1
PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI
Jl. Raya Cileungsi – Jonggol KM 10 Cileungsi, Cipeucang, Bogor (16820)
TELP/FAX (021) 89934667 KABUPATEN BOGOR
KEBIJAKAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI
NOMOR : 446/Pand/Kep/032/18/01
TENTANG
PANDUAN PEMBERIAN INFORMASI DAN EDUKASI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CILEUNGSI
2
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1691/ Menkes/ Per/
VIII/ 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 269/ Menkes/ Per/ III/
2008 Tentang Rekam Medis
6. Standar Promosi Kesehatan Rumah Sakit Kementrian
Kesehatan RI tahun 2010
MEMUTUSKAN
Ketiga : Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur
kemudian.
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 1 Juli 2018
DIREKTUR ,
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik
dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil
keputusan tentang asuhan yang diterimanya. Pendidikan diberikan ketika pasien
berinteraksi dengan dokter atau perawatnya. Demikian juga petugas kesehatan
lainnya memberikan pendidikan secara spesifik. Edukasi merupakan materi
penting untuk mendukung pelayanan dan pasien safety.
Rumah sakit mendidik pasien dan keluarganya sehingga mereka mendapat
pengetahuan dan ketrampilan untuk berpartisipasi dalam proses dan
pengambilan keputusan asuhan pasien. Pendidikan berfokus pada pengetahuan
dan ketrampilan spesifik yang dibutuhkan pasien dan keluarga dalam
pengambilan keputusan, berpartisipasi dalam asuhan dan asuhan berkelanjutan
di rumah. Pasien dan keluarga didorong untuk berpartisipasi dalam proses
pelayanan dengan memberi kesempatan untuk memberi pendapat dan
mengajukan pertanyaan kepada staf untuk meyakinkan pemahaman yang benar
dan mengantisipasi partisipasi.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Menjadi acuan dalam memberikan dan menyampaikan informasi dan edukasi
pasien dan keluarga di RSUD Cileungsi Kabupaten Bogor
Tujuan Khusus :
1. Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan edukasi sebelum
mengambilkeputusan menerima pelayanan di rumah sakit
2. Pasien dan keluarga memperoleh informasi sebanyak banyaknya mengenai
pelayanan yang akan dijalani
3. Pasien, keluarga pasien, pengunjung pasien mendapatkan edukasi di
lingkungan rumah sakit
4
BAB II
RUANG LINGKUP KEGIATAN
A. DEFINISI
Pendidikan pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan
oleh pasien dan keluarga selama proses asuhan maupun pengetahuan yang
dibutuhkan setelah pasien dipulangkan ke pelayanan kesehatan lain atau ke
rumah. Pendidikan pasien dapat mencakup informasi sumber-sumber di
komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila
diperlukan, serta bagaimana akses ke pelayanan emergensi bila dibutuhkan.
Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih
baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi dalam mengambil
keputusan tentang asuhan yang diterimanya. Pendidikan diberikan ketika pasien
berinteraksi dengan dokter atau perawatnya. Demikian juga petugas kesehatan
lainnya memberikan pendidikan secara spesifik. Pendidikan yang efektif dalam
suatu rumah sakit hendaknya menggunakan audiovisual serta berbagai
pembelajaran jarak jauh dan berbagai teknik pendidikan yang lain.
5
c. Tahap verifikasi
3. Pelaksanaan Pemberian Informasi dan Edukasi
a. Waktu pemberian informasi dan edukasi :
1) Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat inap.
Saat di bagian pendaftaran, poliklinik, IGD.
Saat dilakukan tindakan medis.
Saat masuk rawat inap.
Saat persiapan pasien pulang.
2) Waktu pemberian informasi dan edukasi pada pasien rawat jalan :
Saat di bagian pendaftaran, poliklinik, IGD.
Saat dilakukan tindakan medis.
Saat pasien mengantri untuk dilakukan pemeriksaan di rawat
jalan.
b. Tempat penyampaian informasi dan edukasi :
1) Di ruang praktek dokter.
2) Di ruangan tempat pasien di rawat.
3) Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama.
c. Cara penyampaian informasi dan edukasi
1) Informasi penting.
2) Informasi dengan konteks budaya
3) Persiapan.
d. Cara menyampaikan berita atau kabar buruk
6
BAB III
TATA LAKSANA
7
suami, anak, ayah, ibu atau saudara sekandung ) dan menjelaskannya
kepada mereka.
c. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan hambatan emosional
(marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif belum bisa
dilakukan, dan edukasi ditunda sampai kondisi emosi stabil, edukasi
bisa dengan jalan memberikan edukasi kepada keluarga
menggunakan materi edukasi dan menyarankan membaca leaflet. Jika
pasien sudah dalam keadaan stabil secara emosi maka pasien
diberikan edukasi dan memberikan materi. Jika pasien masih belum
mengerti dengan apa yang diedukasikan, pasien bisa menghubungi
educator yang berkaitan dengan informasi dan edukasi yang
diperlukan.
d. Jika pada tahap assessment pasien ditemukan kendala bahasa, maka
segera menghubungi superviser yang bertugas. Superviser akan
menghubungi penerjemah atau orang yang dianggap mampu sesuai
kebutuhan.
3. Tahap verifikasi (memastikan pasien dan keluarganya menerima edukasi
yang diberikan ).
a. Apabila pasien dalam kondisi baik dan dapat menerima informasi dan
edukasi, maka verifikasi yang dilakukan adalah: menanyakan kembali
edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah: “Dari materi
edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang Bapak/Ibu bisa
pelajari?”.
b. Apabila pasien mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah
dengan pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari
materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang bpk/ibu bisa
pelajari?”.
c. Apabila pasien ada hambatan emosional (marah atau depresi), maka
verifikasinya adalah dengan tanyakan kembali sejauh mana pasiennya
mengerti tentang materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses
pertanyaan ini bisa via telepon atau datang langsung ke kamar pasien
setelah pasien tenang.
d. Apabila pasien merupakan difabel (different abilities people atau orang
8
dengan kemampuan yang berbeda), maka verifikasinya dengan
pendamping pasien.
Pemberian informasi dan edukasi dilakukan segera, jika kondisi dan situasinya
9
memungkinkan. Pemberian informasi pelayanan di Rumah Sakit dapat
membantu pasien dan/atau keluarga berpartisipasi dalam membuat keputusan
tentang pelayanan yang terbagi dalam beberapa unit kerja:
a. Tempat pendaftaran pasien Rawat Inap menjelaskan mengenai:
1) Biaya dan fasilitas kamar yang akan ditempati
2) Hak dan Kewajiban Pasien
3) Alur Komplain
b. Dokter IGD, dokter poli spesialis dan umum, dokter gigi, dokter anestesi
dan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan yang menjelaskan mengenai:
1) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan)
2) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis, rencana
pelayanan, rencana asuhan, dan hasil pelayanan
3) Dokter yang akan menjadi DPJP
4) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan
diagnosis, termasuk manfaat, resiko, serta kemungkinan efek samping
atau komplikasi.
5) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis
6) Komplikasi dan prognosisi penyakit
7) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan
masing-masing)
8) Pelayanan alternatif lain untuk pasien pulang paksa
9) Dukungan yang tersedia
c. Instalasi Rawat Inap
Informasi pelayanan kesehatan yang bersifat umum dan khusus meliputi:
1) Rencana pelayanan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
2) Informasi tentang biaya-biaya : perawatan, pemeriksaan penunjang,
obat, operasi dan lain-lain.
3) Jam kunjungan dokter
4) Peraturan RS
5) Prosedur persiapan operasi
6) Prosedur pemulangan pasien
10
d. Bagian administrasi
Informasi tentang biaya rumah sakit secara keseluruhan.
e. Bagian penunjang seperti laboratorium, radiologi, rehabilitasi medis
1) Rencana tindakan yang akan dilakukan
2) Biaya tindakan
S.P.I.K.E.S
S - Setting Listening skills
P - Patient’sPerception
I - Invite Patient to Share Information
K - Knowledge Transmission
E - Exploreemotions and Empathize
S - Summarize and Strategize
12
1) Dokter atau petugas yang menyampaikan kabar buruk mempersiapkan
mental terlebih dahulu agar tidak ikut larut dalam emosi pasien nantinya,
namun tetap berempati sebagaimana mestinya.
2) Petugas memperkenalkan diri.
3) Yang harus dihindari tampak nervous dihadapan pasien, bahkan sebelum
menyampaikan kabar buruk
4) Tips siapkan tisu disaku untuk diberikan pada pasien bila pasien
menangis.
b. Privasi pasien
1) Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai
atau banyak orang.
2) Penyampaian dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar
praktik ataupun dengan menutup tirai disekeliling tempat tidur pasien.
c. Melibatkan pendamping
1) Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien dan
dokter berada di tempat tertutup (untuk menjaga privasi diperlukan satu
pendamping).
2) Memperkenalkan pendamping kepada pasien
3) Yang dapat menjadi pendamping yaitu keluarga terdekat yang ditunjuk
oleh pasien atau pihak lain yang menjadi wali atau tanggung jawab atas
pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung (satu orang saja, apabila terlalu banyak dapat
menyulitkan dokter untuk menangani emosi dan persepsi banyak orang
sekaligus) atau perawat yang ikut terlibat menangani pasien tersebut.
d. Posisi duduk
1) Posisi pasien dan dokter atau pemberi kabar buruk sebaiknya setara dan
dalam posisi duduk supaya dapat menghilangkan kesan bahwa pemberi
informasi berkuasa atas pasien dan memojokkan pasien.
2) Sebaiknya penghalang fisik seperti meja dihindari. Duduk ditepi tempat
tidur pasien jauh lebih baik.
e. Mendengarkan secara aktif
Sebelum menyampaikan kabar buruk, pemberi informasi mempersiapkan
kemampuan mendengarkan, secara prinsip meliputi:
13
1) Tidak memotong kata-kata pasien atau pun berbicara tumpang tindih
dengan pasien.
2) Mengulangi kata-kata pasien atau memberikan tanggapan, untuk
menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
f. Availability
1) Dokter atau pemberi informasi harus ada di tempat mulai awal hingga
akhir penyampaian kabar buruk.
2) Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti SMS (Short
Message Service), telepon, tamu.
2. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, dokter atau pemberi
informasi sebaiknya mengetahui persepsi pasien tentang kondisi medis
terhadap dirinya sendiri dan harapan pasien terhadap hasil medikasi yang
ditempuh. Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan hanya untuk
mengubah persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan melainkan sebagai
jalan untuk menilai kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan
kenyataan (sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu
membuat pasien terguncang).
14
pasien.
2) Penerjemah mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan
dokter.
3) Penerjemah dapat mengemas istilah medis kedalam bahasa yang
dimengerti pasien.
4) Penerjemah bukan merupakan keluarga pasien.
3) Menyampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)
a. Menyampaikan informasi dengan intonasi yang jelas namun lembut,
tempoyang tidak terlalu cepat dengan jeda untuk memberi kesempatan pada
pasien dalam mencerna kalimat yang diterima.
b. Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan tanggapan
pasien. Pasien diberi waktu untuk bertanya ataupun mengekspresikan
emosinya.
c. Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima informasi tahap
selanjutnya, penyampaian informasi dilanjutkan.
d. Bila pasien tampak sangat terguncang dan tidak memungkinkan untuk
menerima lebih banyak informasi l agi, penyampaian ulang kabar buruk
dipertimbangkan diberikan di lain waktu sambil mempersiapkan pasien.
5. Exploreemotionsand Empathize
Ekspresi dan emosi pasien diamati dan dinilai sejauh mana kondisinya. Kondisi
emosi tersebut dimengerti, bukan mengerti apa yang dirasakan pasien, namun
lebih pada dapat memahami bahwa apa yang dirasakan pasien saat ini adalah
sesuatu yang dapat dimaklumi.
6. Summarizeand Strategize
Diakhir percakapan, percakapan diulang kembali secara keseluruhan :
a. Menyimpulkan kabar buruk yang tadinya disampaikan secara bertahap
(sedikit demi sedikit).
b. Menyampaikan tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk
disampaikan (tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa yang
disampaikan pasien)
c. Pasien diberi kesempatan bertanya
d. Memberikan feed back.
e. Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis
15
pasien.,Harus tertera dengan jelas:
1) Informasi yang telah dikatakanatau disampaikan, dan kepada siapa
2) Istilah yang digunakan ( tumor, massa, dan lain-lain )
3) Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis.
f. Mendiskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah
disampaikan pada pasien, mengajak pasien ikutserta (proaktif) dalam
medikasi terhadap dirinya.
16
BAB IV
DOKUMENTASI
17
7. SPO Pendidikan Kesehatan: Proses penyakit
8. SPO Memotivasi Pasien dan Keluarga Untuk Bertanya
9. SPO pemberian edukasi kolaborasi
10. SPO Verifikasi Pasien & Keluarga dalam memahami edukasi yang diberikan
11. SPO Rujukan pasien ke Fasilitas luar Komunitas
Ditetapkan di Cileungsi
Pada tanggal : 1 Juli 2018
Direktur,
18