Anda di halaman 1dari 18

PSIKOLOGI DALAM KESEHATAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi

Dosen Pengampu : Annik Megawati, M.Sc, Apt

Disusun oleh :

Intan Sabrina A J. (201302371)

STIKES CENDEKIA UTAMA KUDUS

PROGAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


2015

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah Psikologi yang
berjudul “PSIKOLOGI DALAM KESEHATAN” dengan tepat waktu tanpa
halangan suatu apapun. Diharapkan makalah ini dapat memberikan wawasan dan
informasi kepada pembaca tentang perkembangan pentingnya psikologi bagi
kesehatan seseorang.
Bagaimana pun penulis telah berusaha membuat makalah ini dengan sebaik-
baiknya, namun tidak ada kesempurnaan dalam karya manusia. Penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat penulis harapkan untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Mudah-mudahan sedikit yang penulis sumbangkan ini, akan menjadi ilmu yang
bermanfaat.

Kudus, 26 Januari 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................. i


Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi ....................................................................................................... iii
BAB I PEDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Budaya dan Psikologi Kesehatan ....................................................... 3
B. Ilmu Psikologi Dalam Kesehatan ....................................................... 4
C. Pendekatan Perilaku Dalam Kesehatan Masyarakat .......................... 5
D. Peran Psikologi dalam Dunia Kesehatan ........................................... 6
1. Penolakan (Denial)....................................................................... 9
2. Cemas ........................................................................................... 10
3. Depresi ......................................................................................... 10
E. Contoh Aplikasi Psikologi dalam Kesehatan ..................................... 12
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum kesehatan dibedakan atas kesehatan individu dan
kesehatan masyarakat. Kesehatan individu tercermin dari kesehatan fisik dan
kesehatan mental seseorang. Sehat secara fisik apabila seseorang merasa dirinya
sehat dan dapat dibuktikan secara klinis ketika organ-organ didalam tubuh
berfungsi normal. Sedangkan sehat secara mental meliputi sehat pada pikiran,
emosional dan spiritual.
Kesehatan masyarakat sebagai sebuah cabang keilmuan mempelajari
cara-cara pencegahan penyakit dengan mengenali faktor-faktor risiko penyakit
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara agregat.
Prof. Winslow dari Yale University memberikan batasan ilmu kesehatan
masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha
masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol
infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan,
pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosa dini,
pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung
agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk
menjaga kesehatannya (Leavel and Clark, 1958).
Dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat, dipelajari Ilmu Perilaku
untuk pendidikan kesehatan. Biasanya disebut Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku (PKIP). Dalam disiplin ilmu tersebut, mempelajari pentingnya
Psikologi dalam dunia Kesehatan menyangkut ilmu-ilmu perilaku kesehatan
untuk memberikan kontribusi nyata kepada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
Psikologi kesehatan merupakan bidang spesialitas dalam psikologi yang
lebih spesifik mengacu pada peranan utama psikologi sebagai ilmu dan profensi

1
dalam pengobatan keprilakuan. Menurut Smet (1994) psikologi kesehatan ini
merupakan kepedulian para pakar psikologi yang peduli akan kesehatan yang
sifatnya holistic mencakup aspek fisiki, mental, dan sosial. Psikologi kesehatan
secara khusus dapat didefinisikan Penggerak konstribusi disiplin psikologi
pendidikan, ilmiah, dan professional yang spesifik untuk mempromosikan dan
memelihara kesehatan, prevensi dan penanganan sakit, dan identifikasi
hubungan etiologis dan diagnostis mengenai kesehatan, sakit, dan disfungsi
yang berkaitan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa pokok
permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana peran psikologi dalam dunia kesehatan?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui peran psikologi dalam dunia kesehatan.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun maanfaat penulisan makalah ini, yaitu :
a. Bagi pembaca
Memberikan pengetahuan umum dan menambah wawasan tentang
“Peran Psikologi Dalam Dunia Kesehatan” bagi para pembaca.
b. Bagi penulis
Guna memenuhi tugas mata kuliah yang diberikan dan mendapatkan
informasi terkait “Peran Psikologi Dalam Dunia Kesehatan”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Budaya dan Psikologi Kesehatan


Pada awal abad ke-20, pemahaman tentang kesehatan didominasi oleh
pandangan dari perspektif biologis medis, dimana kesehatan di definisikan
sebagai sebuah keadaan dimana tidak adanya penyakit.
Kemudian berkembang pandangan dari biopsikososial yang
menekankan peran sosial-budaya dalam membentuk kesehatan atau
menimbulkan sebuah penyakit. Sebagaimana definisi kesehatan menurut
WHO (World health organization) pada tahun 1948, mendefinisikan kesehatan
sebagai keadaan lengkap dari fisik, mental dan sosial serta kesejahteraan dan
bukan hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Defenisi ini meminta
perhatian terhadap kompleksitas dan multidimensionalitas konsep dari
kesehatan. Menambahkan kesejahteraan sosial pada definisi itu membuka jalan
untuk konseptualisasi individu sebagai makhluk sosial dalam definisi kesehatan
bukan hanya dari aspek fisik/biologi/fisiologi semata.
Pergeseran dari definisi ini, juga berimbas pada ilmu psikologi, yang
sebelumnya hanya menganalisis penyakit dan gangguan psikologis, menjadi
analisis individu untuk mencapai kesejahteraan seperti promosi-promosi
kesehatan. Sebelumnya, ilmu psikologi dikenal sebagai psikologi negatif
(psikologi orang sakit), dengan definisi ini berubah dan menjadikan psikologis
sebagai sarana keilmuan memanusiakan manusia (mencapai kesejahteraan).
Kita mengetahui bahwa perkembangan ilmu psikologi dimulai dari teori
psikoanalisia, behavioristic, humanistic, dan sekarang sedang
berkembangan indigenous psychology yang menekankan pentingnya dan
besarnya pengaruh budaya setempat terhadap tingkah laku seseorang.
Perkembangan terbaru dari pendekatan ini memandang kesehatan
sebagai sebuah jaringan yang kompleks yang sangat di pengaruhi oleh sosial-
budaya. Bisa saja sebuah budaya memandang sebuah perilaku itu adalah
penyimpangan, tetapi pada budaya lain, itu adalah hal yang normal.

3
Memasukkan budaya dan psikologi ke dalam terapan ilmu kesehatan
sangat penting. Misalnya, dalam promosi kesehatan, preventif, keratif,
rehabilitasi, tidak mungkin mengesampingkan budaya setempat. Bahkan
beberapa budaya terdapat berbagai penyakit yang memang khas budaya
tersebut, yang hanya bisa dipahami, jika kita memasukkan konsep budaya
dalam penangan penyakit tersebut. Misalnya beberapa penyakit yang memiliki
kecenderungan mendapat pengaruh budaya seperti Hikokomori (lazim di
Jepang) dan anoreksia (lazim dalam masyarakat barat). Memahami alasan yang
mendasari hal ini, cara pencegahan dan pengobatan yang efektif untuk penyakit
seperti ini akan memerlukan pendekatan budaya.

B. Ilmu Psikologi Dalam Kesehatan


Secara umum kesehatan dibedakan atas kesehatan individu dan
kesehatan masyarakat. Kesehatan individu tercermin dari kesehatan fisik dan
kesehatan mental seseorang. Sehat secara fisik apabila seseorang merasa dirinya
sehat dan dapat dibuktikan secara klinis ketika organ-organ didalam tubuh
berfungsi normal. Sedangkan sehat secara mental meliputi sehat pada pikiran,
emosional dan spiritual. Kesehatan masyarakat sebagai sebuah cabang
keilmuan mempelajari cara-cara pencegahan penyakit dengan mengenali
faktor-faktor risiko penyakit sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara agregat. Prof. Winslow dari Yale University memberikan
batasan ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit,
memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi
melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi
lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang
kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan
untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial,
yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar
kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya (Leavel and Clark, 1958).
Dalam disiplin ilmu kesehatan masyarakat, dipelajari Ilmu Perilaku
untuk pendidikan kesehatan. Biasanya disebut Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

4
Perilaku (PKIP). Dalam disiplin ilmu tersebut, mempelajari pentingnya
Psikologi dalam dunia Kesehatan menyangkut ilmu-ilmu perilaku kesehatan
untuk memberikan kontribusi nyata kepada peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. Pengembangan keilmuan dibidang Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku diarahkan kepada aspek konseptual dan aspek terapan, di antaranya
metode dan teknologi pendidikan promosi kesehatan serta bidang ilmu perilaku
kesehatan dengan mempertimbangkan dan mengapresiasi aspek-aspek sosial
budaya masyarakat. Peminat cabang keilmuan psikologi kesehatan diharapkan
memiliki kemampuan merumuskan, menganalisis, merencanakan, menerapkan
dan mengevaluasi berbagai strategi, metode dan teknik promosi kesehatan
untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat.

C. Pendekatan Perilaku Dalam Kesehatan Masyarakat


Kesehatan merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang
mempengaruhi, baik secara internal maupun secara eksternal. Secara internal,
kesehatan dipengaruhi oleh kesehatan fisik dan kesehatan psikis, sedangkan
secara eksternal dipengaruhi oleh masalah sosial, budaya, politik, ekonomi,
pendidikan, lingkungan, dan sebagainya. Upaya penyelenggaraan kesehatan
dibedakan atas tiga yakni:
1. Primary Care, sarana pemeliharaan kesehatan primer;
2. Secondary Care, sarana pemeliharaan kesehatan tingkat dua;
3. Tertiery Care, sarana pemeliharaan kesehatan tingkat tiga.
Sasaran primary care seperti kepala keluarga untuk kesehatan umum,
ibu hamil dan menyusui, anak usia sekolah, dan sebagainya. Sedangkan sasaran
secondary care meliputi pemasyarakat tanaman obat keluarga (toga),
penyuluhan cara menjaga lingkungan sehat, dan seterusnya. Sementara sasaran
tertiery care adalah para penentu kebijakan bidang kesehatan, baik pada tingkat
pusat maupun level daerah. Untuk memasyarakatkan pemeliharaan kesehatan
melalui pola hidup sehat, maka pendekatan ilmu perilaku sangat penting.
Menurut L. Green, perilaku seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yakni faktor
predisposisi, faktor pemungkin (enabling factors) dan faktor penguat

5
(reinforcing factors). Faktor predisposisi meliputi pengetahuan dan sikap
masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat,
tingkat pendidikan dan tingkat sosial-ekonomi, dan sebagainya. Faktor
pemungkin mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, misalnya ketersediaan air bersih, tempat
pembuangan sampah dan tinja, ketersediaan makanan bergizi, termasuk
keterjangkauan pada sarana pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu,
Polindes, dan sebagainya. Sedangkan faktor penguat mencakup faktor
sikap dan perilaku tokoh masyarakat, perilaku petugas kesehatan, serta
peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan mulai dari undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan teknis dibidang kesehatan.
Untuk mempengaruhi perilaku masyarakat agar menerapkan pola hidup
sehat, pendekatan pendidikan kesehatan mutlak dilakukan. Karena pada
dasarnya, Pendidikan adalah sebuah proses sosialisasi ilmu dan nilai untuk
mempengaruhi orang lain secara individu atau kelompok agar mau mengikuti
ilmu dan nilai yang diajarkan seorang pendidik kesehatan. Unsur-unsur dalam
pendidikan kesehatan untuk mempengaruhi perilaku seseorang adalah unsur
input dan unsur output. Unsur input seperti sarana pendidikan dan tenaga
pendidik sedang unsur output yakni proses pendidikan yang dilakukan sebagai
upaya untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan tindakan sesuai yang
diharapkan petugas pendidik.

D. Peran Psikologi dalam Dunia Kesehatan


Harapannya semua orang berada dalam kondisi sehat. Psikologi
Kesehatan (keperawatan) dikembangkan untuk memahami pengaruh psikologis
terhadap bagaimana seseorang menjaga dirinya agar tetap sehat, dan mengapa
mereka menjadi sakit dan untuk menjelaskan apa yang mereka lakukan saat
mereka jatuh sakit.
Selain mempelajari hal-hal tersebut di atas, psikologi kesehatan
mempromosikan intervensi untuk membantu orang agar tetap sehat dan juga

6
mengatasi kesakitan yang dideritanya. Psikologi kesehatan tidak
mendefinisikan “sehat” sebagai tidak sakit. Sehat dilihat sebagai pencapaian
yang melibatkan keseimbangan antara kesejahteraan fisik, mental dan sosial.
Psikologi kesehatan mempelajari seluruh aspek kesehatan dan sakit sepanjang
rentang hidup. Psikologi kesehatan fokus pada pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan, seperti bagaimana mendorong anak mengembangkan kebiasaan
hidup sehat, bagaimana meningkatkan aktivitas fisik, dan bagaimana
merancang suatu kampanye yang dapat mendorong orang lain memperbaiki
pola makannya.
Psikologi Kesehatan juga mempelajari aspek-aspek psikologis dari
pencegahan dan perawatan sakit. Seorang psikologi kesehatan misalnya,
membantu mereka yang bekerja di lingkungan yang memiliki tingkat stress
yang tinggi untuk mengelola stress dengan efektif, sehingga tekanan yang
dialami di lingkungan kerja tidak mempengaruhi kesehatan mereka. Seorang
psikolog kesehatan juga dapat bekerja dengan mereka yang sedang menderita
suatu penyakit agar dapat menyesuaikan mental dan fisik mereka dengan
penyakit tersebut atau untuk mematuhi treatment yang dirancang oleh dokter
yang merawatnya. Psikologi kesehatan juga fokus pada etiologi dan kaitannya
dengan kesehatan, sakit dan disfungsi. Etiologi merujuk pada asal dan penyebab
sakit, dan psikolog kesehatan secara khusus tertarik pada faktor-faktor perilaku
dan sosial yang menyumbang kesehatan dan sakit dan disfungsi. Faktor-faktor
tersebut meliputi kebiasaaan yang merusak atau menunjang kesehatan seperti
konsumsi alkohol, merokok, olahraga, mengenakan sabuk pengaman, dan cara-
cara ‘berkawan’ dengan stress. Pada akhirnya, psikolog kesehatan menganalisa
dan berusaha meningkatkan system perawatan kesehatan dan merumuskannya
dalam kebijakan kesehatan. Psikologi kesehatan mempelajari dampak institusi
kesehatan dan tenaga medis dan paramedis terhadap perilaku orang.
Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami dinamika psikologis
individu yang tetap menjaga kesehatannya, dinamika psikologis individu yang
sehat namun kemudian mendapat diagnosa penyakit kronis serta dinamika
psikologis individu saat merespon keadaan sakit kronis yang sedang dialami.

7
Kita pasti pernah bertemu dengan orang yang tampak selalu sehat dan jarang
sakit. Terbersit dalam benak kita, apa yang dilakukan orang tersebut sehingga
kesehatannya terjaga? How does he or she maintain his or her
health? Dinamika psikologis apa yang tercermin pada individu yang berhasil
menjaga kesehatannya? Kita pernah pula berjumpa dengan orang yang sehat,
namun setelah orang tersebut mendapat diagnosa penyakit tertentu, muncul
banyak perubahan pada dirinya. Perubahan fisik dan juga perubahan emosional.
Orang tersebut menjadi lebih sensitif perasaannya-lebih emosional, menjadi
kurang semangat dalam berkarya-malas, bahkan mungkin memperlihatkan
perubahan perilaku yang sangat berbeda dalam kesehariannya.
Dinamika psikologis apa yang terlihat pada individu yang demikian?
Kita mungkin juga pernah bertemu dengan orang yang tengah berjuang dalam
menghadapi penyakit kronis yang dideritanya. Kita seolah dapat membaca
cerminan jiwanya, antara yakin dan tidak yakin bahwa dirinya bisa terbebas dari
penyakit yang dideritanya. Terkadang kita melihat orang itu tampak
bersemangat dan akan melakukan apapun demi kesembuhannya, namun di saat
lain kita meyaksikan orang tersebut berada pada puncak keputusasaannya.
Sehingga apapun yang kita katakan atau kita lakukan seolah tidak terlalu
bermakna bagi dirinya. Dinamika psikologis apa yang ada pada individu yang
demikian? Dinamika psikologis individu yang sehat ? Individu ini menyadari
bahwa kesehatan adalah sesuatu yang teramat penting. Bentuk kesadaran ini
tercermin dalam perilaku sehat (health behaviour). Perilaku sehat adalah
perilaku seseorang dalam mempertahankan status kesehatannya. Olah raga
teratur dan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi adalah contoh perilaku
sehat.
Individu selalu belajar (learn) dari kisah kesehatan orang lain. Proses ini
adalah bagian dari dinamika psikologis orang yang sehat. Karena ia
mendapatkan pemahaman (insight) bagaimana menjaga kesehatannya dan
bagaimana terhindar dari penyakit yang dialami oleh orang lain. Sehingga jika
ada keinginan untuk melakukan perilaku yang tidak sehat (poor health
behavior) - misal merokok - akan selalu ada yang informotaknya untuk tidak

8
meneruskan keinginan berperilaku tidak sehat. Dinamika psikologis individu
yang sehat kemudian sakit ? Individu yang sehat dapat melakukan banyak
aktivitas secara mandiri. Ketika kemudian ia terdiagnosa dengan penyakit
kronis tertentu akan muncul ketakutan dan kecemasan atas eksistensi dan
performansinya.
Kecemasan ini merupakan masalah tersendiri, bukan karena
mendatangkan stres bagi individu namun mempengaruhi kemampuan individu
dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari. Ketika suatu penyakit terjadi
pada seseorang, seluruh aspek kehidupannya akan terpengaruh. Dinamika
psikologis dan emosional yang muncul seringkali berupa pertanyaan seperti
"siapa yang akan merawat mereka ketika mereka telah sembuh? Jika pada
akhirnya mereka tidak dapat bekerja lagi, bagaimana mereka dapat
membayar/menangani masalah keuangan? Jika selama ini individu tersebut
merasa mampu melakukan semua hal sendiri secara mandiri, dapatkah mereka
kemudian menerima keadaan baru mereka (jadi tergantung pada orang lain).
Bagaimana jika individu ini tidak dapat lagi melakukan hobi lama?
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit
kronis yang dideritanya, yaitu :
1. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis
seperti jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien
akan memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu
berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita
sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera
sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk
mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara
total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas
penyakit ini, misalnya perubahan body image).
2. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan
merupakan sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas

9
reaksi dan perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan
kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah
menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan
memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi
dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit
kanker.
3. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita
penyakit kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke,
kanker dan penyakit jantung mengalami depresi. Untuk dapat memahami
respon yang terjadi atas perubahan yang ada pada penderita penyakit kronis,
perlu pemahaman yang mendalam tentang diri individu (self) itu
sendiri. Self merupakan salah satu konsep utama dalam ilmu psikologi. Para
psikolog mengacu pada self concept sebagai keyakinan atas kualitas dan
penilaian yang dimiliki seseorang.
Penyakit kronis dapat menghasilkan perubahan yang drastis pada self
concept dan self esteem. Beberapa perubahan yang ada bisa bersifat
sementara, walaupun ada juga yang bersifat permanen. Self concept itu
sendiri merupakan bagian dari self evaluation termasuk didalamnya
beberapa aspek seperti body image, prestasi, fungsi sosial dan the private
self.
1. The Physical Self
Body image merupakan penilaian dan evaluasi atas fungsi dan
penampilan fisik seseorang. Body image yang rendah berhubungan
dengan harga diri yang rendah diikuti dengan terjadinya peningkatan
depresi serta kecemasan.
2. The Achieving Self
Jika keadaan penyakit kronis menjauhkan individu dari aktivitas
ini, konsep diri individu yang bersangkutan bisa terkoyak dan rusak.
Namun jika pekerjaan dan hobi sama sekali tidak terpengaruh oleh

10
keadaan sakit dan sebagainya, individu dapat memperoleh kepuasan
tersendiri dan meningkatkan harga dirinya.
3. The Social Self
Sebagaimana yang telah diketahui bersama, menciptakan
kembali kehidupan sosial pasien penderita penyakit kronis merupakan
aspek yang penting. Bentuk sumber daya sosial yang dapat membantu
individu yang menderita penyakit kronis misalnya dengan pemberian
informasi, bantuan dan dukungan emosional. Partisipasi keluarga dalam
proses rehabilitasi merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan.
Memberikan informasi pada anggota keluarga lain (bahkan anak-anak)
yang akurat dan cukup mengenai keadaan individu yangs akit (misalnya
gangguan/penyakit yang dialaminya, proses/treatment yang akan
dijalaninya bahka perubahan emosional yang terlihat) merupakan
sesuatu yang penting untuk dilaksanakan agar terhindar dari
kebingungan dan kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara individu
yang sakit dengan pihak keluarga.
Dengan demikian, setiap individu memiliki dinamika
psikologisnya tersendiri bilamana dikaitkan dengan status
kesehatannya. Antara individu yang sehat, individu yang sehat
kemudian sakit dan individu yang telah terkena penyakit kronis
memiliki dinamika psikologis dan emosional yang harus dipahami.
Psikologi kesehatan mencoba memahami aspek kejiwaan (psikologis
dan emosional) individu yang berada pada salah satu situasi diatas
(terlebih pada individu yang sakit).

E. Contoh Aplikasi Psikologi dalam Kesehatan


Studi Kasus Perilaku Merokok
Berbagai penelitian kesehatan tentang dampak rokok sudah banyak
dilakukan para ahli kesehatan masyarakat. Namun meski telah banyak
dilakukan penelitian dan sudah terbukti berdampak buruk bagi kesehatan,
jumlah perokok tidak kunjung turun, utamanya dinegara-negara berkembang

11
termasuk Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan pendekatan perilaku dalam promosi
kesehatan tentang bahaya rokok. Publikasi terbaru hasil penelitian tentang
rokok dirilis pada 6 Februari 2012 dalam jurnal Archives of General Psychiatry,
yang dilakukan Severine Sabia dan rekan-rekannya dari University College
London. Penilaian fungsi mental para responden dilakukan selama tiga kali
selama kurun waktu 10 tahun. Sedangkan penilaian status merokok responden
dilakukan enam kali dalam kurun waktu 25 tahun. Usia rata-rata responden
adalah sekitar 56 tahun ketika penilaian pertama dilakukan.
Hasil analisis data sekitar 5.100 pria dan lebih dari 2.100 wanita terkait
fungsi mental, seperti memori, pembelajaran, dan pengolahan pikiran. Peneliti
menemukan bahwa di kalangan kaum pria, merokok berhubungan dengan
merosotnya kemampuan otak yang lebih cepat. Selain itu, penurunan yang lebih
massif terjadi pada pria yang terus merokok selama masa penelitian. Peneliti
menemukan bahwa pria yang berhenti merokok dalam 10 tahun sebelum
penilaian pertama dilakukan ternyata masih berisiko mengalami penurunan
mental, terutama terkait fungsi “eksekutif” pada otak. Namun, mereka yang
telah berhenti merokok dalam jangka waktu lama, cenderung mengalami
penurunan fungsi otak lebih lambat. Dalam riset tersebut, Severine Sabia dan
rekan-rekannya tidak menemukan hubungan antara efek merokok dan
penurunan fungsi mental pada kaum wanita. Alasan untuk perbedaan jenis
kelamin ini belum terungkap dengan jelas. Tetapi, hal itu mungkin berkaitan
dengan fakta bahwa pria umumnya cenderung merokok lebih banyak ketimbang
wanita. Untuk merubah perilaku merokok, maka beberapa teori perilaku bisa
menjadi rujukan seperti Teori Kurt Lewin, Teori Festinger, dan sebagainya.
Menurut Kurt Lewin (1970), perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driven forces) dan kekuatan-
kekuatan penahan (restining forces). Pada teori Kurt Lewin, melakukan
perubahan perilaku dengan cara melakukan ketidakseimbangan antara kedua
kekuatan didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadinya
perubahan pada diri seseorang.

12
Ketiga kemungkinan tersebut adalah pertama, kekuatan-kekuatan
pendorong meningkat; adanya stimulus yang mendorong untuk terjadinya
perubahan-perubahan perilaku, seperti penyuluhan kesehatan dan bentuk-
bentuk promosi kesehatan lainnya. Kedua, kekuatan-kekuatan penahan
menurun; adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan seperti
anggapan bahwa merokok tidak mengganggu kesehatan. Anggapan yang keliru
tersebut dapat memperlemah driven forces. Ketiga, kekuatan pendorong
meningkat sedang kekuatan penahan menurun; kondisi inilah yang
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku, termasuk perilaku merokok.
Dari studi kasus perilaku merokok, maka bisa dilihat hubungan erat
pentingnya Ilmu Psikologi dalam dunia kesehatan. Apalagi Ilmu Kesehatan
Masyarakat yang memiliki pendekatan preventif dan promotif, maka
penggunaan Psikologi sangat penting dan relevan dalam upaya-upaya
pencegahan ancaman terjangkit penyakit.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

13
Peranan Psikologi dalam dunia keperawatan sangat besar. Hal tersebut
disebabkan karena peran psokologis seseorang selalu menyertai diri, sejak
mulai merasakan sakit kemudian masuk rumah sakit hingga keluar dari rumah
sakit dan sembuh, peran psikologis seseorang tersebut sangat besar. Selain itu,
dengan ilmu psikologi kita dapat lebih memahami kepribadian dan tingkah laku
pasien sehingga kita dapat menyeleseikan masalah tersebut dengan sudut
pandang yang berbeda.
Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami tentang seseorang
dalam dinamika psikologis yang selalu menjaga kesehatannya, dinamika
psikologis seseorang yang sehat tetapi dia mengalami diagnosa penyakit kronis
serta dinamika psikologis seseorang saat merespon sakit kronis yang
dialaminya.

DAFTAR PUSTAKA

 http://www.yarsi.ac.id/web-directory/kolom-dosen/73-fakultas-psikologi/173-
metta.html

14
 http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2012/03/20/pentingnya-ilmu-
psikologi-dalam-kesehatan/
 http://ml.scribd.com/doc/22686304/MAKALAH-PSIKOLOGI
 http://www.anneahira.com/psikologi-kesehatan.htm
 http://www.psikologi.ui.ac.id/pages/peminatan-terapan-psikologi-kesehatan
 http://www.psychologymania.com/2012/03/budaya-dan-psikologi-
kesehatan.html
 http://psikologi.infogue.com/apakah_psikologi_kesehatan_

15

Anda mungkin juga menyukai