Anda di halaman 1dari 2

Ibarat pepatah “jangan bermain api kalau tidak mau kebakaran, jangan bermain cinta kalau

tidak mau menderita”. Apa benar semua cinta membuat kita menderita??
Ketika Cinta Harus Memilih
Saudaraku, sudah merupakan hal yang hakiki bagi setiap manusia untuk memiliki rasa cinta
dalam hatinya, karena dengan adanya rasa cinta ini maka kehidupan manusia bisa langgeng di
dunia.
Saudaraku, sesungguhnya Alloh menciptakan laki-laki dan wanita dan menjadikannya saling
mencintai satu sama lain. Diatas cinta inilah akhirnya, akan muncul generasi manusia
selanjutnya.
Saudaraku, ketahuilah bahwasanya cinta yang engkau rasakan harus dituntun kepada fitrohnya
yang sesungguhnya, sehingga dengan cinta itu pula engkau akan menemukan kebahagiaan.
Karena cinta yang engkau umbar tanpa kendali akan menyebabkan engkau terjerumus kedalam
lembah kenistaan. Cinta dan nafsu bagaikan dua mata koin yang saling berlawanan, tapi
perbedaannya sangat lah tipis, jika engkau bisa mengendalikannya sehingga berjalan diatas
jalan yang semestinya maka itulah cinta sesungguhnya, tapi jika cinta itu tercampur nafsu maka
tidak ada bedanya engkau dengan binatang.
Saudaraku, maukah kamu aku tunjukkan dengan sebuah cinta yang hakiki, cinta yang abadi,
cinta yang tidak pernah mengecewakan, cinta yang tidak mungkin bertepuk sebelah tangan,
cinta yang tidak akan meninggalkan engkau sendirian, cinta yang membuat hari-harimu
bahagia. Yaitu cinta kepada Rab semesta alam.
Saudaraku, tahukah kamu bahwasanya cinta itu butuh pembuktian dan butuh pengorbanan,
tidak hanya pengakuan semata. Ibnulqayyim dalam kitabnya “MADARIJUS SALIKIIN”
menerangkan 10 hal yang dengannya engkau akan mendapatkan cinta Allah.
Pertama, membaca Al Qur’an dengan merenungi dan memahami maknanya. Hal ini bisa
dilakukan sebagaimana seseorang memahami sebuah buku yaitu dia menghafal dan harus
mendapat penjelasan terhadap isi buku tersebut. Ini semua dilakukan untuk memahami apa
yang dimaksudkan oleh si penulis buku. [Maka begitu pula yang dapat dilakukan terhadap Al
Qur’an, pen]
Kedua, mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan ibadah yang sunnah, setelah
mengerjakan ibadah yang wajib. Dengan inilah seseorang akan mencapai tingkat yang lebih
mulia yaitu menjadi orang yang mendapatkan kecintaan Allah dan bukan hanya sekedar
menjadi seorang pecinta.
Ketiga, terus-menerus mengingat Allah dalam setiap keadaan, baik dengan hati dan lisan atau
dengan amalan dan keadaan dirinya. Ingatlah, kecintaan pada Allah akan diperoleh sekadar
dengan keadaan dzikir kepada-Nya.
Keempat, lebih mendahulukan kecintaan pada Allah daripada kecintaan pada dirinya sendiri
ketika dia dikuasai hawa nafsunya. Begitu pula dia selalu ingin meningkatkan kecintaan kepada-
Nya, walaupun harus menempuh berbagai kesulitan.
Kelima, merenungi, memperhatikan dan mengenal kebesaran nama dan sifat Allah. Begitu pula
hatinya selalu berusaha memikirkan nama dan sifat Allah tersebut berulang kali. Barangsiapa
mengenal Allah dengan benar melalui nama, sifat dan perbuatan-Nya, maka dia pasti mencintai
Allah. Oleh karena itu, mu’athilah, fir’auniyah, jahmiyah (yang kesemuanya keliru dalam
memahami nama dan sifat Allah), jalan mereka dalam mengenal Allah telah terputus (karena
mereka menolak nama dan sifat Allah tersebut).
Keenam, memperhatikan kebaikan, nikmat dan karunia Allah yang telah Dia berikan kepada
kita, baik nikmat lahir maupun batin. Inilah faktor yang mendorong untuk mencintai-Nya.
Ketujuh, -inilah yang begitu istimewa- yaitu menghadirkan hati secara keseluruhan tatkala
melakukan ketaatan kepada Allah dengan merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.
Kedelapan, menyendiri dengan Allah di saat Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam
yang terakhir untuk beribadah dan bermunajat kepada-Nya serta membaca kalam-Nya (Al
Qur’an). Kemudian mengakhirinya dengan istighfar dan taubat kepada-Nya.
Kesembilan, duduk bersama orang-orang yang mencintai Allah dan bersama para shidiqin.
Kemudian memetik perkataan mereka yang seperti buah yang begitu nikmat. Kemudian dia pun
tidaklah mengeluarkan kata-kata kecuali apabila jelas maslahatnya dan diketahui bahwa
dengan perkataan tersebut akan menambah kemanfaatan baginya dan juga bagi orang lain.
Kesepuluh, menjauhi segala sebab yang dapat mengahalangi antara dirinya dan Allah Ta’ala.
Semoga kita senantiasa mendapatkan kecintaan Allah, itulah yang seharusnya dicari setiap
hamba dalam setiap detak jantung dan setiap nafasnya.

Anda mungkin juga menyukai