KZWWDDD
KZWWDDD
I. LATAR BELAKANG
Lemak dan minyak termasuk dalam salah satu golongan lipid, yaitu lipid
netral. Lemak dan minyak dapat di komsumsi (edible fat) dan sumbernya dapat
berasal dari hewani dan nabati. Wujud lemak berkaitan dengan asam lemak
pembentukannya. Lemak yang berbentutk cair (minyak) banyak mengandung asam
lemak tak jenuh. Sedangkan lemak yang berbentuk padat lebih banyak mengandung
asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari
pada asam lemak tak jenuh.
Lemak dalam tubuh berfungsi sebagai sumber energi dan cadangan makanan.
Lemak merupakan bahan makanan yang kaya energi. Lemak yang pada suhu kamar
berupa cairan, lazim disebut minyak. Minyak biasanya berasal dari tumbuhan seperti
minyak kelapa, minayak jagung dan minyak zaitun.Lemak dan minyak nabati
merupakan lemak dan minyak yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sedangkan lemak
dan minyak hewani berasal dari hewan.
Lemak dan minyak memiliki sifat kelarutan yang sama (nonpolar),tetapi untuk
mengetahui beberapa reaksi lainnya seperti asam lemak bebas dan reaksi penyabunan,
maka harus dilakukan satu percobaan.
Lemak dan minyak adalah ester dari gliserol (alkohol trihidrat) dengan asam
lemak dengan berat molekul ( C = 11–24 ). Lemak yang stabil mempunyai kandungan
asam lemak dengan jumlah karbon C = 11–24. Jika jumlah atom C rendah seperti
pada asam Butirat (C4H9COOH) pada mentega asli, tidak tahan panas jadi mudah
terbakar. Dalam penyimpanan, asam lemak tak jenuh mudah teroksidasi oleh udara,
membentuk keton-keton yang berbau tengik.
Contoh minyak atau lemak bisa berasal dari minyak atau lemak hewan atau
tumbuh-tumbuhan. Bentuk lemak dari hewan pada umumnya mengandung lemak
jenuh lebih banyak dari pada lemak tak jenuh dan umumnya berbentuk fasa padat,
misalnya : lemak sapi, berupa gliserol triasetat dengan campuran gliserol oleo-
palmito-stearat. Sedangkan lemak dari minyak nabati (tumbuh-tumbuhan)
mengandung asam lemak tak jenuh lebih banyak dari pada lemak jenuh dan umumnya
berbentuk fasa cair, misalnya minyak jagung berupa gliserol trioleat dengan campuran
gliserol-oleo-palmoti-linolat, gliserol-dilinolo dan gliserol-trinoleat.
Lemak/minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak
dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelarut tersebut. Bahan-bahan
dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan
zat terlarut.Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena adanya proses kimiawi.
Misalnya: asam lemak dalam larutan KOH berada dalam keadaan terionisasi dan
menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta dapat diekstraksi dengan
air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan kembali dengan
menambahkan asam sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak terionisasi
dan kembali mudah diekstraksi dengan pelarut non-polar. Perbedaan antara suatu
lemak dan suatu minyak terletak pada temperatur kamar, lemak adalah padat dan
minyak bersifat cair.Gliserrida pada hewan berupa lemak (lemak hewani) dan
gliserida pada tumbuhan berupa miyak (minyak nabati).
Asam lemak jenuh bersifat lebih stabil (tidak mudah bereaksi) daripada asam
lemak tak jenuh. Ikatan ganda pada asam lemak tak jenuh mudah bereaksi dengan
oksigen (mudah teroksidasi). Karena itu, dikenal istilah bilangan oksidasi bagi asam
lemak.
Adapun cara menghilangkan lemak/minyak dapat dilakukan dengan 3 cara,
yaitu :
CH3(CH2)14CO2H
Palmiat Lemak hewani dan nabati
CH3(CH2)16CO2H
Stearat Lemak hewani dan nabati
berat yang hilang dari contoh atau berat lemak yang dipindahkan. Metode ini
Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang lebih lama daripada
akan semakin banyak lemak/minyak yang dapat disabunkan oleh alkali, untuk
Prinsipnya sama dengan analisa bilangan ester akan tetapi lemak yang
diuji merupakan lemak yang masih mengandung asam lemak bebas atau
dengan kata lain analisa bilangan penyabunan bertujuan untuk mengetahui
banyaknya total asam lemak (asam lemak bebas dan tersesterkan) di dalam
lemak/minyak.
Bilangan Iodium
IV. REAKSI
a. Bilangan Asam
O O
R1 C OH + KOH R1 C OK + H2O
b. Bilangan Ester
R(COO)3C3H5+ KOH RCOOK + C3H5(OH)3
KOH + HCl KCl + H2O
c. Bilangan Penyabunan
d. Bilangan Iodium
H H
CH=CH+Br C–C
I Br
Br2+2 KI KBr + I2
I2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI
1. Neraca Analitik
2. Buret 50 mL
3. Gelas Ukur 100 mL
4. Erlenmeyer 250 mL
5. Pipet volume 10 ml/25 ml
6. Pipet Tetes
7. Pipet ukur 10 mL
1. Pendingin gondok/spiral
2. Waterbath
3. Erlenmeyer 250 mL
4. Buret 50 mL
5. Pipet volume 10/25 mL
6. Pipet ukur 10 mL
7. Pipet Tetes
1. Buret 50 mL
2. Pipet volume 10/25 mL
3. Pipet ukur 10 mL
4. Neraca Analitik
5. Erlenmeyer tutup asah 250 mL
5.2. Pelarut
mL Blanko = 8,9 mL
mL Titrasi = 6,2 mL
N HCl = 0,5 N
BE KOH = 56
Berat contoh uji = 1,4295 gram
1429,5 mgram
Perhitungan
=0,0528
Perhitungan
x
= x
= 15,1856
Perhitungan
a.
= x 100%
b.
= x 100%
= (Labu lemak retak sehingga ketika menimbang
tidak tepat)
Data Hasil Percobaan Salah
Keterangan Penyebab Kesalahan
1. Labu lemak retak
2. Timbangan terkena minyak
a.
= x 100%
=7,2684 %
a.
= x 100%
= 0,0078 %
Perhitungan
a. Bilangan Asam 1
b. Bilangan Asam 2
= = 7,9105
mL Blanko = 7,8 mL
mL Titrasi 1 = 0,4 mL
mL Titrasi2 = 0,5 mL
N HCl = 0,5 N
BE KOH = 56
Berat contoh lemak 1 = 1,4985 gram
Berat contoh lemak 2 = 1,5430 gram
Perhitungan
a. Bilangan Ester
b. Bilangan Ester 2
= = 135,37
VIII. DISKUSI
Bilangan Penyabunan
Bilangan penyabunan ini biasanya digunakan untuk mengetahui kandungan
asam lemak di dalam minyak/lemak. Misalnya: minyak goreng. Hal itu
dimaksudkan untuk menguji ketengikan(rancidity) atau menguji apakah minyak
tersebut gampang bau tengik atau tidak. Semakin tinggi bilangan penyabunannya
berarti asam lemaknya semakin tinggi sehingga minyak tersebut mudah tengik.
Pada prinsipnya bilangan penyabunan didapat dari sifat lemak yang bisa
tersabunkan oleh alkali kuat, contohnya: KOH dan NaOH. Sabun yang terbentuk
tergantung dari alkalinya.
Selain itu, disini pun digunakan batu didih saat pemanasan larutan, hal itu
bertujuan agar dalam larutan bisa dengan mudah terbentuk gelembung. Indikator
PP digunakan untuk mengecek KOH sebagai pemberi basa pada larutan, apabila
setelah ditetesi PP larutan berwarna merah, maka larutan telah bersifat basa.
Praktek pengujiannya pun menggunakan titrasi asidimetri, titrasi dengan
menggunakan asam sebagai penitarnya. Asam yang digunakan adalah asam
khlorida (HCl). Metode titrasi ini sering dilakukan di industri minyak dan sabun.
HCl yang digunakan adalah untuk menitar sisa dari KOH. Titrasi hanya dilakukan
satu kali.
Larutan blanko (blank correction) bertujuan untuk mengetahui berapa
banyak KOH yang bereaksi dengan minyak. Selanjutnya blanko ini dijadikan
perbandingan dan dimasukkan dalam perhitungan untuk mendapatkan bilangan
penyabunan (BP).
Bilangan Iodium
Bilangan iodium suatu jenis lemak perlu ada dalam batas-batas tertentu.
Sebagai contoh: Untuk lemak sapi bilangan yodium harus ada dalam batasan 35
dan 42.Bila bilangan iodium tersebut lebih tinggi dari normal maka hal tersebut
dapat berarti bahwa ada pemalsuan dengan jenis lemak lain yang mempunyai
bilangan iodium lebih tinggi.Minyak tumbuh-tumbuhan atau minyak ikan (tidak
dihidrogenasi) mempunyai bilangan iodium yang lebih tinggi, kerap sekali
melebihi 100. Dengan demikian akan diperoleh lemak yang sangat tinggi
kandungan ester-ester palmitat dan stearat.Bilangan yodium dapat pula
diperendah dengan cara menggunakan lemak-lemak yang telah dihidrogenasi.
Pengujian Bilangan Iodium ini menggunakan berbagai pereaksi yang cukup
berbahaya, yaitu larutan hanus, karena pada praktek kali ini metode yang
digunakan adalah metode hanus. Pada larutan hanus terdapat Iodin Bromida.
Selain itu digunakan pula Chloroform sebagai pelarut organik, yang dalam bidang
kedokteran digunakan sebagai obat bius. KI ditambahkan agar bereaksi dengan
sisa reaksi pertama (Br2)untuk membentuk I2. Sebagai penitarnya digunakan
Na2S2O3 untuk menitar iodium, sehingga titik akhirnya tidak berwarna karena
terbentuknya NaI. Indikator kanji digunakan untuk mendeteksi adanya iodium,
bila ada, larutan menjadi berwarna biru, dan titrasi bisa dilanjutkan samapai tak
berwarna.
Peralatan yang digunakan Erlenmeyer tutup asah agar reaksi tidak
terganggu dengan udara luar dan Erlenmeyer yang berisi contoh uji yang telah
ditambah chloroform dan hanus harus disimpan di tempat yang gelap, agar iodine
bromide dapat bereaksi sempurna dengan minyak/lemak. Titrasi hanya dilakukan
satu kali. Sama halnya dengan praktikum BP menggunakan titrasi blanko.
Kadar Minyak/Lemak
Bilangan Asam
Bilangan Ester
Pada penetapan bilangan ester, larutan yang digunakan adalah larutan sisa
penetapan bilangan asam. Hal yang penting pada analisa ini adalah lemak yang
diuji adalah lemak yang harus terbebas dari asam lemak bebas, sehingga
pengujian ini langsung dilakukan pada contoh uji yang telah dilakukan analisa
bilangan asam.
Larutan dipanaskan agar penyabunan berlangsung sempurna, tidak lupa
untuk menambahkan batu didih agar mudah terbentuknya endapan. Disini
digunakan pula indikator PP, tetapi larutan harus berwarna merah yang
menandakan adanya kelebihan KOH Alkohol, bila tidak merah maka perlu
ditambah KOH, agar larutan menjadi basa.
Pada saat didinginkan larutan jangan terlalu dingin, karena larutan bisa
membeku.
Titrasi yang digunakan adalah titrasi asidimetri karena yang digunakan
sebagai penitar adalah asam, HCl 0,5N. Larutan tadi bila dititar dengan asam
maka titik akhir titrasi sampai warna merah tepat hilang, berarti larutan telah
netral.
Digunankannya KOH Alkohol 0,5 N berfungsi sebagai pemecah 3RCOOH
menjadi gliserol karena jika memakai KOH Alkohol 0,1 N hanya beraksi dengan
RCOOH.
Alkohol yang ada dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak
hasilhidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun.
IX. KESIMPULAN
Jadi, berdasarkan pengujian terhadap contoh minyak/lemak (C) dan bahan tekstil,
didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Bilangan Penyabunan (total asam lemak yang bebas dan teresterkan di dalam
lemak/minyak) = 0,0528
b. Bilangan Iodium (kadar ikatan tidak jenuh (ikatan rangkap) dalam rantai
hidrokarbon pada lemak/minyak atau mgram halogen yang dapat diikat oleh 100
mgram minyak/lemak) = 15,1856
c. Kadar Minyak/Lemak = (Hasil salah karena ada kecelakaan alat) ; 0,0078%
d. Bilangan Asam (banyaknya asam lemak bebas di dalam lemak/minyak)= 7,9105
atau 7,91 x 10-3
e. Bilangan Ester (banyaknya alkali untuk menghidrolisa lemak atau suatu ukuran
bagi kadar ester yang terdapat dalam minyak/lemak) = 135,37 atau 135,37x 10-3
ANALISA SABUN
I. LATAR BELAKANG
Seiring dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan sabun mandi tersebut,
jumlah produk dan jenis sabun mandi yang beredar di pasaran pun selalu meningkat.
Berbagai industri sabun mandi berlomba-lomba mempromosikan keunggulan
produknya masing-masing sehingga kadang-kadang terlihat begitu berlebihan dan
dapat menyesatkan konsumennya. Di lain pihak karena begitu ketatnya persaingan
bisnis penjualan sabun mandi, para produsen berusaha menekan harga jual serendah
mungkin dengan cara mengurangi biaya produksi sehingga mengakibatkan
kualitasnya terabaikan.
Salah satu cara untuk membersihkan tubuh pada waktu mandi adalah dengan
menggunakan sabun mandi. Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak dan
telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di
dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.
Seperti diketahui bahwa proses dasar pembuatan sabun tersebut adalah dengan
cara menyabunkan suatu ester dengan alkali. Suatu sabun mandi yang baik
kualitasnya kadar alkali bebas jumlah yang masih tersisa tidak boleh melebihi 0,22%
yang dihitung sebagai Na2O. Batasan ini secara resmi ditetapkan oleh World Health
Organization Collaborating Centre for QualityAssurance of Essential Drugs (1990).
Kelebihan kadar alkali jumlah dari batasan resmi tersebut dapat menimbulkan
kerugian konsumen, berupa kerusakan kulit dan iritasi kulit lainnya. Oleh sebab itu
semua produk sabun yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat luas
hendaknya terjamin kualitasnya, sehingga masyarakat tidak dirugikan.
Dari permasalahan diatas maka penulis ingin menyelidiki kandungan zat-zat
yang terkandung dalam sabun mandi. Sehingga kita sebagai konsumen sabun mandi
mengetahui informasi tentang kandungan yang terdapat dalam sabun mandi tersebut.
sebagai alat pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat
sifat fisik berbeda dan hasil lemak serta sabun berbeda pula. Untuk itu, perlu
upaya mencoba pembuatan sabun dengan penambahan zat aditif berupa TiO2
campuran minyak kelapa dan minyak goreng gurah tanpa kemasan dengan
Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika dikembangkan lagi sabun
zat aditif yang telah ada. Selain itu, perlu ditambahkan zat pengisi (filter)
Reaksi Pertama
O
H2C O C R1
O H2C OH O
Hidrolisa
HC O C R2 + NaOH HC OH + R C OH
suhu mendidih
O H2C OH
H2C O C R3
Asam Lemak
Alkali Gliserol (R = R1,R2 dan R3)
Reaksi Kedua
O O
Penyabunan
R C OH + NaOH R C ONa + H2O
3.4.Sifat Sabun
Pelarut
Sabun dapat larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut
lemak. Sifatnya yang larut dengan baik dalam alkohol menyebabkan
pada analisa sabun selalu digunakan alkohol sebagai pelarut.
Dalam Air
Larutan sabun dalam air sadah akan mengendap sebagai sabun
kalium dan sabun magnesium, sehingga mengganggu proses
pencucian.
Dalam Asam
Larutan asam akan menghidrolisa sabun menjadi asam lemak
kembali.
O O
Hidrolisa
R C ONa + HCl R C OH + NaCl
Analisa kadar zat pemberat pada sabun sama dengan cara analisa kadar
zat pemberat pada lemak, yaitu ekstaraksi sabun menggunakan soxhlet.
O O
Penyabunan
R C OH + NaOH R C ONa + H2O
IV. REAKSI
a. Alkali Bebas
NaOH + HCl NaCl + H2O
KOH + HCl KCl + H2O
c. Alkali Total
RCOONa + H2O RCOOH + NaOH
NaOH + HCl NaCl + H2O
5.2. Pereaksi
Penetapan Asam Lemak Bebas Tak Tersabunkan
1. Contoh uji sabun
2. Eter
3. NaHCO3 1%
Penetapan Kadar Zat Pemberat (Fillers)
1. Contoh uji sabun
2. Alkohol 95 %
Penetapan Minyak/Logam Pelikan
1. Contoh uji sabun
2. Air Suling
3. KOH Alkohol
Penetapan Alkali Bebas
1. Contoh uji sabun
2. Alkohol Netral
3. HCl 0,1000N
4. Indikator PP
Penetapan Asam Lemak Bebas
1. Contoh uji sabun
2. Alkohol Netral
3. KOH Alkohol 0,1000 N
4. Indikator PP
Penetapan Alkali Total
1. Contoh uji sabun
2. HCl 0,5000N
3. Indikator MO
Alkali Bebas
Perhitungan
= 3,8529 %
Perhitungan
=
= 2,7964 %
Minyak/Logam Pelikan
Pengenceran Hasil
1 Keruh
2 Keruh
3 Keruh
4 Keruh
5 Keruh
Alkali Bebas
mL Titrasi = 2,6 mL
N HCl = 0,1 N
BE KOH = 56
Berat contoh uji (c) = 1,4169 gram = 1416,9 mgram
Perhitungan
Alkali Bebas =
= 1,0275 %
Alkali Total
mL Titrasi = 5,0 mL
N HCl = 0,5 N
BE KOH = 56
Berat contoh uji (c) = 0,6275 gram = 627,5 mgram
Perhitungan
Alkali Total =
=
= 22,3107 %
VIII. DISKUSI
Kadar Lemak Bebas yang Tak Tersabunkan
Lemak dalam sabun terkadang ada yang tidak tersabunkan atau tidak
menjadi sabun seluruhnya.
Salah satunya ada reaksi samping, pada teknologi pembuatan sabun
perhitungan kurang tepat, alkali teroksidasi lama. Sabun yang memiliki
banyak lemak tak tersabunkan berarti sabun tersebut jelek atau kurang baik.
Pada prinsipnya pengujian ini melarutkan lemak jadi sabun.
Selanjutnya memisahkan lemak dengan lemak netral tak tersabunkan.
Sebagai pemisah atau larutan yang dapat memisahkannya digunakan eter,
dengan eter, lemak akan terikat dan memisah ke lapisan paling atas karena
massa jenis minyak lebih rendah. Pemisahan tersebut dilakukan 3x agar semua
lemak benar-benar terikat oleh Eter. Larutan eter tersebut kemudian didestilasi
dengan soxhlet, sampai yang tersisa lemaknya, lalu lemak dalam labu lemak
dikeringkan sehingga didapat bobot akhir labu lemak, pengurangan berat labu
merupakan residu yang berarti jumlah lemak yang tak tersabunkannya.
Minyak/Logam Pelikan
Cara pengujian nya merupakan cara yang paling sederhana dibanding
pengujian analisis sabun lainnya. Pelarut yang digunakan adalah KOH
Alkohol, kemudian selanjutnya pengenceran. Pengenceran dilakukan beberapa
kali, sampai terlihat gradasi warna larutannya, bila semakin bening berarti
sabun tersebut bagus tidak mengandung logam/minyak pelikan.Minyak atau
logam pelikan merupakan minyak yang tidak terkonjugasi dengan
hidrokarbon.
Alkali Bebas
Sebelum melakukan penentuan alkali bebas, dilakukan tes kualitatif,
apakah yang ditentukan untuk contoh uji tersebut adalah alkali bebas atau
asam lemak bebas. Tes tersebut dilakukan dengan menetesi indikator PP pada
sabun yang telah dilarutkan. Bila larutan berwarna merah menandakan larutan
bersifat basa maka yang dipraktekan adalah alkali bebas, bila tidak berwarna
larutan bersifat asam dan yang dipraktekan adalah asam lemak bebas.
Berdasarkan tes kualitatif maka yang praktikan tentukan adalah alkali
bebas karena larutan bersifat basa.
Dalam sabun mengandung alkali, karena seperti yang kita ketahui,
sabun terbentuk dari alkali dan asam lemak. Bila jumlah NaOH atau alkali
berlebih maka akan timbul alkali bebas.
Metoda yang dilakukan pada praktek ini adalah titrasi asidimetri, titrasi
yang menggunakan asam sebagai penitarnya, disini digunakan HCl 0,1000N.
Pelarut yang digunakan adalah alkohol netral, jangan alkohol biasa.
Apabila pelarutnya alkohol netral setelah ditetesi indikator PP larutan bening
berubah menjadi berwarna merah, namun apabila digunakan alkohol biasa
misal alkohol 96% larutan tetap bening tidak berubah warna setelah ditetesi
Indikator PP, tidak sesuai dengan seharusnya dan tes kualitatif awal.
Logam Pelikan
Pada contoh sabun C terdapat logam pelican (+) karena pada saat pengenceran
terdapat kekeruhan.
Alkali Bebas
Jadi alkali bebas pada contoh sabun C dengan bobot 1,4169gram
sebesar1,0275%.
Alkali Total
Jadi, kadar alkali bebas pada contoh sabun C dengan bobot 0,6275 gram
sebesar 22,3107 %.
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, Hariyanti,dkk. 2006. Bahan Ajar Praktikum Kimia Zat Pembantu Tekstil.
Bandung : Politeknik STTT Bandung.
Fathurrahman, Ryan Alif. 2015. Jurnal Praktikum Zat Pembantu Tekstil. Bandung :
Politeknik STTT Bandung.