Anda di halaman 1dari 4

Lawan Hidupku

Lala! Lala! Lala! Lala!

"Ayo, Lala! kamu pasti bisa!" Teriak pelatihku yang memberikan semangat mengebu-gebu
kepadaku pada pertandingan Final Volly Putri

Dengan perasaan deg-degan bercampur senang dan was-was, aku mulai menservice bola
kepada tim lawan, permainannya lebih jago dari tim Volly sekolahku. Mungkin tim kami
sedang beruntung jadi, tim kami dapat memenangkan pertandingan Volly Putri antar SMP
se-Jabodetabek. Tak lama setelah aku melihat service-ku ke lapangan lawan dan
memenangkan pertandingan, tiba-tiba aku merasa lemas dan tak sadarkan diri.

Ketika ku buka mataku, aku sudah berada di sebuah ruangan yang asing bagiku. Aku melihat
sekelilingku di penuhi teman-teman beserta pelatihku.

"Lala, kamu sudah sadar? kita khawatir loh, kata dokter kamu tidak diperbolehkan lagi
mengikuti olahraga termasuk Volly. Memang kamu sakit apa sih?" tanya Mira temanku yang
memang dekat denganku

"Aku dimana?" tanyaku lemas

"Kamu di rumah sakit, la. Tadi kamu pingsan, lalu Bimo lari sambil gendong kamu ke
puskesmas deket Stadion. Kemudian dia teriak menyuruh teman-temanuntuk memanggil
ambulan dan kamu di bawa ke sini" jelas salah satu temanku

"Terus orangnya mana? aku mau berterimakasih padanya" tanyaku sambil bangun dari
tempat tidur rumah sakit.

Teman-temanku mencegahku bangun dari tempat tidur. sekilas aku melihat tanganku di
perban dan ada 2 selang di tanganku. ketika kutelusuri alur selang-selang itu, ternyata aku
melihat 2 kantong cairan yang berisi antibiotik dan satu lagi berisi cairan infus. Seketika aku
mendadak ingat suatu kejadian ketika aku berumur 5 tahun.

Aku melewati kamar orangtua ku, kemudian aku mendapatkan suara tangisan, dan tak lain
itu adalah tangisan ibuku yang tersedu-sedu serta menyebutkan namaku, umur dan sebuah
kata yang tak kumengerti sampai sekarang. kemudian aku ingat kata yang disebut-sebut
ibuku itu adalah Leukimia. tapi aku masih tak mengerti mengapa ibuku menyebutkan
umurku.
"Eh emang Leukimia itu apaan sih?" tanyaku kepada Riri yang kebetulan sedang berada di
sebelahku.

"Leukimia itu penyakit yang bisa membuat seseorang menjadi tak berdaya. Memang ada
apa dengan Leukimia? kamu punya penyakit Leukimia?" tanya Riri penasaran

"Ahh. tidak kok. aku hanya bertanya saja. habis ibuku menyebut-nyebut itu mulu dikamar
sambil nangis" jelasku polos

"Oh begitu semoga saja kamu tidak terkena penyakit itu" doa Riri tulus

Tidak lama, kedua orangtua ku memasuki ruanganku sambil menangis dan kemudian
memelukku erat. aku melihat Bimo berdiri di depan pintu ruanganku sambil menitikkan air
mata lalu berlari meninggalkan ruangan. Aku ingin mengucapkan terimakasih kepadanya,
sempat berteriak memanggil namanya. orang-orang yang sedang berada di ruangan,
termasuk orangtua ku yang mendengar teriakanku tadi, mereka berusaha memanggil Bimo,
bahkan ada yang berlari menyusul Bimo.

Tak lama kemudian Bimo yang datang bersama ayahku mendekatkanku dengan Bimo dan
menyuruh orang yang di ruangan tersebut keluar sebentar, termasuk ibuku yang sedang
menangis. Aku kembali menatap Bimo yang terlihat sedih dan malu karena terlihat wajah
sedihnya olehku. aku mengambil tisu yang berada di atas meja, di samping tempat tidurku,
mengelap airmata yang menetes di wajah Bimo dan mengucapkan terimakasih karena telah
membawaku ke sini. melihat perlakuanku, Bimo memelukku erat seperti tak mau
kehilanganku. karena kaget aku menjadi gugup dan memeluknya balik.

Beberapa bulan setelah kejadian tersebut

Aku tidak diperbolehkan terlalu capek dan tidak diperbolehkan pula berolahraga, hanya bisa
duduk di atas kursi roda, belajar di dalam kelas, dan melihat keadaan di luar sekolah
termasuk hanya melihat teman-temanku bermain Volly. Jadi, di klub Volly, aku menjadi
asissten dan pelatih cadangan, karena dari semua teman-temanku hanya aku yang
bermainnya bagus dan menjadi andalan tim ini waktu aku masih sehat. tapi sekarang aku
tidak bisa apa-apa, hanya bisa mengatur strategi, dan melatih tim-ku...

Selagi istirahat aku berkumpul dengan teman-teman dan berbagi cerita salah satunya
ceritaku saat aku berumur 5 tahun. teman-temanku yang mendengarnya hanya bisa
bengong mendengar ceritaku dan serentak memelukku erat seperti yang dilakukan Bimo
waktu aku masuk rumah sakit setelah pingsan selesai pertandingan. Pelatihku yang melihat
kami berpelukkan hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala dari kejauhan.

Dirumah aku hanya bisa menonton, main laptop, makan, dan tidur. sehingga aku mau
senam jadi susah. ketika aku hendak ke kamarku yang berada di sebelah kamar orangtua ku
tanpa sengaja aku mendengar percakapan orangtua ku. ternyata ibuku menangis lagi di
pangkuan ayahku dan menyebut kata dokter memvonis umurku tinggal 2 minggu lagi dan
penyebab umurku pendek itu adalah penyakit yang ada di dalam diriku. ternyata kata-kata
yang sering ibu sebutkan itu adalah penyakit yang membuatku tidak bisa main Volly lagi,
tidak bisa lari-larian lagi, tidak bisa bersenang-senang dengan teman-temanku lagi. Aku
menjalankan kursi rodaku ke kamar dengan cepat dan mengunci kamarku serta
menjatuhkan diriku ke kasur sambil menangis meraung-raung

"kenapa? kenapa hanya aku yang sakit? ternyata semua orang baik kepadaku karena
mereka masih ingin bersama ku, aku tidak ingin mati! aku masih mau hidup! mungkin dokter
cuma berbohong kalau umurku itu masih panjang... gak! gak mungkiiin!" tangisku sambil
menggebuk-gebuk kasur

Esok harinya aku hanya bisa termenung melihat ke arah jendela kelas. melihat teman-teman
yang asyik bermain, berjalan dengan kekuatan mereka, dan... ahh aku jadi ingin sehat....
tiba-tiba Bimo datang dan mencium keningku. sentak aku kaget dengan apa yang Bimo
perbuat kepadaku barusan dan tiba tiba Bimo memelukku dengan erat. Aku melepaskan
pelukannya dan meminta antarkan aku ke lapangan dengan alasan ingin bertemu teman-
temanku.

Sesampai di lapangan, aku merusaha bangun dari kursi rodaku. teman-teman yang
melihatku bangun mencoba mencegahku, termasuk Bimo. Tetapi, mereka telat
memperingatkan aku beberapa lama aku bangun dari kursi rodaku aku jatuh tergeletak tak
berdaya dan tak mengingat apa-apa lagi

Aku mendengar sayup-sayup sebuah suara yang memanggil namaku serta menangisiku.
kubuka mataku, kucoba mengingat apa yang telah terjadi ternyata tidak membuahkan hasil.
aku melihat sekelilingku dan mendesah pelan karena aku kembali ke rumah sakit lagi.
kurasakan ada yang mengganjal bawah hidungku, dadaku, dan tanganku. banyak sekali
selang yang berada disekelilingku. Aku menangis mengikuti tangisan teman-temanku juga
orangtua ku. tak lama dokter masuk beserta cahaya putih yang datang menghampiriku. aku
tak tahu apa cahaya putih itu tapi aku mencoba menghela nafas panjang dan seketika
semua yang dihadapanku menjadi gelap dan suara tangisan ikut mengilang bersamaan
dengan pandanganku tadi.

Anda mungkin juga menyukai