Artikel Sampah
Artikel Sampah
Tika Oktaviani
Email: tikaaoktaviani@gmail.com
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang Kampus
Sekaran Gunungpati Semarang 50229 Jawa Tengah – Indonesia Telp. (024)
8508007
E-mail: fik@unnes.ac.id
ABSTRAK
Latar belakang: Sebagian besar sampah padat berasal dari rumah tangga.
Di Indonesia jumlah sampah organik 58%, sampah plastik sebanyak 14% dan
kertas sebanyak 9%. Berdasarkan hasil survey, di Dusun Kalikayen tingkat
pengetahuan warga tentang pengolahan sampah masih kurang. Diketahui
kepemilikan tempat sampah diluar rumah hanya mencapai 48%, di mana jenis
tempat sampah tersebut adalah tempat sampah terbuka dengan presentase
mencapai 97,6%. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan penanganan dalam
permasalahan sampah ini.
Metode: sebelum ditentukan pemecahan masalah, ditentukan prioritas
masalah dan penyebabnya menggunakan metode Hanlon Kualtitatif.
Hasil: rangkaian kegiatan pemilahan dilaksanakan selama 4 hari, hari
pertama dilakukan pembagian trashbag setiap rumah dan hari keempat trashbag
diambil kembali untuk dipilah dan dijual ke pengepul. Kegiatan berjalan lancar
dan masyarakat sangat antusias. Dari kegiatan pengumpulan tersebut didapatkan
hasil sebanyak 86% masyarakat Dusun Kalikayen telah memiliki kesadaran
tentang pemilahan sampah terutama sampah anorganik.
Kesimpulan: kesadaran masyarakat akan sampah sudah mulai terbentuk
namun belum ada dukungan dari pemegang kebijakan.
ABSTRACT
Background: Most of the solid waste comes from households. In Indonesia
the amount of organic waste 58%, plastic waste as much as 14% and paper as
much as 9%. Based on the results of the survey, in Dusun Kalikayen the level of
knowledge of residents about waste processing is still lacking. It is known that the
ownership of waste bins outside the house only reaches 48%, where the type of
garbage is an open waste with a percentage of 97.6%. Seeing these conditions it
is necessary handling in this garbage problem.
Before a problem-solving is determined, priority issues are identified and
the cause is using the Hanlon Qualitative method.
A series of segregation activities is carried out for 4 days, the first day is
done the distribution of trashbag every home and the fourth day of the trashbag is
taken back to be sorted and sold to the collectors. The activities went well and the
community was very enthusiastic. From the collecting activity, the result is 86% of
Kalikayen people have awareness about garbage separation especially inorganic
waste.
Public awareness of waste has begun to take shape but there has been no
support from policy holders.
PENDAHULUAN
Sampah dapat diartikan sebagai konsekuensi adanya aktivitas kehidupan
manusia. Tidak dapat dipungkiri, sampah akan selalu ada selama aktivitas
kehidupan masih terus berjalan. Setiap tahunnya, dapat dipastikan volume sampah
akan selalu bertambah seiring dengan pola konsumsi masyarakat yang semakin
meningkat. Sampah adalah sesuatu yang tidak dipergunakan lagi, yang tidak dapat
dipakai lagi, yang tidak disenangi dan harus dibuang, maka sampah tentu saja
harus dikelola dengan sebaik-baiknya, sedemikian rupa, sehingga hal-hal yang
negatif bagi kehidupan tidak sampai terjadi (Suryani, 2014).
Sampah organik dan sampah anorganik memiliki karakteristik yang
berbeda sehingga memerlukan penanganan yang berbeda pula (Rauf, Nurdiana,
Maryata, Rusiati, & Suwandi, 2016). Apabila tidak diikuti oleh ketersediaan
sarana dan prasarana mengakibatkan permasalahan sampah menjadi semakin
komplek, antara lain banyak terjadi pembuangan liar sehingga mengakibatkan
berbagai penyakit, lingkungan menjadi kumuh, bau tidak sedap, dan mengurangi
daya tampung sungai.
Menurut laporan Kementerian Lingkungan Hidup (2008), sebagian besar
sampah di Indonesia berupa sampah organik, yaitu 58%. Kemudian diikuti oleh
sampah plastik sebanyak 14% dan kertas sebanyak 9%. Lebih lanjut dilaporkan
bahwa sebagian besar sampah padat berasal dari rumah tangga. Menurut Statistik
Sampah Indonesia (2012), jumlah sampah yang muncul di seluruh Indonesia
mencapai 38,5 juta ton per tahun dengan dominan sampah tersebut berada di
Pulau Jawa (21,2 juta ton per tahun) (Suryani, 2014).
Dusun Kalikayen merupakan salah satu dusun di Desa Kalikayen,
Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Di Dusun Kalikayen, tingkat
pengetahuan warga tentang pengolahan sampah masih kurang, hal ini terkait
dengan perilaku warga yang sering membuang sampah sembarangan dan sebagian
besar warga mengolah sampah dengan cara dibakar. Berdasarkan data hasil
survey, diketahui kepemilikan tempat sampah diluar rumah hanya mencapai 48%,
di mana jenis tempat sampah tersebut adalah tempat sampah terbuka dengan
presentase mencapai 97,6%. Kondisi tersebut tentunya menciptakan permasalahan
akibat sampah di lingkungan Dusun Kalikayen seperti kumuh, penyakit akibat
sampah, dan penyakit akibat pembakaran sampah. Melihat kondisi tersebut maka
diperlukan penanganan dalam permasalahan sampah ini.
Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan penanganan
sampah yang diterima secara internasional. Faktor-faktor tersebut diantaranya
yaitu sosio-demografi, situasi dan kondisi lingkungan, sikap individu terhadap
penanganan sampah, norma personal, norma sosial, informasi dan pengetahuan,
serta persepsi individu (Vitor dan Martinho, 2016). Salah satu faktor yang
menyebabkan kerusakan lingkungan yang sampai saat ini tetap menjadi masalah
besar adalah sampah plastik yang berbahaya dan sulit dikelola. Diperlukan waktu
puluhan bahkan ratusan tahun untuk membuat sampah bekas kantong plastik yang
banyak diminati oleh masyarakat itu benar-benar terurai.
Sampah plastik yang tidak dapat terurai oleh bakteri merupakan masalah
serius yang harus ditangani. Plastik bekas cukup sulit untuk dikendalikan. Sebagai
contoh, pembakaran plastik seperti PVC dapat menimbulkan asap yang
mengandung khlorin yang berbahaya bagi kesehatan, terutama bagi paru-paru
(Sahwan, Martono, & Wahyono, 2007). Alangkah baiknya jika sampah plastik
tersebut dapat digunakan lagi dengan mendaur ulang. Produk-produk plastik
setelah tidak dipakai akan dibuang dan menjadi sampah yang semakin meningkat
jumlahnya dari tahun ke tahun. Dengan jumlah yang besar tersebut, sampah
plastik apabila tidak diolah dengan baik berpotensi memperburuk kualitas
lingkungan. Namun apabila sampah plastik dapat diolah dengan baik melalui
upaya daur ulang, besar potensinya untuk diubah menjadi uang.
Pengepul sampah merupakan ujung tombak dari kegiatan daur ulang
sampah. Para pengepul ini biasanya mempunyai hubungan yang sangat dekat
dengan lapak. Mereka akan menjual hasil yang didapat ke lapak tersebut. Jenis
barang yang dikumpulkan dari tempat-tempat sampah atau dari warga yang
mengumpulkan dan disetorkan ke pengepul langsung biasanya terdiri dari barang
bekas dari kertas, plastik, logam, dan gelas. Jenis barang-barang tersebut
mempunyai nama-nama yang spesifik. Meskipun sudah ada pengepul yang mau
mengumpulkan sampah namun masih banyak warga yang lebih memilih
membuang sampahnya begitu saja, tanpa memperhatikan kategorinya. Maka dari
itu diperlukan kesadaran dan pembentukan perilaku sadar sampah.
Perilaku adalah suatu sikap yang dilahirkan akibat interaksi antara manusia
dengan lingkungan, sehingga perilaku individu dan masyarakat dapat
mempengaruhi kondisi lingkungan dan kesadaran masyarakat mampu
memengaruhi hal tersebut (Setyowati & Surahman Asti Mulosari, 2013). Untuk
mewujudkan masyarakat yang sadar sampah diperlukan langkah awal dimulai dari
sampah rumah tangga dengan melakukan pemilahan sampah yang dihasilkan
setiap hari. Selain itu juga memanfaatkan dan mendayagunakan pengepul sampah
yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal.
Dari uraian diatas, penulis bermaksud melaksanakan program sebagai
langkah awal penanganan sampah di Dusun Kalikayen berupa pemilahan dan
pemanfaatan sampah di tingkat rumah tangga.
METODE
Program ini merupakan program berbasis masyarakat dimana masyarakat
dituntut aktif dan ikut serta dalam kegiatan. Langkah awal penentuan program
adalah dengan melakukan sensus untuk mengumpulkan data yang ada di
lapangan. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan olah data dan analisis
situasi untuk mengetahui permasalahan yang paling banyak terjadi. Langkah
selanjutnya adalah penentuan prioritas masalah dengan metode Hanlon Kualitatif.
Metode Hanlon memberikan cara untuk membandingkan berbagai masalah
kesehatan dengan cara yang relatif, tidak absolut/mutlak, memiliki kerangka,
sebisa mungkin sama/sederajat, dan objektif. Menurut (Maharani, 2014), tujuan
dari penggunaan metode Hanlon adalah sebagai berikut: (1) Agar pembuat
keputusan dapat mengidentifikasi faktor-faktor eksplisit untuk dapat
dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas, (2) Untuk mengelola faktor-faktor
tersebut kedalam kelompok-kelompok yang dianggap relatif sama satu dengan
lainnya (weighted relative to each other), (3) Agar faktor-faktor tersebut dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan dinilai secara individual.
Dari hasil analisis prioritas masalah maka didapatkanlah permasalahan
banyaknya warga Dusun Kalikayen yang memiliki jenis tempat sampah terbuka.
Selanjutnya adalah melakukan identifikasi dan penyusunan prioritas penyebab
masalah masih dengan menggunakan metode Hanlon Kualitatif. Setelah itu
didapatkan prioritas penyebab masalah yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang sampah. Langkah selanjutnya adalah identifikasi dan prioritas alternatif
pemecahan masalah. Kemudian didapatkan prioritas pemecahan masalah berupa
kegiatan pemilahan dan pemanfaatan sampah.
DAFTAR PUSTAKA
Rauf, R., Nurdiana, Maryata, Rusiati, & Suwandi. (2016). Gambaran Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Kudus Tahun 2016: Studi Ehra I.
Jurnal Kesehatan, 1(2), 1–14.
Sahwan, F. L., Martono, D. H., & Wahyono, S. (2007). Sistem Pengelolaan
Limbah Plastik di Indonesia. Jurnal Teknik Lingkungan, (1), 311–318.
Setyowati, R., & Surahman Asti Mulosari. (2013). Pengetahuan dan Perilaku Ibu
Rumah Tangga dalam Pengelolaan Sampah Plastik. Jurnal Kesehatan
Masyatakat Nasional.
Suryani, A. S. (2014). Peran Bank Sampah dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah
(Studi Kasus Bank Sampah Malang). Aspirasi, 5(1), 71–84.