Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

SINDROM STEVEN JOHNSON

DI SUSUN OLEH:

Lalas Lestari` 88150030

Diana Friraz Pirandanie 88150034

Santi Dwiyana Silviani 88150043

UNIVERSITAS BSI BANDUNG

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkatNya yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul “Asuhan keperawatan pada pasien dengan sindrom Steven Jhonson” .
Kami menyelesaikan makalah ini dengan menggunakan berbagai media buku dan
internet serta adanya bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan dan
bimbingan kepada kami.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat membangun sehingga
makalah ini menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 07 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 5
BAB 2 ................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 6
2.1 Definisi Sindrom Steven Johnson ........................................................................................... 6
2.2 Etiologi.......................................................................................................................................... 6
2.2 Manifestasi Klinis ......................................................................................................................... 7
2.4 Pemeriksaan Penunjang .............................................................................................................. 10
2.5 Penatalaksanaan .......................................................................................................................... 10
3.1 Pengkajian ............................................................................................................................. 12
3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................................... 12
3.3 Perencanaan Keperawatan .......................................................................................................... 13
BAB 4 ................................................................................................................................................... 24
PENUTUP ............................................................................................................................................ 24
4.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 24
4.2 Saran ........................................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Steven Johnson merupakan sindrom kelainan kulit pada selaput lendir orifisium
mata gebital. Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus. Steven Johnson tersebut
disebabkan oleh beberapa mikroorganisme virus dll.

Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita
dapat soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal
berupa demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.

Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M. Steven
dan S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ merupakan
reaksi alergi yang hebat terhadap obat-obatan.

Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-
14 per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat
pada mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa
waktu, bila obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam,
sariawan pada mulut, mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti
keropeng pada kulit. Namun pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun seperti HIV
dan AIDS angka kejadiannya dapat meningkat secara tajam.

Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson
karena Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian.
Sindrom tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab Sindrom Steven Johnson
sendiri sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-
ciri penyakit Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan
dan Sindrom ini bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.
( Support, Edisi November 2008 )
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Steven Johnson ?
2. Apa etiologi dari Steven Johnson ?
3. Apa tanda dan gejala Steven Johnson ?
4. Apa faktor predisposisi Steven Johnson ?
5. Bagaimana patofisiologi dari steven Johnson ?
6. Apa komplikasi dari Steven Johnson ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson ?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson ?
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson ?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan pengalaman nyata tentang Asuhan Keperawatan dengan Kasus
Sindrom Steven Johnson.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus '' Asuhan Keperawatan Klien dengan Sindrom Steven Johnson '', ini
disusun supaya :
a. Perawat dapat mengetahui tentang pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaa, serta komplikasi dari
Sindrom Steven Johnson.
b. Perawat dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Sindrom Steven
Johnson.
c. Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang Sindrom Steven Johnson
pada klien.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sindrom Steven Johnson


Sindrom steven jhonson merupakan kelainan kulit yang bersifat fatal dan merupakan
kondisi paling ekstrim dari eritema multiformis. Kondisi ini dipicu oleh penggunaan
medikasi. Antibiotik, agens anti kejang NSAID, dan sulfonamida adalah obat-obatan yang
paling sering menimbulkan kejadian ini. Seluruh permukaan tubuh dapat dipenuhi oleh
eritema dan lepuhan (Brunner & Suddarth, 2013).

Stevens Johnson Syndrome adalah sebuah kondisi mengancam jiwa yang mempengaruhi
kulit dimana kematian sel menyebabkan epidermis terpisah dari dermis. Sindrom ini
diperkirakan oleh karena reaksi hipersensitivitas yang mempengaruhi kulit dan membrane
mukosa. Walaupun pada kebanyakan kasus bersifat idiopatik, penyebab utama yang diketahui
adalah dari pengobatan, infeksi dan terkadang keganasan. (Kusuma & Nurarif, 2015)

Sindrom Steven Johnson merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir
diorifisium, dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat. Kelainan
pada kulit berupa eritema, vesikel/bula, dapat disertai purpura. (Muttaqin, 2012).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa sindrom steven johnson yaitu
suatu sindrom yang terjadi pada kulit/integumen, dimana seluruh permukaan tubuh dipenuhi
oleh eritema dan lepuhan, yang kebanyakan diketehui disebabkan oleh respon dari
pengobatan, infeksi, dan terkadang keganasan.

Terdapat tiga derajat klasifikasi yang diajukan menurut (Kusuma & Nurarif, 2015):

1. Derajat 1 : erosi mukosa SSJ dan pelepasan epidermis kurang dari 10%

2. Derajat 2 : lepasnya lapisan epidermis antara 10-30%

3. Derajat 3 : lepasnya lapisan epidermis lebih dari 30%.

2.2 Etiologi
Menurut (Porth & Maffin, 2009 dalam Brunner & Suddarth, 2010) sindrom steven
johnson dipicu oleh reaksi obat. Etiologinya tidak diketahui, tetapi kemungkinan
berhubungan dengan sistem imun dan bisa berupa suatu reaksi terhadap obat atau kelainan
sekunder akibat infeksi virus. Antibiotik, antikonvulsan, butazon dan sulfonamid merupakan
obat yang paling sering terlibat.

Beberapa penyebab sindrom steven johnson menurut (Kusuma & Nurarif, 2015):

1. Infeksi (biasanya merupakan lanjutan dari infeksi seperti virus herpes simpleks, influenza,
gondongan/mumps, histoplasmosis, virus EpsteinBarr, atau sejenisnya).

2. Efek samping dari obat-obatan (allopurinol, diklofenak, fluconazole, valdecoxib,


sitagliptin, penicillin, barbiturat, sulfanomide, fenitoin, azitromisin, modafinil, lamotrigin,
nevirapin, ibuprofen, ethosuximide, carbamazepin).

3. Keganasan (karsinoma dan limfoma).

4. Faktor idiopatik (hingga 50%).

5. Sindrom steven johnson juga dilaporkan secara konsisten sebagai efek samping yang
jarang dari suplemen herbal yang mengandung ginseng. Sindrom steven johnson juga
mungkin disebabkan oleh karena penggunaan kokain.

6. Walaupun SSJ dapat disebabkan oleh infeksi viral, keganasan atau reaksi alergi berat
terhadap pengobatan, penyebab utama nampaknya karena penggunaan antibiotik dan
sulfametoksazole. Pengobatan yang secara turun menurun diketahui menyebabkan SSJ,
eritem multiformis, sindrom Lyell, dan nekrolisis epidermal toksik diantaranya sulfanomide
(antibiotik), penisilin (antibiotic), berbiturate (sedative), lamotrigin (antikonvulsan), fenitoin-
dilantin (antikonvulsan). Kombinasi lamotrigin dengan asam valproat meningkatkan resiko
dari terjadinya SSJ.

2.2 Manifestasi Klinis


Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun kebawah. Keadaan umumnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat
soporous sampai koma. Mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodromal berupa
demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.Pada sindrom ini
terlihat adanya trias kelainan berupa:

1. Kelainan kulit
Kelainan kulit terdiri dari eritema, vesikel dan bula. Vesikel dan bula kemudian memecah
sehingga terjadi erosi yang luas. Disamping itu dapat juga terjadi purpura. Pada bentuk yang
berat kelainannya generalisata.

2. Kelainan selaput lendir di orifisium

Kelainan selaput lendir yang tersering ialah pada mukosa mulut (100%) kemudian disusul
oleh kelainan dilubang alat genital (50%) sedangkan dilubang hidung dan anus jarang
(masing-masing 8% dan 4%).

Kelainan berupa vesikel dan bula yang cepat memecah sehingga menjadi erosi dan
ekskoriasi dan krusta kehitaman. Juga dalam terbentuk pseudomembran. Di bibir kelainan
yang sering tampak yaitu krusta berwarna hitam yang tebal.

Kelainan dimukosa dapat juga terdapat difaring, traktus respiratorius bagian atas dan
esopfagus. Stomatitis ini dapat menyebabkan penderita sukar tidak dapat menelan. Adanya
pseudomembran di faring dapat menyebabkan keluhan sukar bernafas.

3. Kelainan mata

Kelainan mata merupakan 80% diantara semua kasus yang tersering ialah konjungtivitis
kataralis. Selain itu juga dapat berupa kongjungtivitis purulen, perdarahan, ulkus kornea, iritis
dan iridosiklitis. Disamping trias kelainan tersebut dapat pula terdapat kelainan lain,
misalnya: nefritis dan onikolisis.

2.4 Patofisiologi
Resiko infeksi

2.5 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan untuk mendukung ditegakkannya diagnosis sindrom steven johnson
menurut (Kusuma & Nurarif, 2015), yaitu :

1. Laboratorium : Biasanya dijumpai leukositosis atau eosinofilia. Bila disangka penyebabnya


infeksi dapat dilakukan kultur darah.

2. Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel mononuklear, oedema, dan esktravasasi sel
darah merah. Degenerasi lapisan basalis. Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan edema
intrasel di epidermis.

3. Imunologi : Dijumpai deposis IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial serta
terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA.

2.6 Penatalaksanaan
Menurut (Brunner & Suddarth, 2013) sasaran penanganan antara lain mengontrol
keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah sepsis, dan mencegah komplikasi pada mata.
Fokus utama penanganan adalah pemberian asuhan yang suportif, diantaranya yaitu :
1. Semua pengobatan yang tidak penting dihentikan dengan segera.

2. Jika memungkinkan, pasien dirawat di pusat pengobatan luka bakar.

3. Operasi debridemen atau hidroterapi yang dilakukan di awal untuk mengangkat kulit yang
rusak.

4. Sumpel jaringan dari nasofaring, mata, telinga, darah, urine, kulit, dan lepuhan yang tidak
pecah digunakan untuk mengidentifikasi pathogen.

5. Cairan intravena diberikan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

6. Penggantian cairan diberikan melalui NGT dan oral secepat mungkin.

7. Kortikosteroid sistemik diberikan di awal proses penyakit.


BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Anamnesa riwayat pengobatan pasien
b. Gambaran klinik
c. Histopatologi
d. Riwayat kesehatan : riwayat alergi, reaksi alergi terhadap makanan, obat serta zat
kimia, masalah kulit sebelumnya dan riwayat kanker kulit.
e. Pemeriksaan kulit infeksi dan
I : Warna, suhu, kelembapan, kekeringan, factor
P : Turgor kulit, edema
- Data Fokus
DS : Gatal-gatal pada kulit, sulit menelan, pandanganya kabur, aktivitas menurun.
DO : Kemerah-merahan, memegangi tenggorokan, gelisah untuk melihat, tampak
lemas dalam aktivitas
- Data Penunjang

 Laboratorium : leukositosis atau esosinefilia


 Histopatologi : infiltrat sel mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel darah
merah, degenerasi lapisan basalis, nekrosis sel epidermal, spongiosis dan
edema intrasel di epidermis.
 Imunologi : deposis IgM dan C3 serta terdapat komplek imun yang
mengandung IgG, IgM, IgA.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut (NANDA, 2015), diagnosa yang dapat ditegakkan pada klien dengan
sindrom steven johnson, adalah :

a. Kerusakan integritas jaringan b.d bula yang mudah pecah

b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid

c. Nyeri akut berhubungan dengan adanya bula

d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


nutrisi kurang, gangguan gastrointestinal,disfagia

e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi


kebutuhan cairan.
3.3 Perencanaan Keperawatan
a. Kerusakan integritas jaringan b.d bula yang mudah pecah

Tujuan yang diharapkan (NOC) : Integritas jaringan : kulit & membran mukosa baik

Kriteria Hasil :

1) Tidak ada lesi pada kulit dan mukosa membran

2) Tidak ada pengelupasan kulit

3) Tidak ada eritema

4) Tidak ada peningkatan suhu kulit

Rencana Tindakan (NIC) :

INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Pantau kulit 1. Mengetahui 1. Mengobservasi S : Gatal-gatal pada kulit
kulit setiap hari O :
dan membran perkembangan
catat turgor - pemerikassan ttv
mukosa pada kondisi luka/lesi dan sirkulasi dan - Kemerah-
sensori serta merahan dibagian
area yang menentukan
perubahan lainnya
kulit
mengalami intervensi tindakan yang terjadi.
perubahan warna, selanjutnya dengan A : Mengoleskan salep
pada kulit yang kemarah-
memar, dan tepat untuk merahan, masalah belum
kerusakan. memperbaiki teratasi
P : lanjutkan intervensi
integritas kulit. 2. Menginspeksi kulit dengan berikan salep
pasien setiap pada kulit yang kemerah-
pergantian tugas merahan pada pagi hari
2. Pantau adanya 2. jaga,dokumentasi dan malam hari
kondisi kulit dan
kekeringan dan Kekeringan/kelembaban
laporkan setiap
kelembaban yang yang berlebihan pada perubahan keadaan.
berlebihan pada kulit dapat memperparah
kulit. kerusakan integritas kulit
dan menjadi indikator
keseimbangan cairan 3. Melakukan
perawatan luka
klien.
pada kulit agar
infeksi tidak
3. Oleskan salep meluas dan untuk
mempercepat
yang sesuai 3. Pemberian salep yang
proses
dengan kulit/lesi. sesuai dapat menjadi penyembuhan.
pelindung area luka dari
agens infeksi dan
4. Mengubah posisi
mempercepat
pasien minimal 2
penyembuhan luka/lesi. jam dan ikuti
jadwal pengubahan
4. Berikan
posisi yang
balutan yang 4. Balutan yang sesuai dipasang disamping
tempat tidur Pantau
sesuai dengan dengan jenis luka dapat
pengubahan posisi.
jenis luka. menghindari gesekan
5. Mengkolaborasi
luka pada area lain.
dengan tim medis.

5. Rujuk pada 5.Pemberian diet tinggi


ahli diet, dengan protein diperlukan untuk
tepat pembentukan jaringan
baru pada luka/lesi

b. Resiko infeksi berhubungan dengan efek samping terpasangnya infus dan terapis steroid

Tujuan yang diharapkan (NOC): Kontrol resiko: proses infeksi dapat dilakukan dan status
imunitas baik

Kriteria Hasil:

1) Mengidentifikasi faktor resiko infeksi

2) Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi

3) Memonitor perilaku diri yang berhubungan dengan resiko infeksi


4) Memonitor faktor di lingkungan yang berhubungan dengan resiko infeksi

5) Jumlah leukosit dalam batas normal (5000 - 10.000/mm3)

Rencana Tindakan (NIC):

INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Monitor tekanan 1. Perubahan tanda 1. memantau ttv S: -
O : - Pemeriksaan ttv
darah, nadi, suhu, dan vital, terutama suhu
- melihat luka ,
status pernafasan merupakan termasuk
dengan tepat. komplikasi lanjut drainase,
warna ukuran
untuk terjadinya
dab bau
infeksi. 2.Memantau derajat - memonitor
2. Monitor luka jumlat
leukosit
karakteristik luka, 2. Karakteristik luka 3.Untuk
termasuk drainase, dapat menjadi mengurangi resiko
A : masalah resiko
warna, ukuran, dan indikator adanya kontaminasi teratasi
bau. infeksi. 4. Memberikan P : lanjutkan
intervensi dengan
nutrisi sesuai miring kanan , miring
3. Batasi jumlah 3. Pengunjung dapat kebutuhan. kiri untuk
mengurangi resiko
pengunjung meningkatkan resiko 5. Memberitahukan infeksi
kontaminasi silang. keluarga pasien
tentang tentang
tanda dan gejala
4. Tingkatkan intake 4. Nutrisi yang yang timbul
nutrisi yang tepat. adekuat dapat 6. Melatih klien
mempercepat dan keluarga klien
regenerasi jaringan cara menghindari
dan penyembuhan infeksi.
luka. 7. Antibiotik untuk
5. Ajarkan pasien dan 5. Pasien dan mengurangi
keluarga mengenai keluarga dapat terjadinya infeksi.
tanda dan gejala infeksi kooperatif dan
dan kapan harus mengantisipasi
melaporkannya kepada faktor resiko
penyedia perawatan terjadinya infeksi.
kesehatan.

6. Ajarkan pasien dan 6. Pengetahuan yang


anggota keluarga cukup dapat
mengenai bagaimana meminimalkan
menghindari infeksi. faktor resiko infeksi.

7. Berikan terapi
antibiotik yang sesuai 7. Antibiotik dapat
(kolaborasi dengan mencegah
dokter). mikroorganisme
menyerang tubuh
klien.

c. Nyeri akut berhubungan dengan adanya bula

Tujuan yang diharapkan (NOC) : Kontrol nyeri dapat dilakukan dan tingkat nyeri dapat
berkurang

Kriteria Hasil :

1) Secara konsisten menunjukkan dalam menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa


analgesik

2) Nyeri yang dilaporkan : tidak ada

3) Ekspresi nyeri wajah : tidak ada

4) Melaporkan nyeri yang terkontrol

5) Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan

Rencana Tindakan (NIC) :

INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Kaji tingkat nyeri 1. Data-data tersebut 1.Mengkaji keluhan S : pasien
mengatakan tidak
yang komprehensif digunakan sebagai data nyeri, perhatikan merasa nyeri lagi
O : pasien terlihat
meliputi lokasi, dasar dalam lokasi dan
rileks
karakteristik, awitan menentukan intervensi intensitasnya. A : masalah teratasi
P : hentikan
dan durasi, tindakan yang tepat 2.Memberikan intervensi
frekwensi, kualitas, pada klien selanjutnya tindakan
intensitas atau untuk mencapai kenyamanan dasar
keparahan nyeri, dan kesembuhan klienyang ex: pijatan pada
faktorpresipitasinya. optimal. area yang sakit.

3.Memantau TTV.
3. Monitor vital sign 3. Nyeri dan
sebelum dan sesudah pemberian analgesik 4. Mengubah posisi
pasien minimal 2
pemberian analgesik dapat memengaruhi jam dan ikuti
pertama kali vital sign klien, seperti jadwal pengubahan
posisi yang
nadi dan RR. dipasang disamping
tempat tidur Pantau
pengubahan posisi.
4. Lakukan 4. Perubahan posisi 5. menganjurkan
perubahan posisi dan dan relaksasi dapat klien untuk
relaksasi. membantu klien istirahat/tidur untuk
mengurangi rasa nyeri mengurangi rasa
dan klien merasa nyeri
rileks.
6. Melatih klien
5. Tingkatkan untuk
menggunakan
istirahat/tidur yang 5. Istirahat/tidur dapat
tekhnik relaksasi
cukup untuk mengalihkan fokus setiap rasa nyeri
ada agar dapat
membantu pada nyeri klien. mengurangi rasa
mengurangi rasa nyeri.
7. Memberikan
nyeri. 6. Teknik relaksasi
informasi pada
nonfarmakologi dapat
keluarga tentang
6. Ajarkan dilakukan klien tanpa
mengatasi rasa
penggunaan teknik bantuan perawat atau
nyeri.
relaksasi tenaga kesehatan untuk
8.Mengkolaborasi
nonfarmakologi mengurangi nyeri.
pemberian
sebelum atau analgetik sesuai
indikasi.
sesudah rasa sakit 7. Pengetahuan yang
meningkat. adekuat pada keluarga
dapat membantu
7. Berikan informasi perawat atautenaga
yang lengkap dan kesehatan untuk
akurat untuk mengenali respon nyeri
mendukung klien.
pengetahuankeluarga
terhadap respon 8. Analgesik dapat
nyeri pasien. mengurangi nyeri pada
klien.
8. Berikan analgesik
untuk mengurangi
nyeri (berkolaborasi
dengan dokter).

d. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake


nutrisi kurang, gangguan gastrointestinal,disfagia

Tujuan yang diharapkan (NOC): Status nutrisi klien baik

Kriteria Hasil:

1) Asupan makanan secara oral adekuat

2) Tidak ada rasa tidak nyaman dengan menelan

3) Hasrat/keinginan untuk makan tidak terganggu

4) Tidak ada lesi mukosa mulut

Rencana Tindakan (NIC):

INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Kaji 1. Kemampuan pasien 1. Mengkaji S : sakit
tenggorokan
kemampuan makan dapat kebiasaan makanan
O : - pemerikasaan
ttv
pasien untuk mempengaruhi intake yang disukai/tidak - monitor
mendapatkan nutrisi pasien. disukai. intake nutrisi

nutrisi yang 2. Memberikan A : masalah belum


teraasi
dibutuhkan. 2. Kalori dan intake makanan dalam P : melanjutkan
nutrisi pasien dapat porsi sedikit tapi intervensi dengan
melakukan
2. Monitor kalori digunakan sebagai data sering.
kolaborasi dengan
dan intake nutrisi dasar untuk ahli gizi
3. Membantu pasien memberikan makan
menentukan intervensi
menggosok gigi yang lembek dan
selanjutnya. berkolaborasi
sebleum makan dengan dokter ,
untuk mengatasi
3. Lakukan atau 3. Mulut yang bersih 4. Menghidangkan sakit tenggorokan
bantu pasien dapat meningkatkan makanan dalam

terkait dengan kenyamanan dan nafsu keadaan hangat.

perawatan mulut makan klien 5. Mengkolaborasi


dengan ahli gizi.
sebelum makan

4. Pastikan
makanan disajikan 4. Menambah nafsu
dengan cara yang makan klien
menarik dan pada
suhu yang paling
cocok untuk
konsumsi secara
optimal
5. Kolaborasi 5. Nutrisi dan jumlah
dengan ahli gizi kalori yang tepat dapat
untuk menentukan memenuhi kebutuhan
jumlah kalori dan nutrisi klien dan
nutrisi yang mempercepat
dibutuhkan pasien. kesembuhan.
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan.

Tujuan yang diharapkan (NOC) : Keseimbangan cairan baik dengan indikator status nutrisi :
makanan & cairan dapat terpenuhi

Kriteria Hasil :

1) Tidak ada kehausan

2) Asupan makanan secara oral adekuat

3) Asupan cairan secara oral adekuat

Rencana Tindakan (NIC) :

INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1. Monitor status 1. Sebagai data dasar 1. Memantau status S : klien
mengatakan sulit
hidrasi untuk menentukan hidrasi
menelan
(kelembaban kemungkinan adanya 2. Memantau O : tampak lemas
dalam aktivitas
membran mukosa, resiko kekurangan masukan
A : pasang infus ,
nadi adekuat, volume cairan pada makanan/minuman membantu klien
memberi makan dan
tekanan darah klien. 3. Membantu klien
minum, masalah
ortostatik), jika untuk meningkatkan belum teratasi
P : melanjutkan
diperlukan. nafsu makannya.
intervensi dengan
2. Masukan 4. Memberikan atur infusan sesuai
kebutuhan klien ,
makanan/cairan dan cairan intravena.
membantu
2. Monitor kalori harian 5. Agar status gizi memberimakan 1
hari 3kali minimal ½
masukan menjadi indikator klien terpenuhi.
porsi habis, dan
makanan/cairan untuk mengukur menganjurkan klien
sering minum 1 harri
dan hitung intake keseimbangan cairan
8 gelas
kalori harian. pada klien

3. Keluarga
3. Dorong keluarga mempunyai peran
untuk membantu penting dalam
pasien makan pendekatan dengan
klien.
4. Atur
kemungkinan 4. Transfusi
transfusi diperlukan jika klien
terdapat purpura
yang luas, untuk
memperbaiki
keadaan umum dan
menggantikan
kehilangan darah.

5. Kolaborasi 5. Pemberian
dengan dokter suplemen makanan
tentang kebutuhan dan cairan melalui
suplemen makanan NGT dapat
seperti NGT mempertahankan
sehingga intake intake cairan yang
cairan adekuat adekuat.
dapat
dipertahankan

analisa data

No DATA PATHWAY MASALAH


1. DS : klien mengatan Steven johnson syndrome Kerusakan integritas kulit
Gatal-gatal pada kulit berhubungan dengan bula yang
mudah pecah
DO : Reaksi alergi type IV
- pemerikassan ttv
- Kemerah-
merahan Sel T meningkat
dibagian kulit
Limfosit dan sitotoksin
terlepas

Reaksi radang

Jaringan kulit dan mucosa

Inflanmasi dermal dam


epidermal

nyeri

integritas kulit

2 DS : - Resiko infeksi berhubungan


DO : - Pemeriksaan ttv dengan efeksamping terpasang
infus dan terapi steroid
3 DS : klien mengatakan Steven johnson syndrome Nyeri akut berhubungan
tidak merasa nyeri lagi dengan adanya bula

DO : pasien terlihat Reaksi alergi type IV


rileks

Sel T meningkat

Limfosit dan sitotoksin


terlepas

Reaksi radang

Jaringan kulit dan mucosa

Inflanmasi dermal dam


epidermal
Nyeri
4 DS :klien mengatakan Steven johnson syndrome Ketikseimbangan nutrisi
sakit tenggorokan kurang dari kebutuhan
DO : - pemerikasaan ttv berhubungan dengan intake
- monitor intake Reaksi alergi type IV nutrisi kurang, gangguan
nutrisi gastrointestinal ,disfagia

Sel T meningkat

Limfosit dan sitotoksin


terlepas

Reaksi radang

Jaringan kulit dan mucosa

Inflanmasi dermal dam


epidermal

Nyeri

Kelainan selaput lendir


dan ofisium

Kesulitan menelan

Intake tidak adekuat

Kelemahan fisik

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh

5 DS : klien mengatakan Resiko kekurangan volume


sulit menelan cairan berhubungan dengan
DO : tampak lemas Steven johnson syndrome faktor yang memperngaruhi
dalam aktivitas kebutuhan cairan

Reaksi alergi type IV

Sel T meningkat

Limfosit dan sitotoksin


terlepas

Reaksi radang

Vesikula tau bula

Kehilangan plasma

Kehilangan volume
cairan

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sindrom steven johnson yaitu suatu sindrom yang terjadi pada kulit/integumen,
dimana seluruh permukaan tubuh dipenuhi oleh eritema dan lepuhan, yang kebanyakan
diketehui disebabkan oleh respon dari pengobatan, infeksi, dan terkadang keganasan.
Patogenesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi alergi tipe III dan IV. tanda-tanda
awal sindrom steven jhonson antara lain konjungtiva terasa panas atau gatal, nyeri tekan
kutaneus, demam, sakit kepala, batuk, sakit tenggorokan, malaise ekstrem, dan mialgia (nyeri
dan sakit). Pada sindroma ini terlihat adanya kelainan kulit, kelainan selaput lendir di
orifisium, dan kelainan mata.
Pemeriksaan untuk mendukung ditegakkannya diagnosis sindrom steven johnson
yaitu pemeriksaan laboratorium, histopatologi, dan imunologi. sasaran penanganan antara
lain mengontrol keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah sepsis, dan mencegah
komplikasi pada mata. Fokus utama penanganan adalah pemberian asuhan yang suportif.
Pemberian asuhan keperawatan yang komprehensif yaitu dimulai dari pengkajian klien,
menentukan diagnosa keperawatan yang muncul, dan menyusun intervensi yang akan
dilakukan pada klien dengan sindrom steven johnson dengan tepat agar klien dapat
meningkat status kesehatannya.

4.2 Saran
Pembaca sebaiknya tidak hanya membaca dari materi makalah ini saja karena masih
banyak referensi yang lebih lengkap yang membahas materi dari makalah ini. Oleh karena
itu, pembaca sebaiknya membaca dari referensi dan literatur lain untuk menambah wawasan
yang lebih luas tentang materi ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.


2. Amin, Hardhi 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta : MediAction.
3. Smeltzer, Suzanne C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8, volume 3. Buku Kedokteran EGC : Jakarta
4. Siregar, R.S. Sindrom Steven Johnson. In. : Saripati Penyakit kulit. 2nd edition. EGC.
Jakarta. 2004. Hal 141-142.

Anda mungkin juga menyukai