Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


CILEUNGSI BOGOR

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI


Jl. RAYA CILEUNGSI – JONGGOL KM. 10 KEC. CILEUNGSI
KABUPATEN BOGOR
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..2


BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………..4
BAB II RUANG LINGKUP ……………………………………………………………..5
BAB III TATA LAKSANA ……………………………………………………………..7
BAB IV DOKUMENTASI …………………………………………………………….17

1
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI
Jl. Raya Cileungsi – Jonggol KM 10 Cileungsi, Cipeucang, Bogor (16820)
TELP/FAX (021) 89934667 KABUPATEN BOGOR

KEBIJAKAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI
NOMOR : 446/Pand/Kep/032/18/01

TENTANG
PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,


DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya menunjang partisipasi pasien dan


keluarga dalam pengambilan keputusan dalam proses
pelayanan, maka diperlukan panduan pemberian informasi
dan edukasi.
2. Bahwa agar pendidikan pasien dan keluarga dapat terlaksana
dengan baik dipandang perlu adanya panduan pemberian
informasi dan edukasi yang ditetapkan dengan Keputusan
Direktur .
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir 1, dan 2 perlu ditetapkan dengan keputusan
Direktur RSUD Cileungsi Kabupaten Bogor
Mengingat : 1. Undang – Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, Lembaran Negara tahun 2009 Nomor 144 tanggal
13 Oktober 2009.
2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 004 tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit

2
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/
VIII/ 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/ Menkes/ Per/ III/
2008 Tentang Rekam Medis
6. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit Kementrian
Kesehatan RI tahun 2010

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


CILEUNGSI TENTANG PEMBERIAN INFORMASI DAN
EDUKASI
Kesatu : Memberlakukan Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi
Rumah Sakit Umum Daerah Cileungsi.

Kedua : Panduan Pemberian Informasi dan Edukasi sebagaimana


dimaksud dalam lampiran putusan ini harus digunakan sebagai
acuan dalam pelayanan Pemberian Informasi dan Edukasi Rumah
Sakit Umum Daerah Cileungsi.

Ketiga : Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur
kemudian.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan


bilamana dikemudian hari ternyata ada perubahan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 1 Juli 2018

DIREKTUR ,

drg. Mike Kaltarina, MARS


NIP. 196407111991032009

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik
dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil
keputusan tentang asuhan yang diterimanya. Pendidikan diberikan ketika pasien
berinteraksi dengan dokter atau perawatnya. Demikian juga petugas kesehatan
lainnya memberikan pendidikan secara spesifik. Edukasi merupakan materi
penting untuk mendukung pelayanan dan pasien safety.
Rumah sakit mendidik pasien dan keluarganya sehingga mereka mendapat
pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan
pengambilan keputusan asuhan pasien. Pendidikan berfokus pada pengetahuan
dan ketrampilan spesifik yang dibutuhkan pasien dan keluarga dalam
pengambilan keputusan, berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan berkelanjutan
di rumah. Pasien dan keluarga didorong untuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan dengan memberi kesempatan untuk memberi pendapat dan
mengajukan pertanyaan kepada staf untuk meyakinkan pemahaman yang benar
dan mengantisipasi partisipasi.

B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Menjadi acuan dalam memberikan dan menyampaikan informasi dan edukasi
pasien dan keluarga di RSUD Cileungsi Kabupaten Bogor

Tujuan Khusus :
1. Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan edukasi sebelum
mengambilkeputusan menerima pelayanan di rumah sakit
2. Pasien dan keluarga memperoleh informasi sebanyak banyaknya mengenai
pelayanan yang akan dijalani
3. Pasien, keluarga pasien, pengunjung pasien mendapatkan edukasi di
lingkungan rumah sakit

4
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN

A. DEFINISI
Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan
oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang
dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke
rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi sumber-sumber di
komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila
diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan.
Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih
baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil
keputusan tentang asuhan yang diterimanya. Pendidikan diberikan ketika pasien
berinteraksi dengan dokter atau perawatnya. Demikian juga petugas kesehatan
lainnya memberikan pendidikan secara spesifik. Pendidikan yang efektif dalam
suatu rumah sakit hendaknya menggunakan audiovisual serta berbagai
pembelajaran jarak jauh dan berbagai teknik pendidikan yang lain.

B. RUANG LINGKUP KEGIATAN


1. Penerima informasi dan edukasi
Penerima informasi dan edukasi adalah:
a. Pasien, apabila pasien bersedia menerima informasi dan kondisinya
memungkinkan
b. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien
c. Keluarga atau pihak lain yang menjadi wali atau penanggung jawab atas
pasien jika kondisi pasein tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung
2. Proses pemberian informasi dan edukasi
Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien atau
keluarganya berkaitan dengan kondisi kesehatannya:
a. Tahap pengumpulan informasi pasien (assesment pasien )
b. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.

5
c. Tahap verifikasi
3. Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi
a. Waktu pemberian informasi dan edukasi :
1) Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat inap.
 Saat di bagian pendaftaran, poliklinik, IGD.
 Saat dilakukan tindakan medis.
 Saat masuk rawat inap.
 Saat persiapan pasien pulang.
2) Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat jalan :
 Saat di bagian pendaftaran, poliklinik, IGD.
 Saat dilakukan tindakan medis.
 Saat pasien mengantri untuk dilakukan pemeriksaan di rawat
jalan.
b. Tempat penyampaian informasi dan edukasi :
1) Di ruang praktek dokter.
2) Di ruangan tempat pasien di rawat.
3) Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama.
c. Cara penyampaian informasi dan edukasi
1) Informasi penting.
2) Informasi dengan konteks budaya
3) Persiapan.
d. Cara menyampaikan berita atau kabar buruk

6
BAB III
TATA LAKSANA

A. Penerima Informasi dan Edukasi


Penerima informasi dan edukasi adalah :
1. Pasien, apabila pasien bersedia menerima informasi dan kondisinya
memungkinkan.
2. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
3. Keluarga atau pihak lain yang menjadi wali atau penanggung jawab atas
pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung.
B. Proses Pemberian Informasi dan Edukasi
Proses komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien atau keluarganya
berkaitan dengan kondisi kesehatannya:
1. Tahap pengumpulan informasi pasien (assesment pasien )
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi
pasien dan keluarga berdasarkan hasil assesment di rekam medis.
a. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga (nilai-nilai budaya, suku,
agama, dan kepercayaan ).
b. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan.
c. Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan
marah)
d. Keterbatasan fisik dan kognitif
e. Kesediaan pasien untuk menerima informasi
2. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Setelah melalui tahap assessment pasien, kemungkinan ditemukan :
a. Pasien dalam kondisi fisik dan emosionalnya baik, maka proses
komunikasinya mudah disampaikan.
b. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan fisik (tuna
rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,

7
suami, anak, ayah, ibu atau saudara sekandung ) dan menjelaskannya
kepada mereka.
c. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan emosional
(marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif belum bisa
dilakukan, dan edukasi ditunda sampai kondisi emosi stabil, edukasi
bisa dengan jalan memberikan edukasi kepada keluarga
menggunakan materi edukasi dan menyarankan membaca leaflet. Jika
pasien sudah dalam keadaan stabil secara emosi maka pasien
diberikan edukasi dan memberikan materi. Jika pasien masih belum
mengerti dengan apa yang diedukasikan, pasien bisa menghubungi
educator yang berkaitan dengan informasi dan edukasi yang
diperlukan.
d. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan kendala bahasa, maka
segera menghubungi superviser yang bertugas. Superviser akan
menghubungi penerjemah atau orang yang dianggap mampu sesuai
kebutuhan.
3. Tahap verifikasi (memastikan pasien dan keluarganya menerima edukasi
yang diberikan ).
a. Apabila pasien dalam kondisi baik dan dapat menerima informasi dan
edukasi, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali
edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “Dari materi
edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang Bapak/Ibu bisa
pelajari?”.
b. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah
dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari
materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa
pelajari?”.
c. Apabila pasien ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka
verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya
mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses
pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien
setelah pasien tenang.
d. Apabila pasien merupakan difabel (different abilities people atau orang

8
dengan kemampuan yang berbeda), maka verifikasinya dengan
pendamping pasien.

e. Apabila pasien dan/atau keluarga telah memahami informasi dan


edukasi yang disampaikan, maka tahap pemberian informasi dan
edukasi dapat dilakukan kembali untuk menilai kebutuhan edukasi
yang lainnya. Apabila pasien dan/atau keluarga belum memahami
materiedukasi yang diberikan, maka pemberian edukasi dapat
dilakukan pada waktu lain sambil mengkaji hambatan yang ada.
Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien,diharapkan komunikasi
yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan
pasien mengikuti semua arahan dari Rumah Sakit, diharapkan mempercepat
proses penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien,wajib
untuk mengisi lembar informasi dan edukasi serta ditandatangani keduabelah
pihak antara petugas rumah sakit dengan pasien atau keluarga pasien. Hal ini
dilakukan sebagai bukti bahwa pasien dan keluarga pasien sudah diberikan
informasi dan edukasi yang benar

C. PELAKSANAAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI


1. Waktu pemberian informasi dan edukasi
a. Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat inap
1) Saat Pendaftaran (Tempat pendaftaran Rawat Inap, poli/IGD )
2) Saat dilakukan tindakan medis
3) Saat masuk di Instalasi Rawat Inap
4) Saat persiapan pasien pulang
b. Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat jalan.
1) Saat admisi ( bagian pendaftaran, poli/IGD)
2) Saat dilakukan tindakan medis
3) Saat pasien mengantri untuk dilakukan pemeriksaan diInstalasi Rawat
Jalan

Pemberian informasi dan edukasi dilakukan segera, jika kondisi dan situasinya

9
memungkinkan. Pemberian informasi pelayanan di Rumah Sakit dapat
membantu pasien dan/atau keluarga berpartisipasi dalam membuat keputusan
tentang pelayanan yang terbagi dalam beberapa unit kerja:
a. Tempat pendaftaran pasien Rawat Inap menjelaskan mengenai:
1) Biaya dan fasilitas kamar yang akan ditempati
2) Hak dan Kewajiban Pasien
3) Alur Komplain
b. Dokter IGD, dokter poli spesialis dan umum, dokter gigi, dokter anestesi
dan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan yang menjelaskan mengenai:
1) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan)
2) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis, rencana
pelayanan, rencana asuhan, dan hasil pelayanan
3) Dokter yang akan menjadi DPJP
4) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan
diagnosis, termasuk manfaat, resiko, serta kemungkinan efek samping
atau komplikasi.
5) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis
6) Komplikasi dan prognosisi penyakit
7) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan
masing-masing)
8) Pelayanan alternatif lain untuk pasien pulang paksa
9) Dukungan yang tersedia
c. Instalasi Rawat Inap
Informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum dan khusus meliputi:
1) Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
2) Informasi tentang biaya-biaya : perawatan, pemeriksaan penunjang,
obat, operasi dan lain-lain.
3) Jam kunjungan dokter
4) Peraturan RS
5) Prosedur persiapan operasi
6) Prosedur pemulangan pasien

10
d. Bagian administrasi
Informasi tentang biaya rumah sakit secara keseluruhan.
e. Bagian penunjang seperti laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis
1) Rencana tindakan yang akan dilakukan
2) Biaya tindakan

Setelah pasien dan keluarga mendapat informasi pelayanan kesehatan yang


jelas maka pasien atau keluarga membuat keputusan tentang rencana
pengobatan dan tindakan terhadap dirinya sesuai dengan prosedur yang
sudah ditetapkan oleh rumah sakit.

2. Penyampaian informasi dan edukasi dapat dilakukan di:


a. Diruang praktek dokter
b. Diruangan tempat pasien dirawat.
c. Ditempat lain yang pantas,atas persetujuan bersama,pasien/keluarga dan
dokter atau staf lain.
3. Cara menyampaikan informasi dan edukasi:
a. Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak
melalui telepon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim
melalui pos, faksimile, SMS (Short Message Service), internet.
b. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang pasien
dan/ atau keluarga.
c. Persiapan, meliputi:
1) Materi yang akan disampaikan
2) Kondisi lingkungan perlu diperhatikan untuk membuat pasien dan/atau
keluarga merasa nyaman dan bebas, antara lain :
a). Dilakukan dalam ruang khusus atau yang dapat menjamin privasi
b). Ruangan cukup luas bagi pasien dan pendamping pasien untuk
kenyamanan mereka
c). Penempatan meja, kursi atau barang-barang lain hendaknya tidak
menghambat komunikasi
d). Suasana tenang, tidak bising dan tidak sering ada interupsi (contoh :
pemberi informasi atau edukasi tidak menerima telepon atau
mengerjakan pekerjaan lain saat sedang menyampaikan materi).
3) Waktu yang cukup
11
4) Mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh
keluarga/ orang yang ditunjuk, bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya
lebih dari satu orang).
5) Menilai sejauh mana pengertian pasien dan/atau keluarga tentang hal
yang akan dibacakan.
6) Menanyakan kepada pasien dan/atau keluarga, sejauh mana informasi
yang diinginkan dan mengamati kesiapan pasiendan/atau keluarga
menerima informasi yangakan diberikan. Pemberian informasi dan
edukasi mendapatkan data yang cukup mengenai masalah medis
pasien (termasuk adanya keterbatasan kemampuan fisik maupun
mental) dan mendapatkan informasi mengenai latar belakan sosial
budaya, pendidikan dan tingkat ekonomi pasien dan keluarga.
Pada pasien yang mengalami kendala dalam berkomunikasi, maka pemberian
informasi dan edukai dapat disampaikan kepada keluarga atau pendamping
pasien atas seijin pasien. Pada pasien yang mengalami kendala dalam
berkomunikasi, maka pemberian informasi dan edukai dapat disampaikan
kepada keluarga atau pendamping pasien atas seijin pasien. Cara
menyampaikan berita atau kabar buruk (diadaptasi dari Backman,
1992)“Breaking Bad NewsA six Step Protocol”.

S.P.I.K.E.S
S - Setting Listening skills
P - Patient’sPerception
I - Invite Patient to Share Information
K - Knowledge Transmission
E - Exploreemotions and Empathize
S - Summarize and Strategize

1. Setting Listening skills


Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan
untuk menjamin kelancaran penyampaian informasi kepada pasien, sebagai
berikut:
a. Persiapkan diri sendiri

12
1) Dokter atau petugas yang menyampaikan kabar buruk mempersiapkan
mental terlebih dahulu agar tidak ikut larut dalam emosi pasien nantinya,
namun tetap berempati sebagaimana mestinya.
2) Petugas memperkenalkan diri.
3) Yang harus dihindari tampak nervous dihadapan pasien, bahkan sebelum
menyampaikan kabar buruk
4) Tips siapkan tisu disaku untuk diberikan pada pasien bila pasien
menangis.
b. Privasi pasien
1) Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai
atau banyak orang.
2) Penyampaian dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar
praktik ataupun dengan menutup tirai disekeliling tempat tidur pasien.
c. Melibatkan pendamping
1) Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien dan
dokter berada di tempat tertutup (untuk menjaga privasi diperlukan satu
pendamping).
2) Memperkenalkan pendamping kepada pasien
3) Yang dapat menjadi pendamping yaitu keluarga terdekat yang ditunjuk
oleh pasien atau pihak lain yang menjadi wali atau tanggung jawab atas
pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung (satu orang saja, apabila terlalu banyak dapat
menyulitkan dokter untuk menangani emosi dan persepsi banyak orang
sekaligus) atau perawat yang ikut terlibat menangani pasien tersebut.
d. Posisi duduk
1) Posisi pasien dan dokter atau pemberi kabar buruk sebaiknya setara dan
dalam posisi duduk supaya dapat menghilangkan kesan bahwa pemberi
informasi berkuasa atas pasien dan memojokkan pasien.
2) Sebaiknya penghalang fisik seperti meja dihindari. Duduk ditepi tempat
tidur pasien jauh lebih baik.
e. Mendengarkan secara aktif
Sebelum menyampaikan kabar buruk, pemberi informasi mempersiapkan
kemampuan mendengarkan, secara prinsip meliputi:

13
1) Tidak memotong kata-kata pasien atau pun berbicara tumpang tindih
dengan pasien.
2) Mengulangi kata-kata pasien atau memberikan tanggapan, untuk
menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
f. Availability
1) Dokter atau pemberi informasi harus ada di tempat mulai awal hingga
akhir penyampaian kabar buruk.
2) Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti SMS (Short
Message Service), telepon, tamu.
2. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, dokter atau pemberi
informasi sebaiknya mengetahui persepsi pasien tentang kondisi medis
terhadap dirinya sendiri dan harapan pasien terhadap hasil medikasi yang
ditempuh. Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan hanya untuk
mengubah persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan melainkan sebagai
jalan untuk menilai kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan
kenyataan (sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu
membuat pasien terguncang).

3. Invite Patient to Share Information


a. Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya
atau tidak. Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk
menyampaikan diwaktu lain yang lebih tepat dan minta pasien untuk
mempersiapkan diri terlebih dahulu.
b. Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai keadaanya
tanyakan sejauh mana ia ingin tahu, secara umum ataukah mendetail.
4. Knowledge Transmission
Pembukaan dilakukan sebelum menyampaikan kabar buruk dengan mengatakan
pada pasien bahwa ada kabar buruk yang akan disampaikan pada pasien.Cara
penyampaian :
a. Menggunakan bahasa yang sama dan menghindari istilah medis.
b. Bila bahasa pasien berbeda, dapat dibantu penerjemah yang kompeten
1) Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan

14
pasien.
2) Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan
dokter.
3) Penerjemah dapat mengemas istilah medis kedalam bahasa yang
dimengerti pasien.
4) Penerjemah bukan merupakan keluarga pasien.
3) Menyampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
a. Menyampaikan informasi dengan intonasi yang jelas namun lembut,
tempoyang tidak terlalu cepat dengan jeda untuk memberi kesempatan pada
pasien dalam mencerna kalimat yang diterima.
b. Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan tanggapan
pasien. Pasien diberi waktu untuk bertanya ataupun mengekspresikan
emosinya.
c. Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima informasi tahap
selanjutnya, penyampaian informasi dilanjutkan.
d. Bila pasien tampak sangat terguncang dan tidak memungkinkan untuk
menerima lebih banyak informasi l agi, penyampaian ulang kabar buruk
dipertimbangkan diberikan di lain waktu sambil mempersiapkan pasien.
5. Exploreemotionsand Empathize
Ekspresi dan emosi pasien diamati dan dinilai sejauh mana kondisinya. Kondisi
emosi tersebut dimengerti, bukan mengerti apa yang dirasakan pasien, namun
lebih pada dapat memahami bahwa apa yang dirasakan pasien saat ini adalah
sesuatu yang dapat dimaklumi.
6. Summarizeand Strategize
Diakhir percakapan, percakapan diulang kembali secara keseluruhan :
a. Menyimpulkan kabar buruk yang tadinya disampaikan secara bertahap
(sedikit demi sedikit).
b. Menyampaikan tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk
disampaikan (tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa yang
disampaikan pasien)
c. Pasien diberi kesempatan bertanya
d. Memberikan feed back.
e. Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis

15
pasien.,Harus tertera dengan jelas:
1) Informasi yang telah dikatakanatau disampaikan, dan kepada siapa
2) Istilah yang digunakan ( tumor, massa, dan lain-lain )
3) Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis.
f. Mendiskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah
disampaikan pada pasien, mengajak pasien ikutserta (proaktif) dalam
medikasi terhadap dirinya.

16
BAB IV
DOKUMENTASI

A. KEBIJAKAN YANG MENDASARI PELAYANAN


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 144 Tanggal 13 Oktober
2009
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit, Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 153 Tanggal 28 Oktober 2009.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 004 tahun 2012 tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
6. Standar promosi kesehatan rumah sakit Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2010.
7. Keputusan Direktur RSUD Cileugsi tentang Kebijakan Pelayanan Bagian
Promosi Kesehatan RSUD Cileungsi tahun 2017
8. Keputusan Direktur RSUD Cileungsi tentang Kebijakan Manajemen
Komunikasi dan Edukasi di RSUD Cileungsi tahun 2017
B. PEDOMAN PELAYANAN SUATU UNIT KERJA YANG MENDASARI
PELAYANAN
1. Pedoman pelayanan (Promosi Kesehatan Rumah Sakit) PKRS
2. Pedoman pengorganisasian PKRS

C. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


1. SPO pemberian informasi dan edukasi terintegrasi
2. SPO Asesmen pendidikan pasien dan keluarga
3. SPO Pendidikan kesehatan: Pengobatan
4. SPO Pendidikan Kesehatan: penggunaan peralatan medis
5. SPO Pendidikan Kesehatan: Diet
6. SPO Pendidikan Kesehatan: manajemen Nyeri

17
7. SPO Pendidikan Kesehatan: Proses penyakit
8. SPO Memotivasi Pasien dan Keluarga Untuk Bertanya
9. SPO pemberian edukasi kolaborasi
10. SPO Verifikasi Pasien & Keluarga dalam memahami edukasi yang diberikan
11. SPO Rujukan pasien ke Fasilitas luar Komunitas

D. FORMULIR YANG DIGUNAKAN


Formulir informasi dan edukasi pasien dan keluarga terintegrasi

E. METODOLOGI PENDOKUMENTASIAN PROSES KERJA


Formulir informasi dan edukasi pasien dan keluarga terintegrasi. Hasil pengkajian
pendidikan pasien dan keluarga dan pelaksanaan pendidikan pasien dan keluarga
didokumentasikan di Rekam Medis dalam formulir Informasi dan Edukasi Pasien
Terintegrasi.

Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 1 Juli 2018
Direktur,

drg. Mike Kaltarina, MARS


NIP. 196407111991032009

18

Anda mungkin juga menyukai