Anda di halaman 1dari 10

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR

DARI SAMPAH RUMAH TANGGA

Cita Arunnika Risyudianti


Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Email : citanikka@gmail.com

Abstrak
Pendahuluan : Berdasarkan pengambilan data yang dilakukan di RT 7 dan RW 8 Dusun
Kawengen, menunjukan bahwa sampah masih menjadi permasalahan utama dimana pengelolaan
sampah yang dilakukan per rumah tangga masih rendah, yaitu hanya dilakukan pembuangan pada
lahan terbuka di belakang rumah dan belum dilakukan pengolahan terhadap sampah tersebut, dan
bahkan ada warga yang membuang sampah di lereng perbukitan.
Metode : Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi.
Penentuan prioritas masalah dan penyebab dengan menggunakan metode Hanlon Kuantitatif.
Sedangkan prioritas alternatif pemecahan masalah kesehatan dengan menggunakan metode
Reinke.
Hasil dan Pembahasan : Untuk menyelesaikan maslahan sampah di Dusun Kawengen
dilakukan intervensi pada semua jenjang usia berupa program pembentukan “Komunitas Peduli
Sampah”, Pelatihan pembuatan pupuk organic cair dan branding serta strategi pemasaran pupuk
organic cair.
Simpulan : Terbentuknya Komunitas Peduli Sampah sebagai wadah untuk mengelola sampah di
Dusun Kawengen dengan cara pemilahan sampah antara sampah organic dan anorganik dan
pemanfaatan sampah organik sisa rumah tangga untuk Pupuk Organik Cair (POC).
Kata Kunci : Sampah, Komunitas Peduli Sampah, Pupuk Organik Cair

COMMUNITY EMPOWERMENT IN MAKING OF LIQUID ORGANIC FERTILIZER


FROM HOUSEHOLD WASTE

Abstract
Introduction :Based on the data collected in RT 7 and RW 8 of Kawengen Hamlet, shows that
garbage is still a major problem where waste management conducted by households is still low,
that is only done disposal on open land behind the house and has not done the processing of the
waste, and there are even residents who throw garbage on the slopes of the hills.
Methods: Data collection methods used were interviews and observation. Prioritization of issues
and causes using Quantitative Hanlon. While alternative solutions to priority health problems
using Reinke method.
Results and Discussions: To solve the problem of garbage in Kawengen Hamlet conducted
intervention at all age levels in the form of the formation of "Community Care Waste", Training
of organic liquid fertilizer and branding and marketing strategy of liquid organic fertilizer.
Key words: Trash, Community Care Waste, Liquid Organic Fertilizer

1
Pendahuluan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau
dan mampu mempraktikan PHBS. Salah satu indicator PHBS adalah sampah ditampunf dan
dibuang setiap hari pada tempat yang memenuhi syarat, termasuk didalamnya pengelolaan
sampah. Pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Semarang masih terkendala sarana dan
prasarana. Saat ini Pemkab Semarang masih belum bisa menyediakan truk pengangkut sampah
yang baik karena terkendala dana (Radar Semarang, 26 Agustus 2017). Berdasarkan pengambilan
data yang dilakukan di RT 7 dan RW 8 Dusun Kawengen, menunjukan bahwa sampah masih
menjadi permasalahan utama dimana pengelolaan sampah yang dilakukan per rumah tangga
masih rendah, yaitu hanya dilakukan pembuangan pada lahan terbuka di belakang rumah dan
belum dilakukan pengolahan terhadap sampah tersebut, dan bahkan ada warga yang membuang
sampah di lereng perbukitan. Hal ini diperkuat dengan data hasil kuesioner yaitu dari 161
responden terdapat sebesar 64,5 % responden hanya memiliki tempat pembuangan sampah
terbuka di tempat/pekarangan sekitar rumah dan terdapat sebesar 35,4% tidak mempunyai
tempat sampah di luar rumah yakni hanya hanya dibuang dilereng perbukitan. Belum adanya
pengelolaan sampah yang baik tersebut tentunya dapat mengganggu kesehatan masyarakat sekitar
karena sampah merupakan tempat perindukan dan perkembangbiakan berbagai vektor penyakit
salah satunya lalat yang merupakan vektor penular berbagai penyakit. Warga hanya membuang
sampah organik dari sisa rumah tangga di tempat sampah saja tanpa memisahkan antara yang
organik dan anorganik.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya penanganan sampah limbah rumah tangga secara
terpadu, melibatkan warga secara keseluruhan untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan
sehat, sekaligus sebagai kegiatan ekonomi warga untuk mengasilkan pendapatan tambahan dan
memberikan peluang lapangan kerja dan usaha baru. Pembuatan kompos (composting) dapat
dijadikan jalan keluar dalam mengelola sampah organik seperti untuk mengatasi masalah sampah
di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan. Pupuk
Kompos cair atau biasa disebut MOL (Mikroorganisme Lokal) merupakan bakteri buatan kita
(lokal) untuk menyuburkan tanah atau untuk menguraikan sampah organik menjadi kompos.
Berguna seperti nutrisi (vitamin) bagi tanah agar tetap subur. Mol adalah kumpulan
mikroorganisme yang bisa “diternakkan” fungsinya dalam konsep “zero waste” adalah sebagai

2
starter pembuatan kompos organik. Dengan MOL ini maka konsep pengomposan bisa selesai
dalam waktu 3 mingguan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggerakkan masyarakat dalam pengelolaan
sampah organik agar sampah memiliki nilai ekonomis dan untuk meningkatan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat terutama penggurus Komunitas Peduli Sampah serta menambah
keterampilan pengurus komunitas dalam memroses sampah organik menjadi pupuk organic cair.

Metode
Kegiatan analisis situasi dilakukan dengan menggunakan sumber data primer maupun data
sekunder untuk mengetahui gambaran kondisi masyarakat, baik secara geografis maupun kondisi
demografi masyarakat Dusun Kawengen, Desa Kawengen. Data primer dan sekunder tersebut
dikumpulkan pada tanggal 9-17 November 2017. Data primer diperoleh menggunakan metode
observasi lingkungan oleh Tim PKL, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Desa
Kawengen dan Puskesmas Kalongan. Identifikasi masalah kesehatan masyarakat yang ada di
Dusun Kawengen Desa Kawengen dilakukan dengan metode observasi dan wawancara
menggunakan kuesioner penjaringan kepada masyarakat khususnya masyarakat Dusun
Kawengen RT 7 – RT 8.
Metode yang digunakan untuk menentukan prioritas masalah adalah Metode Hanlon
Kuantitatif Penyusunan prioritas alternatif pemecahan masalah kesehatan di masyarakat
menggunakan Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Evaluasi
kegiatan ini dinilai dari kuesioner penilaian pelatihan pembuatan pupuk organic cair yang diisi
oleh pengurus komunitas peduli sampah. Adapun rencana jangka panjang, yaitu menjadikan
“Komunitas Peduli Sampah” sebagai wadah dalam upaya mengatasi permasalahan sampah di
Dusun Kawengen.

Hasil dan Pembahasan


Analisi Situasi
Pengelolaan sampah di Dusun Kawengen berdasarkan data pimer yang diperoleh
menggunakan metode observasi lingkungan oleh Tim PKL, berikut ini data kepemilikan tempat
sampah di Dusun Kawengen :

3
Tabel 2.1 Kepemilikan Tempat Sampah di Luar Rumah dan di Dalam Rumah
Tempat Sampah di Luar Tempat Sampah di Dalam
Rumah Rumah Rumah
Ya Tidak Ya Tidak
65,2 % 34,8 % 80,7 % 18,3 %

Tabel 2.2 Jenis Tempat Sampah di Luar Rumah dan di Dalam Rumah
Tempat Sampah di Luar Rumah Tempat Sampah di Dalam Rumah Rumah
Terbuka Tidak Punya Terbuka Tertutup Tidak Punya
64,6 % 35,4 % 78,9 % 3,7 % 17,4 %

Kepemilikan tempat sampah di luar rumah sudah mencapai angka yang cukup baik, namun
selama ini masyarakat di Dusun Kawengen mempunyai kebiasaan buruk dalam pengelolaan
sampah yaitu dengan membuang sampah ke pekarangan dibelakang rumah maupun ke lereng-
lereng di area Dusun Kawengen yang dianggap sebagai tempat sampah dengan kondisi terbuka.
Pengelolaan sampah hanya dibakar saat sudah menumpuk, kebiasaan membuang sampah
sembarangan tanpa adanya pengelolaan secara tepat sudah menjadi budaya di masyarakat. Hal ini
dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat dan belum tersentuhnya pengangkutan
sampah oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Semarang, sehinga menimbulkan bau busuk,
lingkungan yang tidak sehat, juga menimbulkan adanya vektor penyakit seperti lalat yang dapat
menyebabkan kejadian penyakit diare.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam kepada perangkat Dusun
Kawengen diperoleh beberapa masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat selain masalah
pengelolaan sampah rumah tangga, di antaranya yaitu Pengelolaan limbah cair rumah tangga dan
kejadian penyakit menular.
Berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif, penentuan prioritas masalah dari beberapa
masalah kesehatan yang ditemukan dapat digambarkan pada tabel di bawah ini :

4
Tabel 2.3 Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode Hanlon Kuantitatif

Skor Kriteria Skor D


No Inventaris Masalah NPD NPT Prioritas
A B C P E A R L
1 pengelolaan sampah 9 9 8 1 1 1 1 1 144 144 I
rumah tangga
2 kejadian penyakit 7 8 6 1 1 1 1 1 90 90 III
menular
3 Pengelolaan limbah 7 8 8 1 1 1 1 1 120 120 II
cair rumah tangga,

Tabel diatas menunjukkan bahwa prioritas masalah kesehatan masyarakat yang utama
terletak pada masalah pengelolaan sampah rumah tangga. Berdasarkan hasil observasi yang
telah dilakukan dapat diketahui bahwa yang menjadi penyebab dari permasalahan pengelolaan
sampah rumah tangga yang di masyarakat antara lain:
1. Tidak adanya keberadaan lahan untuk tempat penampungan sampah sementara (TPS) Di
Dusun Kawengen
2. Biaya operasional pengelolaan sampah yang dianggap tinggi jadi enggan untuk mengelola
sampah
3. Kuranngnya partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah
4. Tidak adanya peran pemerintah dalam pengelolaan sampah masyarakat
Penentuan prioritas masalah terhadap permasalahan rendahnya pengelolaan sampah rumah
tangga dilakukan dengan Metode Hanlon Kuantitatif sebagai berikut:
Tabel 2.4 Penentuan Prioritas Penyebab Masalah Kesehatan dengan Metode Hanlon Kuantitatif

Inventaris Skor Kriteria Skor D


No NPD NPT Prioritas
Penyebab Masalah
A B C P E A R L
1 Tidak adanya 8 8 9 1 1 1 1 1 144 144 II
keberadaan lahan
untuk tempat
penampungan
sampah sementara
(TPS) Di Dusun
5
Kawengen

2 Biaya operasional 7 6 8 1 1 1 1 1 104 104 IV


pengelolaan
sampah yang
dianggap tinggi
jadi enggan untuk
mengelola sampah

3 Kurangnya 9 9 9 1 1 1 1 1 162 162 I


partisipasi
masyarakat dalam
mengelola sampah
termasuk dalam
memilah sampah

4 Tidak adanya peran 8 8 8 1 1 1 1 1 128 128 III


pemerintah dalam
pengelolaan
sampah masyarakat

Berdasarkan gambaran permasalahan mengenai masalah pengelolaan sampah ruma tangga


yang terjadi didapat beberapa alternatif pemecahan masalah antara lain :
1. Pengadaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Di dusun Kawengen
2. Partisipasi masyarakat dalam pembiayaan dalam operasional pengelolaan sampah
3. Pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan “Komunitas Peduli Sampah” dan
pelatihan pembuatan pupuk organic cair
4. Peran pemerintah dalam pengadaan cakupan pelayanan kebersihan baru menjangkau
5. Daur ulang sampah anorganik menjadi barang yang bernilai ekonomi
Penyusunan prioritas alternatif pemecahan masalah dilakukan menggunakan Metode
Reinke. Berdasarkan Metode Reinke, penentuan prioritas masalah dari alternatif pemecahan
masalah yang disebutkan di atas dapat digambarkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.4 Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah berdasarkan Metode Reinke
No Alternatif M I V C Total Urutan
1. Pengadaan Tempat 3 4 3 2 18 II
Pembuangan Sementara
6
(TPS) Di dusun Kawengen
Peduli Sampah dan
pelatihan pembuatan pupuk
organic cair
2. Partisipasi masyarakat 3 3 3 3 9 VI
dalam pembiayaan dalam
operasional pengelolaan
sampah
3. Pemberdayaan masyarakat 4 4 5 3 26,6 I
melalui pembentukan
“Komunitas Peduli
Sampah” dan pelatihan
pembuatan pupuk organic
cair
4. Peran pemerintah dalam 4 3 3 3 12 IV
pengadaan cakupan
pelayanan kebersihan baru
menjangkau
5. Daur ulang sampah 3 3,5 4 3 14 III
anorganik menjadi barang
yang bernilai ekonomi t

Pelaksanaan Program
1. Nama Kegiatan : Pembentukan “Komunitas Peduli Sampah” dan Pelatihan Pembuatan
Pupuk Organik Cair
2. Tujuan Program
- Memberdayakaan masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah rumah tangga
berbasis masyarakat melalui pengurus “Komunitas Peduli Sampah”.
- Untuk meningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat terutama penggurus
Komunitas Peduli Sampah serta menambah keterampilan pengurus komunitas dalam
memroses sampah organik menjadi pupuk organic cair.
- Mengetahui efektifitas pemberian program intervensi
- Membantu meningkatkan pendapatan masyarakat petani dengan menghemat biaya
produksi, yaitu dengan cara membuat sendiri pupuk organik yang digunakan dalam
kegiatan pertaniannya.

7
3. Sasaran Program : Warga RT 7 sampai RT 8 Dusun Kawengen yang masuk dalam
kepengurusan Komunitas Peduli Sampah
4. Waktu dan Tempat : Rumah Ibu Jumiati RT 8 Dusun Kawengen
- Pukul : 09.00 s.d 11.30 WIB
- Hari/tanggal : 28 November 2017
- Tempat : Rumah Ibu JUmiati (RT 8 Dusun Kawengen)
5. Indikator
- Kehadiran peserta pembentukan Komunitas Peduli Sampah minimal 10 orang.
- Terbentuknya Komunitas Peduli Sampah Dan Struktur Organisasinya
- Pengurus Komunitas Peduli Sampah mampu membuat pupuk organic cair sendiri.
- Hasil kuesioner evaluasi mencapai 75%.

Evaluasi Program Kerja


Evaluasi kegiatan pelatihan ini dilakukan dengan membagikan angket yang harus diisi oleh
pengurus “Komunita sPeduli Sampah” setelah acara pelatihan selesai. Jika ada peserta yang
kesulitan dalam memahami dan menjawab pertanyaan dalam angket, peserta tersebut dibantu
oleh rekan-rekan mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan ini. Tabel 1 merupakan hasil
rangkuman jawaban dari peserta pelatihan.
Tabel 2.5 Hasil angket yang disebarkan kepada peserta pelatihan

No. Pertanyaan Persentase jawaban


1 Apa yang Ibu rasakan setelah mengikuti pelatihan a. Bermanfaat: 88,8%;
pembuatan pupuk organik ? b. Biasa saja: 11,2%;
c. Tidak ada manfaatnya: 0%
2 Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah Ibu berniat a. Ya pasti: 100%;
mencoba sendiri membuat pupuk organik di rumah? b. Ragu-ragu/belum tahu: 0%;
c. Tidak: 0%
3 Setelah mengikuti pelatihan ini, apakah Ibu akan a. Ya pasti: 100%;
mencoba menggunakan pupuk organik untuk tanaman b. Ragu-ragu/belum tahu: 4,8%;
pertanian Bapak? c. Tidak: 0%
4 Bagaimana menurut Ibu tentang cara-cara pembuatan a. Mudah : 66,6%;
pupuk organik sendiri? b. Susah: 0%;
c. Sedang (tidak susah tetapi
juga tidak mudah): 33,3%
5 Munurut Ibu, apa keuntungan menggunakan pupuk a. Lebih murah dibanding pupuk
organik? (dapat menjawab lebih dari satu jawaban) kimia buatan pabrik: 55,5%;
8
b. Lebih mudah
mendapatkannya: 55,5%;
c. Hasil panen lebih baik: 11,1%;
d. Tidak ada untungnya: 0%
6. Sebagai kader dalam “Komunitas Peduli Sampah”, a. Ya : 100%
apakah Ibu akan membagikan ilmu yang hari ini b. Tidak : 0%
didapatkan kepada masyarakat lain?

Dari Tabel 1 diketahui bahwa hampir semua peserta mengatakan bahwa kegiatan pelatihan
ini bermanfaat bagi mereka. Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat menghasilkan output berupa
pengetahuan yang diberikan kepada pengurus untuk mengatasi permasalahan sampah dengan
memanfaatkan sampah organic rumah tangga untuk diolah menjadi pupuk organik cair yang
ramah lingkungan dan jauh lebih murah dari pupuk kimia.
Kegiatan pelatihan ini dikatakan efektif atau berhasil jika minimal 75% peserta pelatihan
memahami materi yang telah disampaikan. Dari Tabel 1 diketahui bahwa 100% peserta pelatihan
berniat untuk membuat sendiri pupuk organik. Hal ini terkait dengan jawaban 100% peserta yang
menyatakan bahwa membuat sendiri pupuk organik adalah mudah. Selanjutnya, 100% peserta
menyatakan akan mengaplikasikan pupuk organik di lahan pertanian mereka. Hal ini terkait
dengan jawaban sebagian besar peserta pelatihan yang menyatakan bahwa penggunaan pupuk
organik lebih murah dan lebih mudah dalam mendapatkannya dibandingkan pupuk kimia.
Dari kegiatan ini juga telah dihasilkan berupa :

a. struktur organisasi kepengurusan ”Komunitas Peduli Sampah” Terbentuk Komunitas Peduli


Sampah dan struktur organisasi yang berjumlah 10 orang terdiri dari ketua, sekretaris,
bendahara, divisi produksi, dan divisi pemasaran
b. produk berupa pupuk organik cair berbahan dasar sisa sayuran dan nasi dari sampah rumah
tangga yang dibuat sendiri oleh pengurus secara mandiri pada saat pelatihan berlangsung.
c. Pengurus komunitas peduli sampah memahami konsep pemasaran dan cara pemasaran.
Namun belum dapat dilakukan pemasaran dalam waktu dekat karena belum dilakukannya uji
coba pengaplikasian pupuk organic cair buatan pengurus sendiri terhadap tanaman pertanian,
sehingga belum dapat menarik pelanggan.
d. Logo dan sarana promosi yang difasilitasi oleh Tim PKL diterima dengan baik oleh pengurus
komunitas.

9
Penutup
Dari hasil kegiatan dan berdasar pada tujuan kegiatan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terbentuknya Komunitas Peduli Sampah sebagai wadah untuk mengelola sampah di Dusun
Kawengen dengan cara pemilahan sampah antara sampah organic dan anorganik serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai pemanfaatan sampah organik sisa
rumah tangga untuk dimanfaatkan sebagai Pupuk Organik Cair (POC)
2. Terbentuknya Komunitas Peduli Sampah dalam pengelolaan sampah organik menjadi pupuk
organic cair sehingga sampah memiliki nilai ekonomis.
3. Telah berjalan secara efektif dengan melihat hasil evaluasi yang sesuai dengan target
pencapaian.

Saran demi keberlanjutan program ini adalah perlunya partisipasi masyarakat untuk
berperan aktif dalam mengelola sampahnya dan dapat dimulai dari rumah tangga dengan cara
pemilahan sampah organic dan sampah anorganik. Dengan pemilahan sampah tersebut maka
sampah organic dapat diolah kembali menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik dapat
dirubah menjadi bentuk lain sehingga bernilai ekonomi, perlunya pengawasan yang
berkelanjutan dari instansi terkait untuk memantau keberhasilan dalam pengelolaan sampah
berbasis masyarakat.

Daftar Pustaka

Iswanto, dkk. 2016. Timbulan Sampah B3 Rumah Tangga dan Potensi Dampak Kesehatan
Lingkungan di Kabupaten Sleman Yogyakarta. Jurnal Mnausia dan Lingkungan. Vol.23
No. 2, hal:179-188

Sahwan, Firman L, dkk. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Lokal Melalui Kegiatan Komposting
Skala Rumah Tangga di Timika Papua. Jurnal Teknik Lingkungan, hal.1-11

Solihati, Anri. 2011. Penerapan Pembelajaran Melalui Pembuatan Pupuk Organik Cair
Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Daur Ulang Limbah.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang

10

Anda mungkin juga menyukai