Abstrak
Pendahuluan: Berdasarkan data hasil sensus kesehatan yang telah dilakukan di Dusun
Genurid pada tanggal 10 sampai 14 November 2017, penyakit ISPA menempati peringkat
pertama dengan jumlah penyakit menular dengan total 157 (26,3%) penderita ISPA yang telah
terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan perilaku cuci tangan pakai sabun setelah memegang
binatang (1,3 %). Perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan kepada siswa agar siswa dapat
memahami tentang pentingnya perilaku cuci tangan pakai sabun sejak dini. Ketika melakukan
penyuluhan, diperlukan media yang sesuai dengan sasaran yang dituju. Tujuan dari intervensi
ini adalah untuk mengetahui peningkatan pengetahuan dari siswa MI 02 Kawengen tentang
ISPA dan CTPS dengan menggunakan metode penyuluhan dan media board-stamp discussion
serta media brosur.
Metode: Metode yang digunakan pada identifikasi masalah adalah observasi dan wawancara
mendalam. Penentuan prioritas masalah dan prioritas penyebab menggunakan metode Hanlon
kuantitatif. Penentuan prioritas pemecahan masalah menggunakan metode brainstorming.
Metode intervensi menggunakan metode penyuluhan dan permainan dengan media brosur dan
board-stamp discussion. Instrumen yang digunakan adalah lembar pre-test dan post-test.
Hasil: Sebanyak 16 siswa (94,11%) dari 17 siswa memperoleh nilai post-test yang lebih baik
dibandingkan dengan nilai pre-test.
Pembahasan: Hasil uji nilai pre-test dan post-test menggunakan uji Wilcoxon dengan nilai p
0,000 (sig<0,05) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dari siswa setelah
diberikan penyuluhan dan permainan dengan media board-stamp discussion dan brosur. Untuk
memaksimalkan hasil, maka sekolah disarankan untuk melengkapi fasilitas CTPS agar siswa
dapat mempraktikkan informasi yang telah diterima tentang pentingnya cuci tangan pakai
sabun dalam upaya mencegah penyakit ISPA.
Kegiatan intervensi diawali dengan kepada para siswa dan melanjutkan diskusi
melakukan perkenalan awal serta bersama untuk mengetahui kesesuaiannya
penjelasan terkait kegiatan yang akan antara kata yang ditempel dengan kolom
dilakukan agar siswa dapat memahami dan yang tersedia. Setelah berdiskusi, kemudian
mampu mengikuti kegiatan dengan baik. penyampaian informasi tentang ISPA
Selanjutnya siswa diminta untuk mengisi kepada siswa serta sesi Tanya jawab
lembar pre-test terlebih dahulu sebelum tentang ISPA.
kegiatan inti dimulai. Setelah siswa selesai Kegiatan dilanjutkan dengan
mengisi lembar pre-test, langsung melakukan penempelan gambar langkah-
memasuki kegiatan inti yaitu permainan langkah CTPS yang baik dan benar. Setelah
dengan menggunakan media board-stamp penempelan selesai, kemudian brosur
discussion. Siswa diminta untuk tentang CTPS dibagikan kepada siswa dan
menempelkan kata yang tepat pada kolom melakukan diskusi bersama untuk
“Penyebab”, “Gejala” dan “Pencegahan” mengetahui kesesuaian langkah yang baik
ISPA. Setelah itu, brosur ISPA dibagikan dan benar dengan dipandu oleh 2 siswa dan
didampingi oleh fasilitator. Setelah itu, pre-test dan post-test nilai p kurang dari
melakukan praktik CTPS didalam kelas 0,05. Berdasarkan hasil tersebut, maka
dengan dipimpin oleh 2 siswa didepan dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak
kelas. Setelah praktik CTPS selesai, siswa terdistribusi normal. Maka selanjutnya
dipersilahkan untuk menyampaikan yang dilakukan adalah data dianalisis
pertanyaan dan pendapatnya. dengan menggunakan uji non-parametrik
Setelah permainan dan penyuluhan Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan
selesai, siswa yang mengikuti kegiatan pengetahuan peserta sebelum dan sesudah
diminta untuk mengisi lembar post-test diberikan penyuluhan.
yang telah disediakan. Pengisian lembar Berdasarkan hasil penilaian lembar
post-test dilakukan secara individu dan pre-test dan post-test dengan menggunakan
tidak boleh bekerja sama dengan siswa uji Wilcoxon, sebanyak 16 siswa (94,11%)
lainnya. mengalami peningkatan pengetahuan yaitu
Data yang diperoleh dari hasil pre- nilai post-test lebih besar dibandingkan
test dan post-test dianalisis menggunakan dengan nilai pre-test dan sebanyak 1 siswa
aplikasi uji statistik. Uji statistic yang (5,89%) tidak mengalami peningkatan
digunakan adalah uji normalitas untuk pengetahuan atau tidak mengalami
mengetahui data yang diperoleh memiliki peningkatan pada nilai hasil post-test. Hasil
distribusi normal atau tidak, selanjutnya pre-test dan post-test dengan uji Wilcoxon
menggunakan uji parametrik atau non- ditampilkan pada Tabel 3.
parametrik. Hasil yang diperoleh pada nilai
nilai post test - nilai pre test Negative Ranks 1a 2.00 2.00
Ties 0c
Total 17
Berdasarkan hasil intervensi, dapat dapat diajak diskusi terkait materi yang
tentang ISPA dan CTPS setelah dilakukan kesesuaian serta menarik untuk anak-anak.
pengetahuan tentang ISPA dan CTPS dari tangan pakai sabun di sekolahan masih
hasil analisis pre-test dan post-test. kurang. Hal ini agar siswa dapat
Untuk menarik minat sasaran dari diterima tentang pentingnya cuci tangan
penyuluhan, maka diperlukan media yang pakai sabun dalam upaya mencegah