Penanganan Hepatitis
Penanganan Hepatitis
Disusun oleh :
dr. Novita Dwi Cahyanti
Pendamping :
dr. Sri Umaryani
Borang Portofolio
Nama Peserta : dr. Novita Dwi Cahyanti
Nama Wahana : RS Muhammadiyah Selogiri
Topik : seorang laki-laki 41 tahun dengan hepatitis a
Tanggal (kasus) : 18 Desember 2015
Nama Pasien : Tn. I/41 tahun No. RM : 070777
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Sri Umaryani
Tempat Presentasi : RS Muhammadiyah Selogiri
Obyektif Presentasi:
Deskripsi:
Seorang laki-laki usia 41 tahun datang dengan keluhan muntah. Muntah dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah timbul
mendadak, dan terus-menerus lebih dari 10kali/hari sehingga tidak ada intake makanan sama sekali dalam sehari. Muntah tidak dipengaruhi
oleh makanan, kecemasan, perubahan posisi tubuh, atau konsumsi obat-obatan. Muntah disertai nyeri perut kiri dan kanan atas, kembung,
juga dirasakan nyeri kepala, dirasakan sensasi seperti badan yang berputar, serta mata terasa panas. Muntah tidak didahului dengan mual,
Presentasi dan
Cara membahas: Diskusi Email Pos
diskusi
2. Riwayat Pengobatan: Riwayat mondok dengan keluhan serupa(-), riwayat minum obat disangkal
3. Riwayat kesehatan/Penyakit: Riwayat keluhan serupa disangkal, riwayat mata atau badan kuning disangkal, riwayat minum
jamu-jamuan disangkal, riwayat transfusi disangkal, riwayat narkotik suntik disangkal, riwayat minum minuman keras
disangkal, riwayat keluarga atau lingkungan sekitar dengan keluhan serupa disangkal, riwayat diabetes disangkal, riwayat
hipertensi disangkal
4. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : pasien tinggal dengan istri dan anak, pekerjaan pasien sebagai pekerja swasta. Riwayat
kontak dengan orang yang sakit kuning disangkal
5. Lain-lain:
Pemeriksaan fisik
KU : tampak lemas, status gizi kesan cukup
Kesadaran : compos mentis E4 V5 M6
Tekanan darah: 110/70
Nadi : 61 kali/menit
Nafas : 18 kali/menit
Suhu : 36,70 C peraksila
Berat badan : 60 kg
1. Subjektif :
Seorang laki-laki usia 41 tahun datang dengan keluhan muntah. Muntah dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Muntah
timbul mendadak, dan terus-menerus lebih dari 10kali/hari sehingga tidak ada intake makanan sama sekali dalam sehari. Muntah tidak
dipengaruhi oleh makanan, kecemasan, perubahan posisi tubuh, atau konsumsi obat-obatan. Muntah disertai nyeri perut kiri dan kanan
atas, kembung, juga dirasakan nyeri kepala, dirasakan sensasi seperti badan yang berputar, serta mata terasa panas. Muntah tidak
didahului dengan mual, walaupun pasien juga mengeluh mual. Keluhan dirasa cukup mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien juga
merasa lemas dan dirasa penurunan nafsu makan. Pasien tidak mengeluh demam. Nyeri perut dirasakan mendadak dibagian kanan atas
dan ulu hati yang besifat ringan, dan timbul menetap,nyeri dipengaruhi oleh aktivitas, nyeri perut tidak dipengaruhi oleh makanan.
Penurunan berat badan disangkal, batuk tidak, pilek tidak, nyeri telan tidak,dan tenggorokan terasa sakit tidak. Telinga keluar cairan
disangkal, dan berdenging disangkal. Buang air besar warna kuning, ampas, lendir tidak, darah tidak, tinja berlemak tidak, tinja hitam
tidak, tinja warna dempul tidak, dan bau amis disangkal. Buang air kecil tidak ada keluhan, warna kuning jernih, buang air kecil warna
seperti teh disangkal.
2. Objektif :
KU : CM, lemah, gizi kesan cukup
Nadi : 61 kali/menit
Suhu : 36,70 C peraksila
Mata : ikterik ya didahului dengan mata terasa panas setelah 1 minggu gejala nyeri perut
Abdomen : bising usus normal, , timpani ,supel, hepar, lien dan ginjal tak teraba, nyeri tekan abdomen hipochondriaca dekstra et
sinistra ya, distended tidak, spider nevi(-), undulasi(-), ascites(-), nyeri tekan mc burney (-), nkcv(-/-)
Dx Dispepsia dengan Suspek hepatitis A akut Hepatitis A akut Hepatitis A akut Hepatitis A akut
vomitus
A. Pendahuluan
Penyakit hepatitis merupakan masalah kesehatan dunia termasuk di Indonesia, yang terdiri dari hepatitis A, B, C, D, dan E.
Hepatitis A dan E sering muncul sebagai kejadian luar biasa, ditularkan secara fecal oral dan biasanya berhubungan dengan perilaku
hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan dapat sembuh dengan baik. Sebanyak 1,4 juta pasien menurut data WHO mengalami serangan
hepatitis A tiap tahunnya. Kejadian luar biasa (KLB) hepatitis A paling besar terjadi di Shanghai China tahun 1988 yaitu mencapai
300.000 pasien, epidemi-kerang. Wabah hepatitis A juga pernah terjadi di Indonesia, dan sering terulang. KLB hepatitis A pada tahun
2013 terjadi di kepulauan Riau(bintan, 87 kasus), Lampung(Kecamatan bumi agung 11 kasus), Sumatera Barat(Kota Padang 15 kasus,
dan Kabupaten Darmasraya 43 kasus), Jambi (Kota Jambi 26 kasus), Jawa Tengah(Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Kartasuro 26
kasus), dan Jawa Timur(Pasuruan 110 kasus, Ponorogo 25 kasus, Lamongan 72 kasus, Jombang 14 kasus, dan Pacitan Kecamatan
Ngadirojo 66 kasus), dengan total KLB hepatitis A tahun 2013 di 6 propinsi dan 11 kabupatenatau kota 495 kasus, dengan angka
kematian dan CFR 0. Dan kejadian KLB hepatitis A tahun 2014 hanya terjadi di Bengkulu 19 kasus, Sumatera Barat(Kabupaten
Sijunjung, dan Kabupaten Pesisir Selatan 159 kasus, dan Kalimantan Timur(Kabupaten Paser) 282 kasus. Total KLB hepatitis A tahun
2014 sebanyak 460 kasus, kematian dan CFR 0 (Pusdatin Kemkes,2014).
Melihat kenyataan bahwa hepattitis merupakan masalah kesehatan yang serius baik di tingkat global maupun nasional, maka pada
tahun 2010 pada sidang WHA(World Health Assembly) ke 63 di Jenewa tanggal 20 Mei 2010, Indonesia bersama Brazil dan Colombia
menjadi sponsor utama untuk keluarnya resolusi tentang haptitis virus, sebagai Global Public Health Concern. Usulan Resolusi Hepatitis
nomor 63.18 yang menyatakan bahwa: hepatitis merupakan salah satu agenda prioritas dunia, dan tanggal 28 Juli ditetapkkan sebagai hari
hepatitis dunia. Sejak keluarnya resolusi tersebut, setiap 2 tahun sekali dilakukan evaluasi tingkat global tentang respon pengendalian
hepatitis bagi negara-negara anggota WHO. Untuk akselerasi program pengendalian hepatitis tingkat global, berdasar evaluasi respon
sejak keluarnya resolusi 63.18, maka Indonesia bersama 14 negara lain dalam sidang WHA bulan Mei 2014, mengusulkan resolusi untuk
B. Definisi
Istilah hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan pada sel hati, bisa disebabkan oleh infeksi(virus, bakteri, parasit), obat-
obatan(termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak berlebihan dan penyakit autoimune(Infodatin Menkes, 2014).
Hepatitis A
a. Penyebabnya adalah virus hepatitis A, merupakan penyakit endemis di negara berkembang, termasuk hepatitis yang ringan,
bersifat akut, sembuh spontan/sempurna tanpa gejala sisa dan tidak menyebabkan infeksi kronik.
b. Penularannya melalui fecal-oral. Sumber penularan umumnya terjadi karena pencemaran air minum, makanan yang tidak
dimasak, makanan yang tercemar, sanitasi yang buruk, dan personal hygiene yang rendah.
c. Diagnosis ditegakkan dengan ditemukan IgM antibodi serum penderita
d. Gejalanya bersifat akut, tidak khas berupa demam, sakit kepala, mual muntah sampai ikterus, bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan hati
e. Tidak ada pengobatan khusus, hanya pengobatan pendukung dan menjaga keseimbangan nutrisi
f. Pencegahan melalui kebersihan lingkungan, terutama terhadap makanan dan minuman dan melakukan Perilaku Hidup bersih dan
Sehat atau PHBS (Pusdatin Kemkes,2014).
D. ETIOLOGI
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis A (HAV) diklasifikasikan sebagai pikornavirus dan secara morfologi merupakan
partikel sferis tidak terbungkus yang berdiameter 27 nm dengan simetri ikosahedral. HAV stabil pada suhu 4 C selama 20 jam, suhu -20
C selama 1,5 tahun. HAV hancur pada air mendidih selama 15 menit, inefektit pada pendidihan 5 menit, pemanasan 600C selama 1 jam,
eter denga pH 3, 1:4000 formalin pada suhu 370 selama 72 jam, dan chlorin 1ppm selama 30 menit, pemaparan sinar uv(Adirson,1988,
dan Silverman,2003).
Infeksi ini biasanya ditularkan lewat jalur fekal-oral dan memiliki masa inkubasi sekitar 30 hari. Masa penularan tertinggi adalah pada
minggu kedua segera sebelum timbulnya ikterus dan selam masa prodrormal. 1-2 minggu sebelum ikterus dan 2 minggu setelah
ikterus(Klarisa,dan Irsan, 2014). Gejala hepatitis A umumnya ringan. Antibodi IgM muncul dini pada fase akut, meningkat cepat, dan
menghilang selama masa penyembuhan. Antibodi IgG muncul lebih lambat pada perjalanan penyakit, meningkat cepat, dan bertahan
sepanjang hidup(Har prett pall, 2005 dan Gilroy RK). Transmisi virus hepatitis a: kontak erat dengan pasien(tinggal serumah, sex,
penitipan anak), kontaminasi makanan dan minuman(infeksi makanan oleh tangan, ikan laut), paparan darah walau jarang(injeksi obat,
dan transfusi).
Hepatitis A adalah penyakit menular, proses transmisinya disebut fecel-oral. Virus hepatitis A terdapat di dalam feses seorang penderita,
dan dapat menyebar dari orang ke orang, atau bisa tertular dari makanan atau air. Virus didapatkan pada tinja penderita pada masa
penularan mulai pada akhir masa inkubasi sampai dengan fase permulaan prodromal. Transmisi HAV juga bisa terjadi melalui
parenteral, tetapi kasus ini kurang umum. Begitu juga dengan aktivitas seksual, namun tidak menutup kemungkinan seseorang yang
menderita HAV akut dapat menularkan kepada mitra seksualnya(Gilroy RK., 2010).
Di dalam saluran penceranaan HVA dapat berkembang biak dengan cepat, kemudian diangkut melalui aliran darah ke dalam hati,
dimana tinggal di dalam kapiler-kapiler darah dan menyerang jaringan-jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan kerusakan hati.
Kerusakan hati terjadi akibat proses imunologis yang disebabkan oleh aktifitas T limfosit sitolitik terhadap target yaitu VAH antigen
yang ada dalam sitoplasma sel hati dengan akibat terjadi kerusakan sel perenkim hati yang luas sehingga terjadi peningkatan enzim
SGPT/SGOT kedalam plasma dan menyebabkan obstuksi sinusoid intra hepatal dengan peningkatan bilirubin direk. Bila kerusakan
hepar luas juga akan terjadi gangguan proses perubahan bilirubin indirek menjadi direk, sehingga juga akan terjadi peningkatan kadar
Hepatitis memiliki masa inkubasi 15-40 hari dengan rata-rata 28-30 hari. Masa infeksi virus hepatitis A berlangsung antara 3-5 minggu.
Virus sudah berada di dalam feces 1-2 minggu sebelum gejala pertama muncul dan dalam minggu pertama timbulnya gejala. Setelah
masa inkubasi biasanya diikuti dengan gejala-gejala demam, kurang nafsu makan, mual, nyeri pada kuadran kanan atas perut, dan dalam
waktu beberapa hari kemudian timbul sakit kuning. Urin penderita biasanya berwarna kuning gelap yang terjadi 1-5 hari sebelum
timbulnya penyakit kuning. Terjadi hepatomegali dan pada perabaan hati ditemukan tenderness. Sebagian besar (99%) dari kasus
Perjalanan penyakit yang simtomatik dibagi dalam 3 fase, fase preikterik, fase ikterik, fase penyembuhan. Yang pertama Fase
preikterik/prodromal berlangsung selama 5-7 hari yang ditandai dengan munculnya gejala seperti menurunnya nafsu makan, kelelahan,
panas, mual sampai muntah, anoreksia, nyeri perut sebelah kanan, mual dan muntah, demam, diare, urin berwarna coklat gelap seperti air
teh dan tinja yang pucat. Yang kedua fase ikterik biasanya dimulai dalam waktu 10 hari gejala awal didahului urin yang berwarna
coklat, sklera kuning, kemudian seluruh badan menjadi kuning. Teradi puncak fase ikterik dalam 1-2 minggu, hepatomegali ringan yang
disertai dengan nyeri tekan. Demam biasanya membaik setelah beberapa hari pertama penyakit kuning. Viremia berakhir tak lama
setelahnya, meskipun tinja tetap menular selama 1 - 2 minggu. Biasanya terjadi peningkatan SGPT/SGOT lebih dari 10 kali normal.
Yang etrakhir fase Masa penyembuhan/ konvalense, pada fase ini keluhan mulai berkurang, Ikterus berangsur-angsur berkurang dan
sebagian besar terjadi dalam 3-4 bulan(Steel PAD,2013, committee on infection disease hepatitis, 1981 dan WHO,2010).
virus Hepatitis A dalam tinja penderita, kenaikan titer anti-HAV, kenaikan titer IgM anti-HAV). Antibodi IgM untuk virus hepatitis A
pada umumnya positif ketika gejala muncul disertai kenaikan ALT (alanine aminotransferase) atau SGPT. IgM akan positif selama 3-6
bulan setelah infeksi primer terjadi dan bertahan hingga 12 bulan dalam 25% pasien. IgG anti-HAV muncul setelah IgM turun dan
biasanya bertahan hingga bertahun-tahun. Pada awal penyakit, keberadaan IgG anti-HAV selalu disertai dengan adanya IgM anti-HAV.
Sebagai anti-HAV IgG tetap seumur hidup setelah infeksi akut, deteksi IgG anti-HAV saja menunjukkan infeksi yang pernah terjadi
Untuk menunjang diagnosis dapat dilakukan tes biokimia fungsi hati (evaluasi laboratorium: bilirubin urin dan urobilinogen, bilirubin
total serum dan langsung, ALT atau SGPT, AST atau SGOT, fosfatase alkali, waktu protrombin, protein total, albumin, IgG, IgA, IgM,
hitung darah lengkap). Level bilirubin naik setelah onset bilirubinuria diikuti peningkatan ALT dan AST. Individu yang lebih tua dapat
memiliki level bilirubin yang lebih tinggi. Fraksi direk dan indirek akan meningkat akibat adanya hemolisis, namun bilirubin indirek
umumnya akan lebih tinggi dari bilirubin direk. Peningkatan level ALT dan AST sangat sensitif untuk hepatitis A. Enzim liver ini dapat
meningkat hingga melebihi 10.000 mlU/ml dengan level ALT lebih tinggi dari AST yang nantinya akan kembali normal setelah 5-20
minggu kemudian. Peningkatan Alkaline Phospatase terjadi selama penyakit akut dan dapat berkelanjutan selama fase kolestasik
berlangsung mengikuti kenaikan level transaminase. Selain itu, albumin serum dapat turun(WHO,2010, Sudoyo,2006, dan
Balistreri,1988).
Hepatitis A(HAV) picomaviridae (1973), Hepatitis B(HBV) hepadnaviridae (1970), Hepatitis C(HCV) flaviviridae (1988), Hepatitis
D(HDV) (1977), Hepatitis E(HeV) caliviridae (1983) dan hepeviridae, Hepatitis F(HFV) mutan virus B, Hepatitis G(HGV) flaviviridae
Serologi hepatitis A
kalori protein dapat diberikan pada penderita yang mengalami penurunan berat badan atau malnutrisi. Istirahat dilakukan dengan tirah
baring, mobilisasi berangsur dimulai jika keluhan atau gejala berkurang, bilirubin dan transaminase serum menurun. Aktifitas normal
Tidak ada diet khusus bagi penderita hepatitis A, yang penting adalah jumlah kalori dan protein adekuat, disesuaikan dengan selera
penderita, terkadang pemasukan nutrisi dan cairan kurang akibat mual dan muntah, sehingga perlu ditunjang oleh nutrisi parenteral.
Minuman mengandung alkohol tidak boleh dikonsumsi selama hepatitis akut karena efek hepatotoksik langsung dari
I. KOMPLIKASI
Komplikasi pada hepatitis A yaitu hepatitis virus kolestasis dan hepatitis virus fulminan. Hepatitis virus kolestasis ditandai oleh
kolestasis intrahepatik hebat, dengan ikterus berat, bilirubin dalam urine, dan tidak didapatkan urobilinogen di dalam urine dan tinja.
Hepatitis virus fulminan ditandai oleh kegagalan hati akut yang terkait dengan nekrosis masif dan submasif sel hati, ini adalah suatu
komplikasi yang jarang namun parah di mana 50% pasien dengan kondisi ini memerlukan transplantasi hati langsung untuk menghindari
kematian. Hepatitis fulminan A juga bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut, termasuk disfungsi otot dan kegagalan organ
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis A infeksi sembuh sendiri. Komplikasi akibat Hepatitis A
hampir tidak ada kecuali pada para lansia atau seseorang yang memang sudah mengidap penyakit hati kronis atau sirosis. Hanya 0,1%
pasien berkembang menjadi nekrosis hepatik akut fatal(Silverman,2003, dan Previsani,2000). Prognosis sanam, vitam, dan fungsionam
dubia at bonam.
K. PENCEGAHAN
Ada beberapa cara untuk mencegah penularan hepatitis A, Menurut WHO antara lain melalui hidup bersih dan sehat dan pemberian
vaksinasi. Hampir semua infeksi HAV menyebar dengan rute fekal-oral, maka pencegahan dapat dilakukan dengan hygiene perorangan
yang baik, standar kualitas tinggi untuk persediaan air publik dan pembuangan limbah saniter, serta sanitasi lingkungan yang baik.
Dalam rumah tangga, kebersihan pribadi yang baik, termasuk tangan sering dan mencuci setelah buang air besar dan sebelum
menyiapkan makanan, merupakan tindakan penting untuk mengurangi risiko penularan dari individu yang terinfeksi sebelum dan
Pemberian vaksin atau imunisasi. Imunisasi pasif yaitu pemberian antibodi dalam profilaksis untuk hepatitis A telah tersedia selama
bertahun-tahun. Serum imun globulin (ISG), dibuat dari plasma populasi umum, memberi 80-90% perlindungan jika diberikan sebelum
atau selama periode inkubasi penyakit. Dalam beberapa kasus, infeksi terjadi, namun tidak muncul gejala klinis dari hepatitis A. Saat ini,
ISG harus diberikan pada orang yang intensif kontak pasien hepatitis A dan orang yang diketahui telah makan makanan mentah yang
endemisitas rendah yang melakukan perjalanan ke daerah-daerah dengan tingkat infeksi yang tinggi dapat menerima ISG sebelum
keberangkatan dan pada interval 3-4 bulan asalkan potensial paparan berat terus berlanjut, tetapi imunisasi aktif adalah lebih
baik(WHO,2010).
Imunisasi aktif merupakan vaksin hidup yang telah dilemahkan dan telah dievaluasi tetapi menunjukkan imunogenisitas dan belum
efektif bila diberikan secara oral. Penggunaan vaksin ini lebih baik daripada pasif profilaksis bagi mereka yang berkepanjangan atau
berulang terpapar hepatitis A. Vaksin hepatitis A diberikan 2 kali dengan jarak 6-12 bulan. Vaksin sudah mulai bekerja 2 minggu setelah
penyuntikan pertama. Apabila terpapar virus hepatitis A sebelum 2 minggu yang berarti vaksin masih belum bekerja maka dapat
diberikan imunoglobulin(WHO,2010).