Laporan Praktikum Analisa
Laporan Praktikum Analisa
I. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah melakukan pemeriksaan semen seorang pria,
menganalisis hasil pemeriksaan dan menarik kesimpulan mengenai hasil pemeriksaan apakah
seorang pria fertil atau infertil.
II. Dasar Teori
Cairan yang diejakulasikan pada saat orgasme, yakni semen (air mani), mengandung
sperma dan sekret vesikula seminalis, prostat, kelenjar Cowper, dan mungkin kelenjar uretra.
Volume rerata per ejakulat adalah 2,5-3,5 mL setelah beberapa hari tidak dikeluarkan. Volume
semen dan hitung sperma menurun cepat bila ejakulasi berkurang. Walaupun hanya diperlukan
satu sperma untuk membuahi ovum, setiap milliliter semen normalnya mengandung 100 juta
sperma. Lima puluh persen pria dengan hitung sperma 20-40 juta/mL dan pada dasarnya, semua
pria dengan nilai hitung yang kurang dari 20 juta/mL dianggap mandul. Adanya banyak
spermatozoa yang immotil atau cacat juga berkorelasi dengan infertilitas. Prostaglandin dalam
semen, yang sebenarnya berasal dari vesikula seminalis, kadarnya cukup, namun fungsi turunan
asam lemak in di dalam semen tidak diketahui.
Sperma manusia bergerak dengan kecepatan sekitar 3 mm/menit melintasi saluran genitalia
wanita. Sperma mencapai tuba uterina 30-60 menit setelah kopulasi. Pada beberapa spesies,
kontraksi organ wanita mempermudah transportasi sperma ke tuba uterina, namun tidak
diketahui apakah kontraksi semacam itu penting pada manusia.
Tabel 2.3 Komposisi Semen Manusia (Ganong, 2008)
Warna : putih
Berat jenis spesifik : 1,028
pH : 7,35-750
Hitung sperma : Rerata sekitar 100 juta/mL, dengan bentuk abnormal kurang dari 20%
Komponen lain:
Fruktosa (1,5-6,5 mg/ml)
Fosforilkolin, ergotionein Dari vesikula seminalis
Asam askorbat, flavin , prostaglandin (membentuk 60% volume total)
Spermin
Asam sitrat
Kolesterol, fosfolipid Dari prostat
Fibrinolisin, fibrogenase (membentuk 20 % volume total)
Seng
Fosfatase asam
Fosfat Dapar
Bikarbonat
Hialuronidase
Sel sperma adalah gamet jantan, atau sel-sel yang berfungsi dalam reproduksi generatif,
sebelum pembuahan. Gamet bergabung dengan gamet lain, dalam hal ini sel telur perempuan,
untuk membentuk zigot. Sebuah zigot adalah ovum, atau telur, setelah pembuahan. Sperma
adalah singkatan dari spermatozoon, dan spermatozoa dalam bentuk jamak.
Pada mamalia, sel sperma diproduksi di testis laki-laki. Testis, atau testis, menghasilkan
lebih dari 4 juta sperma baru setiap jam. Sel-sel sperma yang dihasilkan oleh pembelahan sel
yang disebut meiosis, yang menghasilkan masing-masing sel sperma memiliki 23 kromosom,
yang merupakan setengah dari kromosom yang ditemukan di setiap sel lainnya dalam tubuh
manusia kecuali untuk telur wanita, yang juga mengandung hanya 23. Ketika bergabung, namun,
mereka membuat syarat 46 kromosom, sepasang terdiri dari satu kromosom dari laki-laki dan
satu dari perempuan, diperlukan untuk perkembangan yang sehat.
1.1 Morfologi Sperma
Morfologi sperma menunjukkan persentasi bentuk abnormal yang ditemukan dalam semen.
Terdapat dua klasifikasi yang digunakan untuk menentukan morfologi sperma yaitu berdasarkan
kriteria WHO, dan kriteria Kruger’s strict. Teratozoospermia (<15% morfologi normal sperma)
dapat terjadi pada keadaan demam, varikokel, dan stress.
Kepala
Bentuk Oval Oval, pinggiran halus
Akrosom 40%-70% dari permukaan 40%-70% dari permukaan kepala
kepala
Ukuran Panjang 4-5, 5 mm, lebar Panjang 3-5mm
2, 5-3, 5 mm, P/l 1,5-1,72 Lebar 2-3 mm
Vakuola <20% area kepala ≤ 1/4 area kepala
Bagian tengah
Bentuk Lurus regular, melengkung Kurus, lurus regular, melengkung
aksial aksial
Ukuran <1/3 area kepala Lebar < 1mm, panjang 1,5 x
kepala
<1/3 area kepala <1/3 area kepala
Droplet sitoplasma
Ekor
Tampilan Lebar Kurus , tidak melengkung Bentuk sama, tidak melengkung,
lebih kurus dari bagian tengahnya
Panjang >45 mm 10 x kepala
Struktur sel-sel sperma meliputi kepala yang mengandung enzim yang dirancang untuk
membantu sel menembus sel telur. Sedangkan telur manusia sangatlah kecil, gamet pria jauh
lebih kecil, dan dinding luar sel telur pada dasarnya adalah sebuah dinding tak tertembus tanpa
enzim untuk membantu sel-sel membuat jalan masuk. Daerah yang memanjang dari kepala
disebut flagela dan bertindak untuk menghidupkan sel-sel ketika mereka bergerak melalui
saluran reproduksi. Ekor ini nantinya akan mengantarkan ke tujuan mereka.
1. Pemeriksaan makroskopik
Terdapat lima hal yang diukur pada pemeriksaan makroskopik ini, yaitu pH,
koagulasi/pengenceran, warna, viskositas dan volume semen. Semen normal manusia berwarna
agak putih hingga kuning keabu-abuan. Bila terkontaminasi dengan urin, maka semen berwarna
kuning. Semen juga dapat berwarna merah muda pada pasien dengan perdarahan uretra dan
kekuning-kuningan pada pasien jaundice. Keadaan fisik semen yang baru diejakulasi adalah
kental. Tapi sekitar 20 menit kemudian akan mengalami pengenceran, disebut likuifaksi oleh
fibrinolisin enzim proteolitik yang disekresikan oleh prostat. Jika pengenceran tidak wajar berarti
ada ketidakberesan pada kelenjar itu. Pengukuran pH merupakan komponen standar dalam
analisis semen yang ditentukan oleh sekresi vesika seminalis dan prostat. pH normal adalah
sekitar 7,2 hingga 8,0. Karena sekresi vesika seminalis bersifat alkali, pH asam mengindikasikan
terdapat hipoplasia vesika seminalis yang biasa ditemui pada pasien azoospermia.
2. Pemeriksaan Mikroskopik
a. Aglutinasi sperma: Pemeriksaan ini dimulai dengan hapusan tebal dengan meletakkan semen
pada slide yang ditutup oleh cover slip dan diamati pada pembesaran 1000x. Melalui metode ini,
aglutinasi sperma, keberadaan sperma dan motilitas subjektif sperma dapat diamati. Dalam
keadaan normal tidak ditemukan adanya aglutinasi dan jumlah leukosit ≤ 1 juta/mL serta tidak
ditemukan adanya immature germ cell. Adanya adhesi sperma ke elemen non spema
mengindikasikan adanya infeksi kelenjar aksesoris, adanya adhesi sperma-sperma
mengindikasikan adanya antibodi antisperma sekunder .
b. Jumlah dan konsentrasi: Pemeriksaan ini dilakukan setelah terjadi pengenceran cairan semen.
Jumlah sperma normal ≥ 20 juta sperma per mL. Bila jumlahnya < 20 juta sperma/mL maka
disebut sebagai oligospermia.
Azoospermia (ketiadaan sperma) dapat disebabkan karena adanya gangguan saat
spermatogenesis, disfungsi ejakulasi ataupun karena adanya obstruksi. Laboratorium WHO
menetapkan batas toleransi jumlah sperma terendah yang masih dikatakan normal adalah ≥
20juta sperma/mL atau jumlah sperma total ≥ 39 juta/ejakulasi (WHO, 2010).
c. Motilitas: Motilitas dikenali sebagai prediktor yang terpenting dalam aspek fungsional
spermatozoa. Motilitas sperma merupakan refleksi perkembangan normal dan kematangan
spermatozoa dalam epididimis. Menurut WHO tahun 2010, motilitas spermatozoa
dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
• Progressive motility (PR): Spermatozoa bergerak bebas, baik lurus maupun lingkaran
besar, dalam kecepatan apapun.
• Non-progressive motility (NP): semua jenis spermatozoa yang tidak memiliki kriteria
progresif, seperti berenang dalam lingakran kecil, ekor/ flagel yang sulit menggerakkan kepala,
atau hanya ekor saja yang bergerak.
• Immotility (IM): tidak bergerak sama sekali
Yang dikatakan memiliki nilai motilitas normal yaitu Progressive motility (PR)≥ 32% atau PR +
NP≥ 40% . Disebut asthenospermia (motilitas yang tidak sesuai dengan kriteria WHO) dapat
disebabkan oleh antibodi antisperma (15%), periode abstinensi yang panjang, infeksi traktus
genitalia obstruksi duktus parsial, dan varikokel. Hal ini dapat menurunkan motilitas sperma
dalam penetrasi ke mukosa servikal.
V. Kesimpulan
Dari hasil praktikum didapatkan kesimpulan bahwa sperma mr.D pada pemeriksaan
makroskopis dan mikroskopis normal.
VI. Saran
Untuk pemeriksaan sperma harus sangat diupayakan agar pemeriksaan sperma dilakukan
kurang dari 1 jam post-ejakulasi agar hasil pemeriksaan lebih maksimal dan dilakukan berulang
karena kualitas sperma seorang pria berbeda-beda stiap waktunya.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41150/4/Chapter%20II.pdf. Diunduh
pada 19 November 2016