DI SUSUN OLEH:
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkatNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan sindrom Steven Jhonson” .
Kami menyelesaikan makalah ini dengan menggunakan berbagai media buku dan
internet serta adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
bimbingan kepada kami.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga
makalah ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 5
BAB 2 ................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 6
2.1 Definisi Sindrom Steven Johnson ........................................................................................... 6
2.2 Etiologi.......................................................................................................................................... 6
2.2 Manifestasi Klinis ......................................................................................................................... 7
2.4 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................................. 10
2.5 Penatalaksanaan .......................................................................................................................... 10
3.1 Pengkajian ............................................................................................................................. 12
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................................... 12
3.3 Perencanaan Keperawatan .......................................................................................................... 13
BAB 4 ................................................................................................................................................... 24
PENUTUP ............................................................................................................................................ 24
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 24
4.2 Saran ........................................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 25
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita
dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal
berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M. Steven
dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ merupakan
reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.
Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-
14 per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat
pada mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa
waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam,
sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti
keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun seperti HIV
dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat secara tajam.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson
karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab Sindrom Steven Johnson
sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-
ciri penyakit Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan
dan Sindrom ini bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.
( Support, Edisi November 2008 )
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Steven Johnson ?
2. Apa etiologi dari Steven Johnson ?
3. Apa tanda dan gejala Steven Johnson ?
4. Apa faktor predisposisi Steven Johnson ?
5. Bagaimana patofisiologi dari steven Johnson ?
6. Apa komplikasi dari Steven Johnson ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson ?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson ?
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson ?
1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan dengan Kasus
Sindrom Steven Johnson.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus '' Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Steven Johnson '', ini
disusun supaya :
a. Perawat dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa, serta komplikasi dari
Sindrom Steven Johnson.
b. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Sindrom Steven
Johnson.
c. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang Sindrom Steven Johnson
pada klien.
BAB 2
PEMBAHASAN
Stevens Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang mempengaruhi
kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis terpisah dari dermis. Sindrom ini
diperkirakan oleh karena reaksi hipersensitivitas yang mempengaruhi kulit dan membrane
mukosa. Walaupun pada kebanyakan kasus bersifat idiopatik, penyebab utama yang diketahui
adalah dari pengobatan, infeksi dan terkadang keganasan. (Kusuma & Nurarif, 2015)
Sindrom Steven Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir
diorifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan
pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura. (Muttaqin, 2012).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sindrom steven johnson yaitu
suatu sindrom yang terjadi pada kulit/integumen, dimana seluruh permukaan tubuh dipenuhi
oleh eritema dan lepuhan, yang kebanyakan diketehui disebabkan oleh respon dari
pengobatan, infeksi, dan terkadang keganasan.
Terdapat tiga derajat klasifikasi yang diajukan menurut (Kusuma & Nurarif, 2015):
1. Derajat 1 : erosi mukosa SSJ dan pelepasan epidermis kurang dari 10%
2.2 Etiologi
Menurut (Porth & Maffin, 2009 dalam Brunner & Suddarth, 2010) sindrom steven
johnson dipicu oleh reaksi obat. Etiologinya tidak diketahui, tetapi kemungkinan
berhubungan dengan sistem imun dan bisa berupa suatu reaksi terhadap obat atau kelainan
sekunder akibat infeksi virus. Antibiotik, antikonvulsan, butazon dan sulfonamid merupakan
obat yang paling sering terlibat.
Beberapa penyebab sindrom steven johnson menurut (Kusuma & Nurarif, 2015):
1. Infeksi (biasanya merupakan lanjutan dari infeksi seperti virus herpes simpleks, influenza,
gondongan/mumps, histoplasmosis, virus EpsteinBarr, atau sejenisnya).
5. Sindrom steven johnson juga dilaporkan secara konsisten sebagai efek samping yang
jarang dari suplemen herbal yang mengandung ginseng. Sindrom steven johnson juga
mungkin disebabkan oleh karena penggunaan kokain.
6. Walaupun SSJ dapat disebabkan oleh infeksi viral, keganasan atau reaksi alergi berat
terhadap pengobatan, penyebab utama nampaknya karena penggunaan antibiotik dan
sulfametoksazole. Pengobatan yang secara turun menurun diketahui menyebabkan SSJ,
eritem multiformis, sindrom Lyell, dan nekrolisis epidermal toksik diantaranya sulfanomide
(antibiotik), penisilin (antibiotic), berbiturate (sedative), lamotrigin (antikonvulsan), fenitoin-
dilantin (antikonvulsan). Kombinasi lamotrigin dengan asam valproat meningkatkan resiko
dari terjadinya SSJ.
1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah
sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang
berat kelainannya generalisata.
Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%) kemudian disusul
oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan dilubang hidung dan anus jarang
(masing-masing 8% dan 4%).
Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di bibir kelainan
yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.
Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian atas dan
esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan. Adanya
pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.
3. Kelainan mata
Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah konjungtivitis
kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis
dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain,
misalnya: nefritis dan onikolisis.
2.4 Patofisiologi
Resiko infeksi
2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema, dan esktravasasi sel
darah merah. Degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema
intrasel di epidermis.
3. Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial serta
terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.
2.6 Penatalaksanaan
Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) sasaran penanganan antara lain mengontrol
keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah sepsis, dan mencegah komplikasi pada mata.
Fokus utama penanganan adalah pemberian asuhan yang suportif, diantaranya yaitu :
1. Semua pengobatan yang tidak penting dihentikan dengan segera.
3. Operasi debridemen atau hidroterapi yang dilakukan di awal untuk mengangkat kulit yang
rusak.
4. Sumpel jaringan dari nasofaring, mata, telinga, darah, urine, kulit, dan lepuhan yang tidak
pecah digunakan untuk mengidentifikasi pathogen.
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Anamnesa riwayat pengobatan pasien
b. Gambaran klinik
c. Histopatologi
d. Riwayat kesehatan : riwayat alergi, reaksi alergi terhadap makanan, obat serta zat
kimia, masalah kulit sebelumnya dan riwayat kanker kulit.
e. Pemeriksaan kulit infeksi dan
I : Warna, suhu, kelembapan, kekeringan, factor
P : Turgor kulit, edema
- Data Fokus
DS : Gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandanganya kabur, aktivitas menurun.
DO : Kemerah-merahan, memegangi tenggorokan, gelisah untuk melihat, tampak
lemas dalam aktivitas
- Data Penunjang
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid
Tujuan yang diharapkan (NOC) : Integritas jaringan : kulit & membran mukosa baik
Kriteria Hasil :
b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid
Tujuan yang diharapkan (NOC): Kontrol resiko: proses infeksi dapat dilakukan dan status
imunitas baik
Kriteria Hasil:
7. Berikan terapi
antibiotik yang sesuai 7. Antibiotik dapat
(kolaborasi dengan mencegah
dokter). mikroorganisme
menyerang tubuh
klien.
Tujuan yang diharapkan (NOC) : Kontrol nyeri dapat dilakukan dan tingkat nyeri dapat
berkurang
Kriteria Hasil :
3.Memantau TTV.
3. Monitor vital sign 3. Nyeri dan
sebelum dan sesudah pemberian analgesik 4. Mengubah posisi
pasien minimal 2
pemberian analgesik dapat memengaruhi jam dan ikuti
pertama kali vital sign klien, seperti jadwal pengubahan
posisi yang
nadi dan RR. dipasang disamping
tempat tidur Pantau
pengubahan posisi.
4. Lakukan 4. Perubahan posisi 5. menganjurkan
perubahan posisi dan dan relaksasi dapat klien untuk
relaksasi. membantu klien istirahat/tidur untuk
mengurangi rasa nyeri mengurangi rasa
dan klien merasa nyeri
rileks.
6. Melatih klien
5. Tingkatkan untuk
menggunakan
istirahat/tidur yang 5. Istirahat/tidur dapat
tekhnik relaksasi
cukup untuk mengalihkan fokus setiap rasa nyeri
ada agar dapat
membantu pada nyeri klien. mengurangi rasa
mengurangi rasa nyeri.
7. Memberikan
nyeri. 6. Teknik relaksasi
informasi pada
nonfarmakologi dapat
keluarga tentang
6. Ajarkan dilakukan klien tanpa
mengatasi rasa
penggunaan teknik bantuan perawat atau
nyeri.
relaksasi tenaga kesehatan untuk
8.Mengkolaborasi
nonfarmakologi mengurangi nyeri.
pemberian
sebelum atau analgetik sesuai
indikasi.
sesudah rasa sakit 7. Pengetahuan yang
meningkat. adekuat pada keluarga
dapat membantu
7. Berikan informasi perawat atautenaga
yang lengkap dan kesehatan untuk
akurat untuk mengenali respon nyeri
mendukung klien.
pengetahuankeluarga
terhadap respon 8. Analgesik dapat
nyeri pasien. mengurangi nyeri pada
klien.
8. Berikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri (berkolaborasi
dengan dokter).
Kriteria Hasil:
4. Pastikan
makanan disajikan 4. Menambah nafsu
dengan cara yang makan klien
menarik dan pada
suhu yang paling
cocok untuk
konsumsi secara
optimal
5. Kolaborasi 5. Nutrisi dan jumlah
dengan ahli gizi kalori yang tepat dapat
untuk menentukan memenuhi kebutuhan
jumlah kalori dan nutrisi klien dan
nutrisi yang mempercepat
dibutuhkan pasien. kesembuhan.
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan.
Tujuan yang diharapkan (NOC) : Keseimbangan cairan baik dengan indikator status nutrisi :
makanan & cairan dapat terpenuhi
Kriteria Hasil :
3. Keluarga
3. Dorong keluarga mempunyai peran
untuk membantu penting dalam
pasien makan pendekatan dengan
klien.
4. Atur
kemungkinan 4. Transfusi
transfusi diperlukan jika klien
terdapat purpura
yang luas, untuk
memperbaiki
keadaan umum dan
menggantikan
kehilangan darah.
5. Kolaborasi 5. Pemberian
dengan dokter suplemen makanan
tentang kebutuhan dan cairan melalui
suplemen makanan NGT dapat
seperti NGT mempertahankan
sehingga intake intake cairan yang
cairan adekuat adekuat.
dapat
dipertahankan
analisa data
Reaksi radang
nyeri
integritas kulit
Sel T meningkat
Reaksi radang
Sel T meningkat
Reaksi radang
Nyeri
Kesulitan menelan
Kelemahan fisik
Sel T meningkat
Reaksi radang
Kehilangan plasma
Kehilangan volume
cairan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sindrom steven johnson yaitu suatu sindrom yang terjadi pada kulit/integumen,
dimana seluruh permukaan tubuh dipenuhi oleh eritema dan lepuhan, yang kebanyakan
diketehui disebabkan oleh respon dari pengobatan, infeksi, dan terkadang keganasan.
Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi alergi tipe III dan IV. tanda-tanda
awal sindrom steven jhonson antara lain konjungtiva terasa panas atau gatal, nyeri tekan
kutaneus, demam, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, malaise ekstrem, dan mialgia (nyeri
dan sakit). Pada sindroma ini terlihat adanya kelainan kulit, kelainan selaput lendir di
orifisium, dan kelainan mata.
Pemeriksaan untuk mendukung ditegakkannya diagnosis sindrom steven johnson
yaitu pemeriksaan laboratorium, histopatologi, dan imunologi. sasaran penanganan antara
lain mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah sepsis, dan mencegah
komplikasi pada mata. Fokus utama penanganan adalah pemberian asuhan yang suportif.
Pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif yaitu dimulai dari pengkajian klien,
menentukan diagnosa keperawatan yang muncul, dan menyusun intervensi yang akan
dilakukan pada klien dengan sindrom steven johnson dengan tepat agar klien dapat
meningkat status kesehatannya.
4.2 Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena masih
banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh karena
itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk menambah wawasan
yang lebih luas tentang materi ini.
DAFTAR PUSTAKA