Anda di halaman 1dari 10

PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CTPS DALAM UPAYA

PENCEGAHAN PENYAKIT ISPA DENGAN


MEDIA BOARD-STAMP DISCUSSION

Ratih Berliana*1, Irwan Budiono1


1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang
*
email : rberliana19@yahoo.com

Abstrak

Pendahuluan: Berdasarkan data hasil sensus kesehatan yang telah dilakukan di Dusun
Genurid pada tanggal 10 sampai 14 November 2017, penyakit ISPA menempati peringkat
pertama dengan jumlah penyakit menular dengan total 157 (26,3%) penderita ISPA yang telah
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan perilaku cuci tangan pakai sabun setelah memegang
binatang (1,3 %). Perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan kepada siswa agar siswa dapat
memahami tentang pentingnya perilaku cuci tangan pakai sabun sejak dini. Ketika melakukan
penyuluhan, diperlukan media yang sesuai dengan sasaran yang dituju. Tujuan dari intervensi
ini adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dari siswa MI 02 Kawengen tentang
ISPA dan CTPS dengan menggunakan metode penyuluhan dan media board-stamp discussion
serta media brosur.
Metode: Metode yang digunakan pada identifikasi masalah adalah observasi dan wawancara
mendalam. Penentuan prioritas masalah dan prioritas penyebab menggunakan metode Hanlon
kuantitatif. Penentuan prioritas pemecahan masalah menggunakan metode brainstorming.
Metode intervensi menggunakan metode penyuluhan dan permainan dengan media brosur dan
board-stamp discussion. Instrumen yang digunakan adalah lembar pre-test dan post-test.
Hasil: Sebanyak 16 siswa (94,11%) dari 17 siswa memperoleh nilai post-test yang lebih baik
dibandingkan dengan nilai pre-test.
Pembahasan: Hasil uji nilai pre-test dan post-test menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai p
0,000 (sig<0,05) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dari siswa setelah
diberikan penyuluhan dan permainan dengan media board-stamp discussion dan brosur. Untuk
memaksimalkan hasil, maka sekolah disarankan untuk melengkapi fasilitas CTPS agar siswa
dapat mempraktikkan informasi yang telah diterima tentang pentingnya cuci tangan pakai
sabun dalam upaya mencegah penyakit ISPA.

Kata kunci: Peningkatan Pengetahuan, ISPA, CTPS, Board-stamp Discussion


INCREASE OF KNOWLEDGE OF media. The instruments used are pre-test
WASHING HAND WITH SOAP and post-test sheets.
FOR ARI’S PREVENTION USING Results: 16 students (94.11%) of 17
students received a better post-test score
BOARD-STAMP DISCUSSION
than the pre-test score.
MEDIA Discussions: The test result of pre-test
and post-test using Wilcoxon test with p
value 0.000 (sig <0,05) indicated that
Ratih Berliana*1, Irwan Budiono1 there was an increase of knowledge from
1
Public Health Department, Semarang students after counseling and game with
State University board-stamp discussion and brochure
*
email : rberliana19@yahoo.com media. To maximize results, schools are
advised to complete the Washing Hand
With Soap facility so students could
Abstract practice the information they have
received about the importance of
Washing Hand With Soap in an effort to
Introduction: Based on data from the prevent ARI disease.
health census conducted in Genurid
Orchard on November 10th to 14th 2017, Key words: Increase of Knowledge,
ARI was ranked first with the number of ARI, Washing Hand With Soap, Board-
infectious diseases with a total of 157 stamp Discussion
cases (26.3%) of patients with ARI who
have been diagnosed by health workers
and total of washing hand with soap PENDAHULUAN
behavior after holding the animal is
1.3%. It is necessary to increase the Permasalahan kesehatan
knowledge of students so that students
can understand the importance of masyarakat merupakan permasalahan
Washing Hand With Soap. When doing yang perlu diperhatikan terutama
counseling, media needed in accordance
with the intended target. The purpose of permasalahan yang saat ini sering
this intervention is to know the dialami oelh penduduk yaitu penyakit
improvement of knowledge of MI 02
Kawengen students about ARI and yang berkaitan dengan lingkungan,
Washing Hand With Soap by using seperti infeksi saluran pernafasan akut
counseling method and board-stamp
discussion and brochure media. (ISPA), diare, kecacingan, dan lainnya.
Methods: The method that had been Penyakit yang berkaitan dengan
used in problem identification is
observation and in-depth interview. lingkungan cenderung merupakan
Determining issues priority and penyakit menular.
priorities of causes were using the
quantitative Hanlon method. In Infeksi Saluran Pernapasan Akut
determining the problem solving (ISPA) adalah proses infeksi akut
priorities was using brainstorming
methods. Intervention methods used berlangsung selama 14 hari yang
counseling and game methods with disebabkan oleh mikroorganisme dan
brochure and board-stamp discussions
menyerang salah satu bagian atau lebih cenderung rentan terserang penyakit
dari saluran pernapasan mulai dari serta tertular penyakit menular. Menurut
hidung (saluran atas) hingga alveoli WHO (2007), ISPA umumnya
(saluran bawah) termasuk jaringan ditularkan melalui droplet, namun
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga demikian, pada sebagian pathogen ada
tengah dan pleura (Anonim, 2007). juga kemungkinan penularan melalui
ISPA merupakan penyakit yang cara lain, seperti melalui kontak dengan
menjadi pandemi dan epidemi di tangan atau permukaan yang
berbagai Negara di dunia. Di Indonesia terkontaminasi.
infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Tindakan pencegahan dan
selalu menempati urutan pertama pengendalian infeksi yang dapat
penyebab kematian pada kelompok bayi dilakukan salah satunya adalah
dan balita. Prevalensi kejadian ISPA di kebersihan tangan. Kebersihan tangan
Indonesia adalah 25,0 persen. Penyakit sebelum dan setelah kontak dengan
ISPA juga merupakan masalah setiap pasien adalah salah satu cara yang
kesehatan utama di Jawa Tengah paling penting dalam mencegah
dengan prevalensi sebesar 15,7% pada penyebaran infeksi (WHO, 2007).
tahun 2013 (Riskeskas, 2013). Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
Berdasarkan data hasil sensus kesehatan (CTPS) yang merupakan salah satu
yang telah dilakukan di Dusun Genurid Perilaku Hidup bersih dan Sehat
pada tanggal 10 sampai 14 November (PHBS), saat ini juga telah menjadi
2017, penyakit ISPA menempati perhatian dunia, hal ini karena masalah
peringkat pertama dengan jumlah kurangnya praktek perilaku cuci tangan
penyakit menular dengan total 157 tidak hanya terjadi di Negara
(26,3%) penderita ISPA yang telah berkembang saja, tetapi ternyata di
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan. Negara maju pun kebanyakan
ISPA merupakan penyakit yang masyarakatnya masih lupa untuk
banyak menyerang balita dan usia melakukan perilaku cuci tangan. Fokus
sekolah dasar yang berusia kurang dari CTPS ini adalah Anak sekolah sebagai
15 tahun, karena pada kelompok usia Agen Perubahan dengan simbolisme
tersebut mereka belum memiliki sistem bersatunya seluruh komponen untuk
kekebalan tubuh yang kuat dan perubahan yang lebih baik dalam
berperilaku sehat melalui CTPS konkret dengan aktivitas mental yang
(Depkes, 2007). Berdasarkan data hasil difokuskan pada obyek-obyek atau
sensus kesehatan yang telah dilakukan di peristiwa yang bersifat nyata (Santrock
Dusun Genurid pada tanggal 10 sampai dalam Nuzula dkk, 2016).
14 November 2017, perilaku cuci tangan Perlu upaya untuk meningkatkan
pakai sabun setelah memegang binatang pengetahuan kepada siswa agar siswa
(1,3 %) dapat memahami tentang pentingnya
Penyuluhan merupakan salah perilaku cuci tangan pakai sabun sejak
satu upaya promotif dan preventif dini sehingga siswa terbiasa dengan
dengan tujuan meningkatkan perilaku tersebut dan sadar pentingnya
pengetahuan dan kesadaran disamping cuci tangan pakai sabun sebagai salah
sikap serta tindakan sehingga dapat satu upaya pencegahan penularan
mempertahankan derajat kesehatan penyakit menular. Tujuan dari intervensi
masyarakat dan mencegah timbulnya ini adalah untuk mengetahui
penyakit. peningkatan pengetahuan dari siswa MI
Ketika melakukan penyuluhan, 02 Kawengen tentang ISPA dan CTPS
diperlukan media yang sesuai dengan dengan menggunakan metode
sasaran yang dituju. Media bergambar penyuluhan dan media board-stamp
merupakan media yang menarik bagi discussion serta media brosur.
siswa sekolah dasar dan siswa akan lebih
antusias ketika mereka terlibat langsung METODE
dalam diskusi. Media yang digunakan Intervensi dilakukan di MI 02
dalam kegiatan ini berupa brosur Kawengen pada tanggal 28 November
bergambar serta papan yang berisi materi 2017. Sasaran dari intervensi ini adalah
penyuluhan dimana siswa sendiri yang 17 siswa MI 02 Kawengen. Tahapan
akan melengkapi papan kosong tersebut
pelaksanaan intervensi meliputi: 1)
sesuai tempatnya masing-masing. Tahap analisis situasi dan identifikasi
Pemilihan media bergambar masalah diperoleh dengan menggunakan
tersebut didasarkan pada teori Jean metode observasi dan wawancara
Plaget yang mengemukakan bahwa usia mendalam serta pengolahan data hasil
perkembangan kognitif anak sekolah survei pendahuluan, 2) Tahap penentuan
dasar, merupakan tahap operasional prioritas masalah dan prioritas penyebab
menggunakan metode Hanlon adalah melakukan evaluasi terhadap
Kuantitatif dimana metode penentuan pelaksanaan intervensi.
prioritas dengan teknik pemberian Sumber data diperoleh dari data
skoring pada kriteria A (besar masalah), primer yaitu berupa hasil sensus
B (Kegawatan Masalah), C (Efektivitas kesehatan atau survei pendahuluan yang
kemudahan) dan PEARL Factor telah dilakukan dengan observasi dan
(Kesesuaian masalah, Kelayakan dari wawancara mendalam serta data
segi biaya, Situasi Penerimaan, sekunder dari Puskesmas Kalongan dan
Ketersediaan sumber daya, Dukungan Bidan desa.
aspek-aspek hukum) 3) Tahap Data yang dikumpulkan
selanjutnya penentuan prioritas alternatif dianalisis dengan analisis univariat
pemecahan masalah menggunakan untuk melihat distribusi frekuensi,
metode Brainstroming, 4) Setelah analisis bivariate untuk melihat
diperoleh prioritas pemecahan masalah hubungan antara masing-masing
yaitu Peningkatan Pengetahuan tentang variabel, dan uji hipotesis dengan derajat
CTPS dalam Upaya Pencegahan kemaknaan α 0,05. Pengolahan data
Penyakit ISPA dengan Media Board- menggunakan program komputer SPSS.
Stamp Discussion, tahap selanjutnya Instrumen yang digunakan pada kegiatan
adalah membuat media yang akan intervensi ini menggunakan lembar pre-
digunakan pada kegiatan yaitu brosur test dan post-test, dan analisis data
dan papan diskusi, 5) Setelah itu menggunakan uji T-Test apabila data
menyusun instrumen pre-test dan post- terdistribusi normal dan statistik non-
test, 6) Kemudian melakukan koordinasi parametrik Wilcoxon apabila data tidak
dengan pihak MI 02 Kawengen untuk terdistribusi normal.
melakukan perijinan melaksanakan HASIL
intervensi di sekolah tersebut, 7) Setelah
MI 02 Kawengen merupakan
diijinkan, kemudian melaksanakan salah satu sekolah yang ada di Desa
koordinasi terkait waktu pelaksanaan Kawengen khususnya di Dusun Genurid.
dan subyek yang akan mengikuti Berdasarkan Tabel 1. Distribusi peserta
kegiatan intervensi, 8) Kemudian menurut jenis kelamin, diketahui bahwa
melaksanakan intervensi, 9) Tahap akhir terdapat 8 siswa laki-laki (47,1%) dan
terdapat 9 siswa perempuan (52,9%).
Tabel 1. Distribusi Peserta menurut Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
1. Laki-Laki 8 47,1%
2. Perempuan 9 52,9%

Berdasarkan Tabel 2. mengenai Siswa yang mengikuti kegiatan intervensi


distribusi peserta menurut kelas, maka merupakan siswa yang berprestasi pada
diketahui bahwa sebanyak 5 siswa kelas 3 masing-masing kelas dan telah dipilih oleh
(29,4%), sebanyak 5 siswa kelas 4 (29,4%) wali kelas masing-masing.
dan sebanyak 7 siswa kelas 5 (41,2%).

Tabel 2. Distribusi Peserta menurut Kelas


No Kelas Frekuensi Presentase
1. 3 5 29,4%
2. 4 5 29,4%
3. 5 7 41,2%

Kegiatan intervensi diawali dengan kepada para siswa dan melanjutkan diskusi
melakukan perkenalan awal serta bersama untuk mengetahui kesesuaiannya
penjelasan terkait kegiatan yang akan antara kata yang ditempel dengan kolom
dilakukan agar siswa dapat memahami dan yang tersedia. Setelah berdiskusi, kemudian
mampu mengikuti kegiatan dengan baik. penyampaian informasi tentang ISPA
Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi kepada siswa serta sesi Tanya jawab
lembar pre-test terlebih dahulu sebelum tentang ISPA.
kegiatan inti dimulai. Setelah siswa selesai Kegiatan dilanjutkan dengan
mengisi lembar pre-test, langsung melakukan penempelan gambar langkah-
memasuki kegiatan inti yaitu permainan langkah CTPS yang baik dan benar. Setelah
dengan menggunakan media board-stamp penempelan selesai, kemudian brosur
discussion. Siswa diminta untuk tentang CTPS dibagikan kepada siswa dan
menempelkan kata yang tepat pada kolom melakukan diskusi bersama untuk
“Penyebab”, “Gejala” dan “Pencegahan” mengetahui kesesuaian langkah yang baik
ISPA. Setelah itu, brosur ISPA dibagikan dan benar dengan dipandu oleh 2 siswa dan
didampingi oleh fasilitator. Setelah itu, pre-test dan post-test nilai p kurang dari
melakukan praktik CTPS didalam kelas 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, maka
dengan dipimpin oleh 2 siswa didepan dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak
kelas. Setelah praktik CTPS selesai, siswa terdistribusi normal. Maka selanjutnya
dipersilahkan untuk menyampaikan yang dilakukan adalah data dianalisis
pertanyaan dan pendapatnya. dengan menggunakan uji non-parametrik
Setelah permainan dan penyuluhan Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan
selesai, siswa yang mengikuti kegiatan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah
diminta untuk mengisi lembar post-test diberikan penyuluhan.
yang telah disediakan. Pengisian lembar Berdasarkan hasil penilaian lembar
post-test dilakukan secara individu dan pre-test dan post-test dengan menggunakan
tidak boleh bekerja sama dengan siswa uji Wilcoxon, sebanyak 16 siswa (94,11%)
lainnya. mengalami peningkatan pengetahuan yaitu
Data yang diperoleh dari hasil pre- nilai post-test lebih besar dibandingkan
test dan post-test dianalisis menggunakan dengan nilai pre-test dan sebanyak 1 siswa
aplikasi uji statistik. Uji statistic yang (5,89%) tidak mengalami peningkatan
digunakan adalah uji normalitas untuk pengetahuan atau tidak mengalami
mengetahui data yang diperoleh memiliki peningkatan pada nilai hasil post-test. Hasil
distribusi normal atau tidak, selanjutnya pre-test dan post-test dengan uji Wilcoxon
menggunakan uji parametrik atau non- ditampilkan pada Tabel 3.
parametrik. Hasil yang diperoleh pada nilai

Tabel 3. Hasil pre-test dan post-test dengan uji Wilcoxon


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

nilai post test - nilai pre test Negative Ranks 1a 2.00 2.00

Positive Ranks 16b 9.44 151.00

Ties 0c

Total 17

a. nilai post test < nilai pre test

b. nilai post test > nilai pre test

c. nilai post test = nilai pre test


PEMBAHASAN Media board-stamp discussion
merupakan salah satu media yang dapat
Berdasarkan intervensi yang telah
menarik perhatian siswa untuk dapat focus
dilakukan, diperoleh hasil bahwa sebanyak
terhadap materi yang diberikan tentang
16 siswa (94,11%) mengalami peningkatan
ISPA dan CTPS. Pemilihan media yang
hasil pada nilai post-test. Pada intervensi
tepat dapat berpengaruh dalam membantu
yang telah dilakukan dengan menggunakan
siswa mempermudah untuk memahami
metode penyuluhan dan permainan dimana
materi yang diberikan. Berdasarkan
media yang digunakan adalah brosur
penelitian yang telah dilaksanakan oleh
bergambar dan board-stamp discussion,
Fahrunnisa dan Fibriana (2017)
maka media tersebut dapat membantu siswa
menunjukkan hasil bahwa pendidikan
dalam memahami materi yang telah
kesehatan dalam media kalender pada
disampaikan. Hasil ini didukung oleh
kelompok eksperimen terbukti mampu
penelitian yang dilakukan Nuzula dkk
merubah pengetahuan responden menjadi
(2016) bahwa penggunaan “smart card”
baik sebanyak 65% responden, sedangkan
pada kegiatan penyuluhan mempengaruhi
pendidikan kesehatan tanpa media kalender
peningkatan pengetahuan penyakit ISPA
pada kelompok control hanya mampu
pada siswa SD di SD Negeri di Tegalrejo
merubah 25% responden memiliki
Yogyakarta karena media tersebut
pengetahuan baik mengenai tatalaksana
membantu penyampaian materi
diare pada balita usia 1-4 tahun.
penyuluhan menjadi dapat diterima dengan
Cuci tangan pakai sabun merupakan
baik oleh para siswa.
salah satu intervensi kesehatan yang paling
Hasil intervensi ini juga sejalan
murah dan efektf dibandingkan dengan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wati
hasil intervensi kesehatan dengan cara
(2011) bahwa hasil pre-test terhadap siswa
lainnya serta telah terbukti mampu
SD kelas V di SDN Bulukantil
mengurangi resiko penyakit bukan hanya
menunjukkan rata-rata nilai sebesar 82,62
yang terkait dengan diare, namun juga
dengan standard deviasi sebesar 8,482
beberapa penyakit berbahaya lainnya
sedangkan nilai rata-rata post-test sebesar
seperti kolera dan disentri, sampai dengan
91,45 dengan standard deviasi 6,392 yang
48-59%. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon
menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan
mengenai tingkat pengetahuan siswa
responden meningkat menjadi pengetahuan
diperoleh nilai probabilitas 0,000
baik setelah diberikan penyuluhan Perilaku
(sig<0,05), artinya Ho ditolak sehingga
Hidup Bersih dan Sehat tentang CTPS.
terdapat peningkatan pengetahuan dari ini disarankan dapat digunakan pada
siswa tentang ISPA dan CTPS. kegiatan-kegiatan pemberian informasi
Tabel 3 menujukkan bahwa terdapat kesehatan, karena subyek dapat dilibatkan
1 siswa (5,89%) yang tidak mengalami secara langsung dalam penempelan kertas
peningkatan pada nilai post-test. kendala materi dan berdiskusi atas hasil tempelan
yang dialami siswa sehingga menyebabkan tersebut sehingga dapat langsung diketahui
tidak terjadinya peningkatan saat post-test kesalahan-kesalahan mana saja yang perlu
dapat disebabkan beberapa hal diantaranya, diperbaiki, karena sebagian besar orang
tidak semua siswa berperan aktif dalam akan lebih mengingat suatu kesalahan yang
kegiatan dan terdapat beberapa kata yang telah dibuat dan berusaha mengingat untuk
belum dipahami oleh siswa, sehingga perlu tidak mengulangi kesalahan tersebut.
penjelasan lebih dalam terkait kata tersebut. Saran bagi fasilitator yang tertarik
untuk melakukan pengembangan terhadap
PENUTUP topik yang serupa, disarankan untuk

Simpulan melibatkan ahli desain dan seseorang yang

Berdasarkan hasil intervensi, dapat dapat diajak diskusi terkait materi yang

ditarik kesimpulan bahwa terjadi akan disampaikan agar gambar, tulisan,

peningkatan pengetahuan pada siswa desain dan materi dapat memiliki

tentang ISPA dan CTPS setelah dilakukan kesesuaian serta menarik untuk anak-anak.

penyuluhan dengan media board-stamp Saran bagi pihak sekolah ada

discussion. Sebanyak 16 siswa (94,11% menyediakan fasilitas cuci tangan pakai

siswa) mengalami peningkatan sabun yang lengkap karena fasilitas cuci

pengetahuan tentang ISPA dan CTPS dari tangan pakai sabun di sekolahan masih

hasil analisis pre-test dan post-test. kurang. Hal ini agar siswa dapat

Saran mempraktikkan informasi yang telah

Untuk menarik minat sasaran dari diterima tentang pentingnya cuci tangan

penyuluhan, maka diperlukan media yang pakai sabun dalam upaya mencegah

sesuai dengan sasaran tersebut. Terutama, penyakit ISPA.

pada siswa sekolah dasar yang lebih tertarik


pada media bergambar dan diskusi secara DAFTAR PUSTAKA

langsung sehingga ingatan mereka terkait RISKESDAS. 2013. Riset Kesehatan

materi yang disampaikan dapat dipahami Dasar. Badan Penelitian Dan

lebih baik. Media board-stamp discussion Pengembangan Kementrian


Kesehatan RI. Diakses pada 27 http://Parenting.co.id.htm Diakses
November 2017. pada 26 November 2017.
Sulastri, Purna, dan Suyasa. 2014. Kementerian Kesehatan Republik
Hubungan Tingkat Pengetahuan Indonesia. 2012. Pedoman
dengan Perilaku Anak Sekolah Pengendalian Infeksi Saluran
Tentang Hidup Bersih dan Sehat di Pernafasan Akut. Jakarta:
Sekolah Dasar Negeri Wilayah Kementerian Kesehatan RI.
Puskesmas Selemadeg Timur II. Ratnawati. 2011. Pengaruh Pemberian
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 4 Penyuluhan PHBS Tentang Mencuci
No 1, Mei 2014: 99-106. . Diakses Tangan Terhadap Pengetahuan dan
pada 29 November 2017. Sikap Mencuci Tangan Pada Siswa
WHO. 2007. Infeksi Saluran Pernafasan Kelas V di SDN Bulukantil Surakarta.
Akut (ISPA) yang Cenderung Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Menjadi Epidemi dan Pandemi. Sebelas Maret. Diakses pada 29
www.who.int/csr. Diakses pada November 2017.
tanggal 25 November 2017 RISKESDAS. 2013. Riset Kesehatan
Nuzula, Scarvia, Istiqomah, dan Husein, Dasar: Riskesdas Dalam Angka Jawa
Achmad. 2016. Penggunaan Media Tengah Tahun 2013. Diakses pada 27
“Smart Card” pada Kegiatan November 2017.
Penyuluhan Pencegahan Penyakit Fahrunnisa dan Fibriana, Arulita Ika. 2017.
ISPA untuk Siswa SD Negeri di Pendidikan Kesehatan dengan Media
Tegalrejo, Kota Yogyakarta. Sanitasi Kalender “PINTARE” (Pintar Atasi
Jurnal Kesehatan Lingkungan, vol. 7, Diare). Jurnal of Health Education.
No. 3, Hal 125 – 130. Diakses pada Universitas Negeri Semarang.
26 November 2017. Diakses pada 29 November 2017.
Parenting Indonesia. 2014. Kenali Penyakit
ISPA Usia Sekolah.

Anda mungkin juga menyukai