Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu dan profesi yang selalu
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Dalam pengaplikasiannya di
harapkan pelayanan berorientasi pada suatu pelayanan profesiaonal bagi individu
keluarga, kelompok, dan masyrakat. Baik sakit maupun sehat, yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia. Oleh karena besarnya tuntutan akan
pelayanna keperawatan profesional di era sekarang ini maka di butuhkan suatu
metode yang dapat untuk mengelolah agar pelaksana asuhan keperawatan dapat
berjalen secara optimal. Model praktik keperawatan profesional (MAKP) adalah
suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional). Yang memfasilitasi
perawat profesional, menatur pemberian asuhan keperawatan, termaksud
lingkungan tempat asuhan tersebut di berikan (sitoris, 2006). Struktur dalam
MAKP meliputi penetapan dalam jumlah tenaga keperawatan , penetapan jenis
tenaga keperawataan dan penetapan rencana asuhan keperawatan. Beberapa
metode dapat digunakan dalam praktek keperawatan profesional seperti metode
keperawatan primer, metode tim dan metode manajamen kasus. Nilai-nilai
tentang penghargaan atas otonomi klien, menghargai klien, melakukan yang
terbaik bagi klien dan tidak merugikan klien merupakan nilai-nilai yang perlu
ditingkatkan dalam suatu pelayanan profesional.

MAKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain
dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MAKP perawat dapat
memahami tugas dan tanggungjawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga
keluar rumah sakit. Implementasi MAKP harus di tunjang dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Setiap unit keperawatan memiliki upaya untuk menerapkan model yang
paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenangan, sarana dan prasarana, dan
kebijakan rumah sakit. Kategori pasien didasarkan atas, tingkat pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan pasien, usia, diagnosa atau masalah kesehatan
yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron, 2006). Pelayanan yang
profesional identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu
asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan
keperawatan dan pendidikan berkelanjutan, dalam kelompok keperawatan yang
tidak kalah pentinganya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga
keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu dan
ruang, serta meningkatkan keterampilan dan motivasi kerja.

Oleh karena itu meningkatnya tuntutan akan pelayanan profesional


seperti yang sudah dijabarkan di atas maka kami mencoba mengaplikasikan
metode model praktikkeperawatan profesional dengan metode tim, dimana
pelaksanaannya melibatkan pasien diruang Rumah sakit Surabaya.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melaksanakan kegiatan praktik manajemen keperawatan,


mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan tentang prinsip – prinsip
manajemen keperawatan dengan menggunakan model asuhan keperawatan
profesional yang sesui dengan ruangan tersebut.
1.2.2 Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan kegiatan praktik klinik manajemen


keperawatan, diharapkan agar mahasiswa mampu :

1. Mengidentifikasi pengkajian masalah terkait fungsi manajemen


2. Mengaplikasikan keterampilan dalam mengorgsnisasi dan mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan keperawatan secara efektif dengan menggunakan fungsi-
fungsi manajemen
3. Menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat.
4. Menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah yang efektif dan
konstruktif
5. Melaksanakan roleplay MAKP berdasarkan hasil pengkajian model praktik
keperawatan profesional meliputi timbang terima, pre dan post converence,
pendelegasian, supervisi keperawatan, ronde keperawatan, PKMRS,
discharge planning.
6. Mengevaluasi pelaksanaan dan evaluasi MAKP berdasarkan hasil
pengkajian MAKP timbang terima pre dan post conference, pendelegasian,
supervisi keperawatan, ronde keperawatan, PKMRS, discharge planning.
7. Melaksanakan fungsi pengendalian meliputi audit dekumentasi, survey
kepuasan pasien dan perawat, dan indikator mutu.
1.3 Manfaat
Laporan Praktik Manajemen Keperawatan di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan informasi tambahan dan masukan dalam rangka untuk
meningkatkan mutu pelayanan Kepemimpianan dalam bidang keperawatan
dalam pelayanan RSUP Dr. Wahidin Sudirohosodo dan kualitas manajemen
keperawatan Khususnya Ruangan Lontara 3 Bawah Belakang ( Neurologi )
2. Bagi Ruangan
Sebagai masukan dan informasi kepada perawat di ruangan khusnya di
Lontara 3 bawahaBalakang (Neurologi) untuk meningkatkan mutu
menajemen pelayanan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan
terutama dalam efektifan pengisian pengkajian keperawatan.
3. Mahasiswa Keperawatan
Sebagai pembelajaran ini bagi mahasiswa praktik di khususkan untuk Stikes
Maluku Husada untuk meningkatkan pengetahuan dan melaksanakan Asuhan
Keperawatan secara komprehensif dan profesional kepada pasien di
Ruanagan Lontara 3 Bawah Belakang ( Neurologi ).
BAB II

GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

1. Gambaran Umum Rumah Sakit


Sebelum terbentuknya RSUP Dr. wahidin Sudirohusodo ini, tepatnya
pada tahun 1947 didirikan rumah sakit dengan meminjam dua (2) bangsal rumah
sakit jiwa yang telah berdiri sejak tahun 1942 sebagai bangsal bedah dan penyakit
dalam yang merupakan cikal bakal berdirinya Rumah Sakit Umum Dadi. Pada
awalnya ditahun 1957 RSU Dadi yang berlokasi di jalan Lanto Dg. Pasewang No.
43 Makassar ini berfungsi sebagai rumah sakit pemda Tingkat 1 Sulawesi
Selatan, yaitu rumah sakit yang manajemennya diatur oleh pemerintah daerah
sulawsi selatan. Hingga pada tahun 1992 rumah sakit dadi menjadi rumah sakit
dengan klasifikasi B. Pengembangan pembangunan rumah sakit inipun
dipindahkan ke Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11 Makassar, Berdekatan dengan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Rumah Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar (RSWS) sebagai
salah satu UPT Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), telah melalui perjalanan
panjang dan perkembangan dengan berbagai bentuk struktur organisasi. Rumah
Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Wahidin Sudirohusodo berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. No. 540/SK/VI/1994 sebagai Rumah Sakit
kelas A, Rumah Sakit Pendidikan serta sebagai Rumah Sakit Rujukan tertinggi di
Kawasan Timur Indonesia harus mampu memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.
Berdasarkan Permenkes no. 340/MENKES/PER/III/2010 tentang
klasifikasi rumah sakit. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas
Rumah Sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan. Sebagai Rumah
Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan
medik paling sedikit 4 (empat) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, 5 (lima)
Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12 (dua belas) Pelayanan Medik Spesialis
Lain dan 13 (tiga belas) Pelayanan Medik Sub Spesialis. Kriteria, fasilitas dan
kemampuan Rumah Sakit Umum Kelas A sebagaimana dimaksud meliputi
Pelayanan Medik Umum, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Medik Spesialis
Dasar, Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik Spesialis Lain,
Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Medik Subspesialis, Pelayanan
Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik, dan Pelayanan
Penunjang Non Klinik.
Salah satu jenis pelayanan medik dasar dan pelayanan medik spesialis
lain yang harus dimiliki rumah sakit tipe A adalah Pelayanan Lontara 3 Bawah
Belakang ( Neuorogi/Saraf ) adalah salah satu unit rawat inap yang ada di Rumah
Sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Menurut American Hospital
Association tahun 1978 Rawat inap adalah :

1. Pemeliharaan kesehatan rumah sakit dimana penderita tinggal/mondok


sedikitnya satu hari berdasarkan rujukan dari pelaksana pelayanan kesehatan
atan rumah sakit pelaksana pelayanan kesehatan lain.
2. Pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa,
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan menginap di ruang
rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta serta
puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya
penderita harus menginap.
Ruangan Lontara 3 Bawah Belakang Bawah Belakang sebagai unit
rawat inap yang memberikan pelayanan gangguan sistem bersarafan kepada
pasien yang harus mampu memberikan pelayanan yang paripurna kepada
masyarakat.
A. Visi
Visi merupakan pandangan jauh kedepan, kemana dan bagaimana
RSUP. Dr.. Wahidin Sudirohusodo harus dibawa dan berkarya secara produktif,
inovatif konsisten serta antsipatif terhadap perubahan. Visi tidak lain adalah
suatu gambaran menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan cita dan
citra yang ingin diwujudkan. Dengan mengacu pada batasan tersebut, visi
RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo adalah: “Menjadi Academic Health Center
Terkemuka di Indonesia Tahun 2019”
B. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo
mencanangkan 3 misi sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan pelayanan, pendidikan dan penelitian di bidang
kesehatan yang berkualitas dan komprehensif.
2. Menumbuhkembangkan system manajemen organisasi yang efektif.
3. Mengampu rumah sakit jejaring di wilayah Indonesia Timur
C. Motto:
“Dengan budaya Sipakatau Kami Melayani dengan Hati”
D. Falsafah
Menjunjung tinggi harkat dan martabat tanpa mengutamakan mencari
keuntungan dan dalam melaksanakan kegiatannya didasarkan pada prinsip
efisiensi dan produktifitas.
2. Gambaran Umum Lontara 3 Bawah Belakang (Neuro)
Lontara 3 bawah belakang (Neurologi) merupakan ruang rawat inap yang yang
memiliki batasan-batas sebagai berikut:
1. Sebelah timur berbatasan dengan ruang lontara 3 bawah depan
2. Sebelah barat berbatasan dengan pakiran lontara 3
3. Sebelah utara berbatasan dengan lontara 2 bawah belakang
4. Sebelah selatan berbatasan dengan lontara 4 bawah belakang
Ruangan lontara 3 bawah belakang dipimpin oleh Ns. H.Bardi S.kep dengan
jumlah tenaga kesehatan 23 tenaga kesehatan yang terdiri dari 4 team:
- Team A : 1 Ketua tim dan 5 perawat pelaksana
- Team B : 1 ketua tim dan 4 perawat pelaksana
- Team C: 1 ketua tim dan 5 perawat pelaksana
- Team D: 1 ketua tim dan 5 perawat pelaksana
Tenga non medis yang terdiri dari:
- Verivikator 1 orang
- Evakuator 1 orang
Ruang lontara 3 Neurologi terdiri dari:
- Ruang kepala ruangan sendiri
- ruang satelit bersebelahan dengan ruang kepala ruangan
- 2 ruang perawat (bangsal dan HCU)
- 2 kamar koas (kamar koas putra dan putri) bersebelahan dengan kamar 2
kelas III
- 4 Ruang bangsal yang terdiri dari:
 Kamar 1 kelas II yang terdiri dari 4 bed (tempat tidur)
 Kamar 2 kelas III yang terdiri dari 6 bed (tempat tidur)
 Kamar 3 kelas III yang terdiri dari 6 bed (tempat tidur)
 Kamar 4 kelas III yang terdiri dari 6 bed (tempat tidur)
Ruangan HCU yang terdiri dari 8 bed (tempat tidur)
- 1 ruangan ISO yang terdiri dari 2 bed (tempat tidur)
- ners station depan ruang perawat
- kamar mandi pasien 8 buah
- kamar mandi perawat 1 buah dan
- gudang 1 bersebelahan dengan tangga menuju lontara 3 atas belakang
DENAH RUANGAN LONTARA 3 BAWAH BELAKANG

1 4 6 8 9

2 3 5 7

10 11 12 13 14 15

10 11 12 13 14 15

Ket
1 : Ruangan iso 8 : Kamar mandi perawat
2 : Ruangan koas pria 9 : Kamar IV kls III
3 : Ruangan koas wanita 10 : Ruangan karu Nurse staion
4 :Kamar II kls III 11: Satelit lontara III Pintu keluar darurat
5: Kamar III kls III 12 : Kamar I kls II
6 : Kamar perawaat 13 : Ruang HCU Kamar mandi pasien
7 : Ruang perawat 14:Ruang perawat HCU Tangga
15 : Ruang HCU
BAB II
HASIL PENGKAJIAN

A. M1 (MAN) Sumber Daya Manusia Lontara 3 Bawah Belakang


1. Struktur Oganisasi
STRUKTUR ORGANISASI LONTARA III BAWAH BELAKANG ( NEUROLOGI )

KEPALA INSTALASI
Ns.Maemunah, S.Kep., M.Kes

KEPALA PELAYANAN
NS H. BARDI, S.Kep

b.
I KATIM II KATIM III KATIM IV
Ns. NURSIAH RAMA, c.
S.Kep Ns. MASDAR, S.Kep Ns. Nur Ainun,S.kep HENI, AMK

d.
SUMARNI, AMK Ns. Rizka Emilia, S.Kep Bulkis Wulandari, AMK Ns. Radhita Ramadhani, S.Kep
e.

Ns. Andi Darna, S.Kep ABDILLAH ALIF, S.Kep Ns. Sahniar Made, S.Kep Syamsuryana,Amd.kep VERIFIKATOR
f. Aprilianti M.Matana .SE
Ns. Sumiati, S.kep Ns. Nini. Mancana,S.kep Kurnia Citra, Amd.Kep Ns. Nurianti, S.Kep
g.
RUSDY, AMK KARTINI, AMK Ns. Lidya R, S.Kep Reski purnandasari, Amd Kep EVAKUATOR
NATHALLIE
Melsi T. AMK Laila Tunisa S.Kep Ns. Ermawati Puspita,
S.Kep
3. Ketenagaan
Tabel 3.1
Distribusi Tenaga Perawat

Pendidikan
No Nama Jabatan Lama Bekerja
Terakhir
1 Ns. H Bardi, .Kep Kepala Ruangan S1 Ners 21 tahun
2 Ns. Masdar, Skep KATIM A S1 Ners 19 tahun
Perawat
3 Sumarni, AMK AMK 19 tahun
pelaksana
Perawat
4 Nelsi Tandisinding AMK 7 tahun
pelaksana
Perawat
5 Ns. Andi Darma, S.kep S1 Ners 4 tahun
Pelaksana
Ns.Nur Ainun
6 KATIKM B S2 magister 10 tahun
S.kep.,M.kep
Perawat
7 Ns. Riska Emelia S.kep S1 Ners 7 tahun
Pelaksana
Perawat
8 Abdilah Latif S.kep S.kep 7 tahun
Pelaksana
Perawat
9 Kartini, AMK AMK 10 tahun
Pelaksana
Perawat
10 Ns. Sahniar Made,S.kep S1 Ners 4 tahun
Pelaksana
Perawat
11 Ns. Laila Tunisa S.kep S1 Ners 2 tahun
Pelaksana
12 Heni, AMK KATIM C AMK 13 tahun
Perawat
13 Bulkis wulandari, AMK AMK 10 tahun
Pelaksana
Ns. Ermawati Parawat S1 Ners 4 tahun
14
Puspita,S.kep Palaksana
Perawat
15 Kurnia citra, Amd.kep Amd.kep 4 tahun
palaksana
Perawat
16 Ns. Lidya R, S.kep S1 Ners 2 tahun
palaksana
17 Ns. Nursiah Rama, S.kep KATIM D S1 Ners 24 tahun
Ns. Radhita Ramadhani, Perawat
18 S1 Ners 4 tahun
S.kep Pelaksana
Perawat
19 Ns. Nurianti S.kep S1 Ners 9 tahun
pelaksana
Perawat
20 Rusdy,AMK AMK 7 tahun
pelaksana
Rezky Purnandasari, Perawat
21 Amd.kep 4 tahun
Amd.kep pelaksana
Perawat
22 Melsi T. AMK. Amd.kep 2 tahun
pelaksana
23 Ns. Laila tunisa R , S.Kep

Dari tabel di atas diapat Ketenagaan diruang lontara 3 bawah belakang


(neurologi) terdiri dari keperawatan maupun non keperawatan.
Ruang lontara 3 bawah belakang dipimpin oleh 1 kepala ruangan
4 orang ketua tim dan 19 orang perawat pelaksana dan 2 tenaga
supervisor, jumlah tenaga keseshatan yang berpendidikan magister
Keperawatan sebanyak 2 orang, S1 Ners sebanyak 11 orang, S.kep
sebanyak 1 orang, D3 sebanyak 3 orang, dan AMK sebanyak 6 orang.
Dengan tenaga kerja paling lama 24 tahun dan tenaga kerja yang baru
adalah selama 2 tahun
Tabel 3.2
Distribusi Tenaga Non Perawat Ruang L3BB
No Nama Area Kerja
1 Aprilianti M Verifikator
Matana
2 Nathalia Evakuator
Sumber : R. L3 BB 2019
Tenaga non perawat di ruang lontara 3 bawah belakang terdiri dari
Verikator, dan Evakuator serta ahli gizi.
Tabel 3.3
Kualifikasi Pendidikan Tenaga Perawat di Ruang L3 BB

Tenaga Perawat di Ruang L3BB


No
Pendidikan Jumlah
1. Magister Keperawatan 2 Orang
2. Sarjana Keperawatan + Ners 11 Orang
3. Sarjana Keperawatan 1 Orang
3. Diploma Keperawatan 3 Orang
4 AMK 6 orang
Total 23 orang
Sumber : R. L3 BB 2019

Dari table di atas didapatkan data tenaga pendidikan perawat di ruang


L3BB S2 Magister Keperawatn 2 orang, S1 Ners sebanyak 11 orang, S1
keperawatan 1 orang, D3 keperawatan sebanyak 3 orang, AMK
sebanyak 6 orang dengan total tenaga keseshatan sebanyak 23 tenaga
kesehatan.
a. Menurut Gillies (1982) kebutuhan tenaga perawat secara kuantitatif dapat
dirumuskan dengan perhitungan sebagai berikut

Tenaga perawat (TP) = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan atau


tahun jumlah hari kerja perawatan /tahun x jam kerja perawat perhari.

( PT ) = A x B x 365

( 365- C ) Jam kerja / hari )

Keterangan :

A : jam efektif /24 jam =waktu perawatan yang dibutuhkan pasien/hari


B : rata-rata jumlah pasien per hari =jumlah hari kerja per satu tahun
C : Jumlah hari libur, 365 =jumlah hari kerja dalam satu tahun
Menentukan jumlah kebutuhan tenaga perawat pada ruangan lontara 3
bawah belakang dengan menunjukan rumus

PT = 10 x 23 x 365
( 365 – 100 ) x 8
PT = 67.160
( 269) x 8
PT = 67.160
2.152
PT = 31

b. Menurut douglas (1984) perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut


douglas dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan setiap shift klien
seperti tabel berikut
Tabel 3.4
Jumlah tenaga perawat berdasarkan Klassifikasi Ketergantungan Klien

Kebutuhan perawat
Waktu klasifikasi
Jumlah Pagi Sore Malam
Mandiri 4 4 x 0,17=0,68 4x0,4=1,6 4x0,07=0,28
Parsial 13 13x0,27=3,51 13x0,15=1,19 13x0,10=1,3
Total care 6 6x0,36=2,16 6x0,3=1,8 6x0,20=1,2
Jumlah 23 6 5 3
Sumber : R. L3 BB 2019
Jumlah perawat yang diperlukan untuk jaga padi sebanyak 6 orang, sore
sebanyak 5 orang, malam sebanyak 3 orang, sedangkan klasifikasi derajat
ketergantungan pasien terhadap keperawatan menurut douglas berdasarkan
kriteria sebagai berukut : perawat minimal memerlukan waktu selama 1
sampai 2 jam/24 jam, dengan kriteria :
a) Kebersihan diri,mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri.
b) Ambulasi dengan pengawasan
c) Obsesvasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
d) Pengobatan minimal, status psikologis stabil.
e) Persiapan pengobatan memerlukan prosedur.

Perawatan intermediate memerlukan waktu 3-4 jam/24jam dengan kriteria:

a) Kebersihan diri dibantu, makan,minum dibantu.


b) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
c) Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
d) Folley catheter/intake output dicatat.
e) Klien dengan pemasanagn infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
Pearawat maksimal atau total memerlukan waktu 3-6 jam/24 jam dengan
kriteria:

a) Segalanya diberikan/dibantu
b) Posisi diatur,observasi taanda-tanda vital tiap 2 jam
c) Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intrevena
d) Pemakaian scaktion
e) Gelisah, disorientasi
A. Menurut depkes, 2005 modal pendekatan yang dapat digunakan dalam
perhitungan tenaga keperawatan yang ada di rumah sakit memperhatikan
unit kerja yang ada di rumah sakit. Penetapan didasarkan klasifikasi pasien
dengan cara perhitungan adalah:
a) Tingkat ketergantungan berdasarkan kasus
b) Rata-rata pasien /hari
c) Jumlah perawatan yang diperlukan /hari/pasien
d) Jam perawtan yang diperlukan/ ruangan /harri
e) Jam kerja efektif setiap perawat 7 jam /hari
Dirumuskan sebagai berikut:

- Tenaga kepeerawatan rawat inap :

Jumlah jam perawtan / ruangan / hari

- Tenaga keperawatan rawat jalan

Jumlah jam perawtan efektif X rata-rata jumlah pasien perhari


Tabel : 3.5
Hasil Perhitungan Tanaga Perawat Lontara 3 Bawah Belakang

Hasil
Metode Jumlah tenaga yang Jumlah tenaga yang ada Ket
dibutuhkan
Gillies 31 23 Lebih 12
Douglas 21 23 Kurang 2

Berdasarkan perhitungan gillies jumlah perawat yang dibutuhkan sebanyak 31


Orang perawat di ruangan lontara 3 bawah belakang ( neurologi ) sedangakan
menurut perhitungan Dougles jumlah perawat di ruang lontara 3 bawah
belakang sebanya 21 orang sedangkan jumlah perawata sebanyak 23 orang

Tabel 3.6
Kapasitas Tempat Tidur Ruang Lontara 3 Bawah Belakang
Ruang Kamar/Kelas Jumlah Tempat Tidur
L3BB Kamar 1/II 4 tempat tidur
Kamar 2/III 6 tempat tidur
Kamr 3/III 6 tempat tidur
Kamar 4/III 6 tempat tidur
Kamar HCU 1 4 tempat tidur
Kamar HCU 2 4 tempat tidur
Kamar ISO 2 tempat tidur
Kamar Koas Laki-laki 1 tempat tidur
Kamar Koas perempuan 1 tempat tidur
Satelit Farmasi -
Total : 9 ruang rawat Total: 32
Sumber : R. L3 BB 2019
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah tempat tidur di ruang L3BB
Rumah Sakit Wahidin Makassar berjumlah 32 tempat tidur dengan kamar 1/II
4 tempat tidur, kamar 2/III 6 tempat tidur, kamar 3/III 6 tempat tidur, kamar
HCU 1 4 tempat tidur, Kamar HCU 2 4 tempat tidur, kamar koas perempuan
1 tempat tidur dan kamar koas laki-laki 1 tempat tidur di tambah dengan
satelit farmasi dan ISO 2 tempat tidur dengan keseluruhan ruang perawatan 9
ruangan dan penambahan satelit farmasi

Tabel 3.7
Nilai BOR (Bed Occupancy Rate)
Ruang TT April 2019 Mei 2019 Juni 2019
BOR BOR BOR
L3BB 32 79,9 % 82,0% 79,5 %
Sumber: Data Ruang L3BB 2019

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛


𝐵𝑂𝑅 = 𝑋 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒

763
𝐵𝑂𝑅 = 𝑋 100%
32x30
763
𝐵𝑂𝑅 = 𝑋 100%
960

BOR = 79 %

Berdasarkan data yang diambil dari ruang L3BB bulan terakhir,


diketahui bahwa BOR yang terbesar diruang L3BB yaitu pada
bulan April 2019 sebesar dan BOR terkecil diruang L3BB yaitu
pada Juni 2019 sebesar Jumlah tersebut di dapat dari Rumus
Depkes RI (2005) sebagai berikut:
a. Rata-rata jumlah pasien
Perhitungan rata – rata jumlah pasien di ruangan lontara 3 bawah
belakang menggunakan : rumus
BOR x jumlah TT
79% X 32 = 2.528
Jadi, jumlah rata – rata pasien dalam bulan 3 bulan dari bulan Mei
juni dan Juli 2.528
 Average Length Of Stay (ALOS)
ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat
seorang pasien. Secara umum nilai ALOS yang ideal adalah antara
6-9 hari.
Rumus Perhitungan ALOS :

RUMUS : Jumlah Hari Perawatan Pasien Keluar

Jumlah Pasien Keluar (Hidup + mati)

Berdasarkan data yang didapat dari hasil pengkajian pada bulan juli,
jumlah pasien pulang berjumlah 66 Pasien. Dan pasien pulang
dengan lama dirawat 736 hari
Jadi jumlah lama perawatan pada bulan juli tersebut adalah 736 hari
Dan pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 78
orang.
Maka pada tanggal 8 Desember tersebut ALOS nya adalah :
- Jumlah lama dirawat = 736 Hari
- Jumlah pasien keluar hidup & meninggal = 78 orang
Jadi ALOS nya = 736

78
= 9, 43 hari
Menurut DEPKES 2010 LOS (lama hari rawat) yang ideal adalah 6 –
9 hari.
Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan berdasarkan tingkat
ketergantungan .
Pasien di ruang lontara 3 bawah belakang dengan 26 pasien (4 pasien
dengan perawatan minimal, 19 pasien dengan perawat intermediet dan
3 pasien dengan perawatan total), maka jumlah perawat yang
dibutuhkan.
a. Kebutuhan Tenaga Perawat
Loss day

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑎𝑏𝑡𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝑚𝑖𝑛𝑔𝑔𝑢 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 + 𝑐𝑢𝑡𝑖 + ℎ𝑎𝑟𝑖𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟


= 𝑥𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓

56 + 12 + 14
= 𝑥 23 = 8
235
Dari rumus di atas didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan
dalam 1 shift minimal 8 perawat agar seimbang dengan kebutuhan
pasiendengan jumlah keseluruhan tenaga keperawatan yaitu 23
orang

b. Penyakit yang terbanyak tahun ini

Dari data yang didapatkan di L3BB didapatkan penyakit terbanyak


pada 3 bulan terkhir yaitu:

Tabel . 3.8

Jumlah kasus penyakit di Lontara 3 BB ( Neurologi )

No Nama penyakit Jumlah Persen Kasus


1 Other Cerebral Infarction 100 %
2 Other Intracerebral Haemorrhage
3 Hemiplegia, Unspecified
4 Paraplegia, Unspecifien
5 Flaccid Paraplegia
6 Vascular Headache, Not Elsewhere Classified
7 Generalized Idhiopatic Epilepsy And Epileptic
Syndrome
8 Tetraplegia, Unspecified
9 Low Back Pain
10 Cerebral Infaction, Unspecified
Sumber : R. L3 BB 2019
B. (M2-Material)
Materi terdiri dari dari bahan setengah jadi ( raw material ) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain
manusia ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakanm
bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia
tidak dapat di pisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang
dikhendaki.
- Jenis Pelayanan
Ruangan lontara 3 bawah belakang melayani layanan rawat inap
neurologi
- Sarana dan Fasilitas
Table 3.9
Fasilitas untuk pasien
Tersedia
No. Nama Barang Jumlah
Kondisi Keterangan
1. Tempat tidur 32 Baik

2. Jam dinding 1 Baik


3. Kursi roda 6 Baik
4 Lemari kecil 32 Baik
5 Kamar mandi dan 8 Baik
WC
Table 3.10
Fasilitas Untuk Petugas

Tersedia
No. Nama Barang Jumlah
Kondisi Keterangan
1. Kasur 2 Baik
2. Jam dinding 2 Baik
3. Kursi perawat 20 Baik
4. Lemari besar 7 Baik
5. Lemari kecil 4 Baik
6. Meja kerja 5 Baik
7. Kamar mandi dan 1 Baik
WC
Tabel 3.11
Alat kesehatan di ruang L3BB

Tersedia
Jumlah
No Nama barang
Kondisi Keterangan
1 Oksigen sentral 22 Baik Cukup
2 Oksigen transfer 3 Baik Cukup
3 Tensi meter digital 4 Baik Cukup
4 Tensi mobile 1 Baik Cukup
5 Suction mobile 2 Baik Cukup
5 Suction central 8 Baik Cukup
6 Lampu emergensi 6 Baik Cukup
7 Guedel 6 Baik Cukup
8 Termometer digital 2 Baik Cukup
10 Tonspatel 1 Baik Cukup
11 Hamer 1 Baik Cukup
13 Gunting anatomi 5 Baik Cukup
15 Pinset cerujie 5 Baik Cukup
18 Bak instrumen sedang 5 Baik Cukup
20 Standar infus tancap 3 Baik Cukup
21 Standar infus berdiri 29 Baik Cukup
23 Bengkok sedang 2 Baik Cukup
26 Kursi roda biasa 6 Baik Cukup
29 Sampiran 28 Baik Cukup
31 Klem arteri 5 Baik Cukup
32 Klem vankoher 5 Baik Cukup
35 Saturasi O2 1 Baik Cukup
36 Monitor duduk 8 Baik Cukup
37 Monitor mobile 1 Baik Cukup
38 Infus pam 2 Baik Cukup
39 Steringpam 5 Baik Cukup
40 Nebolizer 2 Baik Cukup
41 Kasur dekubitus 8 Baik Cukup
42 Canula sentral 3 Baik Cukup
43 Canula mobile 2 Baik Cukup
44 Lampu foto/ CT 1 Baik Cukup
45 EKG 1 Baik Cukup
46 Alat GDS 1 Baik Cukup
Tabel 1.3

Alat Alat Furniture di Ruang L3BB

Tersedia
No Barang Jumlah
Kondisi Keterangan
1 Iphone 1 Baik Cukup
2 Tempat sampah medis 8 Baik Cukup
3 Tempat sampah pasien 2 Baik Cukup
4 Tempat alat steril 1 Baik Cukup
5 Tempat alat non steril 2 Baik Cukup
6 Tempat Map plastik merah 8 Baik Cukup
7 Tempat Map plastik hijau 4 Baik Cukup
8 Tempat Map plastik orange 3 Baik Cukup
9 Tempat Map plastik pink 3 Baik Cukup
10 Tempat map plastik biru 1 Baik Cukup
11 Rak obat plastik 32 Baik Cukup
12 Rak resep dan alat 12 Baik Cukup
13 Hekter bolong 2 Baik Cukup
14 Keranjang plastik 4 Baik Cukup
15 Loyang plastik 3 Baik Cukup
16 Apar 1 Baik Cukup
17 Helm apar 3 Baik Cukup
17 Gayung 9 Baik Cukup
18 Ember 8 Baik Cukup
19 Baskom almunium 2 Baik Cukup
20 Lemari pasien 32 Baik Cukup
21 Kursi kayu panjang 1 Baik Cukup
22 Kursi plastik pasien 32 Baik Cukup
23 Wastavel 2 Baik Cukup
24 Rak piring 1 Baik Cukup
25 Kulkas 2 Baik Cukup
26 Dispenser 1 Baik Cukup
27 AC 5 Baik Cukup
28 Troli tindakan 6 Baik Cukup
29 Troli emergency 1 Baik Cukup
30 Ember laken kotor 2 Baik Cukup
31 Tv 1 Baik Cukup
32 Lemari laken bersih 1 Baik Cukup
33 Bantal kepala 32 Baik Cukup

Ruangan L3BB ( Neurologi ) sudah memiliki Alat Medis ataupun alat non
medis sudah sesuai dengan RSWS. Alat medis yang paling banyak di
ruangan L3BB yaitu standar infus berdiri dengan jumlah atal 23 buah . dan
alat non medis yang paling banyak yaitu rak obat pasien, kursi pasien dan
bantal pasien dengan jumlah barang masing-masing yaitu 32 buah.

C. M3 –(Methode)
Metode yang dilaksanakan diruang L3BB yaitu metode tim.
Dimana kepala ruangan membagi anggotanya menjadi 4 tim yaitu tim I
yang terdiri dari 1 orang ketua tim dan 3 orang perawat pelaksana, tim II
yang terdiri dari 1 ketua tim dan 5 perawat pelaksana, tim III yang terdiri
dari 1 ketuan tim dan 4 perawat pelaksana, tim IV yang teridri dari 1 ketua
tim dan 5 perawat pelaksana. 1 orang kepala ruangan menangani 8 orang
pasien, 2 orang perawat pelaksana menangani 6 orang pasien, 3 orang
perawat pelaksana menangani 4 orang pasien.
Metode Asuhan Keperawatan yang digunakan di ruang L3BB yaitu
metode MAKP.
- Dari hasil wawancara dengan perawat L3BB didapatkan kurangnya
penerapan MAKP di ruang L3BB dikarenakan terbatasnya tenaga
kesehatan yang ada di ruangan L3BB.
- Dari hasil wawancara dengan Pemberian motivasi dilakukan oleh kepala
ruangan dalam bentuk lisan.
- Operan shift dari dinas pagi ke dinas sore, dinas sore ke dinas malam ke
tua tim dipimpin oleh kepala ruangan dari pengamatan. Operan sudah
di jalankan
- komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post
conference adalah : hasil Askep tiap perawat dan hal penting untuk
operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh Katim
- dari hasil wawancara dengan kepala ruangan L3BB Bila kepala ruangan
berhalangan , kepala ruangan menunjukan salah satu ketua tim untuk
menggantikan tugas kepala ruangan. Bila ketua tim berhalangan hadir ,
maka kepala ruangan menunjuk salah satu anggota tim ( perawat
pelaksana ) menjalankan tugas ketua tim . Bila ada perawat pelaksana
yang berhalangan hadir , maka katim melimpahkan pasien kepada
perawat pelaksana yang hadir.
- Dari hasil wawancara didapatkan Supervisi biasa dilakukan oleh kepala
ruangan untuk memastikan bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan
sesuai dengan yang seharusnya
 Fungsi Pengarahan
1. Timbang terima pasien
Pelaksanaan timbang terima secara penuh dilaksanakan pada
tanggal 16 juli s/d 19 juli 2019 setiap hari setiap pergantian shift dinas.
Timabang terima dilaksanakan pukul 08.00 dari dinas malam ke dinas
pagi pukul 14.00 dari dinas pagi ke dians sore dan pukul 21.00 dari
dinas sore ke dinas malam. Adapun alur pelaksanaannya dimulai dari
Nurse Station dimana kepala ruanagan, KATIM dan PP Shift malam
dan shift pagi sudah siap. Kepala ruangan membuka acara yang di
dahului dengan doa kemudian kepala ruanagan menyerahkan acara
timbang terima kepada PJ Shift malam, kemudian PJ Shift malam
melaporkan keadaan dan perkembanagan pasien selama bertugas
kepada KATIM pagi dan PP yang akan berdians selanjutnya. PP shift
malam yang sudah bertugas memberikan klarifikasi keluhan intervensi
keperawatan yang sudah dan belum di laksanakan ( secara umum),
intervensi kolaboratif, renacana umum dan persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan operasi, pemeriksaan penunjang, dll) serta hal
yang belum jelas atas laporan yang telah disampaikan setelah
melakukan timbang terima berupa laporan tertulis dan lisan kemudian
diteruskan validasi tempat pasien. KATIM dinas pagi mengklarifikasi
dan memvalidasi data langsung kepada pasien atau keluraga yang
mengalami masalah khusus. Untuk pasien yang tidak mengalami
masalah khusus, kunjungan tetap dilaksanakan. Lama kunjunagan
tidak lebih dari 5 menit per pasien. Bila terdapat hal-hal yang disebut
rahasia bagi pasien dan keluarga perlu diklarifikasi, maka dilakuakan
di Nurse Station setelah kunjungan ke pasien berakhir. Para perawat
dan kepala ruangan kembali ke nurse station mendiskusikan tentang
keadaan pasien yang bersiifat rahasia setelah proses timbang terima
dilakukan maka kedua KATIM menandatangani laporan timbang
terima dengan diketahui oleh kepala ruangan.

2. Pre dan Post Conference


Pelaksanaan Kegiatan pre dan post confrence dilakukan nurse
station yang diikuti oleh KATIM dan perawat pelaksana dari kedua
shift dinas dan pelaksanaan dilakukan sebelum dan sesudah timbang
terima pada saat pre confrence setiap KATIM 1 dan KATIM 2 mencari
tempat masing – masing untuk diskusi antar tim setiap KATIM
mengumpulkan anggotanya yang dinas malam untuk menanyakan
tentang hasil asuhan keperawatan, kendala dan pemberian asuhan
keperawatan dan tidak lanjut atau rencana tindakan dalam pemberian
asuhan keperawatan. Setiap KATIM membuka acara pre confrence
terlebih dahulu dan mengingatkan pada perawat pelaksana untuk
menyiapkan buku catatan serta bolpoint dan KATIM membawa buku
timnya. Setelah itu KATIM menanyakan tentang hasil asuhan
keperawatan atau tindakan dari masing – masing pasien yang sudah
dilakuakan selama dians malam oleh perawat. Lalu KATIM
menanyakan tentang tindak lanjut atau rencana untuk dinas berikutnya
serta memberi reinforcement pada perawat. Terakhir KATIM menutup
acara pre conference.

3. Pendelegasian

Pendelegasian adalah penyelesaian pekerjaan yang dikerjakan


melalui orang lain untuk menyelasaikan tujuan organisasi.
Perencanaan Pelaksanaan pendelegasian dilakukan oleh mahasiswa
pada tanggal 16 Juli 2019, dibawah pembimbingan Ca lahan.
Pendelegasian dilakukan diruang kepala ruangan yang diikuti oleh
kepala ruangan dan KATIM. Dalam kegiatan pendelegasian, kepala
ruangan menjelaskan tujuan pendelegasian yang diberikan kepada
KATIM hal yang disampaikan dalam pendelegasian adalah pemberian
tugas wewenang dan tanggung jawab kepala ruangan kepada KATIM
karena akan menjalankan dinas luar selama 2 hari. Setelah kepela
ruangan menjelaskan tugas yang diberikan, kemudian kepala ruangan
memberikan kesempatan pada KATIM untuk menanyakan hal yang
kurang jelas. Setelah ada kesepakatan, kedua belah pihak
menandatangani format surat pendelegasian yang ada.

4. Supervisi Keperawatan

Supervisi dilakukan pada hari kamis tanggal 16 juli 2019,


dengan obyek supervisi pemberian terapi injeksi IV Bolus dan
observasi sign Vital kepada pasien. Supervisi diawali dengan
penyampaian kegiatan supervisi oleh kepala ruangan kepada KATIM,
kemudian dilanjutkan supervisi persiapan alat, kepala ruangan
menggunakan instrument supervisi seperti terlampir. Hasil supervisi
didapati terlihat baik didepan pasien dan komunikasi dengan pasien
ketika melakukan tindakan masih kurang maksimal. Selanjutnya
kepala ruangan selaku supervisor melakukan pembinaan dan
pengarahan untuk lebih memperbedakan tindakan sessuai dengan SPO
yang sudah ditentukan.

5. Ronde Keprawatan

Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk


mengatasi masalah keperawtan klien yang dilaksanakan oleh perawat,
disamping klien dilibatkan untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan pada kasus tertentu yang di lakukan oleh kepala ruangan,
KATIM, Perawat pelaksana serta melibatkan seluruh anggita tim (
dokter, ahli gizi, dll). Perencanaan pelaksanaan ronde keperawatan yang
dilaksanakan pada hari jumat tanggal 18 juli 2019 kelompok.
Pelaksanaan ronde pertama dilakuakan di nurse station dengan antar
KATIM yang pimpin oleh kepala ruangan. Kemudian dialnjutakan
dengan validasi data ke bed pasien dengan melibatkan keluarga serta
pasien. Setelah dilakukan validasi data ke pasien, semua perawat
pelaksana serta kepala ruagan kembali ke nurse station. Di nurse station
semua perawat pelaksana, kepala ruagan, serta anggota tim medis
lannya melakukan diskusi untuk membicarakan masalah kebutuhan
pasien yang belum terpenuhi dilihat dari segala pandangan. Dalam
diskusi ini, diharapkan adanya masukan dari anggota tim medis lainya
untuk menyelesaikan permasalahan yang di alami oleh pasien.

6. PKMRS

PKMRS adalah penyuluhan kesehatan yang khusus


dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya untuk bisa
menagani kesehatanya, hal ini merupakan tangung jawab bersama
yang berkesinambungan antara dokter dan pasien atau petugas
kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Rencana kegiatan PKMRS
dilakukan pada hari selasa tanggal 17 juli 2016 di lontara bawah
belakang di kelas 2 . Materi PKMRS yang kami sampaikan adalah cuci
tangan yang benar dan Metode yang di gunakan adalah dengan
penyuluhan kesehatan (Diskusi, tanya jawab, dan pemaparan Materi).
Media yang dipergunakan adalah Leaflet dan Biner.

7. Discharge Planning
Discharge planning adalah suatu proses yang sistematis untuk
menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi dengan fasilitas
kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan serta bekerja sama
dengan pelayanan sosial yang ada dikomunitas, sebelum dan sesudah
pasien pindah/pulang. Perencanaan diruangan lontara 3 bawah
belakang selalu melakukan Discharge planning setiap pasien akan
pulang, akan tetapi ruang belum memiki kartu khusus tentang
discharge planning. Tidak tersediannya leaflet yang berguna bagi
pasien sebelum pasien pulang sehingga nanti saat dirumah pasien bisa
melihat kembali leaflet jika pasien lupa dengan informasi yang
diberikan perawat. Pda saat dicharge planning kepala ruangan
memeriksa kelengkapan berkas-berkas yang dilakukan oleh KATIM,
KATIM melakukan discharge planning kepada pasien di Nurse station.
D. Keuangan (M4 – Money)
Biaya perawatan pasien di ruang lontara 3 bawah belakang
sebagian besar dari BPJS, masalah pembiayaan terpusat langsung, jadi
bisa dikatakan, tergantung dari alokasi anggaran yang disediakan rumah
sakit untuk tiap-tiap ruangan.Menurut Nursalam kritikan yang diterima
oleh ruangan biasanya terkait dengan kurangnya sumber daya tenaga
sehingga pelayanan menjadi kurang optimal.
E. Marketing (M5)
a. Kasus terbanyak
Other cerebral infarkcetion atau Strok adalah suatu kejadian
rusaknya sebagian Terjadi jika pembuluh darah arteri yang
mengalirkan darah ke otak tersumbat, robek, atau bocor.
b. Mutu rumah sakit
Berdasarkan BOR rata-rata dalam 3 bulan terakhir ( April,
mei, juni ) di dapatkan pasien yang di rawat di ruang L3BB paling
banyak pada bula juni. pasien yang di rawat di ruang ini berasal dari
daerah yang berbeda dari seluruh indonesia bagian timur. Sumber
keuntungan dari pasien yang di rawat ada yang berasal dari BPJS (
Mandiri. KIS, Askes ) maupun pembiayaan umum (oleh diri
sendiri). Tetapi sebagian besar pasien di rawat bersumber keungan
dari BPJS. Tingkat pendidikan pasien yang di rawat pun bermacam-
macam, ada yang sama sekali tidak sekolah, sampai yang berjenjang
pendidikan S2. Hal ini mempengaruhi pelayanan yang akan di
berikan.
Ruang Lontara 3 bawah belakang ( Neuroogi ) sebagai ruangan
perawatan yang di peruntukan bagi penderita penyakit yang
berkaitan dengan gangguan syaraf. Ruang ini juga sebagai lahan
praktik klinik mahasiswa kesehatan seperti stikes, akper, FK, dll.
Tertarikya pasien untuk dating di RS wahiddin dikarenakan RSWS
merupakan rumah sakit tipe A di Indonesia timur yang memiliki
alat-alat kesehatan yang memadai dan memiliki banyak tenaga
kesehatan yang professional.
F. Lingkungan (E1-Environtment)

Tabel 3.23
Kajian lingkungan ruang L3BB
Kategori Nilai Usulan
Ventilasi Baik -
Pencahayaan Baik -
Kebersihan Kurang baik Tingkatkan
Kerapihan tempat tidur Kurang Baik Tingkatkan
Penempatan safety box baik -
Tempat sampah infeksius Baik -
dan non infeksius

G. Hasil Kajian Analisis Internal Dan Eksternal


1. Kekuatan (Strength)
a) Terdapat tenaga keperawatan Sarjana Keperawatan + Ners sebanyak
11 orang, S1 keperawatan 1 orang, S2 M.Kep 2 orang, D3 sebanyak
3 orang, AMK sebanyak 6 orang
b) Memiliki tenaga perawat yang berpengalaman, dengan masa kerja
24 tahun 1 orang, 21 tahun 1 orang, 19 tahun 2 orang
c) Ada pendapatan insentif dan jasa
d) Dilakukan timbang terima dengan metode SBAR
e) Mempunyai standar asuhan keperawatan
f) Sudah diterapkan metode keperawatan profesional yaitu metode
TIM
g) Diadakannya sharing, laporan, evaluasi setiap memulai shift dan
pergantian dinas atau overan
h) Terdapatnya Ruang obat
i) Ruang L3BB memiliki ruang HCU
j) Merupakan RS yang memiliki kedisplinan, dan lebih mementingkan
kepentingan banyak orang diatas kepentingan pribadi
k) Mempunyai sarana dan prasarana untuk pasien dan tenaga
kesehatan, antara lain:
1. Tersedia nurse station
2. Alat kesehatan yang memadai dan tersedia pada tempatnya.
3. Memiliki kapasitas tempat tidur pasien sebanyak 32 tempat tidur
4. Terdapat tempat sampah yang sudah terpisah baik infeksius, non
infeksius, dan safety box untuk membuag sampah spuit
5. Terdapat 8 kamar mandi untuk pasien dan keluarga serta 1 kamar
mandi untuk perawat,
6. Terdapat poster untuk langkah-langkah cuci tangan dibeberapa
tembok yang dilengkapi dengan hand scrub dan terdapat pada
pintu masuk kamar pasien
7. Terdapat administrasi penunjang (misal: buku injeksi, SPO, SAK
dan lainnya)
8. Terdapatnya APAR di dekat nurse station dan terdapat fire alarm
di dekat kamar 3 kela III
9. Terdapatnya ventilasi udara di setiap kamar pasien
10. Pemasangan gelang nama dan tanda resiko jatuh sebagai identitas
pasien yang memudahkan tindakan keperawatan dan keamanan
pasien untuk mencegah resiko jatuh pada pasien
11. Lingkungan bersih ners station terlihat tidak ada sampah yang
dibuang sembarangan
12. Terdapat ruang kamar ganti perawat
2. Kelemahan (Weakness)
a. kurangnya tenaga keperawatan di ruangan L3BB
b. Peleksanaan proses handover belum optimal karena Ketua Tim
menjalangkan fungsinya belum secara optimal.
c. Kurangnya Memperhatikan kerapian dan kenyamanan lingkungan
sekitar klien (misalnya kebersihan tempat tidur, meja dll)
d. Keluarga pasien tidak megikuti tata tertib yang ada di ruangan
3. Peluang (Opportunity)
a. Adanya organisasi PPNI yang menaungi profesi keperawatan.
b. Adanya penyelenggaraan pelatihan-pelatihan dibidang kesehatan
khususnya keperawatan.
c. Adanya Undang-Undang RI No. 38tahun 2014 tentang
KeperawatanAdanya kerjasama dengan bidang pendidikan yang
dapat meningkatkan mutu pelayanan
d. Adanya kerjasama dengan BPJS
e. Adanya kesempatan untuk melengkapi alat – alat di ruangan terkait
persiapan akreditasi RS
f. Adanya kerjasama dengan sejumlah RS mitra di sekitar RSUP.
Wahidin Sudirohusodo
4. Ancaman (Treathened)
a. Masyarakat semakin kritis terkait dengan pelayanan kesehatan
disertai tingkat kemajuan teknologi yang semakin canggih
memudahkan masyarakat mengetahui segala informasi dengan cepat
b. Adanya Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen
c. Adanya tuntutan dunia pendidikan terhadap fungsi perawat sebagai
educator dan pembimbing
d. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk pelayanan yang lebih
profesional
e. Persaingan antar RS yang mempunyai perawat yang profesional
semakin kuat
A. Matriks IFE dan EFE
Setelah dilakukan pengelompokan hasil kajian situasi selama tiga
hari maka dilakukan pembobotan (skoring) terhadap aspek-aspek kajian
yaitu aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga
didapatkan nilai skor item-item dari aspek tersebut sebagai berikut:

NO. FAKTOR BOBOT RATING SKOR


Kekuatan (Strengths)
1. Terdapat tenaga keperawatan Sarjana 0,3 2 0,6
Keperawatan + Ners sebanyak 11 orang, S1
keperawatan 1 orang, S2 Kep 2 orang, D3
sebanyak 3 orang, AMK sebanyak 6 orang
DPJP sebanyak
2. Memiliki tenaga perawat yang 0,2 2 0,4
berpengalaman, dengan masa kerja 24 tahun
1 orang, 21 tahun 1 orang, 19 tahun 2 orang
3. Ada pendapatan insentif dan jasa 0,1 4 0,4
4. Dilakukan timbang terima dengan Metode 0,3 2 0,6
SBAR
5. Mempunyai standar asuhan keperawatan 0,3 2 0,6
MAKP

6. Sudah diterapkan metode keperawatan 0,2 3 0,6


profesional yaitu metode TIM
7. Diadakannya sharing, laporan, evaluasi 0,2 3 0,6
setiap memulai shift dan pergantian dinas
atau overran
8. Terdapatnya Ruang obat 0,5 4 2
9. Ruang L3BB memiliki ruang HCU 0,5 4 2
10. Merupakan RS yang memiliki kedisplinan, 0,1 2 0,2
dan lebih mementingkan kepentingan
banyak orang diatas kepentingan pribadi
11. Mempunyai sarana dan prasarana untuk
pasien dan tenaga kesehatan, antara lain: 0,3 3 0,9
- Tersedia nurse station
- Alat kesehatan yang memadai dan
tersedia pada tempatnya.
- Memiliki kapasitas tempat tidur pasien
sebanyak 32 tempat tidur
- Terdapat tempat sampah yang sudah
terpisah baik infeksius, non infeksius,
dan safety box untuk membuag sampah
spuit
- Terdapat 8 kamar mandi untuk pasien
dan keluarga serta 1 kamar mandi
untuk perawat
- Terdapat poster untuk langkah-langkah
cuci tangan dibeberapa tembok yang
dilengkapi dengan hand scrub dan
terdapat pada pintu masuk kamar
pasien
- Terdapat administrasi penunjang
(misal: buku injeksi, SPO, SAK dan
lainnya)
- Terdapatnya APAR di dekat nurse
station dan terdapat fire alarm di dekat
kamar 3 kela III
- Terdapatnya ventilasi udara di setiap
kamar pasien
- Pemasangan gelang nama dan tanda
resiko jatuh sebagai identitas pasien
yang memudahkan tindakan
keperawatan dan keamanan pasien
untuk mencegah resiko jatuh pada
pasien
- Lingkungan bersih ners station terlihat
tidak ada sampah yang dibuang
sembarangan
- Terdapat ruang kamar ganti perawat
Total 1 8,9
Kelemahan (Weaknes)

Kurangnya tenaga keperawatan di ruang


1. 0,2 4 0,8
L3BB
Pelaksanaan proses handover belum optimal
2 karena Katim menjalangkan funggsinya 0,2 3 0,6
belum secara optimal
Kurangnya Memperhatikan kerapian dan
3 kenyamanan lingkungan sekitar klien 0.2 3 0,6
(misalnya kebersihan tempat tidur, meja dll)
Keluarga pasien tidak megikuti tata tertib
4 yang ada di ruangan. 0.4 4 0,16

Jumlah 1 2,16
Total :
S–W=
8,9 – 2,16 = 6,74

No. Faktor Bobot Rating Skor


Peluang (Opportunity)
1. Adanya organisasi PPNI yang menaungi
0,2 3 0,6
profesi keperawatan.
2. Adanya penyelenggaraan pelatihan-pelatihan
0,2 3 0,6
dibidang kesehatan khususnya keperawatan.
3. Adanya Undang-Undang RI No. 38 tahun
2014 tentang KeperawatanAdanya kerjasama
0,2 2 0,4
dengan bidang pendidikan yang dapat
meningkatkan mutu pelayanan
4. Adanya kerjasama dengan BPJS 0,1 2 0,2
5. Adanya kesempatan untuk melengkapi alat –
alat di ruangan terkait persiapan akreditasi 0,1 2 0,2
RS
6. Adanya kerjasama dengan sejumlah RS 0,2 3 0,6
mitra di sekitar RSUP. Wahidin
Sudirohusodo
Total 1 2,6
Ancaman (Thread)
1. Masyarakat semakin kritis terkait dengan
pelayanan kesehatan disertai ingkat
kemajuan teknologi yang semakin cangih 0,2 2 0,4
memudahkan masyarakat mengetahui segala
informasi dengan cepat
2. Adanya Undang-undang No. 8 tahun 1999
0,2 3 0,6
tentang perlindungan konsumen
3. Adanya tuntutan dunia pendidikan terhadap
fungsi perawat sebagai educator dan 0,2 2 0,4
pembimbing
4. Ada tuntutan tinggi dari masyarakat untuk
0,2 2 0,4
pelayanan yang lebi professional
5. Persaingan antar RS yang mempunyai
0,2 3 0,6
perawat yang profesional semakin kuat
TOTAL
O–T= 1 2,4
2,6 – 2,4 = 0,2

B. Matriks Internal Eksternal (IE)


Matriks IE bermanfaat untuk memposisikan suatu SBU RS ke dalam
matriks yang terdiri dari 9 sel dengan memperhatikan nilai total EFE dan
IFE. Matriks IS=E menempatkan berbagai divisi dari organisasi dalam
diagram skematis, sehingga disebut matriks portofolio. Matriks IE dengan
sumbu horizontal X adalah nilai IFE yang dibagi menjadi 3 daerah yaitu:
1,0 – 1,99 = IFE lemah
2,0 – 2,99 = IFE rata-rat
3,0 – 4,0 = IFE kuat
Matriks IE dengan sumbu vertikal Y adalah nilai EFE yang dibagi menjadi
3 daerah yaitu:
1,0 – 1,99 = EFE rendah
2,0 – 2,99 = EFE rata-rata
3,0 – 4,0 = EFE kuat
C. Matriks Faktor Internal dan Eksternal
Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada
langkah berikutnya dilakukan inventarisasi SO strategi, ST strategi, WO
strategi, dan WT strategi.
Dimana sebelumnya telah dilakukan pembobotan atas aspek - aspek
kajian maka item dengan nilai yang tertinggi di pilih ( 10 item dari aspek
kekuatan, 4 kelemahan, 4 item dari aspek peluang dan 6 item dari aspek
ancaman).
KS SWOT

STRENGTH WEAKNESS
1. Terdapat tenaga keperawatan Sarjana 1. Kurangnya tenaga perawat di ruangan L3BB
Keperawatan + Ners sebanyak 11 orang, 2. Pelaksanaan proses handover belum optimal
S1 keperawatan 1 orang, S2 M.Kep 2 karena ketua tim kurang optimal
orang, D3 sebanyak 3 orang, AMK menjalangkan fugngsinya sebagai Katim.
sebanyak 6 orang DPJP sebanyak 3. Keluarga pasien tidak mematuhi tata tertib
2. Memiliki tenaga perawat yang yang ada di ruangan.
berpengalaman, dengan masa kerja 24
tahun 1 orang, 21 tahun 1 orang, 19
tahun 2 orang
3. Ada pendapatan insentif dan jasa
4. Dilakukan timbang terima dengan
Metode SBAR
5. Mempunyai standar asuhan keperawatan
6. Sudah diterapkan metode keperawatan
profesional yaitu metode TIM
7. Diadakannya sharing, Laporan, Evaluasi
setiap memulai shift dan pergantian dinas
atau overran
8. Terdapatnya Ruang obat atau Satelit
9. Ruang L3BB memiliki ruang HCU
10. Merupakan RS yang memiliki
kedisplinan, dan lebih mementingkan
kepentingan banyak orang diatas
kepentingan pribadi
11. Mempunyai sarana dan prasarana untuk
pasien dan tenaga kesehatan, antara lain:
1. Tersedia nurse station
2. Alat kesehatan yang memadai dan
tersedia pada tempatnya.
3. Memiliki kapasitas tempat tidur
pasien sebanyak 32 tempat tidur
4. Terdapat tempat sampah yang sudah
terpisah baik infeksius, non infeksius,
dan safety box untuk membuag
sampah spuit
5. Terdapat 8 kamar mandi untuk pasien
dan keluarga serta 1 kamar mandi
untuk perawat,
6. Terdapat poster untuk langkah-
langkah cuci tangan dibeberapa
tembok yang dilengkapi dengan hand
scrub dan terdapat pada pintu masuk
kamar pasien
7. Terdapat administrasi penunjang
(misal: buku injeksi, SPO, SAK dan
lainnya)
8. Terdapatnya APAR di dekat nurse
station dan terdapat fire alarm di
dekat kamar 3 kela III
9. Terdapatnya ventilasi udara di setiap
kamar pasien
10. Pemasangan gelang nama dan tanda
resiko jatuh sebagai identitas pasien
yang memudahkan tindakan
keperawatan dan keamanan pasien
untuk mencegah resiko jatuh pada
pasien
11. Lingkungan bersih ners station
terlihat tidak ada sampah yang
dibuang sembarangan
12. Terdapat ruang kamar ganti perawat
BAB IV

PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA


PENYELESAIAN MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANGAN
LONTARA 3 BAWAH BELAKANG

A. Adapun masalah yang terjadi adalah:


1. Kekurangan tenaga perawat di L3BB
2. Pelaksanaan proses handover belum optimal karena katim belum menjalankan
funsingnya seacara aktif
3. Kurangnya Memperhatikan kerapian dan kenyamanan lingkungan sekitar klien
(misalnya kebersihan tempat tidur, meja dll)
4. Keluarga Pasien tidak mematuhi tata tertib di ruangan L3BB
Man Method

Tanpa pengawasan perawat


diberikan edukasi
Kurang tenaga
perawat
Diberikan pada pasien

Kurang penerapan 6
langkah cuci tangan
yang benar pada pasien
dan keluarga
Jumlak pasien yang banyak
Namun belum
dilaksanakan
dengan benar Money
Material
Parketing
Man Method Money
Sikap perawat

SBAR belum
optimal
Kurang
kesadaran Kurangnya Dilakukan di nurse
perawat pengetahuan perawat statation

Kurang

SPO hand over optimalnya prosers

Belum optimal Nuese station handover

Tampak kecil

material

Marketing
Mhetod
Man Money

Kesibukan perwaat Penggunaan metode TIM


Pembagian tugas dengan jumlah prawat sift
Yang belum yang kurang
Kurangnya
Merata penerapan personl
Ruang L 3 BB hygine (kebersihan
diri ) pada klien dan
keluarga klien
Luas cakupan

material
Marketing
Man Money Mhetod

Sikap perawat Pre dan post


Bebaan kerja perawat conferens

Memperhatikan
Dalam fungsi peran Kurang dilakukan kerapian dan
kenyamanan sekitar
klien (kebersihan
Sebagai educator tempat tidur )

Terdapat Namun belum terlaksana


Tugas perawat

Material Marketing
A
Man Money Mhetod

Tidak melakukan sikap perawat

Agar tidak terjadi kesalahan


Prosedur tindakan Kurang
Tidak adanya SPO memperhatikan
gelang identitas
klien yang suda
Gelang identitas rusak

Material Marketing
B. Tujuan dan alternative penyelesaian masalah
1. Kurangnya tenaga keperawatan di ruangan L3BB
2. Kurang optimalnya proses handover :
Tujuan dari handover sebagai cara untuk mempermudah dan terfokus untuk
menetapkan harapan tentang apa yang akan dikomunikasikan dan bagaimana
komunikasi antara anggota tim , dan penting untuk mengembangkan
keselamatan pasien. Sehingga dapat dijadikan standar dalam komunikasi
terutama pemyampaian informasi medis atau kondisi pasien tentang
perkembanagan dan demikian inti dari kominikasi dengan pasien mudah
untuk kesematan tenaga perawat.
Alternatif peneyelesaianya masalah tentang Handover adalah sebagai tenaga
perawat harus professional dalam melayani pasien khususnya tentang
komukasi dalam pelayanan perawatan pasien.
3. Kurangnya penerapan 6 langkah cuci tangan yang benar pada pasien dan
keluarga pasien
Tujuan adalah sebagai perawat yang profesional kita harus menjelaskan tetang
pentingnya mencuci tangan 6 langkah kepeda pasien atau kelurga pasien
sebelum masuk ruangan menemui keluarganya tujuan untuk mencegah atau
menghidari terjadi agar mencegah infeksi.
Alternatif penyelesaian adalah sebelum pasien masuk ruangan kalau belum
memahami tantan cara-cara cuci tangan dengan benar kita sebagai perawat
bertangung jawab mengajarkan kepada keluarga pasien karena sangat penting
untuk mencegah terkomtinasi terjadinya infeksi.
4. Kurang optimalnya proses handrub
Tujuan Handrub adalah mencegah terjadi infeksi
Altenatif penyelesaian adalah sebagai perawat yang profesioanl sebelum kita
menyentuh pasien atau sebelum melekuakan tindakan kita harus mencuci
tangan mengunakan Handrub agar tangan kita tampak bersih dan disetiap
tempat Handrub yang suda di sediakan tidak boleh kosong kerena penggunaan
sangat penting untuk kesehatan diri kita teruatama seorang perawat.
5. Pasien tidak mematuhi tata tertib dalam di ruangan
Tujuan adalah pasien harus mematuhi tata tertib yang sudah di tetapkan oleh
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo di rungan.
Alternatif penyelesaian adalah perawat bertaungung jawab memberikan
informasi kepada aturan-atauran atau tata tertib Rumah sakit wahidin
sudirohusodo dan bila perlu menepel porter tata tertib di setiap pintu kelas
ruang atau kelas.

Tabe 4.1

Scoing Perumusan Masalah

No Masalah Mg Sv Mn Ne Af Skor Ket


1 Kurangnya tenaga
5 5 5 5 4 24 I
keperawatan di L3BB
Pelaksanaan proses
handover kurang optimal
di ruangan karena Katin
2 3 3 5 4 4 19 IV
belum menjalankan
fungsinya dengan secara
optimal
Kurangnya Memperhatikan
kerapian dan kenyamanan
3 lingkungan sekitar klien 5 5 3 3 20 III
(misalnya kebersihan
tempat tidur, meja dll)
Keluarga pasien tidak
4 mematuhi tata tertib yang 5 5 4 4 4 22 II
ada di ruangan tata tertib
Dari data di atas didapatkan masalah dengan skor terbesar yaitu kurangnya
tenaga perawat ruangan dengan total score:24.

Proses untuk memprioritaskan masalah dengan metode pembobotan yang


memperhatikan aspek:
- Magnitudw (mg) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah
terjadi
- Severy (sv) : Besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh masalah
- Managebility (Mn) : Berfokus pada perawatan sehingga dapat di atur
- Nursing consent (Ne) : Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
- Alfability (Af) : Ketersediaan sumber daya
Retting nilai:

- Sangat tidak penting :1


- Tidak penting :2
- Cukup penting :3
- Penting :4
- Sangat penting :5
POA (Planning Of Action)

No Masalah Tujuan Strategi Intervensi Implementasi Sasaran Waktu PJ

1 Pelaksanaan Mengoptimalkan Koordinasi 1. Malakukan 1. Melakukan Seluruh 15 Juli Seluruh


proses handover proses handover dengan kepala sediminasi sediminasi perawat 2019 anggota
belum optimal pasien pada saat ruangan, CI, PJ, dalam dalam ruang kelompok
karena Ketua selesai operan dari Shift dan seluruh pengoptimalan pengoptimal L3BB 3
Katim belum kamar satu ke kamar perawat proses an proses
menjalangkan yang lain pelaksana tentang handover handover
fungsinya secara cara proses pasien pasien
aktif handover pasien 2. Lakukan 2. Melakukan
dari kamar satu demonstrasi demonstrasi
kekamar yang proses proses
lain pada saat handover handover
selesai operan pasien pasien

2 Kurangnya Meningkatkan Koordinasi 1. lakukan 1. Melakukan Pasien dan 15 Juli Seluruh


Memperhatikan kesadaran pasien dan dengan perawat penyuluhan penyuluhan keluarga 2019 anggota
kerapian dan keluarga dalam tentang PHBS tentang kelompok
kenyamanan meningkatkan pada keluarga PHBS pada 3
lingkungan kesadaran pasien dan pasien keluarga dan
sekitar klien dan keluarga pasien
(misalnya kebersihan
kebersihan lingkungan
tempat tidur,
meja dll)
3 Keluarga pasien Meningkatkan tata Koordinasi Memberikan Membuat tata Keluarga 15 juli Seluruh
tidak megikuti tertib lebih baik dengan perawat informasi kepada tertib di pasien 2019 anggota
tata tertib di kepada keluarga dan keleurga semua keluarga ruangan L3 BB keleopok 3
pasien
L3BB pasien yang pasien yang yang belun ad
berkunjung agar perkunjung di di setiap kelas
mematuhuhi tata ruangan
tertib
BAB V

IMPLEMENTASI

Roude Dokumentasi

Pada tanggal 16-07-219 sudah menjalangkan Handover secara Tim dengan di Pimpin
oleh Ketua
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Dapartemen Kesehatan RI. 2008. Panduan Penentuan tingkat ketergantungan pasien.


Jakarta : dapartemen Kesehatan Press.

Douglas, M 2006. Manajemen keperawatan pendekatan system alih bahasa : Dika


Sukmana. Jakarta : EGC.

Nursalam. 2017. Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktek keperawatan


professional. Jakarta : Selamba madika.

Sitiadi, 2016 . Manajemen dan Kepemimpinan dalam keperawatan: Indomia


Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai