Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat rahmat dan inayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan “Pedoman
Pelayanan Geriatri.”
Pedoman Pelayanan Geriatri Rumah Sakit Umum Bangkatan ini disusun dalam rangka
memberikan acuan bagi semua jajaran di RSU Bangkatan dalam memberikan pelayanan yang
bermutu kepada setiap pasien.
Ucapan terima kasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan dan penerbitan panduan ini. Semoga keinginan untuk dapat lebih
meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai.
Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur pelayanan geriatri
karena keterbatasan ilmu dan referensi yang ada pada kami. Oleh karena itu permohonan maaf
kami haturkan apabila dalam penyusunan panduan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan.

Binjai, September 2018

TIM PENYUSUN

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

BAB II STANDAR KETENAGAAN.............................................................. 4

BAB III STANDAR FASILITAS...................................................................... 5

BAB IV TATA LAKSANA................................................................................ 8

BAB V LOGISTIK........................................................................................... 9

BAB VI KESELAMATAN PASIEN................................................................ 12

BAB VII KESELAMATAN KERJA.................................................................. 14

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU.................................................................. 16

BAB IX PENUTUP............................................................................................. 22

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan
perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan
manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia
dan keluarga miskin. Dampak keberhasilan pembangunan kesehatan ditandai dengan
meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan ibu melahirkan.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2014, umur Harapan Hidup (UHH) di
Indonesia untuk wanita adalah 73 tahun dan untuk pria adalah 69 tahun. Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional memproyeksikan umur harapan hidup di Indonesia pada tahun 2025
dapat mencapai 73,6 tahun.
Upaya peningkatan kesejahteraan pada lanjut usia diarahkan untuk memperpanjang usia
harapan hidup dan masa produktif agar terwujud kemandirian dan kesejahteraan. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit. Dalam
upaya peningkatan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit yang berkualitas, merata dan
terjangkau maka pelayanan geriatri harus dilakukan secara terpadu melalui pendekatan yang
bersifat interdisiplin oleh berbagai tenaga profesional yang bekerja dalam tim terpadu geriatri.
Oleh sebab itu, dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit dan
untuk mengakomodasi berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang pelayanan
geriatri, perlu disusun penyelenggaraan pelayanan geriatri di rumah sakit.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Terselenggaranya pelayanan lanjut usia/ geritari secara terpadu dan nyaman di RSU
Bangkatan.
2. Tujuan Khusus
- Terselengaranya pelayanan lanjut usia di rawat jalan.
- Terselenggaranya pelayanan lanjut usia kunjungan rumah ( home care )

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Berdasarkan kemampuan pelayanan, pelayanan Geriatri dibagi menjadi :
1. Tingkat Sederhana
Jenis pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas rawat jalan dan
kunjungan rumah (home care).

1
2. Tingkat Lengkap
Jenis pelayanan Geriatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat
inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
3. Tingkat Sempurna
Jenis pelayananGeriatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas rawat jalan, rawat
inap akut, kunjungan rumah (home care), dan Klinik Asuhan Siang.
4. Tingkat Paripurna
Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan, Klinik Asuhan Siang,
rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap Psikogeriatri, penitipan Pasien Geriatri
(respite care), kunjungan rumah (home care), dan Hospice.

Tingkatan sebagaimana dimaksud tersebut ditetapkan berdasarkan :


1. Jenis pelayanan
2. Sarana dan prasarana
3. Peralatan
4. Ketenagaan.

Jenis pelayanan yang dilaksanakan di RSU Bangkatan berdasarkan tersedianya fasilitas


sarana dan prasarana, peralatan dan ketenagaan adalah pelayanan tingkat sederhana.

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Ketenagaan dalam pelayanan Geriatri di RSU Bangkatan terdiri atas tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan yang bekerja bersama-sama sebagai Tim Terpadu Geriatri.
1. Tim Terpadu Geriatri terdiri atas ketua dan koordinator pelayanan yang merangkap sebagai
anggota, dan anggota.
2. Tim Terpadu Geriatri dibentuk oleh Kepala Rumah Sakit.
3. Ketua Tim Terpadu Geriatri terdiri atas :
a. Dokter spesialis penyakit dalam untuk pelayanan Geriatri tingkat sederhana.
b. Koordinator pelayanan dibentuk sesuai dengan masing-masing pelayanan pada
pelayanan Geriatri tingkat sederhana.
Tim Terpadu Geriatri pada pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :
1. Dokter spesialis penyakit dalam
2. Dokter spesialis lainnya sesuai dengan jenis penyakit Pasien Geriatri
3. Dokter
4. Perawat yang telah mengikuti pelatihan keperawatan gerontik atau pelatihan keterampilan
inteligensia
5. Apoteker
6. Tenaga gizi

3
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN

R/ POLI
T
U GIGI
N
G
G LAB
Pojok U POLI
TB P. DALAM/
P GERIATRI
A
S
RO I POLI
E PARU
N

RM

R/
POLI
T
U SARAF
N
G
G POLI
UGD U ANAK

P
A
APOTIK
S
I
E
N

4
B. STANDAR FASILITAS
Ruang pelayanan Geriatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas :
1. Ruang pendaftaran/ administrasi
Ruang pendaftaran/administrasi sebagaimana dimaksud dapat bergabung dengan ruang
pendaftaran/administrasi lain di Rumah Sakit.
Ruang pendaftaran administrasi ini harus cukup luas untuk penempatan meja tulis, lemari
arsip untuk penyimpanan dokumen medik pasien. Letaknya dekat dengan ruang tunggu,
sehingga mudah dilihat oleh pasien yang baru datang.
2. Ruang tunggu
Ruang tunggu harus bersih dan cukup luas, aman dan nyaman, baik untuk pasien dari
luar ataupun dari bangsal yang menggunakan kursi roda atau tempat tidur.
3. Ruang periksa
Ruangan ini dekat dengan ruang pendaftaran serta dilengkapi dengan fasilitas dan alat-
alat pemeriksaan.
Ruangan terdiri dari:
a. Ruang periksa perawat geriatri dan sosial medik untuk melakukan anamnesis
b. Ruang periksa dokter/tim geriatri
c. WC dan kamar mandi
d. Ruangan diskusi tim geriatri atau pertemuan dengan keluarga pasien (family
meeting).
4. Ruang Tim Terpadu Geriatri
Ruang tim terdiri dari :
a. Ruang ketua tim
b. Ruang anggota
c. 1 (satu) ruang pertemuan untuk tim
d. Ruang istirahat karyawan dan pantry
e. Kamar kecil untuk karyawan

PERSYARATAN BANGUNAN
1. Konstruksi bangunan
a. Jalan
Jalan menuju ke pelayanan geriatri harus cukup kuat, rata, tidak licin serta disediakan
jalur khusus untuk pasien/pengunjung dengan kursi roda.

b. Pintu
Pintu harus cukup lebar untuk memudahkan pasien/pengunjung lewat dengan kursi roda
atau tempat tidur. Lebar pintu sebaiknya 120 cm terdiri dari pintu 90 cm dan pintu 30
cm.

5
c. Listrik
Daya listrik harus cukup dengan cadangan daya bila suatu saat memerlukan tambahan
penerangan sehingga diperlukan stabilisator untuk menjamin stabilitas tegangan,
dilengkapi dengan generator listrik.

d. Penerangan
Penerangan lorong dan ruang harus terang namun tidak menyilaukan. Setiap lampu
penerangan di atas tempat tidur harus diberi penutup, agar tidak menyilaukan.

e. Lantai
Lantai harus rata, mudah dibersihkan tetapi tidak licin, bila ada undakan atau tangga
harus jelas terlihat dengan warna ubin yang berbeda untuk mencegah jatuh.

f. Langit-langit
Langit-langit harus kuat dan mudah dibersihkan.

g. Dinding
Dinding harus permanen dan kuat dan sebaiknya di cat berwarna terang. Agar memberi
semangat dan di sepanjang dinding, terdapat pegangan yang kuat sebaiknya terbuat dari
kayu (hand rail).

h. Ventilasi
Semua ruangan harus diberi cukup ventilasi. Ruangan yang menggunakan pendingin/air
condition harus dilengkapi cadangan ventilasi untuk mengantisipasi apabila sewaktu-
waktu terjadi kematian arus listrik.

i. Kamar mandi dan WC


Kamar mandi menggunakan kloset duduk dengan pegangan di sebelah kanan dan
kirinya. Shower dilengkapi dengan tempat duduk dan pegangan. Gagang shower harus
diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh pasien dalam posisi duduk. Demikian
pula tempat sabun harus diletakkan sedemikian agar mudah dijangkau pasien. Tersedia
bel untuk meminta bantuan dan pintu membuka keluar.

j. Air
Penyediaan air untuk kamar mandi, WC, cuci tangan harus cukup dan memenuhi
persyaratan. Semua fasilitas gedung dan lingkungan harus mengacu kepada pedoman
Pekerjaan Umum tentang standar teknis eksesibilitas gedung dan lingkungan.

6
k. Pada dinding-dinding tertentu harus diberi pengaman dan kayu atau alumunium
(leuning) yang berfungsi sebagai pegangan bagi pasien pada saat berjalan serta untuk
melindungi dinding dari benturan kursi roda.

l. Agar dihindari sudut-sudut yang tajam pada dinding atau bagian tertentu untuk
menghindari kemungkinan terjadinya bahaya/trauma.

m. Disediakan wastafel pada setiap ruangan pemeriksaan, pengobatan dan ruangan yang
lain.

7
BAB IV
TATALAKSANA
A. ALUR PELAYANAN GERIATRI
Semua pasien lanjut usia yang datang ke poliklinik/UGD akan dilakukan triase apakah
tergolong ke dalam pasien geriatri. Untuk pasien lanjut usia biasa akan diteruskan ke dokter
spesialis yang sesuai dengan penyakitnya. Apabila tergolong pasien geriatri (misalnya memiliki:
penurunan status fungsional, ada sindrom geriatri, gangguan kognitif- demensia, jatuh–
osteoporosis dan inkontinensia) akan dilakukan asesmen geriatri komprehensif oleh Tim
Terpadu Geriatri.

Alur Pelayanan di Rumah Sakit dengan Pelayanan Geriatri


Tingkat Sederhana

Pasien lanjut
usia Rawat Jalan (Poliklinik):
- Assesmen dan
konsultasi
- Kuratif
- Intervensi Psikososial
Triase di setiap - Rehabilitasi
Poliklinik / IGD

Assesmen Geriatri
komprehensif oleh Tim
terpadu Poli Geriatri

Masalah Geriatri :
- Kondisi Medis Umum Rencana tatalaksana
- Status fungsional Komprehensif oleh Homecare
- Psikiatri : Tim Terpadu Poli
 Status mental Geriatri
 Fungsi kognitif
- Sosial dan lingkungan

Rumah sakit dengan pelayanan geriatri sederhana boleh melakukan perawatan inap namun
karena belum terdapat ruang rawat khusus yakni ruang rawat akut geriatri maka dapat dirawat di
ruang rawat biasa.

B. LINGKUP KEGIATAN
1. Pengkajian Awal
Ketika pasien diterima di rumah sakit untuk memperoleh pelayanan perlu dilakukan
kajian awal yang lengkap dalam menetapkan alasan kenapa pasien perlu mendapat
pelayanan klinis dirumah sakit. Pada tahap ini, rumah sakit membutuhkan informasi
8
khusus dan prosedur untuk mendapat informasi, tergantung pada kebutuhan pasien dan
jenis pelayanan yang harus diberikan. Kajian dilaksanakan oleh setiap disiplin dalam
lingkup praktik, profesi, perizinan, undang-undang dan peraturan terkait atau sertifikasi.
Dalam hal ini, di unit pelayanan Geriatri, kajian awal dilakukan oleh perawat dan dokter,
dalam bentuk assesmen pasien geriatri.

2. Perencanaan Layanan Klinis


Rencana layanan ditetapkan berdasarkan hasil kajian yang dinyatakan dalam bentuk
diagnosis. Dalam menyusun rencana layanan perlu dipandu oleh standar pelayanan medis
dan standar asuhan keperawatan.
Pasien mempunyai hak untuk mengambil keputusan terhadap layanan yang akan
diperoleh. Pasien/keluarga diberi peluang untuk bekerjasama dalam menyusun rencana
layanan klinis yang akan dilakukan. Dalam menyusun rencana layanan tersebut harus
memperhatikan kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan memperhatikan nilai-
nilai budaya yang dimiliki oleh pasien.
Pada kondisi tertentu pasien membutuhkan layanan terpadu yang melibatkan tim
kesehatan. Rencana layanan terpadu meliputi: tujuan layanan yang akan diberikan,
pendidikan kesehatan pada pasien dan/atau keluarga pasien, jadwal kegiatan, sumber daya
yang akan digunakan, dan kejelasan tanggung jawab tiap anggota tim kesehatan dalam
melaksanakan layanan. Pelaksanaan layanan terpadu / antar profesi dilaksanakan dengan
rujukan internal rumah sakit.

3. Persetujuan Tindakan Medis


lnformed consent dilakukan sebelum suatu tindakan atau pengobatan tertentu yang
berisiko. Pasien dan keluarga dijelaskan tentang tes/tindakan, prosedur, dan pengobatan
mana yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan
secara tertulis pada lembar inform consent.

4. Penyuluhan / edukasi pasien dan/atau keluarga


Untuk meningkatkan luaran klinis yang optimal perlu ada kerjasama antara petugas
kesehatan dan pasien/keluarga. Pasien/keluarga perlu mendapatkan penyuluhan kesehatan
dan edukasi yang terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien, oleh karena itu
penyuluhan dan pendidikan pasien/keluarga perlu dipadukan dalam pelayanan klinis.
Setiap kali selesai melakukan edukasi kepada pasien / keluarga maka dilakukan
penilaian terhadap efektivitas penyampaian informasi kepada pasien/keluarga pasien agar
mereka dapat berperan aktif dalam proses layanan dan memahami konsekuensi layanan
yang diberikan. Hasil pelaksanaan edukasi ditulis di dalam lembar catatan penyampaian
edukasi dan disimpan di dalam berkas rekam medis.

9
5. Perencanaan Rujukan
Jika kebutuhan pasien tidak dapat dipenuhi oleh rumah sakit, maka pasien harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan oleh
pasien. Pasien/keluarga pasien mempunyai hak untuk memperoleh informasi tentang
rencana rujukan. Informasi tentang rencana rujukan harus disampaikan dengan cara yang
mudah dipahami oleh pasien/keluarga pasien. Informasi tentang rencana rujukan diberikan
kepada pasien/keluarga pasien untuk menjamin kesinambungan pelayanan. Informasi yang
perlu disampaikan kepada pasien meliputi: alasan rujukan, fasilitas kesehatan yang dituju,
termasuk pilihan fasilitas kesehatan lainnya, jika ada, sehingga pasien/keluarga dapat
memutuskan fasilitas yang mana yang dipilih, serta kapan rujukan harus dilakukan. Untuk
memastikan kontinuitas pelayanan, informasi mengenai kondisi pasien dikirim bersama
pasien. Salinan resume pasien tersebut diberikan kepada fasilitas kesehatan penerima
rujukan bersama dengan pasien. Resume tersebut memuat kondisi klinis pasien, prosedur
dan pemeriksaan yang telah dilakukan dan kebutuhan pasien lebih lanjut.

6. Tata laksana tindak lanjut pasien rujuk balik


Jika rumah sakit menerima umpan balik rujukan pasien dari fasilitas kesehatan yang
lebih tinggi atau fasilitas kesehatan lain, maka perlu dilakukan tindak lanjut terhadap
pasien melalui proses kajian, dan sesuai prosedur yang berlaku, dengan memperhatikan
rekomendasi tindak lanjut dari sarana kesehatan yang memberikan umpan balik rujukan.

7. Pengelolaan dan Pemberian Obat


Sebagai pelaksana unit pelayanan geriatri juga memberikan pelayanan pemberian
obat kepada pasien. Stok obat disediakan di Instalasi Farmasi dengan mengajukan
permintaan di gudang obat.

10
BAB V

LOGISTIK

Jumlah peralatan didasarkan pada :


1. Kebutuhan pelayanan
2. Rata – rata kunjungan setiap hari
3. Angka rata – rata pemakaian tempat tidur / Bed Occupancy Rate (BOR) bagi pelayanan
rawat inap.
4. Evaluasi kemampuan alat dan efisiensi penggunaan alat.

NO ALAT SEDERHANA
Ruang Pemeriksaan
1. Tempat tidur pasien √
2. 1 set alat pemeriksaan fisik √
3. EKG √
4. Light box √
5. Bioelectrical impedance √
6. Timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan √
7. Instrumen penilaian kognitif, psikologi, psikiatri √

NO ALAT LENGKAP
Rawat Inap
1. Tempat tidur pasien √
2. Oksigen √
3. Suction √
4. Light box √
5. Komodo √
6. EKG √
7. Blue bag √
8. Chair scale √
9. Timbangan dewasa √

Ruang Fisioterapi
1. Paralel bar √
2. Walker √
3. Stick √
4. Tripot √
5. Quadripot √

11
6. Kursi roda √
7. Tilting table √
8. Meja fisioterapi √
9. Diatermi √
10. TENS √

12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien (patient safety) adalah disiplin ilmu yang relatif baru dalam bidang
ilmu kesehatan yang menekankan pelaporan, analisis, dan pencegahan medical error guna
mencegah terjadinya efek medikasi yang tidak dikehendaki. Dengan mempertimbangkan bahwa
kesalahan medikasi melibatkan 1 dari 10 pasien di seluruh dunia, maka World Health
Organization (WHO) menetapkan bahwa keselamatan pasien merupakan hal yang penting untuk
diperhatikan.

1. Tujuan
a. Menurunnya IKP (Insiden Keselamatan Pasien KNC, KTD dan Kejadian Sentinel)
b. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di RSB
c. Menuntun pekerja RSB dalam upaya menerapkan Sistem Pelaporan IKP sesuai dengan
alur pelaporan
d. Mengarahkan pembuatan Analisis Matrix Grading Risiko
e. Merupakan Petunjuk Pengisian Laporan IKP
f. Contoh Format Formulir Laporan IKP baik Internal RSB maupun External ke KKPRS.

2. Pengertian – pengertian
a. Sasaran Keselamatan Pasien RSB , dalam buku Panduan ini (sesuai dengan ketentuan
Akreditasi RS tahun 2012 dan JCIA 4th edition) meliputi :
1) Ketepatan identifikasi pasien
2) Peningkatan komunikasi yang efektif
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (high-alert medications)
4) Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
5) Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
6) Pengurangan risiko pasien jatuh
b. Keselamatan / safety
Bebas dari bahaya atau risiko (hazard).
c. Hazard / bahaya
Adalah suatu “Keadaan, Perubahan atau Tindakan” yang dapat meningkatkan risiko
pada pasien.
1) Keadaan
Adalah setiap faktor yang berhubungan atau mempengaruhi suatu “Peristiwa
Keselamatan Pasien/Patient safety event, Agent atau Personal”

2) Agent
Adalah substansi, obyek atau sistem yang menyebabkan perubahan.

13
d. Keselamatan Pasien / Pasien Safety
Pasien bebas dari harm/ cedera yang tidak seharusnya terjadi atau bebas dari harm yang
potensial akan terjadi (penyakit, cedera fisik / sosial psikologis, cacat, kematian dll), terkait
dengan pelayanan kesehatan. Suatu sistem dimana klinik membuat asuhan pasien lebih
aman. Hal ini termasuk: asesmen risiko; identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien; pelaporan dan analisis insiden; kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

14
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja di Rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat inap adalah salah satu
aspek penting yang harus diperhatikan. Bekerja di klinik rawat jalan dan ruang rawat nginap
dengan nyaman akan mempengaruhi kelancaran aktivitas kerja dan kecelakaan kerja dapat
dihindari. Kecelakaan kerja di ruangan perawatan pasien menimbulkan kerugian materi serta
adanya korban manusia. Kecelakaan kerja dapat menyebabkan korban mengalami luka, cacat
fisik, gangguan kesehatan, trauma, bahkan dapat mengancam nyawa seseorang. Juga untuk
petugas kesehatan dapat terkena kuman TB Semua kemungkinan ini dapat dicegah dengan
memperhatikan pedoman keselamatan kerja.
Tindakan yang dilakukan bila terjadi kecelakaan merupakan upaya untuk menangani suatu
keadaan yang tidak terencana dan tidak terkontrol yang merupakan salah satu aksi dan reaksi
dari obyek zat dan manusia yang dapat merugikan sumber daya manusia, keuangan dan material.
Hal tersebut bertujuan untuk melindungi pekerja Klinik dan ruang rawat inap dan
meminimalisasikan kecelakaan, untuk mencapai produktivitas yang optimal.

A. Bahaya / Kecelakaan Fisik


1. Tertusuk jarum
- Bersihkan luka pada air mengalir
- Beri obat desinfektan
- Segera lapor ke Instalasi Gawat Darurat untuk perawatan lebih lanjut
- Lapor kepada Penanggung Jawab harian (Pengawas) dan mengisi formulir
kecelakaan kerja.

2. Kecelakaan karena arus listrik


- Matikan panel listrik sesegera mungkin atau penderita harus segera dilepaskan
hubungannya denga arus listrik, hati – hati penolong sendiri jangan sampai terkena
arus listrik. Berdirilah di atas kain dan lepaskan hubungan penderita dengan kawat
listrik denga menggunakan tongkat sapu.
- Pertolongan selanjutnya disesuaikan denga keadaan penderita, bila pingsan segera
bawa ke Instalasi Gawat Darurat untuk perawatan lebih lanjut.
- Lapor kepada penanggung jawab harian (Pengawas) dan mengisi formulir
kecelakaan kerja.

3. Kebakaran
a. Di dalam jam kerja
- Kebakaran kecil
1) Penemu kebakaran :

15
 Padamkan kebakaran dengan menggunakan APAR.
 Lapor kepada penanggung jawab.
2) Penanggung jawab
 Perintahkan regu pemadam lantai bantu pemadaman.
 Hubungi posko sekuriti dan LK3
 Siagakan regu evakuasi dan regu penyelamat
 Koordinir regu pemadaman.
3) Regu pemadam
 Bantu lakukan pemadaman.
4) Regu evakuasi
 Mempersiapkan evakuasi ke tempat berkumpul yang telah ditentukan.
 Melaksanakan system pencatatan / pendataan pekerja atau penghuni yang
ada di lantai yang bersangkutan.
 Koordinasi dengan petugas/ fungsi terkait lainnya untuk kelancaran
pelaksanaan evakuasi.
 Menyerahkan daftar pelaksanaan evakuasi pekerja / penghuni lantai
kepada penanggung jawab lantai.
 Melaporkan kepada penanggung jawab lantai apabila melihat gejala
kerusakan/ hambatan pada jalan keluar yang ada di lantai bersangkutan.

- Kebakaran Besar
Bilamana terjadi kebakaran besar dan membahayakan penghuni serta asset
perusahaan sehingga dinyatakan bencana oleh fire chief, maka tindakan
penanggulangan sebagai berikut :
1) Fire chief, para pejabat OPKD dan tim manajeen segera mengambil posisi di
lokasi kejadian untuk mengendalikan penanggulangan bencana.
2) Sementara regu bantuan pemadam kebakaran belum tiba di lokasi kejadian,
usaha pemadaman, penyelamatan dan evakuasi tetap dilaksanakan oleh
petugas yang ada di lingkungan RSGL.
3) Pada saat bersamaan semua petugas pelaksana OPKD melaksanakan upaya
dan tindakan yang diperlukan sesuai tugas dan tanggung jawabnya masing –
masing dengan pengawasan dan pengendalian dari para pejabat OPKD terkait
di lokasi kejadian.

b. Di luar jam kerja


- Kebakaran kecil
1) Penemu kebakaran :
 Padamkan kebakaran dengan menggunakan APAR.
 Lapor kepada posko

16
- Kebakaran besar
Petugas – petugas jaga lainnya : teknik, medis dan pekerja – pekerja yang sedang
melaksanakan kerja lembur, membantu kelancaran pelaksanaan usaha
penanggulangan kebakaran, setelah semua pejabat / fungsi OPKD berada di lokasi
kejadian, maka operasi penanggulangan kebakaran dilaksanakn sesuai prsedur
kebakaran besar dalam jam kerja.

4. Gempa Bumi
- Tetap tenang dan jangan panik.
- Sebelum ada perintah evakuasi dari komandan lantai, tetap tinggal di tempat dan
berlindung pada tempat yang aman dan terhindar dari kemungkinan kejatuhan benda
– benda.
- Bila gempa bumi berkelanjutan dan membahayakan, disaster chief menyatakan
bencana.
- Komandan gedung akan menginstruksikan kepada para komandan lantai untuk
melaksanakan evakuasi penghuni lantai masing – masing secara berurutan dimulai
dari lantai terjauh hingga terdekat.
- Setelah kejadian gempa bumi selesai, komandan gedung, LK3, komandan operasi
teknik dan komandan operasi sekuriti melakukan pengkajian terhadap kondisi
gedung dan hasilnya dilaporkan pada fire chief.
- Bilamana dari hasil pemeriksaan kondisi gedung tidak terdapat hal – hal yang
membahayakan, maka fire chief menyatakan aman (bencana berakhir).

B. Bahaya / Kecelakaan Kimiawi


1. Jika terjadi tumpahan bahan kimia segera netralkan dengan serbuk Natrium hipoklorit.
2. Upayakan pertolongan bagi petugas Laboratorium yang cedera.
3. Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan mudah terbakar, segera matikan semua api
dan gas dalam ruangan tersebut.
4. Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
5. Nyalakan exhaust fan
6. Lapor kepada penanggung jawab harian (Pengawas) dan mengisi formulir kecelakaan
kerja.

C. Bahaya / Kecelakaan Biologi


1. Penderita membawa kartu berobat, datang ke Instalasi Gawat Darurat untuk
mendapatkan perawatan.
2. Lapor kepada penanggung jawab harian (Pengawas) dan mengisi formulir kecelakaan
kerja.

17
Referensi :
- Undang – undang no.23 tahun 1992 tentang kesehatan
- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
- Layanan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3) RSGL.
- Pedoman penanggulangan bencana, RSGL 2017

18
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara berkesinambungan guna mewujudkan


keberhasilan program pelayanan kesehatan bagi pasien geriatri. Pemantauan dan evaluasi harus
ditindaklanjuti untuk menentukan faktor-faktor yang potensial berpengaruh agar dapat
diupayakan penyelesaian yang efektif. Pemantauan dan evaluasi mutu dilakukan dalam bentuk
kegiatan pencatatan dan pelaporan. Diperlukan sejumlah indikator dalam pencatatan, diantaranya
sebagai berikut:
1. Lama rawat
Lama rawat pasien geriatri di ruang rawat inap akut tergantung dari kemampuan TTG serta
dukungan sarana dan prasarana. Makin terampil dan lengkap, lama rawat akan semakin singkat.
Rata-rata lama rawat pasien geriatri yang masuk karena mengalami geriatric giants dan dirawat
inap dengan menerapkan pengkajian paripurna pasien geriatri adalah 12 hari.

2. Status fungsional
Status fungsional pasien diukur sejak pasien masuk rumah sakit sampai saat pemulangan.
Diukur rata-rata kenaikan skor status fungsional pasien geriatri dengan karakteristik seperti di
atas adalah 4/20 jika menggunakan instrumen ADL Barthel.

3. Kualitas hidup
Penilaian kualitas hidup harus menggunakan instrumen yang mampu menilai kualitas
hidup terkait kesehatan (health related quality of life = HRQoL). Salah satu instrumen yang
sering digunakan adalah EQ5D (Euro-Quality of Life Five Dimension) yang mengukur lima
dimensi atau aspek yang memengaruhi kesehatan. Standar nilai EQ5D ≥ 0,71 dengan EQ5D-
VAS minimal 79%.

4. Rawat inap ulang (rehospitalisasi)


Rehospitalisasi adalah perawatan kembali setelah pulang ke rumah dari rumah sakit.
Perawatan yang terjadi kembali dalam 30 hari pertama pascarawat menggambarkan adanya
permasalahan kesehatan yang sesungguhnya belum optimal ditatalaksana di rumah sakit.
Persentase maksimal rehospitalisasi pasien geriatri pascarawat inap akut adalah 15%.
Rehospitalisasi ini dapat dipengaruhi oleh kesiapan tim terpadu geriatri serta dukungan yang ada
di rumah sakit. Rehospitalisasi juga tak terlepas dari pengaruh kemampuan puskesmas dan
community based geriatric service.

19
5. Kepuasan pasien
Kepuasan pasien diukur saat pasien pulang dengan instrumen yang secara sahih dapat
mengukur kepuasan pasien. Salah satu instrumen yang sering digunakan adalah Patients’s
Satisfaction Questionair (PSQ) yang telah diuji kesahihan (Spearman correlation coefficient:
0,383 – 0,607 ; p < 0,01) dan keandalannya (Cronbach’s alpha: 0,684). Instrumen ini memiliki
nilai standar minimal 190.

20
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Geriatri ini diharapkan menjadi panduan penyelenggaraan pelayanan


lanjut usia/ geritarik secara terpadu dan nyaman di RSU Bangkatan. Pelaksanaan pelayanan
geriatri di RSU Bangkatanharus disesuaikan dengan SDM yang tersedia, peralatan, sarana dan
prasarana sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, selain itu perlu adanya kerjasama tim
terpadu geriatri yang secara bersama-sama menangani pasien geriatri sesuai dengan bidang
ilmunya masing-masing sehingga terwujud pelayanan geriatri yang terpadu.
Pedoman petunjuk teknis pelayanan ini selanjutnya perlu dijabarkan dalam prosedur tetap
guna kelancaran pelaksanaannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes, RI. Infodatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI Situasi dan
Analisis Lanjut Usia. http://www.depkes.go.id
Kemenkes, RI.2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014
Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Depkes RI . http://www.hukor.depkes.go.id
Kemenkes,RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014
Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit.
http://www.hukor.depkes.go.id
Martono, Hadi. 2009. Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut ) Edisi
4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. http://lib.ui.ic.id
Pranarka, Kris. 2006. Penerapan Geriatrik Kedokteran Menuju Usia Lanjut yang Sehat. Jawa
Tengah : Universa Medicina. http://univmed.org
Safitri, Adelia Marista. Mewaspadai 6Gejala Sindrom Geriatri Pada Lansia. http://hellosehat.com

PT. TEMBAKAU DELI MEDICA


Rumah Sakit Umum Bangkatan

dr. Rini Sri Amini, M.kes


Kepala

22

Anda mungkin juga menyukai