaya-upaya Korea Utara untuk mempertahankan negaranya, Korea Utara terus
melakukan upaya untuk mempertahankan negaranya dengan terus menerus melakukan
kebijakan-kebijakan militer, Pemerintahan Korea Utara memfokuskan dan mengambangkan
pada sektor militer terkhusus senjata nuklir, Korea Utara mendapatkan kecaman dari
berbagai negara, dikarenakan larangan kepemilikan senjata nuklir yang telah disepakati
pada perjanjian Internasional.
Dengan tindakan Korea Utara membangun dan mengembangkan senjata nuklir,
akibatnya tentu saja negara-negara tetangga Korea Utara mengecam dan memperlihatkan
respon yang negatif terhadap Korea Utara. Pada dasarnya alasan Korea Utara melakukan
uji coba nuklir untuk alasan keamanan negaranya dan mengembangkan teknologi-teknologi
baru dalam dunia militer. Sebenarnya Korea Utara telah mengikuti perundingan dengan
enam negara untuk membahas masalah mengenai program nuklir yang dibuat oleh Korea
Utara, Negara-negara tersebut antara lain Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Amertika
Serikat, Tiongkok dan Rusia. Korea Utara mendapatkan sanksi yang berupa embargo
ekonomi hal ini membuat Korea cukup kesulitan untuk berinteraksi kepada negara lain,
kecaman yang di buat oleh Amerika Serikat antara lain mendesak Korea Utara untuk
menghentikan dan menyerahkan senjata nuklirnya, akan tetapi respon Korea Utara menolak
kecaman yang diujarkan oleh Amerika serikat, Korea Utara tentu tidak akan memberikan
senjata Nuklirnya secara sepihak, dan Korea Utara tidak akan menyerahkan senjata
nuklirnya sedangkan sanksi masih berlaku untuk negaranya.
Dalam studi kasus yang membahas uji coba nuklir Korea Utara, Negara tersebut
memiliki tujuan untuk memperkuat pertahanan negaranya terhadap ancaman-ancaman dari
negara lainya dan terciptalah kebijakan-kebijakan untuk menguji coba senjata nuklir demi
keamanan Korea Utara dalam menghadapi ancaman dari luar.
Tujuan negara-negara di ranah Internasional mengecam tindakan dan kepemilikan
nuklir kepada Korea Utara, selain mengganggu keamanan uji coba nuklir Korea Utara
menimbulkan kebocoran gas yang bersifat radioaktif sehingga negara-negara sekitar Korea
Utara memerlukan kewaspadaan yang lebih terhadap hal ini, selain untuk menjaga
keamanan Negara mereka juga untuk mengantisipasi jika Korea Utara melakukan hal-hal
yang tidak diinginkan oleh negara-negara tetangganya.
Perjanjian internasional telah menyepakati pembatasan kepemilikan senjata nuklir
pada 1 juli 1968 yaitu Nuclear Non-proliferation Treaty, sebagian besar negara-negara
berdaulat mengikuti perjanjian ini, sebanyak 187 negara yang ikut serta dalam perjanjian
ini, namun ada dua dari tujuh negara yang memiliki senjata nuklir dan hasilnya lebih dari
170 negara menyutujui perjanjian tersebut yang berlaku tanpa batas waktu dan tanpa syarat,
perjanjian tersebut memiliki tiga pokok yaitu nonproliferasi, pelucutan, dan penggunaan
senjata nuklir demi kepentingan perdamaian. Pasal X memperbolehkan suatu negara untuk
mundur dari perjanjian untuk mengantisipasi hal-hal penting terhadap suatu negara tersebut,
hal ini mengacaukan kepentingan utama yang ada pada perjanjian, dan negara tersebut harus
memberikan pemberitahuan tiga bulan sebelum pembatalan perjanjian atau mengundurkan
diri dari perjanjian serta memberikan alasan atas kemunduran negara tersebut dari
perjanjian. Hal ini menciptakan argumen dari negara-negara NATO yang berpendapat jika
salah satu negara yang ada dalam perjanjian berperang maka perjanjian ini tidak berlaku
lagi, dan negara dapat keluar dari perjanjian tanpa pemberitahuan, argumen ini mendukung
kesepakatan kepemilikan senjata nuklir, hal ini memperkuat adanya keringanan untuk
negara yang memiliki senjata nuklir untuk lebih leluasa mengoprasikan senjata nuklirnya.

2
1.2. Rumusan Masalah
Didasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
 Bagaimana reaksi negara sekitar Korea Utara terhadap uji coba senjata nuklir?
 Bagaimana penyelesaian dan sanksi terhadap Korea Utara terhadap uji coba senjata
nuklir?

1.3. Tujuan Penelitian


Sehingga tujuan penelitian yang didasarkan pada rumusan masalah diatas adalah
sebagai berikut :
 Mengetahui keuntungan dan tujuan percobaan nuklir Korea Utara.
 Mengetahui tujuan negara-negara sekitar Korea Utara mengecam percobaan nuklir yang
dilakukan oleh Korea Utara.

1.4. Kerangka Teori


Berikut ini merupakan kerangka teori yang digunakan dalam menganalisa studi
kasus dan menjawab rumusan masalah:
1.4.1. Teori Realisme Klasik
Dalam realisme klasik pada teori Hubungan Internasional terpengaruh oleh
tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh antara lain adalah pandangan Hans J
Morgenthau. Karyanya yang begitu fenomenal berjudul Politics Among Nations
ditulis diakhir Perang Dunia II1, pada masa itu Amerika merupakan negara yang
memiliki kekuatan yang besar atau Super Power. Selain pembahasan yang berfokus
pada perang di sisi lain juga membahas pengaruh-pengaruh besar yang dilakukan
oleh Amerika pada pasca perang.
Tidak hanya Morgenthau, pemikir teori realism klasik lainya adalah
Thucydides. Pemikirannya mengenai hubungan negara-kota Yunani Kuno (terdiri
dari peradaban budaya-bahasa yang dikenal sebagai Hellas)2. Negara maupun kota
tidak memiliki kesamaan dalam hak kekuatan. Setiap negara maupun kota harus

1
Musa Hasyim, Realisme Klasik(Jakarta: www.academia.edu , 2014 (diakses pada 10 April 2019, pukul
15:01).
2
Musa Hasyim, Realisme Klasik(Jakarta: www.academia.edu , 2014 (diakses pada 10 April 2019, pukul
15:01).

3
mampu untuk mempertahankan kedaulatan dan kekuasaanya dalam realitas yang
sebenarnya tanpa memperdulikan kota atau negara yang besar maupun kecil. Jika
suatu kota maupun negara tidak mampu mempertahankan kedaulatan dan
kekuasaanya, maka negara atau kota tersebut akan mengalami kehancuran, dan jika
suatu negara atau kota dapat mempertahankan kedaulatan dan kekuasaanya maka
sebaliknya, suatu kota atau negara tersebut dapat menguasai kota atau negara lainya
yang memiliki kekuatan yang lemah.
Pemikiran Thucydides yang paling terkenal adalah tentang perang
Peloponesia yang terjadi dari 431-404 SM3. Pada contohnya kota Athena sebagai
kota yang kuat dan berhadapan dengan Melos yang memiliki kekuatan yang lemah.
Pada mulanya Kota Athena mengadakan perjanjian dengan melos yang berisikan
bahwa kota melos harus bergabung dengan Athena. Dengan ancaman agar Melian
dapat bergabung. Pada saat itu Melian memiliki dua pilihan yang cukup sulit,
Melian memiliki dua pilihan dan antara lain adalah, melian harus bergabung dengan
Athena dan menjadi budak Athena atau bergabung dengan musuh Athena yaitu
Sparta, dan Melian memilih untuk akhirnya bergabung dengan Sparta yang
dianggapnya sebagai mitra yang lebih baik, pada akhirnya Melian menolak untuk
bergabung dengan Athena. Sebelum mengetahui jawaban dari Melian, Athena
sudah mempersiapkan pasukannya untuk bersiap menyerang Melos dan terjadilah
pertarungan yang sengit pasukan Athena dan Melos.
Menurut Thucydides, keadilan adalah sesuatu yang khusus dalam
Hubungan Internasional. Keadilan bukanlah perlakuan yang sama kepada semua
pihak4, tetapi tentang bagaimana cara menghadapi realitas yang sebenarnya, suatu
negara harus mampu dan paham untuk memposisikan dirinya dengan negara yang
satu dan negara lainya, karena dalam situasi internasional suatu negara dan negara
lainya berbeda-beda dalam proses interaksinya, sehingga suatu negara yang
berinteraksi harus mampu dan mengetahui cara untuk berinteraksi dengan negara
lain melalui cara yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi maupun karakteristik
suatu negara tersebut.
1.4.2. Teori Realisme Klasik terhadap Uji Coba Nuklir Korea Utara

3
Musa Hasyim, Realisme Klasik(Jakarta: www.academia.edu , 2014 (diakses pada 10 April 2019, pukul
15:01).
4
Musa Hasyim, Realisme Klasik(Jakarta: www.academia.edu , 2014 (diakses pada 10 April 2019, pukul
15:01).

4
Suatu Negara memiliki caranya masing-masing untuk mempertahankan
kedaulatan negaranya masing-masing, suatu negara bebas untuk membuat dan
menyepakati kebijakan-kebijakan nasional di dalam negaranya demi
melangsungkan kehidupan maupun pertahananya masing-masing. Dalam teori
realisme klasik suatu negara dapat mempengaruhi negara lainya jika memiliki suatu
kemampuan tertentu, contohnya suatu negara yang memiliki kekuatan terkhusus
kekuatan militer, suatu negara harus mampu mempertahankan negaranya sendiri
terhadap ancaman maupun tekanan dari negara-negara lainya, oleh karena itu suatu
negara harus memperkuat kekuatan militer maupun kemampuan berdiplomasi guna
mengumpulkan bala bantuan dari negara-negara lainya. Suatu negara yang tidak
mampu mempertahankan dirinya maka negara tersebut dapat dengan mudah di
pengaruhi dan di ekspoitasi oeleh negara lainya dan pada keballikanya jika suatu
negara mampu mempertahankan negaranya maka negara tersebut akan mampu
menaklukan negara lainya.
Dalam teori realisme klasik negara yang lemah akan tertindas dan negara
yang berkrkuatan besar akan menindas, oleh karena itu negara-negara pada ranah
internasional berlomba-lomba untuk menjadi yang terdepan melalui berbagai
bidang, seperti halnya bidang perekonomian, teknologi, budaya, maupun militer,
dalam studi kasus ini mengambil teori realisme dari uji coba nuklir yang dilakukan
oleh Korea Utara, Korea Utara mengambil langkah militer dalam memperkuat
pertahanan negaranya dengan menciptakan sekalgus menguji coba senjata nuklir,
dalam kasus ini Korea Utara membuat kebijakan militer dengan menguji coba
senjata nuklirnya, dalam kasus ini Korea Utara memiliki tujuan untuk
memperlihatkan kekuatan militernya, dan menunjukan bahwa Korea Utara memiliki
senjata yang berbahaya, dengan maksut dan tujuan tidak ada yang akan berani
untuk menyerang Korea Utara. Langkah yang dilakukan Korea Utara merupakan
tindakan self defend dan menunjukan kepada dunia internasional bahwa Korea
Utara adalah negara yang berbahaya dan negara-negara lain harus berpikir dua kali
untuk menyerang Korea Utara.

1.5. Manfaat Penelitian


 Manfaat umum : Mengetahui tujuan tindakan yang dilakukan negara-negara yang
mengecam Korea Utara terhadap uji coba senjata nuklir.
 Manfaat khusus : Mengetahui tujuan diadakanya uji coba nuklir Korea Utara.

5
1.6. Jangkauan Penelitian
Jangkauan penelitian dalam makalah ini menggunakan studi kasus pada tahun 2017
mengenai kebijakan uji coba senjata nuklir yang dilakukan Korea Utara.

6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Uji Coba Nuklir Korea Utara
Korea Utara dan Korea Selatan hingga kini masih dalam status berperang,
dalam hal ini masing-masing negara membuat kebijakannya masing-masing untuk
memperkuat pertahanan negaranya. Mulai dari sektor ekonomi, teknologi, dan militer,
negara-negara tetangga Korea Utara menunjukan respon yang berbeda-beda terhadap
uji coba peluncuran senjata nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara. Kebijakan militer
yang dilakukan Korea Utara menimbulkan Konflik terhadap dunia internasional,
dikarenakan Korea Selatan menguji coba senjata nuklir yang menggunakan gas yang
memiliki kandungan yang bersifat radioaktif, oleh karena itu negara-negara tetangga
Korea Utara memperlihatkan masing-masing responnya yang bersifat antisipatif guna
memperkecil resiko yang akan terjadi terhadap uji coba senjata nuklir yang dilakukan
oleh Korea Utara.
Dalam konteks keamanan internasional Korea selatan melakukan pelanggaran
terhadap keamanan internasional, dikarenakan dalam perconaan uji coba senjata
nuklirnya Korea Utara tidak membuat perjanjian dengan negara-negara tetangganya
maupun lembaga internasional seperti PBB, hal ini tentunya dapat membahayakan
negara tetangga yang wilayah teritorialnya tidak jauh dari Korea Utara, gas yang
bersifat radioaktif akan menimbulkan permasalahan baru kepada negara-negara
tetangganya dikarenakan jika uji coba senjata nuklir gagal dan terjadi kebocoran gas,
maka akan berdampak juga kepada negara-negara yang berada disekitar Korea Utara.
Korea Utara memiliki kekuatan militer yang tergolong kuat. Korea Utara
beranggapan bahwa sektor militer merupakan faktor pendorong dan pemerintahan
kedaulatan negara serta kemerdekaan negara. Korea Utara berkeinginan memiliki
program militernya sendiri, dan tidak lagi bergantung kekuatan militer bersama
Tiongkok dan Russia seperti halnya saat perang dingin. Oleh sebab itu, Korea Utara
membangun kekuatan dan mampu bertempur dalam peperangan tanpa bergantung
kepada negara lain, dikarenakan kekecewaan Korea Utara atas perilaku Uni Soviet
selama Perang Korea dan penanganan Moscow atas Krisis Rudal Kuba. Dan pada
akhirnya Korea Utara memilih senjata nuklir sebagai langkah deterrence jangka
panjang dengan biaya yang murah dibanding biaya tentara dan persenjataan militer
lainnya. Pengembangan dan uji coba senjata nuklir memiliki latar belakang tertentu,
yaitu ketakutan akan ancaman yang datang dari kawasan Asia Timur yang melakukan

7
pengembangan militer. Telah diketahui bahwa Amerika Serikat serta sekutunya pada
wilayah Asia Timur telah menjatuhkan sanksi dalam waktu yang cukup panjang dan
berakibat menimbulkan permasalahan utama dibidang ekonomi yang cukup serius yang
hingga kini masih dirasakan oleh Korea Utara. Tentu saja hal ini meyebabkan
kemarahan Korea Utara terhadap sanksi yang telah diberikan kepada Korea Utara dan
oleh sebab inilah yang menjadikan uji coba senjata nuklir dan pengembangannya
merupakan aksi ancaman terhadap Amerika Serikat beserta sekutunya yang mengecam
dan memberikan sanksi terhadap Korea Utara.
2.1. Respon Internasional terhadap Uji Coba Nuklir
Dalam dunia internasional yang bersifat anarki dan berarti tidak ada pemimpin
yang mengatur tingkah laku suatu negara, maka suatu negara bebas untuk melakukan
kebijakan nasional dan berinteraksi dengan negara lainya dengan maksut dan tujuan
tertentu guna mencapai power, atau keuntungan yang yang ditujukan untuk negaranya
sendiri. Dalam hal ini negara yang memiliki kekuatan dan sumber daya yang lemah,
terpaksa untuk membuat sekutu atau berkubu guna memperkuat kekuatan bersama,
dengan contoh negara-negara Asia Timur yang menghimpun kekuatan untuk mengecam
dan mengantisipasi hal terburuk yang akan terjadi oleh Korea Utara dengan uji coba
senjata nuklirnya. Berikut merupakan respon negara-negara di Asia Timur terhadap oji
coba nuklir Korea Utara:
1. Respon Jepang Terhadap uji coba senjata nuklir Korea Utara, pertahanan
Jepang menurut NDPO memiliki tiga peran. Peran pertama adalah bagi
pertahanan nasional. Jepang memiliki wilayah teritorial yang strategis dan
jepang sendiri merupakan negara yang memiliki kerjasama militer dengan
Amerika Serikat. Jepang dapat dengan mudah menghitung kekuatan militer
negara tetangganya, Ketika suatu negara melakukan aksi militer ilegal
terhadap Jepang yang dapat mengarah kepada agresi secara tidak langsung,
tindakan pencegahan harus diperhatikan dan diatasi untuk mengendalikan
keadaan secepat mungkin. Jepang harus memiliki program dan struktur
pertahanan agar dapat segera merespon tipe ancaman dengan sistem
pertahanannya serta mempertahankan dan meningkatkan kredibilitas
keamanan. Peran jepang yang kedua adalah merespon terhadap bencana
skala besar dan berbagai situasi lain. Ini termasuk dalam menghadapi
antisipasi terhadap Korea Utara jika percobaan senjata nuklirnya mengalami
kegagalan dan dengan itu jepang ikut mengalami dampak yang disebabkan

8
oleh kebocoran gas yang bersifat radioaktif dari uji coba senjata nuklir yang
dilakukan oleh Korea Utara. Jepang sendiri berada dalam jangkauan rudal
Korea Utara dan Jepang sendiri mengkawatirkan akan ancaman-ancaman
yang dikirimkan Korea Utara kepada negara-negara tetangganya
2. Respon Korea Selatan terhadap uji coba senjata nuklir Korea Utara, negara
Korea Selatan akan mengambil tindakan yang tegas kepada Korea Utara jika
masih melakukan ancaman-ancaman berupa provokasi secara berkelanjutan.
Korea Selatan telah melakukan berbagai upaya militer dan telah
mempersiapkan kesiapan militernya dalam antisipasi situasi perang.
3. Respon Russia terhadap uji coba nuklir Korea Utara, Russia melakukan
penelitian data stasiun pemantauan, menganalisa dan mengumpulkan
informasi terhadap uji coba nuklir.
Masing-masing negara dapat menunjukan responnya terhadap uji coba nuklir
yang telah dilakukan Korea Utara, negara-negara tetangga Korea Utara melakukan
berbagai cara dalam menghadapi dan mengantisipasi tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh Korea Utara, melalui proses diplomasi dan tindakan-tindakan militer, negara-
negara yang mengecam memiliki maksud dan tujuan sebagai antisipasi daripada uji
coba yang dilakukan oleh Korea Utara. Kepemilikan senjata nuklir suatu negara
tentunya akan menjadi kekawatiran terhadap negara-negara tatangga maupun negara
diranah internasional, kepemilikan nuklir dan sektor militer yang besar adalah suatu
status yang dimiliki oleh suatu negara untuk ditakuti oleh negara-negara lainya
kepemilikan sektor militer yang kuat dapat memberikan pengaruh terhadap negara-
negara lainya, suatu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang ekonomi, teknologi,
budaya, maupun militer akan disegani dan menjadi negara yang berpengaruh besar
terhadap negara-negara lainya, dikareanakan suatu negara yang memilii kekuatan
disegala sektor, akan menjadi tujuan utama dalam berinteraksi dengan negara-negara
lainya, dikareanakan negara superpower yang memiliki kekuatan disegala sektor
memiliki sumber daya untuk melakukan proses perekonomian dengan negara lain, dan
negara-negara yang tidak memiliki sumber daya akan bergantung pada negara
superpower tersebut yang memiliki kekayaan disegala bidang dan dapat dengan mudah
mempengaruhi negara-negara lainya.
Berbeda kasus jika negara yang kurang memiliki power dalam berbagai sektor,
tidak memiliki teknologi yang tergolong tinggi, perekonomian yang kurang, akan tetapi
membangun sektor militer dengan mengembangkan senjata nuklir seperti halnya Korea

9
Selatan, pasti akan penuh kekhawatiran maupun kecaman-kecaman yang datang
ditujukan kepada negara tersebut, karena dianggap sebagai ancaman dan kurang dapat
memberikan pengaruh terhadap negara-negara lainya.
Dalam hal ini dapat terlihat bahwa negara yang dapat berdiplomasi maupun
superpower dalam artian memiliki kekuatan dalam perekonomian, teknologi, dan
militer dapat memberikan pengaruh dan membuat sekutu untuk berkubu dan
memperkuat negaranya dengan cara berdiplomasi dengan berdagang, ilmu teknologi
maupun kemampuan militer.
Negara kecil yang tidak memiliki kemampuan dalam hal apapun dapat dengan
mudah diserang dan dieksploitasi oleh negara-negara yang memiliki kekuatan yang
cukup. Oleh karena itu negara-negara yang kecil dan kurang memiliki sumber daya
yang cukup dan militer yang lemah, lebih memilih untuk bergabung dengan negara
superpower dan memiliki kekuatan disegala sektor, sehingga negara kecil tersebut dapat
memiliki rasa aman. Kebalikanya jika negara kecil yang tidak memiliki sumber daya
yang banyak kurang dapat mempengaruhi negara-negara lainnya untuk berkerjasama
sehingga akan sulit untuk membentuk suatu blok atau sekutu untuk memperkuat diri.
Dalam kasus ini Korea Utara melakukan uji coba senjata nuklir, hal ini
merupakan sebuah ancaman bagi negara-negara yang pada tempo hari pernah
melakukan pengecaman terhadap Korea utara dan memberikan hukuman-hukuman
terhadap Korea Utara sehingga terdampak pada perekonomian Korea Utara hingga saat
ini. Dalam setiap kasus dalam ranah internasional selalu ada sebab akibat dan latar
belakang permasalahan yang menghasilkan tindakan-tindakan tertentu yang bisa
bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif.
Suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu negara dapat berupa cerminan
terhadap nasib maupun sejarah yang terjadi oleh negara tersebut pada masa lampau
sehingga suatu tindakan yang tiba-tiba dilakukan oleh suatu negara bukan berarti tanpa
sebab dan akibat, akan tetapi bentuk ekspresi yang dilepaskan akibat suatu konflik dan
sejarah pada masa yang lampau dan masih berpengaruh hingga saat ini.
Selain itu dari segi internal ataupun domestik, Korea Utara mempunyai ideologi
yang mereka sebut juche yang berarti negara yang memiliki kepribadian yang mandiri
atau berdiri sendiri tanpa bergantung dengan negara lain, dan memfokuskan
pembangunan pada pengembangan militer yang dimana militer sebagai garda utama
untuk mempertahankan kedaulatan negara Korea Selatan. dalam situasi yang tertekan
melalui kecaman-kecaman dari berbagai negara kepada Korea Utara, Korea Utara

10
seharunya bersatu dengan sekutunya untuk menghimpun kekuatan, akan tetapi pada
kenyataanya Korea Utara tidak dapat mempercayai Cina sebagai sekutunya,
dikarenakan Cina memiliki ambisi yang besar untuk menguasai perekonomian di Asia
Timur, Oleh karena itu juga alasan Korea Utara mengembangkan Senjata Nuklir untuk
mempertahankan eksistensinya terhadap dunia internasional bahwa Korea Utara adalah
negara yang kuat.
Korea Utara melakukan kebijakan militer dengan membangun proyek senjata
nuklir dikarenakan, senjata nuklir lebih menekan biaya yang dikeluarkan. Korea sedang
mengalami krisis ekonomi dan oleh sebab itulah Korea Utara lebih memilih senjata
nuklir dibanding biaya untuk kekuatan militer dalam bentuk lain. Krisis ekonomi Korea
Utara menyebabkan tindakan-tindakan Korea Utara melanggar keamanan internasional
dengan uji coba nuklirnya.
Korea Utara melakukan kegiatan militer dengan senjata nuklir memiliki
maksud dan tujuan tertentu untuk melakukan sebuah gertakan agar negara-negara
bersimpati dan segan terhadap Korea Utara, akan tetapi yang didapatkan oleh Korea
Utara berupa kecaman-kecaman yang dilontarkan dari negara-negara didunia
internasional, satu sisi ingin melakukan tindakan provokasi untuk menunjukan
eksistensi akan tetapi ekspertasi berbeda dengan realita yang ada.
Di dalam dunia internasional perlu kemampuan untuk berdiplomasi dan harus
mampu berpolitik, negara-negara besar dan superpower seperti Amerika Serikat
memiliki senjata nuklir dan kepemilikanya maupun uji cobanya terhadap senjata nuklir
tersebut tidak menjadi masalah didunia global dikarenakan Amerika Serikat dapat
berdiplomasi dan berpolitik dengan baik, kepemilikan senjata nuklir Amerika Serikat
hanya digunakan untuk kepentingan keamanan dan perdamaian internasional sehingga
internasional tidak mempermasalahkan kepemilikan senjata nuklir oleh Amerika
Serikat.
Dan disisi lain kepemilikan senjata nuklir oleh Korea Selatan yang bertujuan
untuk memprovokasi dan memberi ancaman terhadap dunia internasional, hal ini jelas
akan menerima berbagai kecaman dari negara-negara tetangga maupun internasional,
dikarenakan alasan keamanan internasional yang terancam oleh tindakan yang
dilakukan Korea Utara dengan melakukan uji coba senjata nuklir.
Pada hakikatnya kepemilikan senjata nuklir akan dihargai dengan negara yang
superpower dan maju, memiliki kekayaan diberbagai sektor seperti ekonomi, teknologi,
dan militer maupun kepandaian suatu negara untuk berdiplomasi maupun berpolitik,

11
pengembangan senjata nuklir dengan menggunakan teknologi yang tinggi dan di
kerjakan oleh sumber daya manusia yang tinggi, berbeda dengan kepemilikan senjata
nuklir yang dikembangkan dengan teknologi yang tradisional dan dikerjakan oleh
sumberdaya yang rendah dan negara berkembanglah yang memiliki senjata nuklir
tersebut, pasti akan menimbulkan kekawatiran terhadap kepemilikan senjata nuklir
tersebut oleh negara-negara internasional.

12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Studi kasus yang membahas mengenai pengembangan dan uji coba senjata
nuklir oleh Korea Utara merupakan contoh dari sifat arogansi suatu negara untuk
memprovokasi dan memberikan ancaman-ancaman terhadap negara-negara yang ada di
ranah internasional. Dalam hal ini juga suatu tindakan yang dilakukan negara untuk
tujuan tertentu memiliki latar belakang yang telah terjadi pada masa lalu.
Negara yang satu dengan negara yang lainya memiliki cara yang berbeda-beda
untuk mencapai power atau kekuasaanya masing-masing terhadap sesuatu, oleh karena
itu suatu negara harus mampu dan mencari cara untuk memperkuat dirinya dan
mencapai kekuasaan atau power, dalam realisme suatu negara dapat melakukan hal apa
saja dalam mencapai kekuatan tertinggi atau negara adidaya dan sering juga di sebut
super power country, dalam sistem internasional yang anarki dan tidak ada aturan yang
khusus untuk mencapai kekuatan dan kedaulatan, dalam dunia internasional, siap yang
lemah akan tertindas, dan siapa yang mampu bertahan akan terus bertahan, dan siapa
yang memiliki kekuatan lebih maka dialah yang akan berkuasa.
3.2 Saran
Di dalam dunia internasional memang memerlukan teori realisme sebagai dasar
untuk terus berlangsungnya suatu negara, akan tetapi politik atau caranya lah yang
harus diperhatikan untuk mencapai power, tidak hanya cara melalui sektor militer untuk
memiliki kedaulatan dan kekuasaan yang luas, akan tetapi suatu negara harus mampu
memperhatikan sektor lain dibalik itu semua, seperti halnya sektor ekonomi, jika
didalam suatu negara memiliki perekonomian yang lemah, maka negara tersebut tidak
akan membangun sektor militernya dengan maksimal, dan sektor teknologi, suatu
negara juga tidak akan maju jika tertinggal oleh zaman dan tidak memiliki teknologi
yang memadai dan mengikuti terhadap perkembangan zaman, selain itu teknologi juga
ada sangkut pautnya dengan sektor militer.
Tidak hanya sektor-sektor tersebut yang harus dimaksimalkan dalam
kinerjanya, suatu negara perlu memiliki kepandaian dalam berdiplomasi dan berpolitik
untuk mampu memberikan pengaruh kepada negara lain dan mengambil keuntungan
dari itu untuk negaranya. Pada intinya untuk mencapai power, suatu negara harus
mampu menguasai berbagai sektor yang saling berkaitan satu dengan yang lainya, tidak
cukup dengan mengembangkan sektor militer saja untuk mencapai kedaulatan tertentu,

13
negara memiliki sifat dasar seperti manusia, untuk mendapatkan keinginanya yang
selalu bertambah dan meningkat maka memerlukan usaha yang penuh dan maksimal di
segala bidang demi tercapainya kekuasaan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Shafa, Arub Nadia.2014. DAMPAK UJI COBA NUKLIR KOREA UTARA TERHADAP
EKSPOR-IMPOR KOREA UTARA DENGAN TIONGKOK .Makalah.Dikutip dari
repository.umy.ac.id. 10 April 2019, pukul 15:01.

Wicahyani, Alfina Farmaritia.2010.DAMPAK PENGEMBANGAN NUKLIR KOREA UTARA


TERHADAP KOMPLEKSITAS KEAMANAN REGIONAL ASIA
TIMUR.Makalah.Dikutip dari https://www.google.com . 9 April 2019, pukul 18:28.

15

Anda mungkin juga menyukai