PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, masalah dalam penelitian ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1) Perhatian siswa kurang berpusat kepada pembelajaran yang diberikan guru, siswa
lebih cenderung bermain dan bercerita dengan teman sebangkunya.
2) Siswa malu bertanya dan mengajukan pendapat, sehingga siswa kurang aktif dalam
proses belajar mengajar IPA.
3) Siswa yang mempunyai kemampuan akademis yang tinggi enggan bekerjasama
dengan siswa yang berkemampuan akademis rendah, sehingga terjadi kesenjangan
hasil belajar antara siswa.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran IPA yang terdiri dari 2 siklus, dengan
Kompetensi Dasar adalah (3.9) Menganalisis sistem pernapasan pada manusia dan
memahami gangguan pada sistem pernapasan serta upaya menjaga kesehatan sistem
pernapasan. (4.9) Menyajikan karya tentang upaya menjaga kesehatan sistem
pernapasan. (3.10) Menganalisis sistem ekskresi pada manusia dan memahami
gangguan pada sistem ekskresi serta upaya menjaga kesehatan sistem ekskresi. (4.10)
Membuat karya tentang sistem ekskresi pada manusia dan penerapannya dalam menjaga
kesehatan diri.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka rumusan
masalah dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model
Jurisprudential Analitical Inquairy Kelas VIII SMP MTsN 3 Pekanbaru Tahun
Ajaran 2018/2019?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar IPA siswa yang menggunakan
model Jurisprudential Analitical Inquairy berbantuan kliping dengan kelas yang
menerapkan metode ceramah?
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berkut:
1) Bagi siswa, dengan penerapan pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
2) Bagi guru, suatu bahan masukan untuk diterapkan dalam usaha peningkatan hasil
belajar kognitif siswa.
3) Bagi sekolah, sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk diterapkan pada mata
pelajaran yang lain untuk bisa meningkatkan hasil belajar siswa dalam belajar dan
juga sekolah dapat memberikan landasan dalam penggunaan model pembelajaran.
4) Bagi peneliti, sebagai pedoman untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman
yang akan diterapkan pada saat penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy.
5) Bagi peneliti lain, sebagai acuan dasar pengembangan berbagai model pembelajaran
alternatif yang lebih efektif terutama yang berhubungan dengan pengembangan sikap
siswa.
F. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan.Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan perilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya,
hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh pakar pendidikan tidak terlihat secara
fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono, 2013: 5 dan 7). Lebih
lanjut Sardiman (2012: 19), mengatakan bahwa dari proses belajar-mengajar ini akan
diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran.
Kemampuan berprestasi atau unjuk kerja hasil belajar merupakan puncak proses
belajar, pada tahap ini siswa membuktikan keberhasilan belajar siswa menunjukkan
bahwa telah mampu memecahkan tugas-tugas belajar atau mentransfer hasil belajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2010: 243). Selanjutnya Dahar dalam Purwanto (2013: 42)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita
berikan pada stimulus yang ada di lingkungan yang menyediakan skema yang
terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di
dalam dan diantara kategori-kategori. Dilanjutkan oleh Kunandar (2014: 62), hasil
belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun
psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar
mengajar.
Nurfauziah di SMA Buluppoddo Sinjai Barat pada materi Momeuntum dan Impuls
rata-rata hasil belajar fisika siswa setelah menerapkan model Inquiry pada materi
Impuls diperoleh sebesar 83,14. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Inquiry dapat
meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi
terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hana, Nailul, Syamsu Hadi dan
Marimin (2012) dalam jurnal yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Inkuiri
dengan Metode Konvensional untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS
Terpadu Pokok Bahasan Permintaan, Penawaran dan Terbentuknya Harga Pasar Siswa
Kelas VIII SMP 2 Bae Kudus”. Penelitian ini dilakukan kepada 72 siswa dengan hasil
penelitian menyatakan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal telah dicapai
dengan metode pembelajaran inkuiri yaitu sebesar 86%. Sedangkan dengan metode
pembelajaran konvensional sebesar 63%. Gain kelas eksperimen yaitu 0,55 dan gain
kelas kontrol sebesar 0,37. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar dengan kriteria sedang.
I. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: “Terdapat perbedaan
hasil belajar IPA antara kelas yang menggunakan model pembelajaran Jurisprudential
Analytical Inquary dengan kelas yang menerapkan metode ceramah”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII9 dan VIII10 SMP MTsN 3
Pekanbaru Tahun Ajaran 2018/2019 yang berjumlah 68 orang, yang terdiri dari 68
orang laki-laki. Dasar pengambilan siswa kelas VIII9 yang menerapkan metode ceramah
dan VIII10 menggunakan model Jurisprudential Analytical Inquary.
2. Desain Penelitian
Gambar 1 merupakan desain penelitian tindakan kelas pembelajaran IPA dengan
penerapan model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy terhadap hasil
belajar siswa Elfis (2010 dalam Buku Panduan Penulisan Proposal dan Skripsi FKIP
UIR Edisi Revisi 2015).
Pelaksanaan
Tindakan 1
Siklus 1
Terselesaikan
Terselesaikan
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a) Menetapkan kelas tindakan yaitu kelas VIII10 SMP MTsN 3 Pekanbaru Tahun
Ajaran 2018/2019
b) Menetapkan jadwal penelitian berdasarkan program tahunan dan program
semester yang telah ditetapkan.
c) Menetapkan Kompetensi Dasar (KD) dan materi pelajaran.
d) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan pada saat penelitian, yaitu
standar isi, silabus, RPP, LKPD, studi kasus dan alat evaluasi.
e) Mengelompokkan siswa secara heterogen, setiap kelompok terdiri dari 5-6 orang
siswa yang diberi nama kelompok 1-6.
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan dalam sepuluh kali pertemuan pada materi sistem pada
makhluk hidup serta pertemuan sosialisasi. Pada sosialisasi bertujuan untuk
mendekatkan diri pada siswa dan mengenalkan model pembelajaran yurisprudensial.
Pertemuan I, II, III, IV pada materi sistem pernapasan adalah pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran yurisprudensial. Pertemuan V adalah
pemberian post-test untuk melihat hasil belajar IPA siswa. Pertemuan VI, VII, VIII, IX
materi sistem ekskresi adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran yurisprudensial. Pertemuan X adalah pemberian post-test untuk melihat
hasil belajar IPA siswa. Pelaksanaan proses belajar mengajar dapat dilihat pada tabel
berikut:
3. Analisis
Melakukan analisis terhadap hasil dari penelitian yang tela dilakukan.
4. Refleksi
Mengkaji apa yang telah tercapai dan yang belum tercapai, yang telah berhasil
maupun yang belum berhasil dituntaskan dengan perbaikan yang telah dilaksanakan.
3) Ketuntasan Klasikal
Menurut direktorat sekolah menengah atas dalam Elfis (2010c), suatu kelas
dinyatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas.
Ketuntasan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑱𝑺𝑻
KK (%) = X 100
𝑱𝑺
Keterangan:
KK = Ketuntasan Klasikal
JST = Jumlah siswa yang tuntas dalam kelas perlakuan (tolak ukur KKM)
JS = Jumlah seluruh siswa dalam kelas perlakuan
Keterangan:
X : Jumlah tanda (+)
N : Jumlah tanda (+) dan (-)
(X+0,5) : Digunakan jika X<1/2N
(X-0,5) : Digunakan jika X>1/2N
XA : Skor hasil belajar siswa sesudah tindakan
XB : Skor hasil belajar siswa sebelum tindakan
2. Pengujian Hipotesis Siklus 2 Terhadap Siklus 1
a) H0 : P (XB>XA) = (XB<XA)
Peluang meningkatnya hasil belajar Biologi siswa sama dengan menurunnya hasil
belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy.
b) Ha : P (XB>XA) >P (XB<XA)
Peluang meningkatnya hasil belajar Biologi siswa lebih besardari peluang
menurunnya hasil belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy.
c) Pilih α = 0,05 (kemungkinan kesalahan 5% dari 100%).
d) Uji statistik yang digunakan adalah uji tanda dengan rumus:
𝟏
[(𝐗±𝟎,𝟓)− 𝐍]
𝟐
Z= 𝟏 (Siegel dalam Elfis, 2009)
𝟐
√𝐍
Keterangan:
X : Jumlah tanda (+)
N : Jumlah tanda (+) dan (-)
(X+0,5) : Digunakan jika X<1/2N
(X-0,5) : Digunakan jika X>1/2N
XA : Skor hasil belajar siswa sesudah tindakan
XB : Skor hasil belajar siswa sebelum tindakan
Diperoleh tanda positif (+), negatif (-) dan nol (0), pemberian tanda sebagai berikut:
1. Positif (+) apabila skor hasil belajar biologi siswa setelah penerapan model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy siklus 1 (XA) kecil dari skor hasil
belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy siklus 2 (XB) atau XA<XB = Positif.
2. Negatif (-)apabila skor hasil belajar biologi siswa setelah penerapan model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy siklus 1 (XA) besar dari skor hasil
belajar biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential
Analitical Inquairy siklus 2 (XB) atau XA>XB = Negatif.
3. Nol (0) apabila skor hasil belajar biologi siswa sebelum penerapan model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy siklus 1 (XA) dan hasil belajar
biologi siswa setelah penerapan model pembelajaran Jurisprudential Analitical
Inquairy siklus 2 (XB) adalah sama atau XA=XB.
Kriteria pengajuan hipotesis adalah: H1 Jika P<𝛼 0,05, tolak H1 jika P>𝛼 0,05.
Untuk P yang diperoleh dari tabel distribusi normal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa pada kelompok eksperimen nilai pre-test
tertinggi sebesar 80 dan nilai terendah siswa sebesar 30. Untuk rata-rata sebesar 60,29
dengan standar deviasi sebesar 17,793. Pada post-test nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai
terendah sebesar 10. Untuk rata-rata sebesar 76,18 dengan standar deviasi sebesar
18,791.
Sedangkan pada kelompok kontrol nilai pre-test tertinggi sebesar 80 dan nilai
terendah siswa sebesar 30. Untuk rata-rata sebesar 60,44 dengan standar deviasi sebesar
13,392. Pada post-test nilai tertinggi sebesar 75 dan nilai terendah sebesar 35. Untuk
rata-rata sebesar 54,85; dengan standar deviasi sebesar 11,381.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah pre-test sebesar 35 dengan
nilai tertinggi sebesar 75. Untuk nilai rata-rata sebesar 54,85 dengan standar deviasinya
sebesar 11,381. Sedangkan untuk nilai post-test dapat diketahui nilai terendah sebesar
10 dan nilai tertinggi sebesar 95. Untuk nilai rata-rata sebesar 76,18 dengan standar
deviasinya sebesar 18,791. Kemudian data post-test digolongkan berdasarkan kelas
interval untuk dicari frekuensinya dengan menggunakan rumus dari Sturges dalam
Sugiyono (2010: 35) K = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
K : Jumlah interval kelas
N : Jumlah data
Log : Logaritma
= 14,16
Kelas Frekuensi Persentase
Interval
10 – 24 3 8,8%
25 – 39 1 2,9%
40 - 54 2 5,9%
55 – 69 28 82,4%
70 – 84 3 8,8%
85 - 99 1 2,9%
Jumlah 34 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai terendah pre-test sebesar 30 dengan
nilai tertinggi sebesar 80. Untuk nilai rata-rata sebesar 60,44 dengan standar deviasinya
sebesar 13,392. Sedangkan untuk nilai post-test dapat diketahui nilai terendah sebesar
30 dan nilai tertinggi sebesar 80. Untuk nilai rata-rata sebesar 60,29 dengan standar
deviasinya sebesar 17,793. Kemudian data post-test digolongkan berdasarkan kelas
interval untuk dicari frekuensinya dengan menggunakan rumus dari Sturges dalam
Sugiyono (2010: 35) K = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
K : Jumlah interval kelas
N : Jumlah data
Log : Logaritma
= 8,333
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol diperoleh nilai
Asymp. Sig (2-tailed) untuk pretest sebesar 0,127, posttest sebesar 0,231sehingga dapat
disimpulkan berdistribusi normal karena memiliki Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari
taraf signifikansi 0,05 (5%). Sedangkan pada kelompok Eksperimen diperoleh sig.
Pretest sebesar 0,684 dan posttest sebesar 0,082 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
berdistribusi normal karena data pada kelompok memiliki Asymp. Sig (2-tailed) lebih
besar dari taraf signifikansi 0,05 (5%).
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang
homogen atau tidak dengan cara membandingkan kedua variannya. Uji yang dipakai
adalah Levene’s Test. Jika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka dapat dikatakan data
berasal dari populasi yang homogen, tetapi jika nilai signifikansi (p) < 0,05 maka data
berasal dari populasi yang tidak homogen. Hasil uji homogenitas dapat dilihat dalam
tabel berikut ini.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Data Sebelum Perlakuan
Levene Statistic
F 3,4385
Sig. 0,768
Dari Tabel 3 di atas dapat diketahui nilai signifikansi pretest yang diperoleh adalah
0,768. Ini berarti bahwa matriks varians kovarians dua kelompok dengan dua variabel
dependen adalah homogen karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Hasil output
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Dari Tabel 22 di atas dapat diketahui nilai signifikansi posttest yang diperoleh
adalah 0,237. Ini berarti bahwa matriks varians kovarians dua kelompok dengan dua
variabel dependen adalah homogen karena nilai signifikansinya lebih dari 0,05. Hasil
output selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
b. Uji Hipotesis
Uji Hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa pada
kelompok eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy berbeda dengan hasil belajar biologi siswa pada
kelompok kontrol.
Pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan uji Independent sample t-test
digunakan untuk menguji Hasil Belajar siswa dengan menggunakan Model
Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. Dalam penelitian ini uji t dua sampel
bebas dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Untuk taraf
signifikansi sebesar 0,05, Ho diterima apabila < 0,05 dan Ho ditolak jika > 0,05.
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada kelas
eksperimen dan kelaskontrol.
Dengan penentuan kesimpulan berdasarkan probabilitas:
Jika P ≥ 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak
Jika P < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
Berdasarkan Tabel 5 di atas, diperoleh informasi bahwa nilai sig. Untuk Pretest
sebesar 0,125 > 0,05 berarti H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada kelas eksperimen dan
kelaskontrol. Sedangkan diketahui nilai sig nilai Posttest sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.Secara lengkap, hasil uji independent t test hasil
belajar dapat dilihat pada lampiran.
C. Pembahasan Penelitian
1. Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas yang diajarkan dengan menggunakan Model
Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kelas dengan menggunakan model
Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. Peneliti mengolah data yang telah
diperoleh dari hasil tes yang berupa soal pilihan ganda sebanyak 20 butir yang
digunakan sebagai tes kemampuan untuk mengetahui hasil belajar siswa sekaligus
tingkat penguasaan materi siswa, maka peneliti melakukan pengujian analisis deskrpitif
pretest diperoleh skor tertinggi yaitu 75, skor terendah yaitu 35 dan standar deviasi
sebesar 11,381. Kemudian pada Posttest diperoleh skor tertinggi sebesar 95 dan skor
terendah 10 dengan standar deviasi sebesar 18,791.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa, hasil Dari data tersebut dapat
disimpulkan bahwa, hasil belajar biologi siswa pada kelas VIII yang menggunakan
model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. tergolong baik dalam
meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan yang terjadi pada hasil belajar siswa
disebabkan karena penerapan model pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih bisa berpikir kritis
dan aktif serta bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pembelajaran secara
individual maupun kelompok. Secara teoritis dapat dipahami bahwa model
pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy. adalah guru membimbing siswa
untuk melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkannya pada
suatu diskusi, siswa yang belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari
guru sehingga memahami konsep-konsep pelajaran dan akan memperoleh pedoman
sesuai dengan yang diperlukan.
Model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai subyek dalam proses belajar
mengajar sehingga siswa berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran
melalui pengalaman yang konkrit sesuai objek yang telah dilihatnya dalam pengamatan.
Pengalaman tersebut memberikan wawasan, pemahaman dan teknik- teknik yang sulit
dipaparkan melalui pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Sedangkan
melalui kegiatan diskusi, siswa dapat membahas hasil pengamatan dan memecahkan
masalah bersama teman satu kelompok. Kegiatan diskusi dan presentasi akan
menciptakan suasana yang kondusif, karena belajar dengan teman akan memudahkan
untuk saling bertukar pendapat sesuai dengan pengalaman yang didapat dalam
pengamatan. Disamping itu, diskusi dan presentasi juga akan melatih siswa untuk
bersosialisasi, saling menghargai dan belajar mengemukakan pendapat dengan baik dan
benar. Kegiatan pada kelompok kontrol dengan menggunakan kemudian guru
melakukan tanya jawab untuk mengukur sejauh manasiswa memahami materi, siswa
mendiskusikan soal yang diberikan oleh guru, dan guru bersama-sama dengan siswa
membahas soal. Kegiatan pembelajaran konvensional berupa metode ceramah terpusat
kepada guru sehingga suasana pembelajaran dirasakan kurang menyenangkan, siswa
menjadi kurang antusias, dan merasa bosan dengan pembelajaran. Siswa hanya duduk,
mendengarkan dan menerima informasi. Kurang terjadinya interaksi antara siswa dan
siswa sehingga siswa menjadi kurang aktif dan hanya mendengarkan penjelasan dari
guru. Cara penerimaan informasi kurang efektif karena tidak adanya proses penguatan
daya ingat, walaupun ada proses penguatan yang berupa pembuatan catatan, akan tetapi
jika tidak disuruh oleh guru, siswa juga tidak membuat catatan. Hal ini berdampak pula
pada kurang efektifnya proses pembelajaran karena guru tidak dapat mengetahui sejauh
mana pemahaman siswa mengenai pokok materi yang telah diajarkan.
Hasil penelitian ini didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh
Nurfauziah di SMA Buluppoddo Sinjai Barat pada materi Momeuntum dan Impuls rata-
rata hasil belajar fisika siswa setelah menerapkan model Inquiry pada materi Impuls
diperoleh sebesar 83,14. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Inquiry dapat meningkatkan
pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi terampil dalam
memperoleh dan menganalisis informasi.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hana, Nailul, Syamsu Hadi dan
Marimin (2012) dalam jurnal yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Inkuiri
dengan Metode Konvensional untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPS
Terpadu Pokok Bahasan Permintaan, Penawaran dan Terbentuknya Harga Pasar Siswa
Kelas VIII SMP 2 Bae Kudus”. Penelitian ini dilakukan kepada 72 siswa dengan hasil
penelitian menyatakan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal telah dicapai
dengan metode pembelajaran inkuiri yaitu sebesar 86%. Sedangkan dengan metode
pembelajaran konvensional sebesar 63%. Gain kelas eksperimen yaitu 0,55 dan gain
kelas kontrol sebesar 0,37. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan
kelas kontrol mengalami peningkatan hasil belajar dengan kriteria sedang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan beberapa
hal yang berkaitan dengan hipotesis penelitian:
1) Dengan memberikan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy, siswa MTsN 3 Pekanbaru Tahun Ajaran
2018/2019 memiliki Hasil Belajar biologi berkategori tinggi.
2) Terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan Model Pembelajaran
Jurisprudential Analitical Inquairy dalam pembelajaran Biologi yaitu dari rata-rata
54,85 menjadi 76,18. Sedangkan dengan kelas Konvensional mengalami Penurunan
Hasil belajar dari rata-rata nilai awal 60,44 menjadi 60,29.
3) Model Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy lebih baik daripada
menggunakan Pembelajaran Konvensional ditinjau dari prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uji Independent T-Test diperoleh informasi bahwa nilai sig. Untuk
Pretest sebesar 0,125 > 0,05 berarti H0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil Belajar anak pada kelas eksperimen
dan kelaskontrol. Sedangkan diketahui nilai sig nilai Posttest sebesar 0,000 < 0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara Hasil
Belajar anak pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan, dan implikasi, maka beberapa saran yang
bisa diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru yang ingin meningkatkan Hasil belajar Biologi siswa disarankan agar
menerapkan Model Pembelajaran Jurisprudential Analitical Inquairy.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kurang terasah
kemampuan berpikir kreatif dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan, hal ini
agar menjadi perhatian bagi guru untuk lebih meningkatkan lagi pemahaman konsep
dan membimbing siswa untuk lebih giat lagi dalam pembelajaran pada materi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA