Anda di halaman 1dari 15

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PSN (PEMBERANTASAN


SARANG NYAMUK) DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI
DESA MAJAKERTA, KECAMATAN BALONGAN, KABUPATEN INDRAMAYU

THE CORRELATE OF KNOWLEDGE AND BEHAVIOR MOSQUITO


NEST ERADICATION WITH INCIDENCE DENGUE HEMMORRHAGIC
FEVER IN MAJAKERTA, BALONGAN, INDRAMAYU

Elin Wiherlin, Fardhiasih Dwi Astuti


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan
Email: elin1300029027@webmail.uad.ac.id

INTISARI

Latar Belakang : Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit virus


berbahaya karena dapat menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang
sangat pendek (beberapa hari). Penyakit DBD dipengaruhi oleh faktor luar dan
faktor dalam. Faktor dalam terdiri dari ketahanan tubuh, sedangkan faktor luar
terdiri lingkungan, pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia baik ditempat tinggal,
lingkungan sekolah maupun lingkungan kerja. Masyarakat dengan pengetahuan
tentang DBD rendah dan perilaku PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang
buruk memiliki risiko tinggi terkena DBD. Hal ini disebabkan rendahnya
pengetahuan akan mempengaruhi sikap untuk mengambil keputusan dalam
berperilaku. Perilaku yag kurang baik dalam pencegahan DBD akan
mempengaruhi keberadaan jentik Aedes aegypti yang merupakan vektor dari
penyakit DBD. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
pengetahuan dan perilaku PSN dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa
Majakerta Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu.

Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif observational dengan


rancangan cross-sectional. Besa sampel dalam penelitian ini berjumlah 95
responden. Pengukuran variabel menggunakan kuesioner. Analisis statistik
dilakukan dengan uji chi-square.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil uji statistik diketahui tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian demam berdarah dengue
dengan nilai p-value=1,000, RP=1,004 (CI 95%=0,360-2,801) dan tidak ada
hubungan antara perilaku PSN (p-value=1,000) dengan kejadian demam berdarah
dengue dengan nilai p-value=1,000 RP=1,099 (CI 95%=0,195-6,198).

Kesimpulan : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan perilaku PSN dengan
kejadian demam berdarah dengue.

Kata Kunci : Pengetahuan, Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),


Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).

ABSTRACT

Background : dengue hemmoraghic fever is a virus disease that is dangerous. It


can cause a mortality in patient in a very short tie ( in a few days). Dengue
hemmorghic fever affected by internal and external factor. Internal factor consist of
body endurance, while external focators consist of environment, knowledge,
atitude, and behaviour, eithr in living area , school, or office. People with low
dengue hemmoraghic fever knowledge and bad eradication nest mosquito
behaviour having a high risk of this disease. It is because the low knowledge will
affected to how people take decision in their action. Bad habit of dengue
hemmoraghic fever eradication will affected the existence of Aedes Aegypti larva,
which is vector for dengue hemmoraghic fever. With that reason, the scientist were
interested to investigate the the correlation between knowledge and of mosquito
1
2

nest eradication behaviour with dengue hemmoragic fever incident in majakerta,


balongan, indramayu.

Methode : the type of this experiment is observational kuantitaif with cross-


sectional design. The amout of sample used in this experiment is 95 respondent.
Variable measurement using questionaire. Statistic analysis one with chi-square
test.

Result : statistic test showed that there is no correlation between knowledge and
dengue hemmoraghic fever incident, with score of p-value=1,000, RP=1,004 (CI
95%=0,360-2,801) and there is no correlation between mosquito nest eradication
behaviour (p-value=1,000) with dengue hemmoragic fever incident with score of p-
value=1,000 RP=1,099 (CI 95%=0,195-6,198).

Conclusion : there is no between knowledge and mosquito nest eradication


behaviour and dengue hemmoraghic fever incident.

Keyword : knowledge, mosquito nest eradication behaviour, dengue


hemmoraghic fever incident.

A. PENDAHULUAN
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) adalah penyakit virus yang berbahaya karena dapat
menyebabkan penderita meninggal dalam waktu yang sangat pendek
(beberapa hari) 1. Data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
(P2P) menyebutkan pada tahun 2015 jumlah penderita Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia yang dilaporkan sebanyak
129.650 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 1.071 orang
Incidence Rate (IR)/angka kesakitan = 50,75 per 100.000 penduduk
dan Case Fatality Rate (CFR)/angka kematian = 0,83%)2. Menurut
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2016, Jumlah
penderita penyakit DBD di Provinsi Jawa Barat tahun 2015 mencapai
22.111 kasus3. Salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan
angka insidensi DBD cukup tinggi adalah Kabupaten Indramayu.
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah endemis DBD.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2015 di Kabupaten
Indramayu jumlah DBD yang dilaporkan IR 37,9 per 100.000 penduduk
dan CFR 5,1% yang merupakan angka kematian tertinggi di Jawa
Barat 3. Puskesmas Balongan salah satu puskesmas di Kabupaten
Indramayu merupakan wilayah kerja yang endemis kejadian penyakit
DBD. Data Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue
(P2DBD) Puskesmas Balongan pada tahun 2015 terjadi peningkatan
jumlah penderita DBD mencapai 40 kasus, dibandingkan tahun 2014
dengan jumlah 14 kasus sehingga dinyatakan KLB-DBD4.
Pencegahan penyakit DBD salah satunya dengan cara
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Keberhasilan kegiatan PSN
DBD dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ
lebih atau sama dengan 95% dapat mencegah atau mengurangi
penularan DBD 5. Angka Bebas Jentik (ABJ) di Desa Majakerta pada
tahun 2016 sebesar 88% dari 318 rumah yang diperiksa ditemukan
positif jentik sebanyak 38 rumah. ABJ di Desa Majakerta merupakan
nilai ABJ terendah se-wilayah kerja Puskesmas Balongan 4. Data
Puskesmas Balongan menyebutkan penyumbang jumlah kasus DBD
terbanyak adalah di Desa Majakerta. Desa ini tercatat sebagai salah
satu Desa di Kecamatan Balongan dengan angka kesakitan DBD
cukup tinggi dan dikategorikan desa yang endemis DBD 4. Pada
3

hakekatnya penularan DBD tidak terlepas dari pengetahuan,


pendidikan dan perilaku serta kondisi lingkungan tempat tinggal,
masyarakat yang bersangkutan 6.
Hasil penilitian sebelumnya yang dilakukan di Helvetia tengah,
Medan menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku masyarakat dengan kejadian DBD. Masyarakat
dengan tingkat pengetahuan yang kurang memiliki risiko lebih tinggi
terkena DBD dibanding masyarakat yang tingkat pengetahuan yang
baik, yaitu Ratio Prevalens (RP) 2,087. Serta masyarakat dengan
perilaku kurang memiliki risiko lebih tinggi terkena DBD dibanding
masyarakat yang memiliki perilaku baik Ratio Prevalence (RP) 2,6197.
Berdasarkan alasan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan dan Perilakun PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) Dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) Di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu.

B. METODE PENELITIAN
Penelitian yang digunakan adalah kuantitatif observasional dengan
rancangan penelitian cross-sectional study. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh kepala keluarga (KK) yang berdomisili di Desa
Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten. Teknik pengambilan
sampel dilakukan dengan cara proporsional cluster random sampling,
pengambilan sampel dari setiap RW menggunakan cara simple
random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Analisis Univariat
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik reponden berdasarkan
usia, jenis kelamin, dan riwayat pendidikan di Desa
Majakerta Kecamatan Balongan Kabupten Indramayu.
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia (Tahun)
20-34 34 35,8
35-49 32 33,8
50-64 27 28,4
65-79 2 2,1
Total 95 100
Jenis Kelamin
Laki-Laki 23 24,2
Perempuan 72 75,8
Total 95 100
Riwayat Pendidikan
Tidak sekolah 12 12,6
SD 54 56,8
SMP 19 20,1
SMA 8 8,4
Perguruan Tinggi 2 2,1
Total 95 100
Sumber: Data Primer, 2017
Gambaran karaketeristik responden di Desa Majakerta
berdasarkan usia menunjukkan bahwa mayoritas usia responden
berada pada rentang 20-34 tahun yaitu sebanyak 34 orang
(35,8%). Distribusi jenis kelamin menunjukkan bahwa mayoritas
berjenis kelamin perempuan sebanyak 72 responden (75,8%).
4

Berdasarkan pendidikan terakhir mayoritas responden adalah


lulusan SD yaitu sebanyak 54 (56,8%).
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan,
perilaku PSN, dan kejadian DBD di Desa Majakerta,
Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu
Variabel Penelitian Frekuensi Persentase (%)
Pengetahuan
Baik 11 11,6
Kurang Baik 84 88,4
Total 95 100
Perilaku
Baik 4 4,2
Kurang Baik 91 95,8
Total 95 100
Kejadian DBD
Pernah 26 27,4
Tidak Pernah 69 72,4
Total 95 100
Sumber: Data Primer, 2017
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 95 responden
mayoritas memiliki pengetahuan kurang baik sebanyak 84 orang
(88,4%), perilaku PSN kurang baik sebanyak 91 orang (95,8%),
dan responden yang pernah mengalami kejadian DBD sebanyak
26 orang (27,4%).

2. Analisis Bivariat
a. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
Hubungan pengetahuan dengan kejadian demam berdarah dengue di
Desa Majakerta Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu disajikan
dalam yabel 3 di bawah ini:
Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan,
Kabupaten Indramayu
Kejadian DBD
RP
Tidak P
Pengetahuan Pernah Total (CI
Pernah Value
95%
n % n % N %
Kurang 23 24,2 61 64,2 84 88,4 1,004
Baik 3 3,2 8 8,4 11 11,6 (0,36- 1,000
Total 26 27,4 69 72,6 95 100% 2,801)
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil bivariate antara pengetahuan dengan kejadian
demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value = 1,000 (p>0,05)
sehingga secara statistik dapat disimpulkan tidak ada hubungan
pengetahuan dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa
Majakerta.
5

Tabel 4. Hasil Kuesioner Pengetahuan Masyarakat di Desa Majakerta,


Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu
Kejadian DBD
Tidak P RP (CI
Pengetahuan Pernah Total
Pernah value 95%
n % n % n %
Benar 19 20 6 6,3 25 26,3 1,064
Definisi
(0,816
penyakit 0,796
Salah 50 52,6 20 21,1 70 73,7 -
DBD
1,388)

Benar 9 9,5 8 8,4 17 17,9 0,688


Penyebab
(0,433
penyakit 0,069
-
DBD Salah 60 63,2 18 18,9 78 82,1
1,095)
Tanda- Benar 41 43,1 22 23,2 63 33,7 0,744
tanda (0,595
0,038
Penyakit Salah 28 29,5 4 4,2 32 66,3 -
DBD 0,930)
Usia Benar 34 35,8 22 23,2 56 59 0,677
(0,534
rawan 0,004
Salah 35 36,8 4 4,2 39 41 -
DBD
0,857)
Nama Benar 18 18,9 15 15,8 33 34,7 0,663
nyamuk
0,008 (0,46-
penular Salah 51 53,7 11 11,6 62 65,3 0,924)
DBD
Ciri-ciri Benar 32 33,7 19 20 51 55,7 0,746
nyamuk (0,583
0,036
penular Salah 37 38,9 7 7,4 44 46,3 -
DBD 0,956)
Tempat Benar 16 16,8 9 9,5 25 26,3
perkemba
0,845
ngbiakan
(0,612
nyamuk 0,300
-
penular Salah 53 55,8 17 17,9 70 73,7
1,167)
DBD di
luar rumah
Kondisi air Benar 8 8,4 5 5,3 13 13,7 0,827
tempat
(0,528
perkemba 0,334
ng biakan Salah 61 64,2 21 22,1 82 86,3 -
1,295)
DBD
Tempat Benar 38 40 14 14,7 52 54,7 1,014
jentik
(0,791
nyamuk 1,000
penular Salah 31 32,7 12 12,6 43 45,3 -
1,300)
DBD
Nyamuk Benar 30 31,6 14 14,7 44 46,3 0,892
penular (0,692
0,489
DBD aktif Salah 39 41,1 12 12,6 51 53,7 -
menggigit 1,148)
6

Kejadian DBD
Pengetahuan Tidak P RP (CI
Pernah Total
Pernah value 95%
n % n % n %
Cara yang
paling aman
dan efektif
Benar 22 23,2 12 12,6 34 35,8
untuk
mencegah 0,840
dan (0,632
0,233
memberant -
as sarang 1,115)
nyamuk
Salah 47 49,5 14 14,7 61 64,2
dengan
demam
berdarah
Benar 23 24,2 17 17,9 40 42,1 0,688
Kepanjanga (0,514
0,010
n 3M Salah 46 48,4 9 9,5 55 57,9 -
0,920)
Minimal 0,836
Benar 46 48,4 21 22,1 67 70,5
Membersihk (0,660
0,215
an Bak -
Salah 23 24,2 5 5,3 28 29,5
Mandi 1,059)
Upaya plus Benar 10 10,5 4 4,2 14 14,7 0,981
(0,686
dalam 3M 1,000
plus Salah 59 62,1 22 23,2 81 85,3 -
1,401)
Fungsi Benar 26 27,4 19 20 45 47,4 0,672
(0,511
bubuk 0,004
abate Salah 43 45,2 7 7,4 50 52,6 -
0,883)
Kebiasaan Benar 23 24,2 10 10,5 33 34,7 0,939
menggunak (0,718
0,638
an obat anti Salah 46 48,4 16 16,9 62 65,3 -
nyamuk 1,229)
Sumber: Data Primer, 2017
Petanyaan-pertanyaan kuesioner pengetahuan yang bermakna secara
statistik yakni:
1. Tanda-tanda penyakit DBD
Berdasarkan hasil bivariate antara tanda-tanda penyakit DBD
dengan kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value =
0,038 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden
yang mengetahui tanda-tanda penyakit DBD dengan kejadian demam
berdarah dengue di Desa Majakerta.
2. Umur rawan DBD
Berdasarkan hasil bivariate antara usia berisoko terkena penyakit
DBD dengan kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-
value = 0,004 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan
responden yang mengetahui usia berisoko terkena penyakit DBD
dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa Majakerta.
3. Nama nyamuk penular DBD
Berdasarkan hasil bivariate antara nama nyamuk penular DBD
dengan kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value =
0,008 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden
7

yang mengetahui nama nyamuk penular DBD dengan kejadian demam


berdarah dengue di Desa Majakerta.
4. Ciri-ciri nyamuk penular DBD
Berdasarkan hasil bivariate antara ciri-ciri nyamuk penular DBD
dengan kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value =
0,036 (p>0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden
yang mengetahui ciri-ciri nyamuk penular DBD dengan kejadian
demam berdarah dengue di Desa Majakerta.
5. Kepanjangan gerakan “3M”
Berdasarkan hasil bivariate antara kepanjangan gerakan 3M
dengan kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value =
0,010 (p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden
yang mengetahui kepanjangan gerakan 3M dengan kejadian demam
berdarah dengue di Desa Majakerta.
6. Fungsi bubuk abate
Berdasarkan hasil bivariate antara fungsi bubuk abate dengan
kejadian demam berdarah dengue didapatkan nilai p-value = 0,004
(p<0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden yang
mengetahui fungsi bubuk abate dengan kejadian demam berdarah
dengue di Desa Majakerta.
b. Hubungan Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Hubungan perilaku dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa
Majakerta Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu disajikan dalam
tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5. Hubungan Perilaku dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD)
Kejadian DBD
Perilaku Tidak RP (CI P
Pernah Total
PSN Pernah 95% Value
n % N % N %
Kurang 25 26,3 66 69,4 91 95,7 1,099
Baik 1 1,1 3 3,2 4 4,3 (0,195- 1,000
Total 26 27,4 69 72,6 95 100% 6,198)
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil bivariate antara perilaku PSN dengan kejadian demam
berdarah dengue didapatkan nilai p-value = 1,000 (p>0,05) sehingga
secara statistik dapat disimpulkan tidak ada hubungan perilaku PSN
dengan kejadian demam berdarah dengue di Desa Majakerta.
8

Tabel 6. Hasil Kuesioner Perilaku PSN Masyarakat di Desa Majakerta,


Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu
Kejadian DBD
Tidak P RP (CI
Perilaku PSN Pernah Total
Pernah value 95%
n % n % N %
Tidak
Memb pernah
ersihk dan 25 26,3 61 64,2 86 90,5 2,616
an Kadang- (0,400-
0,436
TPA kadang 17,097
diluar )
rumah Selalu 1 1,1 8 8,4 9 9,5

Memb Tidak
ersihk pernah
dan 16 16,8 28 29,5 44 46,3 1,855
an
Kadang- 0,105 (0,940-
TPA di
kadang 3,659)
dalam
rumah Selalu 10 10,5 41 43,2 51 53,7
Tidak
Menut pernah
up dan 22 23,2 51 53,7 73 76,9 1,658
TPA di Kadang- 0,414 (0,639-
dalam kadang 4,298)
rumah
Selalu 4 4,2 18 18,9 22 23,1
Tidak
Menut pernah
up 0,610
dan 23 24,2 65 68,4 88 92,6
TPA di 0,387 (0,242-
Kadang-
luar 1,537)
kadang
rumah
Selalu 3 3,2 4 4,2 7 7,4
Mene Tidak
mui pernah
dokter dan 15 15,8 37 38,9 52 54,7
jika Kadang-
ada kadang 1,128
anggot 0,819 (0,580-
a 2,192)
keluar
Selalu 11 11,6 32 33,7 43 45,3
ga
yang
sakit
Menga Tidak
jak pernah
tetang dan 24 25,2 58 61,1 82 86,3 1,902
ga Kadang- 0,504 (0,509-
melak kadang 7,111)
ukan
Selalu 2 2,1 11 11,6 13 13,7
PSN
Menab Tidak
urkan pernah
bubuk dan 25 26,3 65 68,4 90 94,7 1,389
abate Kadang- 1,000 (0,233-
di kadang 8,272)
semua
Selalu 1 1,1 4 4,2 5 5,3
TPA
9

Kejadian DBD
Tidak P RP (CI
Perilaku PSN Pernah Total
Pernah value 95%
n % n % N %
Mengg Tidak
unaka pernah
n obat dan 12 12,6 51 53,7 63 66,3
antu Kadang-
0,435
nyamu kadang
0,021 (0,229-
k saat
0,828)
istirah
at pagi Selalu 14 14,7 18 19 32 33,7
dan
sore
Sumber: Data Primer, 2017
Berdasarkan hasil bivariate pada item pernyataan kuesioner perilaku
PSN yang bermakna secara statistik adalah menggunakan obat anti
nyamuk saat istirahat pagi dan sore dengan kejadian demam berdarah
dengue didapatkan nilai p-value = 0,021 (p<0,05) sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan responden yang selalu menggunakan obat anti
nyamuk saat istirahat pagi dan sore dengan kejadian demam berdarah
dengue di Desa Majakerta. Namun jika dilihat pada tabel 6. Responden
yang paling banyak tidak pernah atau kadang-kadang menggunakan bubuk
abate sebanyak 90 orang (94,7%). Walaupun tidak bermakna secara
statistik namun secara biologi RP=1,389 >1 (CI95%=0,233-8,272) karena
nilai rentang CI mencakup angka 1 sehingga belum dapat dikatakan benar-
benar faktor risiko. Hal ini dikarenakan bisa saja saat dilakukan penelitian
berulang berubah menjadi bukan faktor risiko.
3. Pembahasan
1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD)
Hasil analisis antara pengetahuan dengan kejadian demam
berdarah dengue di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu p-value = 1,000 (p>0,05) artinya secara statistik tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
kejadian demam berdarah dengue di Desa Majakerta, Kecamatan
Balongan, Kabupaten Indramayu. Nilai Ratio Prevalence (RP) sebesar
1,004 (CI 95% = 0,360-2,801). Nilai rentang CI mencakup angka 1
maka belum dapat dikatakan benar-benar faktor risiko. Hal ini
dikarenakan bisa saja saat dilakukan penelitian berulang berubah
menjadi bukan faktor risiko.
Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa jumlah responden yang
memiliki pengetahuan kurang baik lebih banyak dibandingkan
responden dengan pengetahuan yang baik, yaitu sebanyak 88,4%
atau 84 orang. Kurangnya pengetahuan tentang DBD yang dimiliki
responden dapat disebabkan karena kurangnya informasi mengenai
DBD yang diterima oleh masyarakat baik dari petugas puskesmas atau
pelayanan kesehatan lainnya. Hal ini terbukti pada saat wawancara
dapat dilihat di tabel 3, banyak responden yang belum mengetahui
definisi DBD (73,7% atau 70 orang), penyebab DBD (82,1% atau 78
orang), tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti (73,7% atau
70 orang) dan cara penanggulangan yang dapat dilakukan (85,3%
atau 81 orang).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Putat
Jaya Surabaya tahun 2015 yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian
demam berdarah dengue (p value=0,206) dengan demikian hal
10

tersebut mendukung penelitian ini dimana secara tidak langsung dapat


dikatakan bahwa pengetahuan kurang berpengaruh dengan kejadian
DBD8. Namun Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan di kelurahan Helvetia Tengah Medan tahun 2005
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
responden dengan kejadian DBD (p value = 0,015)7.
Berdasarkan uji statistik pertanyaan-pertanyaan terkait dengan
DBD yang bermakna secara statistik yakni:
1. Tanda-tanda penyakit DBD
Berdasarkan tabel 11, pengetahuan responden yang
mengetahui tanda-tanda penyakit DBD didapatkan nilai statistik p-
value=0,038 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden
yang mengetahui tanda-tanda penyakit DBD dengan kejadian DBD.
Orang yang memiliki pengetahuan tentang gejala dan tanda-tanda
demam berdarah dengue akan secepatnya bertindak saat ada
anggota keluarganya mengalami gejala DBD agar orang yang
menderita DBD tidak terlambat dalam penanganannya, hal tersebut
merupakan upaya mencegah terjadinya kematian. Pengetahuan
yang baik tentang tanda dan gejala DBD sangat penting dalam
mengidentifikasi penyakit dan kewaspadaan dini untuk mencegah
terjadinya kematian9.
2. Usia rawan DBD
Berdasarkan tabel 11, pengetahun responden yang mengetahui
usia berisiko terkena penyakit DBD didapatkan nilai statistik p-
value=0,004 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan responden
yang mengetahui usia berisiko terkena penyakit DBD dengan
kejadian DBD. Semua golongan umur dapat terserang virus
dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir10.
Penyakit DBD memang banyak menyerang anak-anak, namun
orang dewasa juga dapat terjangkit penyakit DBD, orang yang tidak
mengetahui jika penyakit DBD dapat menular ke semua golongan
umur kemungkinan mereka akan beranggapan bahwa sakit yang
dirasakan hanya demam biasa namun setelah melakukan
pemeriksaan dokter ternyata terkena penyakit DBD hal tersebut
memungkinkan untuk terjadinya keterlambatan dalam penanganan
apabila tidak segera melakukan pemeriksaan dokter. Sehingga
dapat menyebabkan kondisi kritis bahkan sampai kematian 9.
3. Nama nyamuk dan ciri-ciri nyamuk
Berdasarkan tabel 11, pengetahuan responden yang
mengetahui nama nyamuk yang dapat menyebabkan terjadinya
penyakit DBD didapatkan nilai statistik p-value=0,008 sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan responden yang mengetahui
nama nyamuk yang dapat menyebabkan DBD kejadian DBD.
Pengetahuan responden yang mengetahui ciri-ciri nyamuk penular
DBD didapatkan nilai statistik p-value=0,036 sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan responden yang mengetahui ciri-ciri
nyamuk penular DBD dengan kejadian DBD. Orang yang
mengetahui nama nyamuk dan ciri-ciri nyamuk penular demam
berdarah dengue sebagai upaya untuk melakukan pencegahan
memberantas sarang nyamuk dan terhindar dari gigitan nyamuk
penular DBD11.
4. Kepanjangan gerakan 3M dan fungsi menaburkan bubuk abate
Pengetahuan responden mengenai kepanjangan gerakan 3M
didapatkan nilai statistik p-value=0,010 sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan mengetahui kepanjangan gerakan 3M dengan
kejadian DBD. Pengetahuan mengenai fungsi bubuk abate
11

didapatkan nilai statistik p=0,004 sehingga dapat disimpulkan ada


hubungan mengetahui fungsi bubuk abate dengan kejadian DBD.
Orang yang tidak mengetahui praktek dengue dan orang yang tidak
mengetahui fungsi bubuk abate akan berpengaruh terhadap
banyaknya jumlah populasi vektor nyamuk Aedes aegypti yang
merupakan penular penyakit DBD maka terjadinya penularan juga
akan semakin meningkat12.
2. Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
Hasil analisis antara pengetahuan dengan kejadian demam
berdarah dengue di Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu p-value = 1,000 (p>0,05) artinya secara statistik tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan
kejadian demam berdarah dengue di Desa Majakerta, Kecamatan
Balongan, Kabupaten Indramayu. Nilai Ratio Prevalence (RP) sebesar
1,004 (CI 95% = 0,360-2,801). Nilai rentang CI mencakup angka 1
maka belum dapat dikatakan benar-benar faktor risiko. Hal ini
dikarenakan bisa saja saat dilakukan penelitian berulang berubah
menjadi bukan faktor risiko.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Kota Semarang Wilayah Atas tidak ada hubungan yang bermakna
antara perilaku 3M plus dengan kejadian DBD (p value=1,000) dan
nilai Odds Ratio perilaku 3M Plus 0,868 (95% CI = 0,306-2,461) yang
artinya orang yang memiliki pengetahuan kurang baik kemungkinan
memiliki risiko terkena penyebab demam berdarah dengue sebesar
0,868 kali lebih besar dibandingkan orang yang memiliki pengetahuan
baik. Namun rentang nilai OR < 1 menunjukkan bahwa perilaku 3M
Plus bukan sebagai faktor protektif maupun risiko13.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan pada
masyarakat Malaysia tahun 2015 menunjukkan bahwa ada hubungan
antara praktik pencegahan demam berdarah dengue dengan kejadian
DBD (p value =0,004 dan nilai OR=1,33 (95% CI =1,09-1,67). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa mempraktekkan pembersihan
yang baik untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk salah satunya
dengan membersihkan daerah sekitar rumah, membuang wadah yang
tidak terpakai yang dapat menampung air pada saat musim hujan,
serta menggunakan abate pada semua tempat penampungan air guna
untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti14.
Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan di
Kecamatan Batulicin tahun 2013 menunjukkan bahwa ada hubungan
antara perilaku dengan kejadian demam berdarah dengue (p
value=0,03) dan nilai RP= 2,466 (95% CI =1,080-5,536) nilai RP >1
menunjukkan bahwa perilaku merupakan faktor risiko kejadian demam
berdarah dengue6.
Kemungkinan hal yang dapat menyebabkan tidak ada hubungan
antara perilaku PSN dengan kejadian DBD adalah banyaknya jumlah
kepadatan vektor nyamuk Aedes aegypti, bisa jadi saat musim
kemarau tidak ada vektor atau terjadinya penurunan jumlah vektor. Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian Pramestuti (2014) bahwa kepadatan
vektor Aedes aegypti akan menurun pada saat musim kemarau
biasanya vektor akan meningkat pada saat musim penghujan sampai
akhir menjelang musim penghujan atau biasanya pada awal bulan
sampai pertengahan tahun. Terbukti pada saat melakukan wawancara
dengan responden yang pernah mengalami kejadian DBD lebih dari
setengah responden sakit pada saat musim penghujan yaitu pada
akhir bulan Desember-Januari15.
12

Terjadinya peningkatan vektor dikarenakan banyaknya jumlah


kontainer di luar rumah yang bertambah. Saat melakukan observasi di
lapangan banyak ditemukan botol bekas, ban bekas dan sampah
lainnya di pekarangan sekitar rumah yang dapat memicu sebagai
tempat bekembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Walaupun tidak
ditemukan genangan air pada kontainer tersebut namun pada saat
musim pancaroba yang biasa disebut dengan pergantian musim dari
musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya, kontainer tersebut
merupakan media yang tepat untuk nyamuk Aedes aegypti betina
meletakkan telur-telurnya. Angka bebas jentik (ABJ) di Desa Majakerta
pada tahun 2016 sebesar 88% dari 318 rumah yang diperiksa
ditemukan positif jentik sebanyak 38 rumah. ABJ di Desa Majakerta
merupakan nilai ABJ terendah se-wilayah kerja Puskesmas Balongan4.
Hal ini telah sesuai yang diamati dapat dilihat pada tabel 6, bahwa
responden yang paling banyak tidak pernah atau kadang-kadang
menggunakan bubuk abate sebanyak 90 orang (94,7%). Sesuai
penelitian yang telah dilakukan di Semenanjung Malaysia menunjukkan
bahwa banyaknya penggunaan abate akan berpengaruh terhadap
banyaknya jumlah populasi vektor nyamuk Aedes aegypti yang
merupakan penular penyakit DBD maka terjadinya penularan juga akan
semakin meningkat. Kurangnya penggunaan abate pada masyarakat di
Desa Majakerta yaitu kurangnya kesadaran dalam penggunaan abate
untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk penular DBD dan hal lain
yang memungkinkan masyarakat di Desa Majakerta sedikit orang yang
selalu menggunakan abate yaitu tidak dapat mengetahui tempat
penjual abate, masyarakat Desa Majakerta membeli bubuk abate saat
ada penjual bubuk abate keliling. Kehadiran nyamuk yang kurang
terlihat, penduduk mungkin merasakan aman dan kelalaian yang salah
satunya untuk melakukan tindakan pencegahan demam berdarah 14.
Hal lain yang memungkinkan tidak ada hubungan perilaku PSN
dengan DBD yaitu saat observasi di lapangan jarak rumah responden
yang pernah mengalami DBD dengan responden yang tidak pernah
mengalami DBD jauh sehingga dengan jarak yang jauh kemungkinan
tidak terjadinya penularan vektor. Kebersihan lingkungan sekitar masih
kurang diperhatikan masyarakat, membersihkan lingkungan sebaiknya
tidak hanya dilakukan di dalam rumah sendiri saja, namun dilingkungan
sekitar rumah yang terdapat botol bekas, ban bekas dan sampah
lainnya yang dapat memicu tempat perkembangbiakan nyamuk
(minimal di kawasan RT atau RW).
Faktor lain yang mempengaruhi terjadi demam berdarah dengue di
Faktor lain yang mempengaruhi terjadi demam berdarah dengue di
Desa Majakerta adalah:
1. Ketahanan Tubuh
kemungkinan orang yang memiliki pengetahuan dan perilaku
yang kurang baik namun tidak sakit DBD yaitu orang memiliki
ketahanan tubuh yang baik sehingga tidak sakit DBD. Menurut
Mumpuni dan Lestari (2015) ada hubungan yang kuat antara
kekebalan tubuh yang dimiliki seseorang terhadap infeksi sebuah virus
atau penyakit. Setiap orang mempunyai kekebalan tubuh untuk
melawan serangan virus atau penyakit, termasuk demam berdarah9.
2. Kepadatan Penduduk
Berdasarkan hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa
lingkungan di Desa Majakerta termasuk lingkungan dengan tempat
tinggal yang padat. Jarak rumah yang dekat memudahkan bagi
nyamuk yang terinfeksi di rumah orang lain untuk masuk ke rumah
penduduk lainnya, sehingga memungkinkan seseorang untuk tertular
13

penyakit DBD. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah


Kamphaeng Phet Thailand tahun 2006 yang menunjukkan bahwa
meskipun penduduk memiliki pengetahuan dan praktik yang baik terhadap
pencegahan dan penularan DBD namun jumlah nyamuk Aedes di rumah
penduduk tetap tinggi sehingga untuk terjadinya kasus juga tinggi16.
Menurut penelitian Rahayu, dkk (2010) bahwa lingkungan tempat tinggal
rumah yang padat lebih memudahkan bagi nyamuk untuk menularkan
penyakit DBD mengingat kebiasaan nyamuk yang melakukan multibites
dan jarak terbangnya hanya 50m-100m17.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD) di Desa
Majakerta, Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu.
b. Tidak ada hubungan yang bermakna antara perilaku
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian demam
berdarah dengue (DBD) di Desa Majakerta, Kecamatan
Balongan Kabupaten Indramayu.
2. Saran
a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Indramayu
1) Mengupayakan pelatihan dan menambah jumlah jumantik
dengan materi tentang penyakit DBD, tehnik pemeriksaan
keberadaan jentik baik di tempat yang terkontrol maupun di
tempat yang tidak terkontrol dan cara menggerakkan
partisipasi masyarakat dalam melaksanakan PSN-DBD.
b. Bagi Puskesmas Balongan Kabupaten Indramayu
1) Meningkatkan kegiatan surveilans dan siap bila terjadi
kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) agar dapat menekan
angka kematian akibat penyakit DBD dan meningkatkan
kegiatan penyuluhan kepada masyarakat lebih
memperhatikan kegiatan pengendalian dan pencegahan
terhadap kejadian penyakit DBD, khususnya mengenai 3M
plus (Menguras, Menutup, dan memanfaatkan kembali atau
mendaur ulang barang-barang bekas)
c. Bagi Masyarakat
1) Dihimbau kepada seluruh masyarakat khususnya yang
bertempat tinggal di Desa Majakerta, Kecamatan
Balongan, Kabupaten Indramayu agar selalu berperilaku
hidup bersih dan sehat dengan memperhatikan kebersihan
lingkungan sekitar dalam rangka pencegahan dan
pengendalian terjadinya Demam Berdarah Dengue (DBD).
Serta menjadikan langkah 3M Plus sebagai suatu
kebiasaan baik dalam lingkup keluarga maupun
masyarakat luas, serta mengajarkan kepada anak usia
sekolah agar selalu waspada akan DBD sehingga mampu
dalam menjaga diri dari bahaya penularan DBD.
2) Diharapkan masyarakat dapat mengembangkan upaya
recycle (daur ulang) dari barang-barang tidak terpakai yang
ada disekitar rumah agar menjadi keuntungan ekonomi
d. Bagi Peneliti Lain
1) Bagi peneliti lain selanjutnya dapat melakukan penelitian
yang lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang belum
diteliti yang berhubungan dengan kejadian DBD seperti
penggunaan larvasida dengan kejadian DBD.
14

2) Diharapkan ada penelitian lebih lanjut dengan


menggunakan desain studi kohort mengenai perilaku PSN
DBD masyarakat Desa Majakerta.

E. DAFTAR PUSTAKA
1. Utama, H. 2009. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal. 265.
2. Kemenkes, RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia. Kemenkes RI.
Jakarta. Hal. 187-188.
3. Dinkes Jawa Barat. 2016. Profil Kesehatan Jawa Barat. Depkes
Jabar. Bandung.
4. P2DBD Puskesmas Balongan. 2016. Pengendalian Program
P2DBD. Mumpuni, Y. dan Lestari, W. 2015. Cekal (Cegah dan
Tangkal) Sampai Tuntas Demam Berdarah.Yogyakarta: Rapha
Publishing. Hal. 45-46.
5. Depkes, RI. 2010. Pencegahan dan Pemberantasan Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta.
6. Waris, L., Yuana, T. 2013. Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat
Terhadap Kejadian Demam Berdarah Di Kecamatan Batulicin
Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal
Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang. Vol. 04. No. 03,
Hal: 144-149.
7. Suhardiono. 2005. Sebuah Analisis Faktor Risiko Perilaku
Masyarakat Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di
Kelurahan Helvetia Tengah, Medan Tahun 2005. Jurnal Mutiara
Kesehatan Indonesia. Vol. 1, No. 2, Hal 48-65.
8. Utami, R.S.B. 2015. Hubungan Pengetahuan dan Tindakan
Masyarakat Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
(Studi Di Kelurahan Putat Jaya Surabaya Tahun 2010-2014). Jurnal
Berkala Epidemiologi. Vol. 3, No. 2 Mei 2015:242-253.
9. Mumpuni, Y. dan Lestari, W. 2015. Cekal (Cegah dan Tangkal)
Sampai Tuntas Demam Berdarah.Yogyakarta: Rapha Publishing.
Hal. 15-17.
10. Ariani, A.P. 2016. Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta:
Nuha Medika. Hal. 19-23,. 34., 42-43,. 79-80.
11. Kemenkes, RI. 2016. Surat Edaran Pemberantasan Sarang
Nyamuk Dengan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1 Jentik.
Kemenkes RI. Jakarta.
http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20161213/03191
87/kemenkes-keluarkan-surat-edaran-pemberantasan-sarang-
nyamuk-3m-plus-dan-gerakan-1-rumah-1-jumantik/. Diakses pada
tanggal 17 Desember 2016 Pukul. 09.38 Yogyakarta.
12. Chandren, J.R., dkk. 2015. Practices of Dengue Fever Prevention
and the Associated Factors among the Orang Asli in Peninsular
Malaysia. PLOS Neglected Tropical Diseases Journal.pntd.
0003954.
13. Husna, R.N., Wahyuningsih, N.E., Dharminto. 2016. Hubungan
Perilaku 3M Plus Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) Di Kota Semarang (Studi Di Kota Semarang Wilayah Atas).
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 4, No. 5, Hal. 170-177.
14. Li Ping Wong, dkk. 2015. Factor Affecting Dengue Prevention
Practices: Nationwide Survey of the Malaysian Public. PLOS
Neglected Tropical Diseases journal. pone. 0122890.
15

15. Pramestuti, N. dan Sunaryo. 2014. Surveilans Aedes aegypti Di


Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. Vol. 8. No. 8. Hal 423-429.
16. Koenraadt, C.J.M., dkk. 2006. Dengue Knowledge and Practices
Their Impact on Aedes aegypti Populations In Kamphaeng Phet
Thailand. Journal American Society of Tropical Medicine and
Hygiene. Vol. 74. No. 2. Hal. 692-700.
17. Rahayu, M., Baskoro, T., Wahyudi, B. 2010. Studi Kohort Kejadian
Penyakit Demam Berdarah Dengue. Berita Kedokteran Masyarakat.
Vol. 26, No. 4 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai