PENDAHULUAN
1.1.Definisi
Erysipelas adalah infeksi bacteria, akut pada dermis dan jaringan subkutan bagian atas,
biasanya disebabkan oleh streptococcus B hemolyticus grup A (streptococcus pyogenes), dan
dapat streptococcus grup B,C dan G. Gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan
berbatas tegas serta disertai gejala konstitusi.1,2
1.2.Epidemiologi
Infeksi erysipelas mengenai semua ras. Kondisi ini telah dilaporkan lebih umum terjadi pada
wanita namun sering terjadi juga pada pria usia muda (kemungkinan insiden cedera kulit lebih
besar). Penelitian lain menunjukan bahwa erysipelas terjadi pada semua umur, puncaknya pada
usia 60-80 tahun terutama pada mereka yang dianggap berisiko tinggi dan immunocompromise
atau mereka yang memiliki masalah drainase limfatik (misalnya post mastektomi, operasi
panggul, bypass grafting).3
1
1.3.Etiopatogenesis
Pada erysipelas infeksi dengan cepat menyerang dan menyebar melalui pembuluh limfatik.
Hal ini menyebabkan kulit “streaking” dan terjadi pembengkakan dan nyeri pada kelenjar getah
bening regional. Penyebab erysipelas biasanya streptococcus B hemolyticus grup A
(streptococcus pyogenes), dan dapat streptococcus grup B,C dan G. Sebagian besar infeksi
wajah di sebabkan oleh streptococcus grup A, sementara infeksi ekstremitas bawah di sebabkan
oleh streptococcus non grup A. erysipelas pada bayi baru lahir disebabkan oleh streptococcus
grup B, yang mungkin menyebabkan erysipelas perineum pada wanita postpartum. Racun
streptococcus di duga menyebabkan peradangan cepat yang merupakan ciri khas infeksi ini,
bakteri ini menembus lapisan luar kulit, infeksi akan menyebar ke jaringan-jaringan dan
menghancurkan, hyaluronidase memecah substansi polisakarida, fibrinolysin mencerna barrier
fibrin dan lecithinase menghancurkan membrane sel. 1,2,3,4
2
- Riwayat mastektomi postradical
- Imunocompromise (termasuk diabetes, alkoholik, atau HIV)
- Insufiensi arteri
- Tungkai paretic
- Sindrom nefrotik
1.4.Gejala Klinis
Biasanya didahului gejala prodromal malaise, terdapat gejala konstitusi yang hebat berupa
demam, sakit kepala, menggigil, muntah, nyeri sendi. Lapisan kulit yang diserang ialah
epidermis dan jaringan subkutan bagian atas. Penyakit ini didahului trauma, karena itu biasanya
tempat predileksinya di tungkai bawah. Kelainan kulit yang utama ialah eritema yang berwarna
merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan tanda-tanda radang akut. Dapat
disertai edema, vesikel dan bula yang mengandung cairan seropurulen. Lokasi tersering di wajah
dan tungkai bawah, sedangkan pada bayi sering di perut. Pada pemeriksaan darah terdapat
leukositosis.1,3,4,5
Jika tidak diobati akan menjalar kesikitarnya terutama ke proksimal. Kalau sering residif di
tempat yang sama dapat terjadi elephantiasis.1
3
1.5.Diagnosa
4
1.7.Pengobatan 1,2,5,6
Sebaiknya tirah baring/Istirahat
Bagian tubuh yang terkena diimobilisasi, tungkai bawah dan kaki yang diserang
ditinggikan (elevasi), tingginya sedikit lebih tinggi dari letak kor.
Pengobatan sistemik
Obat pilihan ialah antibiotic misalnya golongan penisilin,
a. Benzyl penicillin 600-1200 mg, iv tiap 6 jam minimal 10 hari
b. Penisilin G Kristal: 1,2 juta IU, IM/IV 6x/24 jam 10 hari
c. Penisilin G Prokain: 0,6-1,2 juta IU, IM, 2x24 jam 10 hari
d. Aminopenisilin:
- Amoksilin 3 dd 500 mg
- Ampisilin 4 dd 250-500 mg, 7-10 hari
- Amoksilin dengan Clavulanic acid 20 mg/ kgBB/hari, 10 hari
Obat Alternatif:
a. Eritromisin stearat 4 dd 250-500 mg; Anak 40 mg/kgBB/hari 10 hari
b. Penisilinase resisten penisilin:
- Kloksasilin 4 dd 250-500 mg 10 hari
- Dikloksasilin 4 dd 250-500 10 hari
c. Klindamisin 150-300 mg; Anak 15 mg/KgBB/hari 10 hari
d. Ciprofloksasin 2 dd 500 mg 7hari (untuk anak diatas 13 tahun)
e. Sephalosporin. Misalnya sephaleksin 4 dd 250-500 mg; Anak 40-50mg/kgBB/hari
10 hari
Pengobatan topical
- diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptic misalnya permanganas kalikus
1/5000 atau 1/10000, yodium povidon 7,5% diencerkan 10x, atau rivanol 1 ‰.
- Solusio sosium chloride 0,9%.
- Bila lesi kulit kering dapat diberikan salep yang mengandung natrium fusidat atau
mupirocin.
- Jika terdapat edema diberikan diuretika.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas
Nama : Ny.HK
Umur : 57 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kotaraja Dalam
Pekerjaan : Perawat Rumah Sakit Umum Dok 2 Jayapura
Pendidikan : DIII Keperawatan
Agama : Kristen Protestan
Status : Sudah Menikah
Suku : Papua
2.2 Anamnesa
6
5. Riwayat pengobatan
Pasien selama ini mengkonsumsi candesartan 1x8 mg
6. Riwayat Alergi
Riwayat alergi terhadap makanan, obat-obatan dan debu disangkal oleh pasien
Status Generalis
- Kepala-Leher : Ca (-/-), SI (-/-), OC (-), pembesaran KGB (-)
- Thorax : simetris, Suara nafas Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Status Dermatologi
Regio: ekstremitas inferior sinistra
Effloresensi: tampak macula eritem yang berwarna merah cerah, berbatas tegas, ukuran
plakat, edematosa, dengan bagian tepi meninggi, nyeri (+) dan teraba hangat pada area
tersebut.
7
Gambar 4. kemerahan pada ekstremitas bawah
- Tidak dilakukan
- Erysipelas
- Selulitis
- Deep Vena Trombosis (DVT)
2.7. Penatalaksanaan
- Paracetamol 3 dd 500 mg
- Cefadroxyl 2 dd 500 mg
8
2.8. Prognosis
9
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan dermatologi didapatkan macula eritem yang berwarna merah cerah,
berbatas tegas, ukuran plakat, edematosa, dengan bagian tepi meninggi, nyeri (+) dan teraba
hangat pada area tersebut, hal ini sesuai berdasarkan teori bahwa effloresensi erysipelas adalah
ditemukan macula eritematous merah cerah, berbatas tegas, dan pinggirnya meninggi dengan
tanda-tanda radang akut. Dapat disertai edema, vesikel dan bula yang mengandung cairan
seropurulen, namun pada kasus ini tidak terdapat vesikel dan bula yang mengandung cairan
seropurulen. 1,2,4
Diagnosis banding pada kasus ini adalah selulitis dan thrombosis vena dalam (DVT), hal
ini disesuaikan dengan teori bahwa selulitis merupakan infeksi bakteri akut pada kulit yang
menyebar ke lapisan dermis dan subkutis. Infeksi ini biasanya didahului luka atau trauma dengan
gejala lesi eritem, hangat, bengkak dan terdapat nyeri tekan, lesi difus, berbatas tidak tegas
disertai tanda radang akut. Sedangkan DVT adalah pengumpulan darah yang terjadi di
pembuluh darah balik, keluhan utama biasanya kaki bengkak dan nyeri dengan tanda-tanda klinis
edema tungkai unilateral, eritema, hangat, nyeri, dapat diraba pembuluh darah superficial dan
tanda human positif.1,3
Pengobatan pada kasus ini diberikan klindamisin 2 dd 300 mg dan paracetamol 3 dd 500
mg selama 5 hari. Teori menjelaskan pengobatan untuk erysipelas diberikan antibiotic sistemik
pilihan yaitu golongan penisilin, jika alergi terhadap penisilin dapat diberikan obat alternative
10
seperti klindamisin, dapat juga dengan pengobatan topical yaitu kompres terbuka dengan larutan
antiseptic misalnya permanganas kalikus 1/5000 atau 1/10000, yodium povidon 7,5% diencerkan
10x, atau rivanol 1 ‰, Solusio sosium chloride 0,9%, bila lesi kulit kering dapat diberikan salep
yang mengandung natrium fusidat atau mupirocin. Jika terdapat edema diberikan diuretika.
Namun pada kasus ini tidak diberikan pengobatan topical. 1,2,4,5,6
11
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penyakit erysipelas adalah salah satu
bentuk dari pioderma dimana erysipelas merupakan peradangan akut yang terutama menyerang
epidermis dan jaringan subkutan bagian atas yang biasanya didahului oleh adanya luka atau
trauma.
Erysipelas merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri streptococcus
B hemolyticus grup A (streptococcus pyogenes), dan dapat streptococcus grup B,C dan G.
Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma local (robekan kulit). Daerah predileksi
yang sering terkena yaitu wajah dan ekstremitas atas dan bawah. Diagnosis penyakit ini dapat
ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis. Pada pemeriksaan klinis erysipelas
ditemukan adanya macula eritematous merah terang, tepi meninggi dengan tanda radang akut,
batas tegas, dapat disertai edema, vesikel dan bula yang mengandung cairan seropurulen dan
teraba panas. Pengobatannya dengan antibiotic dan kompres terbuka larutan antiseptic.
12
Daftar Pustaka
1. Djuanda Adhi Pioderma. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2015.
2. Bag / SMF ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNAIR / RSU Dr. Soetomo. Surabaya.
Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya. Airlangga University. 2007.
3. Loretta SD. Erysipelas (internet). Medscape. 2018 (28 juli 2019). Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/1052445-overview.
4. Chris tanto, et al., (2014), Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius.
5. Straus, SE. Oxman, MN. Schmader, KE. Erysipelas. In : Wolff KG, LA. Katz, SI.
Gilchrest, BA. Paller, AS. Leffeld, DJ. Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine. 7th
ed: McGraw Hill; 2008.
13