INTISARI
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik diketahui tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian demam berdarah dengue
dengan nilai p-value=1,000, RP=1,004 (CI 95%=0,360-2,801) dan tidak ada
hubungan antara perilaku PSN (p-value=1,000) dengan kejadian demam berdarah
dengue dengan nilai p-value=1,000 RP=1,099 (CI 95%=0,195-6,198).
Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku PSN dengan
kejadian demam berdarah dengue.
ABSTRACT
Result : statistic test showed that there is no correlation between knowledge and
dengue hemmoraghic fever incident, with score of p-value=1,000, RP=1,004 (CI
95%=0,360-2,801) and there is no correlation between mosquito nest eradication
behaviour (p-value=1,000) with dengue hemmoragic fever incident with score of p-
value=1,000 RP=1,099 (CI 95%=0,195-6,198).
A. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) adalah penyakit virus yang berbahaya karena dapat
menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang sangat pendek
(beberapa hari) 1. Data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P) menyebutkan pada tahun 2015 jumlah penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia yang dilaporkan sebanyak
129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang
Incidence Rate (IR)/angka kesakitan = 50,75 per 100.000 penduduk
dan Case Fatality Rate (CFR)/angka kematian = 0,83%)2. Menurut
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2016, Jumlah
penderita penyakit DBD di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 mencapai
22.111 kasus3. Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan
angka insidensi DBD cukup tinggi adalah Kabupaten Indramayu.
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah endemis DBD.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2015 di Kabupaten
Indramayu jumlah DBD yang dilaporkan IR 37,9 per 100.000 penduduk
dan CFR 5,1% yang merupakan angka kematian tertinggi di Jawa
Barat 3. Puskesmas Balongan salah satu puskesmas di Kabupaten
Indramayu merupakan wilayah kerja yang endemis kejadian penyakit
DBD. Data Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
(P2DBD) Puskesmas Balongan pada tahun 2015 terjadi peningkatan
jumlah penderita DBD mencapai 40 kasus, dibandingkan tahun 2014
dengan jumlah 14 kasus sehingga dinyatakan KLB-DBD4.
Pencegahan penyakit DBD salah satunya dengan cara
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Keberhasilan kegiatan PSN
DBD dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ
lebih atau sama dengan 95% dapat mencegah atau mengurangi
penularan DBD 5. Angka Bebas Jentik (ABJ) di Desa Majakerta pada
tahun 2016 sebesar 88% dari 318 rumah yang diperiksa ditemukan
positif jentik sebanyak 38 rumah. ABJ di Desa Majakerta merupakan
nilai ABJ terendah se-wilayah kerja Puskesmas Balongan 4. Data
Puskesmas Balongan menyebutkan penyumbang jumlah kasus DBD
terbanyak adalah di Desa Majakerta. Desa ini tercatat sebagai salah
satu Desa di Kecamatan Balongan dengan angka kesakitan DBD
cukup tinggi dan dikategorikan desa yang endemis DBD 4. Pada
3
B. METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif observasional dengan
rancangan penelitian cross-sectional study. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh kepala keluarga (KK) yang berdomisili di Desa
Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan cara proporsional cluster random sampling,
pengambilan sampel dari setiap RW menggunakan cara simple
random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner.
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
Hubungan pengetahuan dengan kejadian demam berdarah dengue di
Desa Majakerta Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu disajikan
dalam yabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan,
Kabupaten Indramayu
Kejadian DBD
RP
Tidak P
Pengetahuan Pernah Total (CI
Pernah Value
95%
n % n % N %
Kurang 23 24,2 61 64,2 84 88,4 1,004
Baik 3 3,2 8 8,4 11 11,6 (0,36- 1,000
Total 26 27,4 69 72,6 95 100% 2,801)
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil bivariate antara pengetahuan dengan kejadian
demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value = 1,000 (p>0,05)
sehingga secara statistik dapat disimpulkan tidak ada hubungan
pengetahuan dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa
Majakerta.
5
Kejadian DBD
Pengetahuan Tidak P RP (CI
Pernah Total
Pernah value 95%
n % n % n %
Cara yang
paling aman
dan efektif
Benar 22 23,2 12 12,6 34 35,8
untuk
mencegah 0,840
dan (0,632
0,233
memberant -
as sarang 1,115)
nyamuk
Salah 47 49,5 14 14,7 61 64,2
dengan
demam
berdarah
Benar 23 24,2 17 17,9 40 42,1 0,688
Kepanjanga (0,514
0,010
n 3M Salah 46 48,4 9 9,5 55 57,9 -
0,920)
Minimal 0,836
Benar 46 48,4 21 22,1 67 70,5
Membersihk (0,660
0,215
an Bak -
Salah 23 24,2 5 5,3 28 29,5
Mandi 1,059)
Upaya plus Benar 10 10,5 4 4,2 14 14,7 0,981
(0,686
dalam 3M 1,000
plus Salah 59 62,1 22 23,2 81 85,3 -
1,401)
Fungsi Benar 26 27,4 19 20 45 47,4 0,672
(0,511
bubuk 0,004
abate Salah 43 45,2 7 7,4 50 52,6 -
0,883)
Kebiasaan Benar 23 24,2 10 10,5 33 34,7 0,939
menggunak (0,718
0,638
an obat anti Salah 46 48,4 16 16,9 62 65,3 -
nyamuk 1,229)
Sumber: Data Primer, 2017
Petanyaan-pertanyaan kuesioner pengetahuan yang bermakna secara
statistik yakni:
1. Tanda-tanda penyakit DBD
Berdasarkan hasil bivariate antara tanda-tanda penyakit DBD
dengan kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value =
0,038 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden
yang mengetahui tanda-tanda penyakit DBD dengan kejadian demam
berdarah dengue di Desa Majakerta.
2. Umur rawan DBD
Berdasarkan hasil bivariate antara usia berisoko terkena penyakit
DBD dengan kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-
value = 0,004 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
responden yang mengetahui usia berisoko terkena penyakit DBD
dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa Majakerta.
3. Nama nyamuk penular DBD
Berdasarkan hasil bivariate antara nama nyamuk penular DBD
dengan kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value =
0,008 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden
7
Memb Tidak
ersihk pernah
dan 16 16,8 28 29,5 44 46,3 1,855
an
Kadang- 0,105 (0,940-
TPA di
kadang 3,659)
dalam
rumah Selalu 10 10,5 41 43,2 51 53,7
Tidak
Menut pernah
up dan 22 23,2 51 53,7 73 76,9 1,658
TPA di Kadang- 0,414 (0,639-
dalam kadang 4,298)
rumah
Selalu 4 4,2 18 18,9 22 23,1
Tidak
Menut pernah
up 0,610
dan 23 24,2 65 68,4 88 92,6
TPA di 0,387 (0,242-
Kadang-
luar 1,537)
kadang
rumah
Selalu 3 3,2 4 4,2 7 7,4
Mene Tidak
mui pernah
dokter dan 15 15,8 37 38,9 52 54,7
jika Kadang-
ada kadang 1,128
anggot 0,819 (0,580-
a 2,192)
keluar
Selalu 11 11,6 32 33,7 43 45,3
ga
yang
sakit
Menga Tidak
jak pernah
tetang dan 24 25,2 58 61,1 82 86,3 1,902
ga Kadang- 0,504 (0,509-
melak kadang 7,111)
ukan
Selalu 2 2,1 11 11,6 13 13,7
PSN
Menab Tidak
urkan pernah
bubuk dan 25 26,3 65 68,4 90 94,7 1,389
abate Kadang- 1,000 (0,233-
di kadang 8,272)
semua
Selalu 1 1,1 4 4,2 5 5,3
TPA
9
Kejadian DBD
Tidak P RP (CI
Perilaku PSN Pernah Total
Pernah value 95%
n % n % N %
Mengg Tidak
unaka pernah
n obat dan 12 12,6 51 53,7 63 66,3
antu Kadang-
0,435
nyamu kadang
0,021 (0,229-
k saat
0,828)
istirah
at pagi Selalu 14 14,7 18 19 32 33,7
dan
sore
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil bivariate pada item pernyataan kuesioner perilaku
PSN yang bermakna secara statistik adalah menggunakan obat anti
nyamuk saat istirahat pagi dan sore dengan kejadian demam berdarah
dengue didapatkan nilai p-value = 0,021 (p<0,05) sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan responden yang selalu menggunakan obat anti
nyamuk saat istirahat pagi dan sore dengan kejadian demam berdarah
dengue di Desa Majakerta. Namun jika dilihat pada tabel 6. Responden
yang paling banyak tidak pernah atau kadang-kadang menggunakan bubuk
abate sebanyak 90 orang (94,7%). Walaupun tidak bermakna secara
statistik namun secara biologi RP=1,389 >1 (CI95%=0,233-8,272) karena
nilai rentang CI mencakup angka 1 sehingga belum dapat dikatakan benar-
benar faktor risiko. Hal ini dikarenakan bisa saja saat dilakukan penelitian
berulang berubah menjadi bukan faktor risiko.
3. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD)
Hasil analisis antara pengetahuan dengan kejadian demam
berdarah dengue di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu p-value = 1,000 (p>0,05) artinya secara statistik tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
kejadian demam berdarah dengue di Desa Majakerta, Kecamatan
Balongan, Kabupaten Indramayu. Nilai Ratio Prevalence (RP) sebesar
1,004 (CI 95% = 0,360-2,801). Nilai rentang CI mencakup angka 1
maka belum dapat dikatakan benar-benar faktor risiko. Hal ini
dikarenakan bisa saja saat dilakukan penelitian berulang berubah
menjadi bukan faktor risiko.
Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa jumlah responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik lebih banyak dibandingkan
responden dengan pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak 88,4%
atau 84 orang. Kurangnya pengetahuan tentang DBD yang dimiliki
responden dapat disebabkan karena kurangnya informasi mengenai
DBD yang diterima oleh masyarakat baik dari petugas puskesmas atau
pelayanan kesehatan lainnya. Hal ini terbukti pada saat wawancara
dapat dilihat di tabel 3, banyak responden yang belum mengetahui
definisi DBD (73,7% atau 70 orang), penyebab DBD (82,1% atau 78
orang), tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti (73,7% atau
70 orang) dan cara penanggulangan yang dapat dilakukan (85,3%
atau 81 orang).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Putat
Jaya Surabaya tahun 2015 yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian
demam berdarah dengue (p value=0,206) dengan demikian hal
10
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Utama, H. 2009. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 265.
2. Kemenkes, RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI.
Jakarta. Hal. 187-188.
3. Dinkes Jawa Barat. 2016. Profil Kesehatan Jawa Barat. Depkes
Jabar. Bandung.
4. P2DBD Puskesmas Balongan. 2016. Pengendalian Program
P2DBD. Mumpuni, Y. dan Lestari, W. 2015. Cekal (Cegah dan
Tangkal) Sampai Tuntas Demam Berdarah.Yogyakarta: Rapha
Publishing. Hal. 45-46.
5. Depkes, RI. 2010. Pencegahan dan Pemberantasan Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
6. Waris, L., Yuana, T. 2013. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat
Terhadap Kejadian Demam Berdarah Di Kecamatan Batulicin
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal
Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang. Vol. 04. No. 03,
Hal: 144-149.
7. Suhardiono. 2005. Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku
Masyarakat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Kelurahan Helvetia Tengah, Medan Tahun 2005. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. Vol. 1, No. 2, Hal 48-65.
8. Utami, R.S.B. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan
Masyarakat Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
(Studi Di Kelurahan Putat Jaya Surabaya Tahun 2010-2014). Jurnal
Berkala Epidemiologi. Vol. 3, No. 2 Mei 2015:242-253.
9. Mumpuni, Y. dan Lestari, W. 2015. Cekal (Cegah dan Tangkal)
Sampai Tuntas Demam Berdarah.Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hal. 15-17.
10. Ariani, A.P. 2016. Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta:
Nuha Medika. Hal. 19-23,. 34., 42-43,. 79-80.
11. Kemenkes, RI. 2016. Surat Edaran Pemberantasan Sarang
Nyamuk Dengan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jentik.
Kemenkes RI. Jakarta.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20161213/03191
87/kemenkes-keluarkan-surat-edaran-pemberantasan-sarang-
nyamuk-3m-plus-dan-gerakan-1-rumah-1-jumantik/. Diakses pada
tanggal 17 Desember 2016 Pukul. 09.38 Yogyakarta.
12. Chandren, J.R., dkk. 2015. Practices of Dengue Fever Prevention
and the Associated Factors among the Orang Asli in Peninsular
Malaysia. PLOS Neglected Tropical Diseases Journal.pntd.
0003954.
13. Husna, R.N., Wahyuningsih, N.E., Dharminto. 2016. Hubungan
Perilaku 3M Plus Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Kota Semarang (Studi Di Kota Semarang Wilayah Atas).
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4, No. 5, Hal. 170-177.
14. Li Ping Wong, dkk. 2015. Factor Affecting Dengue Prevention
Practices: Nationwide Survey of the Malaysian Public. PLOS
Neglected Tropical Diseases journal. pone. 0122890.
15