Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut Slameto (1191: 78) dalam Uno (2012: 139-140) belajar merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh individu untuk melakukan suatu perubahan tingkah yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Belajar merupakan suatu kegiatan untuk mengubah tingkah laku
si subjek belajar itu ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak
faktor yang berpengaruh tersebut, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi
faktor intern (dari dalam) diri subjek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri subjek
belajar, Sardiman (2012: 40).
Menurut Muhaimin (1996) dalam Riyanto (2010: 131) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan pembelajaran
melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua
aspek proses, Sanjaya (2008: 13).
Pembelajaran merupakan sebuah bantuan yang diberikan oleh guru agar dapat
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain,, pembelajaran
adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Dalam konteks
pendidikan, guru mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai isi pelajaran atau
mencapai tujuan belajarnya hingga mencapai atau dapat meningkatkan kemampuan-
kemampuan yaitu, aspek kognitif, juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor), untuk mencapai keseluruhan ini
diperlukan adanya interaksi antara guru dengan siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009:
23).
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam pristiwa dalam
belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru
dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.Menurut Sardiman (2011:1) interaksi
edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan
dan pengajaran. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi
pengajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang
melakukan kegiatan proses belajar.
Kegiatan proses belajar siswa di dalam kelas dapat dibantu dengan menggunakan
strategi dan metode yang sesuai. Penggunaan strategi dan metode pengajaran akan
sangat berpengaruh terhadap ketercapaian pemahaman murid pada saat penyampaian
materi. Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar.
Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh
kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan (Djamarah dan
Zain, 2013: 3). Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru juga dituntut untuk dapat
memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan,
tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta
didik (Trianto, 2010: 52).
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk
meningkatkan proses belajar mengajar siswa adalah model pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy. Model pembelajaran Jurisprudential Analitical
Inquairy dikembangkan oleh Donal Oliver dan James P. Shaver (1974) untuk
membantu siswa belajar berpikir secara sistematis tentang masalah-masalah
kontemporer yang sering terjadi dilingkungan masyarakat dan sekolah. Model ini
bertujuan untuk mengembangkan kapasitas untuk menganalisis masalah, untuk
mengasumsikan peran orang lain dan diaolog sosial yang dimana menekankan peran
model ini dalam pendidikan nilai. Joe dan Well (1985) menyatakan Jurisprudential
Analitical Inquairy pada dasarnya berguna dalam membantu orang memikirkan kembali
posisi mereka pada etika dan sosial yang penting dengan memberi mereka bahan untuk
menganalisis dan memperdebatkan masalah sosial yang dimana setiap orang berbeda
pandangan dan prioritas satu sama lain, dan nilai-nilai sosialnya saling bertentangan
satu sama lain.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengangkat permasalahan dengan judul,
“Perbandingan Hasil Belajar IPA antara Kelas yang Menggunakan Model
Jurisprudential Analitical Inquairy Berbantuan Kliping Dengan Kelas yang
Menerapkan Metode Ceramah Kelas VIII SMP MTsN 3 Pekanbaru Tahun Ajaran
2018/2019”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1) Perhatian siswa kurang berpusat kepada pembelajaran yang diberikan guru, siswa
lebih cenderung bermain dan bercerita dengan teman sebangkunya.
2) Siswa malu bertanya dan mengajukan pendapat, sehingga siswa kurang aktif dalam
proses belajar mengajar IPA.
3) Siswa yang mempunyai kemampuan akademis yang tinggi enggan bekerjasama
dengan siswa yang berkemampuan akademis rendah, sehingga terjadi kesenjangan
hasil belajar antara siswa.

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA yang terdiri dari 2 siklus, dengan
Kompetensi Dasar adalah (3.9) Menganalisis sistem pernapasan pada manusia dan
memahami gangguan pada sistem pernapasan serta upaya menjaga kesehatan sistem
pernapasan. (4.9) Menyajikan karya tentang upaya menjaga kesehatan sistem
pernapasan. (3.10) Menganalisis sistem ekskresi pada manusia dan memahami
gangguan pada sistem ekskresi serta upaya menjaga kesehatan sistem ekskresi. (4.10)
Membuat karya tentang sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga
kesehatan diri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka rumusan
masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model
Jurisprudential Analitical Inquairy Kelas VIII SMP MTsN 3 Pekanbaru Tahun
Ajaran 2018/2019?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan
model Jurisprudential Analitical Inquairy berbantuan kliping dengan kelas yang
menerapkan metode ceramah?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah dari penelitian
ini yaitu:
1. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA melalui Penerapan Model
Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy pada siswa kelas VIII SMP MTsN
3 Pekanbaru Tahun Ajaran 2018/2019.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang
menggunakan model Jurisprudential Analitical Inquairy berbantuan kliping dengan
kelas yang menerapkan metode ceramah.

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berkut:
1) Bagi siswa, dengan penerapan pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
2) Bagi guru, suatu bahan masukan untuk diterapkan dalam usaha peningkatan hasil
belajar kognitif siswa.
3) Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk diterapkan pada mata
pelajaran yang lain untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar dan
juga sekolah dapat memberikan landasan dalam penggunaan model pembelajaran.
4) Bagi peneliti, sebagai pedoman untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman
yang akan diterapkan pada saat penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy.
5) Bagi peneliti lain, sebagai acuan dasar pengembangan berbagai model pembelajaran
alternatif yang lebih efektif terutama yang berhubungan dengan pengembangan sikap
siswa.

F. Definisi Istilah Judul


Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian judul penelitian ini, maka
perlu penjelasan yang digunakan yaitu:
1. Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy merupakan model pembelajaran
yang dipelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver dari Harvard yang didasari
pemahaman bahwa setiap orang berbeda pandangan dan prioritas satu sama lain
dengan nilai sosial saling berhadapan. Untuk memecahkan masalah yang
ditimbulkan oleh perbedaan pandangan masyarakat, maka setiap anggota masyarakat
dituntut untuk mampu berbicara dan bernegosiasi untuk mencapai kesepakatan.
Winataputra (2001).
2. Hasil belajar diukur untuk mengetahui pencapaian tujuan pendidikan sehingga hasil
belajar harus sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan (Purwanto, 2013: 54).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Konstruktivisme dalam Pembelajaran Sains


Widodo, A (2007) dalam Fitria, dkk; (2017) konstruktivisme merupakan salah satu
prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran biologi dan sains. Pada pendekatan
konstruktivisme ini menyakini bahwa peserta didik merupakan pusat dari proses
pembelajaran. Peserta didik adalah subjek yang dituntut mampu secara mandiri untuk
menggali dan mencari sebanyak mungkin informasi-informasi yang terkait mengenai
apa yang dipelajari. Pemahaman peserta didik termasuk dalam suatu aspek penting yang
menjadi tolak ukur apakah suatu pembelajaran disebut berhasil atau tidak (Sultan, 2011
dalam Fitria, 2017).
Penelitian-penelitian pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar sains
merupakan sebuah proses kontruktif yang menghendaki partisipasi aktif siswa. Inhelder
dan Piaget (1985) dan Piaget (1964) dalam Dahar (2011: 152). Konstruktivisme
pertama ialah Piaget, walaupun perspektif konstruktivisme sudah terungkap dalam
tulisan Glambattista Vico pada tahun 1970. Melalui perspektif Piaget ini
pengetahuannya diperoleh menurut proses konstruksi selama hidup melalui suatu proses
eukuilibrasi antara skema pengetahuan dan pengalaman baru.
Pendekatan konstruktivisme dalam pengajarannya menekankan pengajaran top
down dan bottom up. Top down berarti siswa memulai dari masalah-masalah yang
kompleks untuk dipecahkan kemudian memecahkan atau menemukan (dengan
bimbingan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. Sedangakan
pendekatan bottom up merupakan tradisional keterampilan-keterampilan dasar secara
tahap demi tahap dibangun menjadi keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks
(Slavin, 1997: 57 dalam Fatonah, 2014: 35).
Mawarni dalam Trianto (2013: 113) mengatakan bahwa dalam pembelajaran
konstruktivisme harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima”
pengetahuan. Dimana dalam proses pembelajaran siswa tersebut membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar mengajar. Siswa
menjadi pusat kegiatan bukan guru. Dalam pandangan konstruktivisme, strategi
memperoleh lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa yang
memperoleh dan mengingat pengetahuan. Oleh karena itu tugas guru tersebut yaitu
memfasilitasi proses itu dengan cara sebagai berikut:
1) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa
2) Memberiakn kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan idenya sendiri
3) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

B. Paradigma Pembelajaran IPA Terpadu


Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains merupakan upaya sistematis
untuk menciptakan, membangun, dan mengorganisasikan pengetahuan tentang
kehidupan. Upaya ini berawal dari sifat dasar manusia yang penuh dengan rasa
keingintahuannya dalam belajar. Rasa keingintahuannya ini kemudian ditindaklanjuti
dengan penyelidikan dalam rangka untuk mencari penjelasan yang paling sederhana,
namun konsisten untuk menjelaskan dan memprediksi sesuatu yang telah terjadi.
Penyelidikan ini meliputi antara lain: kegiatan mengobservasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis, dan
akhirnya menyimpulkan (Kemendikbud, 2016: 2). Sedangkan pada Putra (2013: 51)
mendefinisikan bahwa IPA atau sains adalah pengetahuan yang mempelajari,
menjelaskan, serta menginvestigasi fenomena alam dengan segala aspeknya yang
bersifat empiris.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori
yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam lahir dan
berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut
sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Pada hakikatnya
IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu, IPA
dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur (Donosepeotro
dalam Trianto, 2012).
Pada hakikatnya dalam pembelajaran IPA menggunakan pendekatan yang meliputi
empat unsur utama. Keempat unsur tersebut adalah sikap, proses, produk, dan aplikasi.
(1) Sikap, yaitu rasa ingin tahu mengenai alam yang diselidiki secara tekun, teliti, jujur,
skeptis, namun terbuka terhadap kemungkinan yang baru, dan bertanggung jawab. (2)
Proses, yaitu prosedur penyelidikan mencakup gejala alam. (3) Produk, yaitu fakta,
konsep, prinsip/hukum, dan teori yang menjelaskan dan/atau memprediksi gejala alam.
(4) Aplikasi, yaitu penerapan metode ilmiah dan pengetahuan IPA dalam kehidupan
sehari-hari. Keempat unsur utama IPA ini seharusnya muncul dalam pembelajaran IPA.
Pembelajaran IPA seharusnya dapat menumbuhkembangkan kompetensi siswa pada
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki
lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap dapat diperoleh melalui
aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.”
Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, dan mengevaluasi.” Keterampilan diperoleh melalui aktivitas
“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta.” Dalam
pembelajaran IPA, lintasan “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan
mencipta” ini digunakan sebagai penggerak untuk lintasan yang lain. Pendekatan yang
digunakan untuk belajar IPA disebut pendekatan ilmiah (scientific) (Kemendikbud,
2016).
Menurut Elfis (2010b) ada beberapa pertimbangan lain yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan pembelajaran IPA yaitu: (1) empat pilar pendidikan (belajar untuk
mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan dan belajar
untuk menjadi diri sendiri). (2) inkuiri sains (3) konstruksivisme (4) sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat (5) pemecahan masalah dan pembelajaran sains yang
bermuatan nilai.

C. Model Jurisprudential Analitical Inquairy dalam Pembelajaran Sains


Model pembelajaran yang dipelopori oleh Donal Oliver dan James P. Shaver ini
berpendapat bahwa pemahaman masyarakat dimana setiap orang berbeda pandangan
dan prioritas satu sama lain, dan nilai-nilai sosialnya saling berkonfrontasi satu sama
lain. Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial didalam konteks aturan sosial
yang produktif membutuhkan warga negara yang mampu berbicara satu sama lain dan
bernegosiasi tentang keberbedaan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran telaah yurisprudensial adalah metode pembelajaran yang melatih siswa
untuk peka terhadap permasalahan sosial, mengambil sikap terhadap permasalahan itu,
serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid (Uno,
2016: 30).
Model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy melatih siswa untuk peka
terhadap permasalahan sosial, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut,
serta mempertahankan sikap tersebut denagn argumentasi yang relevan dan valid.
Model ini juga mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai orang lain
terhadap masalah yang mungkin bertentangan terhadap sikap yang ada pada dirinya atau
sebaliknya, ia bahkan dapat menerima dan mengakui kebenaran sikap yang diambil
orang lain tersebut terhadap suatu isu sosial tertentu (Hendrizal, 2017).
Menurut Sanjaya (2011: 196-197) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal, artinya model ini dapat
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses pembelajaran siswa
tersebut tidak hanya berperan sebagai penerima pembelajaran melalui penjelasan dari
gutu secara verbal, tetapi siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi pelajaran itu sendiri.
2) Seluruh aktivitas yang dikerjakan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan
jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga siswa diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, model ini dapat
menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan
motivator belajar bagi siswa.
3) Tujuan model ini ialah untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara
sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemapuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental siswa.

D. Pendekatan Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy


Menurut Nwafor (2014) pendekatan pengajaran Jurisprudential Analitical Inquairy
dikembangkan oleh Oliver and Shaver (1966). Teknik suatu pemecahan masalah yang
meningkatkan hubungan antara sains, teknologi dan masyarakat itu berkembang dalam
nilai-nilai siswa dan sikap yang melihat masalah dari semua perspektif dan mengajukan
pertanyaan tentang sudut pandang yang berlawanan. Model ini disatukan dengan
mempertimbangkan semua harapan dan kriteria dari amsalah ini. Model ini memiliki
enam fase yaitu sebagai berikut:
a) FaseI : Orientasi Isu: Fokus utama pada tahap ini adalah akuisisi pengetahuan,yang
di dalamnya; murid-murid mengembangkan tiga konsep dasar, teknologi dan
masyarakat, kemudian mulai melihat hubungan antara tiga konsep.
b) Fase II: Mengidentifikasi Masalah: Para siswa mengidentifikasi konflik nilai-nilai
serta mengajukan pandangan tentang pertanyaan lawan.
c) Fase III: Menyintesis Informasi Penelitian Menjadi Argumen: Penekanan pada fase
ini adalah untuk mengembangkan siswa dalam kemampuannya untuk memecahkan
suatu masalah dan memproses informasi dengan menerapkan pengetahuan yang
diperoleh dari studi masalah dan masalah di kemasyarakatan.
d) Fase IV: Pertemuan Publik: Fase ini melibatkan semua para siswa dalam pertemuan
publik tiruan. Pertemuan ini melibatkan siswa dalam menyajikan sisi yang berbeda
dari masalah-masalah yang sedang dipelajari dan melihat bahwa semua pedoman
ditetapkan untuk dapat dipatuhi oleh siswa.
e) Fase V: Klarifiaksi dan Konsensus: Fase ini memberikan kesempatan pada siswa
untuk mengklarifikasi dan mencapai konsensus tentang masalah-masalah yang
sedang mereka pelajari di kelas.
f) Fase VI: Aplikasi: Fase terakhir ini merupakan yang paling penting. Dalam fase
inilah siswa mengambil sebuah tindakan atas apa yang telah mereka pelajari dan
menerapkannya pada lingkungan mereka. Semua siswa harus adapt melihat niali-
nilai dalam sains yang mereka miliki secara terpelajar.
Peran guru dalam pembelajaran ini sangatlah penting. Ketika para siswa meneliti,
berdiskusi, berdebat, kemudian guru mendorong siswa untuk berkomitmen pada satu
sisi masalah, tetapi mendukung jika siswa berubah pikiran ketika dihadapkan dengan
bukti-bukti yang baru, dan juga mendorong siswa untuk mempertimbangkan sudut
pandang alin siswa. Setiap pada saat guru harus tetap objektif tentang masalah ini,
mendorong diferensiasi posisi, dan mempromosikan sintesis posisi berbeda yang
disajikan siswa dikelas.
Menurut Uno (2009) sintaks Jurisprudential Analitical Inquairy antara lain sebagai
berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan
proses pembelajaran.
2. Pemberian Kasus
Pemberian kasus merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung isu dan masalah yang sifatnya up to date. Persoalan yang disajikan
adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir kritis.
3. Pemecahan Kasus
Pemecahan kasus akan dilakukan siswa diluar jam pelajaran, guru akan memberikan
kliping yang berisikan masalah untuk diselesaikan sesuai dengan bukti, arahan guru
dan sumber-sumber harus relavan.
4. Debat
Debat dilakukan pada pertemuan tatap muka di dalam kelas, siswa sudah duduk
dalam kelompoknya masing-masing dan bebas beragumentasi sesuai dengan masalah
yang sudah diberikan.
5. Kesepakatan
Kesepakatan dilakukan untuk mendapatkan jawaban dari masalah dengan guru
sebagai mediatornya.
6. Kesimpulan
Mengambil dan menetapkan pemecahan masalah dengan bimbingan guru.
Tabel 1. Sintak Metode Jurisprudential Analitical Inquairy
FASE Perilaku Guru
a. Orientasi  Guru membagi kelompok secara heterogen yang
terdiri atas kelompok pro dan kontra
 Guru menyampaikan materi secara singkat yaitu
“sistem pernapasan”
b. Pemberian Kasus  Membagikan kliping yang berisi isu dan
permasalahan yang berkaitan denagn materi
sistem pernapasan
 Membimbing dan mendorong peserta didik
untuk memahami masalah yang ada pada kliping
c. Pemecahan Kasus  Guru memberikan kebebasan siswa untuk
mencari informasi secara normatif sesuai dengan
bukti dan sumber-sumber yang menguatkan.
d. Debat  Guru berperan sebagai mediatoruntuk membuat
kesepakatan dari hasil keputusan antara
kelompok pro dan kontra untuk disepakati
bersama sesuai dengan arahan dan sumber-
sumber yang menguatkan
e. Kesepakatan  Membuat kesepakatan terhadap hasil debat
antara kelompok pro dan kontra
f. Kesimpulan  Guru membimbing peserta didik untuk membuat
kesimpulan dari hasil pengamatan
 Memberikan evaluasi
Sumber: Uno (2009: 31)

E. Keunggulan Penelitian Jurisprudential Analitical Inquairy


Model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy merupakan model
pembelajaran yang banyak dianjurkan karena strategi ini memiliki keunggulan-
keunggulan diantaranya sebagai berikut:
1) Model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy merupakan model
pembelajaran yang menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap
lebih bermakna.
2) Model pembelajaran Penelitian Jurisprudential Analitical Inquairy dapat
memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka
sendiri.
3) Model pembelajaran Penelitian Jurisprudential Analitical Inquairy yaitu
pembelajaran yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern
siswa yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman belajar.
4) Keunggulan lain model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy yaitu dapat
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata, yang
artinya siswa yang memiliki kemampuan rendah.

F. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan.Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan tidak terlihat secara
fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2013: 5 dan 7). Lebih
lanjut Sardiman (2012: 19), mengatakan bahwa dari proses belajar-mengajar ini akan
diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran.
Kemampuan berprestasi atau unjuk kerja hasil belajar merupakan puncak proses
belajar, pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar siswa menunjukkan
bahwa telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2010: 243). Selanjutnya Dahar dalam Purwanto (2013: 42)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita
berikan pada stimulus yang ada di lingkungan yang menyediakan skema yang
terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di
dalam dan diantara kategori-kategori. Dilanjutkan oleh Kunandar (2014: 62), hasil
belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun
psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar
mengajar.

G. Hubungan Penerapan Model Pembelajaran Yurisprudensial Analitical


Inquairy Terhadap Hasil Belajar
Menurut Sejpal dalam Hernawaty (2013: 5) menyatakan bahwa model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy dapat membantu siswa untuk berpikir
secara struktural tentang isu-isu terkini. Mereka banyak belajar jenis masalah untuk
mengambil posisi mereka tentang pendapat mereka melalui debat intelektual. Dalam
memfasilitasi diskusi kritis dari berbagai masalah disekolah, dapat diselesaikan denagn
menerapkan model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. Interaksi teman
sebaya, khususnya beragumentasi dan berdiskusi dapat mampu memperjelas pemikiran
yang pada akhirnya membuat pemikiran siswa yang lebih logis. Dalam rangka mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan maka salah satu faktor yang diperlukan adalah
siswa harus berperan aktif dalam proses pembelajaran agar memperoleh hasil
pembelajaran yang baik dan maksimal.
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dari kata yang membentuknya
yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional. Dalam siklus input proses hasil dapat dijelaskan dengan input akibat
perubahan oleh proses (Purwanto, 2013: 44). Hasil belajar yang optimal dalam belajar
mengajar akan tercapai apabila seorang guru dapat menguasai atau menerapkan sautu
model pembelajaran yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Salah satu
model pembelajaran tersebut adalah Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy.
Model pembelajaran ini mengangkat kasus-kasus maupun isu-isu yang ada pada
masyarakat dan membawa permasalahan tersebut dikelas sehingga siswa mampu
menganalisis permasalahan tersebut dan memecahkan masalah tersebut. Hasil itu dapat
berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Purwanto, 2013:
46).
H. Penelitian yang Relavan
Untuk memperkuat penelitian, penulis merujuk dari beberapa referensi yaitu
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh:

Tiyani (2013) yang berjudul “Pemanfaatan Model Inkuiri Untuk Meningkatkan


Keterampilan Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas X F SMA Negeri 2 Playen
Gunungkidul” disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis cerpen.
Pada saat pratindakan skor rata-rata hitung 65,77 (65,77%), dimana belum mengenal
model jurisprudential inquiry. Pada saat siswa diberi tindakan pada siklus 1, kemudian
dilakukan tes menulis cerpen, skor rata-rata hitung meningkat menjadi 74,40 (74,40%).
Setelah itu dilanjutkan dengan memberi tindakan pada siklus 2 juga memberikan hasil
yang baik, dimana skor rata-rata hitung meningkat menjadi 80,67 (80,67%).

Nurfauziah di SMA Buluppoddo Sinjai Barat pada materi Momeuntum dan Impuls
rata-rata hasil belajar fisika siswa setelah menerapkan model Inquiry pada materi
Impuls diperoleh sebesar 83,14. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Inquiry dapat
meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi
terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hana, Nailul, Syamsu Hadi dan
Marimin (2012) dalam jurnal yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Inkuiri
dengan Metode Konvensional untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS
Terpadu Pokok Bahasan Permintaan, Penawaran dan Terbentuknya Harga Pasar Siswa
Kelas VIII SMP 2 Bae Kudus”. Penelitian ini dilakukan kepada 72 siswa dengan hasil
penelitian menyatakan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal telah dicapai
dengan metode pembelajaran inkuiri yaitu sebesar 86%. Sedangkan dengan metode
pembelajaran konvensional sebesar 63%. Gain kelas eksperimen yaitu 0,55 dan gain
kelas kontrol sebesar 0,37. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar dengan kriteria sedang.
I. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Terdapat perbedaan
hasil belajar IPA antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Jurisprudential
Analytical Inquary dengan kelas yang menerapkan metode ceramah”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII9 dan VIII10 SMP MTsN 3 Pekanbaru
Tahun Ajaran 2018/2019. Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal Juni sampai Juli
2019.

B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII9 dan VIII10 SMP MTsN 3
Pekanbaru Tahun Ajaran 2018/2019 yang berjumlah 68 orang, yang terdiri dari 68
orang laki-laki. Dasar pengambilan siswa kelas VIII9 yang menerapkan metode ceramah
dan VIII10 menggunakan model Jurisprudential Analytical Inquary.

C. Metode dan Desain Penelitian


1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru dalam suatu subjek dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran. Arikunto (2008): 11) menjelaskan bahwa penelitian tindakan
kelas (PTK) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk
memperbaiki atau meningkatkan hasil belajar siswa dengan mengubah cara, metode,
pendekatan, atau strategi tersebut berupa proses yang diamati secara cermat, dilihat
kelancarannya, kesesuaian, dan penyimpangannya dari rencana, kesulitan, atau
hambatan yang dijumpai, dan aspek lain yang berkaitan dengan proses belajar.

2. Desain Penelitian
Gambar 1 merupakan desain penelitian tindakan kelas pembelajaran IPA dengan
penerapan model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy terhadap hasil
belajar siswa Elfis (2010 dalam Buku Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi FKIP
UIR Edisi Revisi 2015).

Penerapan Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy di SMP MTsN


3 Pekanbaru Kelas VIII

Pelaksanaan
Tindakan 1

Siklus 1

Refleksi Analisis Data Observasi

Terselesaikan

Permasalahan Belum Alternatif Pemecahan Pelaksanaan


Terselesaikan (Rencana Tindakan 2) Tindakan 2
Siklus 2
Refleksi Analisis Data Observasi

Terselesaikan

Permasalahan Belum Siklus Selanjutnya


Terselesaikan

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas penerapan model pembelajaran


Jurisprudential Analitical Inquairy terhadap hasil belajar IPA siswa
(dimodifikasi berdasarkan Elfis, 2010b).

D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a) Menetapkan kelas tindakan yaitu kelas VIII10 SMP MTsN 3 Pekanbaru Tahun
Ajaran 2018/2019
b) Menetapkan jadwal penelitian berdasarkan program tahunan dan program
semester yang telah ditetapkan.
c) Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) dan materi pelajaran.
d) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan pada saat penelitian, yaitu
standar isi, silabus, RPP, LKPD, studi kasus dan alat evaluasi.
e) Mengelompokkan siswa secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang
siswa yang diberi nama kelompok 1-6.

2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam sepuluh kali pertemuan pada materi sistem pada
makhluk hidup serta pertemuan sosialisasi. Pada sosialisasi bertujuan untuk
mendekatkan diri pada siswa dan mengenalkan model pembelajaran yurisprudensial.
Pertemuan I, II, III, IV pada materi sistem pernapasan adalah pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran yurisprudensial. Pertemuan V adalah
pemberian post-test untuk melihat hasil belajar IPA siswa. Pertemuan VI, VII, VIII, IX
materi sistem ekskresi adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran yurisprudensial. Pertemuan X adalah pemberian post-test untuk melihat
hasil belajar IPA siswa. Pelaksanaan proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 2. Modifikasi Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model


Pembelajaran Yurisprudensial
No Kegiatan
Guru Peserta Didik
1 Kegiatan Awal (10 Menit) Kegiatan Awal (10 Menit)
 Menyapa siswa dan memeriksa  Menjawab sapaan guru
kehadiran siswa
 Memotivasi dan melakukan  Menjawab pertanyaan dari guru
apersepsi pada peserta didik
No Kegiatan
Guru Peserta Didik
dengan mengajukan pertanyaan
 Menulis topik yang akan  Menulis topic
dipelajari
 Menyebutkan tujuan  Menulis tujuan pembelajaran
pembelajaran yang akan
dipelajari
2 Kegiata Inti (70 Menit) Kegiata Inti (70 Menit)
 Guru membentuk kelompok  Memiliki kelompok berdasarkan
secara heterogen dimana terdiri pembagian dari guru
antara kelompok pro dan kontra
 Orientasi
Guru menyampaikan materi  Siswa mendengarkan materi
secara singkat yaitu “sistem yang disampaikan oleh guru
pernapasan”
 Pemberian Kasus
Membagikan kliping yang berisi  Siswa menerima kasus-kasus
isu dan permasalahan yang atau isu-isu yang diberikan oleh
berkaitan denagn materi sistem guru
pernapasan
 Pemecahan Kasus
Guru memberikan kebebasan  Siswa mencari informasi terkait
siswa untuk mencari informasi kasus atau isu yang diberiakn
secara normatif sesuai dengan oleh guru
bukti dan sumber-sumber yang
menguatkan.
 Debat
Guru berperan sebagai mediator  Siswa melakukan debat antara
untuk membuat kesepakatan dari kelompok pro dan kelompok
hasil keputusan antara kelompok kontra
pro dan kontra untuk disepakati
bersama sesuai dengan arahan
dan sumber-sumber yang
menguatkan
 Kesepakatan
Membuat kesepakatan terhadap  Siswa sepakat dengan guru
hasil debat antara kelompok pro terkait keputusan yang diambil
dan kontra
 Kesimpulan
Guru membimbing peserta didik  Siswa mengambil kesimpulan
untuk membuat kesimpulan dari dan menerapkan ilmu yang telah
hasil pengamatan dipelajari
No Kegiatan
Guru Peserta Didik
3 Kegiatan Akhir (10 Menit) Kegiatan Akhir (10 Menit)
 Memberikan evaluasi  Menjawab soal evaluasi yang
diberikan oleh guru
 Memberikan penghargaan pada  Menerima penghargaan oleh
setiap kelompok guru
 Mengakhiri pembelajaran  Mengakhiri pembelajaran

3. Analisis
Melakukan analisis terhadap hasil dari penelitian yang tela dilakukan.

4. Refleksi
Mengkaji apa yang telah tercapai dan yang belum tercapai, yang telah berhasil
maupun yang belum berhasil dituntaskan dengan perbaikan yang telah dilaksanakan.

E. Perencanaan Tindakan Lanjut


Bila hasilnya belum memuaskan, maka dilakukan tindakan perbaikan untuk
mengatasinya.
1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terdiri dari dua bagian yaitu perangkat pembelajaran
guru dan instrumen pengumpulan data.
1.1 Perangkat Pembelajaran Guru
Perangkat pembelajaran guru terdiri dari:
1) Standar isi; yaitu struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
2) Silabus; yaitu suatu pedoman yang disusun secara sistematik oleh peneliti yang
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Silabus yang digunakan adalah silabus kelas VIII SMP MTsN 3 Pekanbaru.
3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); yaitu pedoman yang disusun secara
sistematik oleh peneliti berisikan langkah-langkah pencapaian materi pembelajaran
sesuai dengan rincian waktu yang diperlukan pada setiap satu kali pertemuan.
4) Format Penilaian; merupakan panduan penilaian yang berisikan skor yang diperoleh
oleh siswa dari tiap-tiap soal dan kinerja ilmiah.
5) Soal Kuis beserta jawaban; yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk beberapa
materi yang dipelajari.
6) Soal Ujian Blok (UB) beserta kunci jawaban; yaitu soal yang disusun oleh peneliti
untuk setiap materi yang dipelajari.
7) Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) dan Lembar Praktkum; suatu pedoman yang
disusun peneliti yang berisikan langka-langkah yang disusun secara sistematis oleh
guru sebagai pedoman dalam meyaaikan materi pembelajaran.
8) Materi ajar atau buku panduan siswa, yaitu buku IPA Terpadu yang relevan sebagai
pedoman pembelajaran.
9) Kliping; yaitu kegiatan pengguntingan atau pemotongan bagian-bagian surat kabar
maupun majalah yang bersangkutan dengan permasalahan atau isu pada materi
pokok yaitu materi sistem pernapasan.

1.2 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen dalam penelitian ini yaitu tes hasil belajar. Tes hasil belajar digunakan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah
diberikan setelah diberikan perlakuan. Tes hasil belajar diambil dari nilai kognitif yaitu
kuis tertulis, tugas, dan ujian blok serta penilaian unjuk kerja (diskusi, presentasi dan
praktikum) dan penilaian portofolio (LKPD dan laporan praktikum) untuk perolehan
nilai psikomotorik.

F. Teknik Analisis Data Jurisprudential Analitical Inquairy


Teknik analis data yang digunakan yaitu teknik analisis deskriptif. Data yang
diperoleh secara deskriptif yaitu nilai kognitif dan psikomotorik. Tujuan dari analisis
deskriptif ini adalah ntuk mendeskripsikan kemampuan hasil belajar siswa setelah
menerapkan model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy.

1. Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa


1.1 Pengolahan Data Hasil Belajar Kognitif
Menurut Elfis (2010d) nilai Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) didapatkan
dari nilai tugas/ pekerjaan rumah (PR), nilai Quis Tertulis (QT), dan Ujian Blok (UB).
Masing-masing nilai ini akan digabungkan dengan rumusan sebagai berikut:

Kognitif = 20% (PR) + 30% (QT) + 50% (UB).


Sumber : disesuaikan dengan penilaian SMP MTsN 3 PekanbaruT.A 2018-2019

1.2 Pengolahan Data Hasil Belajar Psikomotorik


Selanjutnya menurut Elfis (2010c), nilai psikomotorik diperoleh dari nilai
portofolio (LKPD), serta niali unjuk kerja (diskusi, presentasi, dan praktikum). Masing-
masing nilai ini akan digabungkan dengan rumusan sebagai berikut:

Psikomotorik = 40% X (rata-rata nilai portofolio) + 60% (rata-rata


nilai unjuk kerja).

Sumber : disesuaikan dengan penilaian SMP MTsN 3 Pekanbaru T.A 2018-2019

2. Teknik Analisis Data Deskriptif


Pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan
hasil belajar IPA siswa sesudah penerapan model pembelajaran yurisprudensial.
Menurut Elfis (2010c), analisis data pencapaian hasil belajar biologi siswa dilakukan
dengan melihat daya serap, ketuntasan individual dan ketuntasan klasikal.
1) Daya serap
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar dianalisis dengan
menggunakan kriteria seperti tabel berikut:
jumlah skor yang diperoleh siswa
Daya serap = X 100
Jumlah skor maksimum
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar dianalisis dengan
menggunakan kriteria seperti pada tabel berikut:
Tabel 1. Interval dan Kategori Daya Serap Siswa
Interval (%) Kategori
92-100 Amat Baik
85-91 Baik
78-84 Cukup
≤78 Kurang
Sumber: Rahmat (2018)

2) Ketuntasan Individu siswa


Berdasarkan kurikulum SMP MTsN 3 Pekanbaru yang telah ditetapkan dalam
Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM) pada mata pelajaran IPA siswa dikatakan tuntas
apabila telah mencapai nilai KKM ≥78.

3) Ketuntasan Klasikal
Menurut direktorat sekolah menengah atas dalam Elfis (2010c), suatu kelas
dinyatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas.
Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑱𝑺𝑻
KK (%) = X 100
𝑱𝑺

Keterangan:
KK = Ketuntasan Klasikal
JST = Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS = Jumlah seluruh siswa dalam kelas perlakuan

3. Teknik Pengolahan Data Inferensial


Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan statistik uji data. Tujuan
dari analisis uji data yaitu untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan hasil belajar
Biologi pada pelaksanaan model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy.
Langkah-langkah pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis Siklus I Terhadap Sebelum PTK
a) H0 : P (XB>XA) = (XB<XA)
Peluang meningkatnya hasil belajar Biologi siswa sama dengan menurunnya hasil
belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy.
b) Ha : P (XB>XA) >P (XB<XA)
Peluang meningkatnya hasil belajar Biologi siswa lebih besar dari peluang
menurunnya hasil belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy.
c) Pilih α = 0,05 (kemungkinan kesalahan 5% dari 100%).
d) Uji statistik yang digunakan adalah uji tanda dengan rumus:
𝟏
[(𝐗±𝟎,𝟓)− 𝐍]
𝟐
Z= 𝟏 (Siegel dalam Elfis, 2009)
𝟐
√𝐍

Keterangan:
X : Jumlah tanda (+)
N : Jumlah tanda (+) dan (-)
(X+0,5) : Digunakan jika X<1/2N
(X-0,5) : Digunakan jika X>1/2N
XA : Skor hasil belajar siswa sesudah tindakan
XB : Skor hasil belajar siswa sebelum tindakan
2. Pengujian Hipotesis Siklus 2 Terhadap Siklus 1
a) H0 : P (XB>XA) = (XB<XA)
Peluang meningkatnya hasil belajar Biologi siswa sama dengan menurunnya hasil
belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy.
b) Ha : P (XB>XA) >P (XB<XA)
Peluang meningkatnya hasil belajar Biologi siswa lebih besardari peluang
menurunnya hasil belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy.
c) Pilih α = 0,05 (kemungkinan kesalahan 5% dari 100%).
d) Uji statistik yang digunakan adalah uji tanda dengan rumus:
𝟏
[(𝐗±𝟎,𝟓)− 𝐍]
𝟐
Z= 𝟏 (Siegel dalam Elfis, 2009)
𝟐
√𝐍

Keterangan:
X : Jumlah tanda (+)
N : Jumlah tanda (+) dan (-)
(X+0,5) : Digunakan jika X<1/2N
(X-0,5) : Digunakan jika X>1/2N
XA : Skor hasil belajar siswa sesudah tindakan
XB : Skor hasil belajar siswa sebelum tindakan
Diperoleh tanda positif (+), negatif (-) dan nol (0), pemberian tanda sebagai berikut:
1. Positif (+) apabila skor hasil belajar biologi siswa setelah penerapan model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy siklus 1 (XA) kecil dari skor hasil
belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy siklus 2 (XB) atau XA<XB = Positif.
2. Negatif (-)apabila skor hasil belajar biologi siswa setelah penerapan model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy siklus 1 (XA) besar dari skor hasil
belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy siklus 2 (XB) atau XA>XB = Negatif.
3. Nol (0) apabila skor hasil belajar biologi siswa sebelum penerapan model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy siklus 1 (XA) dan hasil belajar
biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential Analitical
Inquairy siklus 2 (XB) adalah sama atau XA=XB.
Kriteria pengajuan hipotesis adalah: H1 Jika P<𝛼 0,05, tolak H1 jika P>𝛼 0,05.
Untuk P yang diperoleh dari tabel distribusi normal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian


Deskripsi data hasil penelitian merupakan gambaran data yang diperoleh untuk
mendukung pembahasan hasil penelitian. Deskripsi data pada bagian ini adalah data
hasil belajar siswa sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan setelah diberikan
perlakuan (postest). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan
menggunakan dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas VIII10 sebagai kelompok
eksperimen (KE) dan kelas VIII9 sebagai kelompok kontrol (KK) dengan jumlah
seluruh siswa ada 68 siswa. Kelompok eksperimen dengan 34 siswa dan kelompok
kontrol 34 siswa. Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen diberi perlakuan
(treatment) dengan menggunakan Model Pembelajaran Jurisprudential Analitical
Inquairy, sedangkan kelas kontrol tanpa diberi perlakuan yaitu dengan pembelajaran
konvensional yang berupa metode ceramah.
Penelitian ini telah dilaksanakan di MTsN 3 Pekanbaru Tahun Ajaran 2018/2019.
Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal Juni sampai Juli 2019.Penelitian ini terdiri
atas dua kelompok siswa yaitu kelompok eksperimen dan kelompok Kontrol. Kelompok
eksperimen adalah siswa kelas VIII10 yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
menggunakan Model Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. Sedangkan
kelompok Kontrol adalah siswa kelas VIII9 yang mengikuti pembelajaran matematika
dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran dilaksanakan sesuai
dengan jadwal mata pelajaran matematika yang telah ditetapkan oleh sekolah.

1. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa


Berikut adalah ringkasan statistik deskriptif mengenai kemampuan hasil belajar
Biologi awal dan akhir siswa dengan menerapakan Model Pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy.
Tabel 1. Deskripsi Data Tes Hasil Belajar Biologi
Kontrol Eksperimen
Deskripsi
Pretest Postest Pretest Postest
Nilai rata-rata 60,44 54,85 60,29 76,18
Nilai maksimum 80 75 80 95
Nilai minimum 30 35 30 10
SD 13,392 11,381 17,793 18,791
Jumlah siswa 34 34

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen nilai pre-test
tertinggi sebesar 80 dan nilai terendah siswa sebesar 30. Untuk rata-rata sebesar 60,29
dengan standar deviasi sebesar 17,793. Pada post-test nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai
terendah sebesar 10. Untuk rata-rata sebesar 76,18 dengan standar deviasi sebesar
18,791.
Sedangkan pada kelompok kontrol nilai pre-test tertinggi sebesar 80 dan nilai
terendah siswa sebesar 30. Untuk rata-rata sebesar 60,44 dengan standar deviasi sebesar
13,392. Pada post-test nilai tertinggi sebesar 75 dan nilai terendah sebesar 35. Untuk
rata-rata sebesar 54,85; dengan standar deviasi sebesar 11,381.

2. Prestasi Belajar Kelas Eksperimen


No Data Prestasi Belajar
Pretest Posttest
1. Nilai Tertinggi 75 95
2. Nilai Terendah 35 10
3. Mean 54,85 76,18
4. Standar Deviasi 11,381 18,791

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah pre-test sebesar 35 dengan
nilai tertinggi sebesar 75. Untuk nilai rata-rata sebesar 54,85 dengan standar deviasinya
sebesar 11,381. Sedangkan untuk nilai post-test dapat diketahui nilai terendah sebesar
10 dan nilai tertinggi sebesar 95. Untuk nilai rata-rata sebesar 76,18 dengan standar
deviasinya sebesar 18,791. Kemudian data post-test digolongkan berdasarkan kelas
interval untuk dicari frekuensinya dengan menggunakan rumus dari Sturges dalam
Sugiyono (2010: 35) K = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
K : Jumlah interval kelas
N : Jumlah data
Log : Logaritma

Selain menentukan kelas, dalam membuat tabel distribusi frekuensi juga


menggunakan rentang data (range) dan lebar kelas.
Rentang (Range) =Skortertinggi – Skor terendah
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
Lebar kelas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

Kelas = 1 + 3,3 Log n


= 1 + 3,3 Log 34
= 1 + 3,3 x 1,531
= 1 + 5,05388
= 6,05388
Diketahui bahwa banyaknya kelas untuk masing-masing variabel sebanyak 6
karena diketahui bahwa jumlah sampel pada kelompok eksperimen sebanyak 34 siswa,
sedangkan range dan interval masing-masing variabel berbeda-beda tergantung pada
tinggi rendahnya nilai yang didapat.
Range = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
= 95 – 10
= 85
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
Interval = 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
95−10
= 6

= 14,16
Kelas Frekuensi Persentase
Interval
10 – 24 3 8,8%
25 – 39 1 2,9%
40 - 54 2 5,9%
55 – 69 28 82,4%
70 – 84 3 8,8%
85 - 99 1 2,9%
Jumlah 34 100%

3. Prestasi Belajar Kelas Kontrol


No Data Prestasi Belajar
Pretest Posttest
1. Nilai Tertinggi 80 80
2. Nilai Terendah 30 30
3. Mean 60,44 60,29
4. Standar Deviasi 13,392 17,793

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah pre-test sebesar 30 dengan
nilai tertinggi sebesar 80. Untuk nilai rata-rata sebesar 60,44 dengan standar deviasinya
sebesar 13,392. Sedangkan untuk nilai post-test dapat diketahui nilai terendah sebesar
30 dan nilai tertinggi sebesar 80. Untuk nilai rata-rata sebesar 60,29 dengan standar
deviasinya sebesar 17,793. Kemudian data post-test digolongkan berdasarkan kelas
interval untuk dicari frekuensinya dengan menggunakan rumus dari Sturges dalam
Sugiyono (2010: 35) K = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
K : Jumlah interval kelas
N : Jumlah data
Log : Logaritma

Selain menentukan kelas, dalam membuat tabel distribusi frekuensi juga


menggunakan rentang data (range) dan lebar kelas.
Rentang (Range) =Skortertinggi – Skor terendah
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔
Lebar kelas = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

Kelas = 1 + 3,3 Log n


= 1 + 3,3 Log 34
= 1 + 3,3 x 1,531
= 1 + 5,05388
= 6,05388
Diketahui bahwa banyaknya kelas untuk masing-masing variabel sebanyak 6
karena diketahui bahwa jumlah sampel pada kelompok eksperimen sebanyak 34 siswa,
sedangkan range dan interval masing-masing variabel berbeda-beda tergantung pada
tinggi rendahnya nilai yang didapat.
Range = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah
= 80 – 30
= 50
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
Interval = 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠
80−30
= 6

= 8,333

Kelas Frekuensi Persentase


Interval
30 – 38 7 20,6%
39 - 47 3 8,8%
48 – 56 9 26,5%
57 – 65 15 44,1%
66 – 74 7 20,6%
75 - 83 3 8,8%
Jumlah 34 100%

B. Analisis Statistik Inferensial


Sebelum analisis dilakukan terhadap data hasil belajar biologi untuk kelas
eksperimen dengan kelas kontrol, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Adapun uji
asumsi yang dilakukan meliputi uji normalitas dan uji homogenitas multivariat.

a. Uji Prasyarat Analisis


1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian yang sudah
didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak dapat dilihat dalam output One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test dilihat pada baris Asymp. Sig (2-tailed). Jika nilai Asymp. Sig (2-tailed)
lebih dari atau sama dengan 0,05 (5%) maka data berdistribusi normal, jika Asymp. Sig
(2-tailed) kurang dari 0,05 (5%) maka data berdistribusi tidak normal. Pengujian
normalitas data dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov pada program
SPSS 21.00 dan hasil dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas


Variabel Signifikansi Batas Keterangan
Pretest Kontrol 0,127 0,05 Normal
Pretest Eksperimen 0,684 0,05 Normal
Posttest Kontrol 0,231 0,05 Normal
Posttest Eksperimen 0,082 0,05 Normal

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol diperoleh nilai
Asymp. Sig (2-tailed) untuk pretest sebesar 0,127, posttest sebesar 0,231sehingga dapat
disimpulkan berdistribusi normal karena memiliki Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari
taraf signifikansi 0,05 (5%). Sedangkan pada kelompok Eksperimen diperoleh sig.
Pretest sebesar 0,684 dan posttest sebesar 0,082 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal karena data pada kelompok memiliki Asymp. Sig (2-tailed) lebih
besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%).

2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang
homogen atau tidak dengan cara membandingkan kedua variannya. Uji yang dipakai
adalah Levene’s Test. Jika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka dapat dikatakan data
berasal dari populasi yang homogen, tetapi jika nilai signifikansi (p) < 0,05 maka data
berasal dari populasi yang tidak homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Data Sebelum Perlakuan
Levene Statistic
F 3,4385
Sig. 0,768

Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui nilai signifikansi pretest yang diperoleh adalah
0,768. Ini berarti bahwa matriks varians kovarians dua kelompok dengan dua variabel
dependen adalah homogen karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Hasil output
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Setelah Perlakuan


Levene Statistic
F 12,806
Sig. 0,237

Dari Tabel 22 di atas dapat diketahui nilai signifikansi posttest yang diperoleh
adalah 0,237. Ini berarti bahwa matriks varians kovarians dua kelompok dengan dua
variabel dependen adalah homogen karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Hasil
output selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.

b. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada
kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy berbeda dengan hasil belajar biologi siswa pada
kelompok kontrol.
Pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan uji Independent sample t-test
digunakan untuk menguji Hasil Belajar siswa dengan menggunakan Model
Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. Dalam penelitian ini uji t dua sampel
bebas dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Untuk taraf
signifikansi sebesar 0,05, Ho diterima apabila < 0,05 dan Ho ditolak jika > 0,05.
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada kelas
eksperimen dan kelaskontrol.
Dengan penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas:
Jika P ≥ 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
Jika P < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima

Tabel 5. Hasil Uji independent t test


Kelompok Mean ± SD Sig. Keterangan
Pre- test Kontrol 60,44± 13,392 0,125 Tidak Ada
Eksperiment 54,85± 11,381 Perbedaan
Post- test Kontrol 60,29± 17,793 0,000 Ada
Eksperiment 76,18± 18,791 Perbedaan

Berdasarkan Tabel 5 di atas, diperoleh informasi bahwa nilai sig. Untuk Pretest
sebesar 0,125 > 0,05 berarti H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada kelas eksperimen dan
kelaskontrol. Sedangkan diketahui nilai sig nilai Posttest sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.Secara lengkap, hasil uji independent t test hasil
belajar dapat dilihat pada lampiran.

C. Pembahasan Penelitian
1. Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas yang diajarkan dengan menggunakan Model
Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kelas dengan menggunakan model
Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. Peneliti mengolah data yang telah
diperoleh dari hasil tes yang berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 butir yang
digunakan sebagai tes kemampuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sekaligus
tingkat penguasaan materi siswa, maka peneliti melakukan pengujian analisis deskrpitif
pretest diperoleh skor tertinggi yaitu 75, skor terendah yaitu 35 dan standar deviasi
sebesar 11,381. Kemudian pada Posttest diperoleh skor tertinggi sebesar 95 dan skor
terendah 10 dengan standar deviasi sebesar 18,791.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, hasil Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa, hasil belajar biologi siswa pada kelas VIII yang menggunakan
model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. tergolong baik dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan yang terjadi pada hasil belajar siswa
disebabkan karena penerapan model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih bisa berpikir kritis
dan aktif serta bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pembelajaran secara
individual maupun kelompok. Secara teoritis dapat dipahami bahwa model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. adalah guru membimbing siswa
untuk melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkannya pada
suatu diskusi, siswa yang belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari
guru sehingga memahami konsep-konsep pelajaran dan akan memperoleh pedoman
sesuai dengan yang diperlukan.
Model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subyek dalam proses belajar
mengajar sehingga siswa berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran
melalui pengalaman yang konkrit sesuai objek yang telah dilihatnya dalam pengamatan.
Pengalaman tersebut memberikan wawasan, pemahaman dan teknik- teknik yang sulit
dipaparkan melalui pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Sedangkan
melalui kegiatan diskusi, siswa dapat membahas hasil pengamatan dan memecahkan
masalah bersama teman satu kelompok. Kegiatan diskusi dan presentasi akan
menciptakan suasana yang kondusif, karena belajar dengan teman akan memudahkan
untuk saling bertukar pendapat sesuai dengan pengalaman yang didapat dalam
pengamatan. Disamping itu, diskusi dan presentasi juga akan melatih siswa untuk
bersosialisasi, saling menghargai dan belajar mengemukakan pendapat dengan baik dan
benar. Kegiatan pada kelompok kontrol dengan menggunakan kemudian guru
melakukan tanya jawab untuk mengukur sejauh manasiswa memahami materi, siswa
mendiskusikan soal yang diberikan oleh guru, dan guru bersama-sama dengan siswa
membahas soal. Kegiatan pembelajaran konvensional berupa metode ceramah terpusat
kepada guru sehingga suasana pembelajaran dirasakan kurang menyenangkan, siswa
menjadi kurang antusias, dan merasa bosan dengan pembelajaran. Siswa hanya duduk,
mendengarkan dan menerima informasi. Kurang terjadinya interaksi antara siswa dan
siswa sehingga siswa menjadi kurang aktif dan hanya mendengarkan penjelasan dari
guru. Cara penerimaan informasi kurang efektif karena tidak adanya proses penguatan
daya ingat, walaupun ada proses penguatan yang berupa pembuatan catatan, akan tetapi
jika tidak disuruh oleh guru, siswa juga tidak membuat catatan. Hal ini berdampak pula
pada kurang efektifnya proses pembelajaran karena guru tidak dapat mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa mengenai pokok materi yang telah diajarkan.
Hasil penelitian ini didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh
Nurfauziah di SMA Buluppoddo Sinjai Barat pada materi Momeuntum dan Impuls rata-
rata hasil belajar fisika siswa setelah menerapkan model Inquiry pada materi Impuls
diperoleh sebesar 83,14. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Inquiry dapat meningkatkan
pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi terampil dalam
memperoleh dan menganalisis informasi.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hana, Nailul, Syamsu Hadi dan
Marimin (2012) dalam jurnal yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Inkuiri
dengan Metode Konvensional untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS
Terpadu Pokok Bahasan Permintaan, Penawaran dan Terbentuknya Harga Pasar Siswa
Kelas VIII SMP 2 Bae Kudus”. Penelitian ini dilakukan kepada 72 siswa dengan hasil
penelitian menyatakan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal telah dicapai
dengan metode pembelajaran inkuiri yaitu sebesar 86%. Sedangkan dengan metode
pembelajaran konvensional sebesar 63%. Gain kelas eksperimen yaitu 0,55 dan gain
kelas kontrol sebesar 0,37. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar dengan kriteria sedang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa
hal yang berkaitan dengan hipotesis penelitian:
1) Dengan memberikan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy, siswa MTsN 3 Pekanbaru Tahun Ajaran
2018/2019 memiliki Hasil Belajar biologi berkategori tinggi.
2) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan Model Pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy dalam pembelajaran Biologi yaitu dari rata-rata
54,85 menjadi 76,18. Sedangkan dengan kelas Konvensional mengalami Penurunan
Hasil belajar dari rata-rata nilai awal 60,44 menjadi 60,29.
3) Model Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy lebih baik daripada
menggunakan Pembelajaran Konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uji Independent T-Test diperoleh informasi bahwa nilai sig. Untuk
Pretest sebesar 0,125 > 0,05 berarti H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada kelas eksperimen
dan kelaskontrol. Sedangkan diketahui nilai sig nilai Posttest sebesar 0,000 < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil
Belajar anak pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan, dan implikasi, maka beberapa saran yang
bisa diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru yang ingin meningkatkan Hasil belajar Biologi siswa disarankan agar
menerapkan Model Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kurang terasah
kemampuan berpikir kreatif dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, hal ini
agar menjadi perhatian bagi guru untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman konsep
dan membimbing siswa untuk lebih giat lagi dalam pembelajaran pada materi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Bumi Aksara.


Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati & Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Djamarah dan zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Elfis.2010a. Desain Penelitian Tindakan Kelas
(Online).http://elfisuir.blogspot.com.html.
Elfis.2010b. Paradigma Pembelajaran IPA/Biologi. Available at:
http://elfisuir.blogspot.com/2010/01/paradigma pembelajaran ipa/biologi.html.
Elfis.2010c. Teknik Analisis data Deskriptif (Online).http://elfisuir.blogspot.com.html.
Hamalik. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdy. 2012. Apa Perbedaannya Model, Metode, Strategi, Pendekatan dan Teknik
Pembelajaran. http://herdy07.wordpres.com/2012/03/17/apa-perbedaannya-
model-metode-strategi-pendekatan-dan-teknik-pembelajaran.(Diakses tanggal 25
January 2019).
Huda. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kemendikbud. 2016. Buku Materi Pelatihan Guru IPA SMP 2016. Jakarta.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik : Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013. Jakarta: Rajawali Pers.
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Nurlina. (2004) Pengertian Kliping dan Cara Membuatnya. http://www.kampus-
info.com/2014/08/pengertian-kliping-dan-cara-membuatnya.html. (Diakses, 29
Januari 2019).
Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA. Jurnal
Pendidikan Biologi FMIPA UNY.
Pramono. 2011. Panduan evaluasi kegiatan belajar-mengajar teknik membuat evaluasi
berbagai model soal. DIVA Press.
Purwanto, N. 2013.Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Kencana.
Putra, R.S. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Yogyakarta: DIVA
Press.
Rusman. 2008. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali.
Riyanto, H.Y. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi
Guru/Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sagala, S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina 2008. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Suprijono, Agus. 2013. Kooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Trianto. 2011. Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Uno. 2010. Model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Wena, M. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Wena, M. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nurfauziah. “Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry dan Model Pembelajaran
Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa XI IPA SMAN 1 Bulupoddo”.
Skripsi. Makassar: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin, 2015.
Hana, dkk.(2012). “Efektivitas Metode Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode
Pembelajaran Konvensional Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran
IPS Terpadu Pokok Bahasan Permintaan, Penawaran dan Terbentuknya Harga
Pasar Siswa Kelas VIII SMP Bae Kudus”.Economic Education Analysis Journal
1 (1). Hlm. 1-7.

Anda mungkin juga menyukai