Anda di halaman 1dari 3

Tema: Pembangunan Nagari

Dalam melaksanakan KKN Revolusi Mental tahun 2019, sesuai dengan


pembekalan yang telah diberikan, kami diamanahkan untuk menjalankan 5 pilar
dari Revolusi Mental dengan berfokus pada pilar Indonesia Melayani. Dalam
pelaksanaannya, kami ditempatkan di Nagari Seulayat Ulakan, Kecamatan Ulakan
Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman. Nagari ini merupakan pemekaran dari
Nagari Ulakan yang berdiri pada tahun 2017. Karena baru beberapa tahun berdiri,
nagari yang menaungi 4 korong, yaitu Korong Maransi, Korong Kampung
Ladang, Korong Lapau Kandang, Korong Tiram, belum memiliki kantor wali
nagari yang tetap. Hal ini, tidak mengurangi semangat perangkat nagari untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dalam perjalanannya, tim kami yang
berasal dari jurusan teknik sipil ikut membantu dalam pembuatan rancangan
kantor wali nagari.

Selama 40 hari menjalankan Kuliah Kerja Nyata( KKN) di Nagari


Seulayat Ulakan kami mendapatkan berbagai pengalaman menarik dalam
bermasyarakat maupun interaksi dengan teman . Sesuai dengan fokus kami di
KKN Revolusi Mental Unand tahun 2019, Indonesia Melayani, kami telah
memerhatikan dan memperoleh beberapa catatan penting mengenai pelayan di
Nagari Seulayat Ulakan. Dalam pelaksanaan pemerintahan, warga menilai
pelayanan dari perangkat nagari tergolong bagus, pelayanan dalam hal
administrasi kependudukan oleh perangkat nagari sangat membantu warga. Di sisi
lain, warga menilai bahwa pendataan dan pemberian bantuan seperti subsidi KIS,
listrik dan bantuan lainnya belum tepat sasaran di kalangan masyarakat, terutama
untuk masyarakat yang kurang mampu. Selain itu, dari pengamatan yang kami
lakukan dan diskusi dengan masyarakat, kami mendapatkan kurangnya
koordinasi antara pemerintahan Wali Nagari Seulayat Ulakan beserta
perangkatnya dengan masyarakat. Contoh nyata yang kami rasakan adalah dalam
pelaksanaan gotong royong membersihkan selokan di sepanjang jalan Nagari
Seulayat Ulakan yang juga melibatkan mahasiswa KKN Unand hanya diikuti oleh
perangkat nagari dan mahasiswa. Padahal, gotong royong yang kami harapkan
pada prinsipnya dilakukan oleh warga agar dapat meningkatkan kesadaran dalam
menjaga kebersihan lingkungan. Walaupun akhirnya kami mengetahui bahwa
kesadaran masyarakat di Nagari Seulayat Ulakan cukup rendah terhadap seruan
ataupun himbauan oleh pihak nagari, sikap masyarakat yang kurang peduli
terhadap lingkungan sekitar harus diperbaiki untuk ke depannya.

Dari empat korong yang kami kunjungi selama KKN, kami menyimpulkan
bahwa masyarakat di daerah seulayat umumnya banyak yang merantau. Saat kami
berkunjung ke rumah-rumah untuk mengadakan sosialisasi, pada umumnya kami
menemui masyarakat berusia lanjut yang hidup sendiri, sedangkan anak dan
cucunya hidup di daerah lain maupun diperantauan. Meski diusia yang tergolong
senja, semangat para lansia di Nagari Seulayat patut diapresiasi. Mereka tetap bisa
melakukan aktivitas seperti biasa dan antusias saat ada himbauan dari pihak
nagari, misalnya acara Pos Bina Terpadu( POSBINDU), senam dan kegiatan
lainnya.

Masyarakat Seulayat pada umumnya sudah menganggap bahwa


pendidikan itu penting, bahkan tidak sedikit orang tua yang mengirim anaknya ke
pesantren untuk menuntut ilmu. Walaupun demikian, kami juga menemukan
beberapa anak yang tidak melanjutkan sekolah dengan beberapa alasan
diantaranya, ada yang dikeluarkan dari sekolah dan ada juga yang tidak mau
sekolah tanpa memberikan alasan yang jelas kepada orang tua nya. Meskipun pola
pikir masyarakat tentang pendidikan telah membaik, masih banyak perbaikan
yang perlu dilakukan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat
di nagari Seulayat, terutama tetua, belum semuanya tercerdaskan dalam hal
pentingnya kesehatan. Ada masyarakat yang beranggapan bahwa berobat ke
dokter atau fasilitas kesehatan tidak berefek terhadap penyakit yang dideritanya,
ada juga yang beranggapan bahwa mendaftarkan keluarga ke JKN( Jaminan
Kesehatan Nasional) sama saja dengan mengundang penyakit. Hal ini tentu tidak
bisa dibiarkan terus menerus mengingat dampak yang akan dialami oleh keluarga
yang bersangkutan.

Adat istiadat dan nilai agama masih melekat erat di sendi kehidupan
masyarakat Seulayat. Pengalaman yang kami dapatkan dan hanya ada di nagari
seulayat adalah ‘Sembayang 40 Hari’, yang mana selama 40 hari masyarakat rutin
menjalankan sholat 5 waktu secara berjamaah di surau ataupun di rumah masing-
masing. Mekipun sangat disayangkan kebanyakan jamaah yang melakasanakan
‘Sembayang 40 Hari’ hanya tetua, sedangkan anak-anak dan remaja belum
dibiasakan untuk menjalankan ibadah ini.

Sebagian besar masyarakat Seulayat menghidupi keluarganya dari hasil


bertani, hanya sebagian kecil yang bekerja sebagai nelayan. Sebenarnya, Nagari
Seulayat Ulakan memiliki potensi besar di bidang pariwisata, yaitu Pantai Tiram.
Namun, potensi yang memiliki keindahan dan keasrian belum diberdayakan
secara maksimal oleh masyarakat Nagari Seulayat Ulakan. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah pengunjung yang terus berkurang setiap tahunnya dan keadaan pantai
yang kurang terurus.

Anda mungkin juga menyukai