Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
Sidang kesehatan dunia (World Health Assembly) tahun 1977 melahirkan
kesepakatan global unutk mencapai “ Kesehatan Bagi Semua (KBS) pada tahun 2000”
yakni tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Selanjutnya pada tahun 1978, dalam
konferansi di Alma Ata ditetapkan prinsip-prinsip Primary Health Care (PHC) sebagai
pendekatan atau strategi global guna mencapai kesehatan bagi semua (KBS) dan Indonesia
ikut menandatangani, menyatakan bahwa untuk mencapai kesehatan bagi semua pada tahun
2000, PHC adalah kuncinya. Sedangkan pembangunan kesehatan masayarakat di desa
adalah salah satu bentuk operasional dari PHC. Hal terebut didasari benar bahwa kesehatan
adalah kebutuhan dasar dan modal utama untuk hidup, karena setiap manusia berhak untuk
hidup dan memiliki kesehatan. Kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau mampu
memiliki kesehatan yang optimal karena berbagai masalah bersama secara global.
Diantaranya adalah kesehatan lingkungan yang buruk, sosial ekonomi yang rendah, yang
menyebabkan tidak terpenuhi kebutuhan gizi, pemeliharaan kesehatan, pendidikan dan
kebutuhan lainnya.Oleh karena itu PHC merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk
mencapai kesehatan bagi seluruh tahun 2000 sebagai tujuan pembangunan kesehatan
semesta dlam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Di Indonesia bentuk operasional
PHC adalah PKMD dengan berlandaskan kepada garis-garis besar haluan Negara (GBHN)
yang merupakan ketetapan MPR untuk dilaksanakan dengan melibatkan kerjasama lintas
sektoral dan instansi-instasi berwenang dalam mencapai derajat kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.

b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan
sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan
2. Tujuan Khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan pendudukan yang dilayani
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber – sumber daya
lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

c. manfaat
1. Untuk mengetahui konsep Primary Health Care (PHC) secara umum.
2. Untuk mengetahui latar belakang Primary Health Care (PHC).
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP TEORI PRIMARY HEALTH CARE (PHC)

a. Pengertian
Adapun beberapa pengertian mengenai Primary Health Careadalah :
1. Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan
kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan social yang dapat diterima secara baik
oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya,
serta dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap
tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan
menentukan nasib sendiri (self determination)
2. Primary Health Care (PHC) adalah strategi yang dapat dipakai untuk mencapai
tingkat minimal dan pelayanan kesehatan semua penduduk
PHC adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metoda dan teknologi
praktis, ilmiah, dan social yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun
keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya
yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat
perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan
nasib sendiri (self determination).

b. Tujuan PHC
1. Tujuan umum
Adalah mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang
diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima
pelayanan.
2. Tujuan khusus
a. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayani
b. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
c. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dan populasi yang dilayani
d. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-
sumberdaya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
c. Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Pemeliharaan kesehatan
2. Pencegahan penyakit
3. Diagnosis dan pengobatan
4. Pelayanan tingkat lanjut
5. Pemberian sertifikat

d. Falsafah
1. PHC merupakan bagian integral dari kesehatan nasional
2. PHC merupakan bagian integral dari perkembangan social ekonomi menyeluruh
dari masyarakat
3. PHC memusatkan perhatian pada masalah kesehatan utama komuniti

e. Sasaran
Sasaran dari PHC adalah individu, keluarga, masyarakat dan pemberi pelayanan
kesehatan

f. Prinsip Dasar PHC


1. Pemerataan upaya kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Menggunakan teknologi tepat guna
4. Menekankan pada upaya preventif
5. Melibatkan kerja sama lintas sektoral

g. Kendala yang Mempengaruhi Penerapan PHC


Kendala yang mempengaruhi penerapan PHC
1. Masalah kependudukan
2. Masalah lingkungan sosial budaya
3. Masalah lingkungan fisik dan biologi
4. Masalah ekonomi
5. Masalah upaya kesehatan yang meliputi : jangkauan upaya kesehatan, sumber daya,
peran serta masyarakat, pengadaan da pengendalian obat-obatan, manajemen upaya
kesehatan dan kerjasama lintas sector

h. Tanggung Jawab Perawat Dalam PHC


Tanggung jawab perawat dalam PHC lebih dititikberatkan kepada hal-hal sebagai
berikut :
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi
pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2. Kerjasama dengan anggota masyarakat, keluarga, dan individu
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri pada
masyarakat
4. Memberikan dukungan dan bimbingan kepada petugas pelayanan kesehatan dan
kepada masyarakat
5. Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat

i. Tiga Unsur Utama PHC


1. Mencakup upaya dasar kesehatan
2. Melibatkan peran serta masyarakat
3. Melibatkan kerja sama lintas sektoral
j. Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC paling sedikit harus memiliki 8 elemen, yaitu :
1. Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan penyakit serta
pengendaliannya
2. Peningkatan penyediaan makanan dan perbaikan gizi
3. Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
4. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi terhadap penyakit-penyakit endemik setempat
6. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
7. Penyediaan obat-obat esensial

k. Ciri-Ciri PHC
1. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
2. Pelayanan yang menyeluruh
3. Pelayanan yang terorganisasi
4. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun masyarakat
5. Pelayanan yang berkesinambungan
6. Pelayanan yang progresif
7. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
8. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu aspek saja

l. Perkembangan Konsep PHC


PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran pengalaman dalam pembangunan
kesehatan di banyak negara, yang diawali kampanye massal pada tahun 1950 an dalam
pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara tidak mampu
mengatasi dan menanggulangi wabah penyakit TBC, Campak, Diare dan sebagainya. Oleh
Karena itu dibentuklah suatu forum internasional yang menekankan pentingnya
memperhatikan aspek social, kesehatan, dan penyakit di semua negara untuk menekan
angka kesakitan dan kematian.
Pada tahun 1960 teknologi kuratif dan preventif dalam infrastruktur pelayanan kesehatan
telah mengalami kemajuan. Oleh Karena itu, timbulah pemikiran untuk mengembangkan
konsep “Upaya Dasar Kesehatan”
Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan mengungkapkan bahwa
banyak negara tidak puas atas sistem kesehatan yang dijalankan, dan banyak issue tentang
kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah-daerah pedesaan. Dan tahun 1977
pada sidang kesehatan sedunia dicetuskan kesepakatan untuk melahirkan “Healthy for All
by the Year 2000” yang sasaran semesta utamanya dalam bidang social pada tahun 2000
adalah “tercapainya derajat kesehatan yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara social maupun ekonomi” oleh karena itu dituntut perubahan orientasi dalam
pembangunan kesehatan, yang meliputi perubahan-perubahan dari :
1. Pelayanan ke kuratif dan preventif
2. Daerah perkotaan ke daerah pedesaan
3. Golongan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah
4. Kampanye massal ke upaya kesehatan terpadu
5. Kesehatan vertical
Tahun 1978 konferensi Alma Ata menetapkan PHC sebagai pendekatan atau
strategi global guna mencapai kesehatan semua.
BAB III
PEMBAHASAN
KEGIATAN PEMBERDAYAAN KELOMPOK MELAKUKAN KEGIATAN

A. Pendekatan Dalam Pemberdayaan Msyarakat

Daya merupakan kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak,


sedangkan berdaya berarti berkekuatan, bertenaga, berkemampuan memiliki akal, cara
untuk mengatasi sesuatau. Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan suatu usaha untuk
memberikan kekuatan, tenaga, kemampuan, mempunytai akal/atau cara mengatasi masalah
dalam kehidupan masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat berarti mamampukan dan
memandirikan masyarakat dalam kebijakan pembangunan nasional harus berwujud dalam
tiga aspek kebijakan utamayaitu:
1. Menetapkan suasana untuk iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi yang
dimiliki masyarakat, baik sumber daya alam maupun sistem nilai tradisonal dalam menata
kehidupan masyarakat.
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat, baik potensi lokal yang telah
memberdaya dalam menata kehidupan masyarakat melalui pemberian masukan berupa
bantuan dana, pembagunan prasarana dan sarana baik fisik (jalan, irigasi, listrik) maupun
sosial (pendidikan, kesehatan) serta pengembangan lembaga pendanaan, penelitian dan
pemasaran didaerah.
3. Melindungi melalui pemihakan kepada masyarakat yang lemah untuk mencegah
persiangan yang tidak seimbang dan bukan berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi.

B. Konsep dan Ruang lingkup Pemberdayaan Masyarakat


1. Power dan Empowerment

Konsep impowerment itu sendiri merupakan sebuah konsep yang masih terlalu
umum dan kadang-kadang hannya menyentuh “cabang” atau “daun” namun tidak
menyentuh “akar” permasalahan, baik yang bersifat mendasar maupun yang akan terjadi
dalam proses. Kita harus menempatkan konsep pemberdayaan itu tidak hannya indivudual,
tertapi juga secara kolektif (individual self empowerment maupun collektive self
empowerment), dan sesuatu itu harus menjadi bagian dari aktualisasi dan koaktualisasi
eksistensi manusia dan kemanusiaan. Dengan demikian, konsep empowerment pada
dasarnya adalah upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradap manjadikan
semakin imfektif secara struktural, baik didalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara,
regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi dan sebagainya.

2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan adalah terjamahan dari empowerment. Menurut Mernam Webster Oxford
English Dictionary, kata empower mengandung dua pengertian yaitu :
1. to give power atau to memberikan kekuasaan, mengalihkan atau mendelegasikan otoritas
dari pihak lain.
2. to give ability to atau enable atau usaha untuk emmberikan kemampuan.
3. usaha untuk emmberikan kemampuan.

Hulme dan Tunner (1990) berpendapat bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya


suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang tidak
berdaya untuk memberikan pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal dan
nasional. Oleh karena itu, pemberdayaan sifatnya individual sekaligus kolektif.
Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan-hubungan
kekuasaan/kekuatan yang berubah antara individu, kelompok dan lembaga-lembaga sosial.

Menurut definisinya, pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya


peningkatan kemampuan masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi,
memengaruhi dan mengendalikan kelembangaan masyarakat secara bertanggung-gugat
demi perbaikan kehidupannya. Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai upaya untuk
memberikan daya (empowermnet) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat.
Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan masyarakat mampu
bertahan (survive) dan (dalam pengertian yang dinamis) maupun mengembangkan diri
untuk mencapai tujuan-tujuannya. Oleh karena itu, memberdayakan masyarakat merupakan
upaya untuk (terus-menerus) meningkatkan harkat dan mertabat lapisan masyarakat
“bawah” tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.
Dengan kata lain memberdayakan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan
meningkatkan kemandirian masyarakat.

Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh


masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi
lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara lasung maupun tidak lansung
berpengaruh dalm kesehatan masyarakat.

3. Aspek Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat sebagaimana telah tersirat dalam definisi yang diberikan,


ditinjau dari lingkup dan objek pemberdayaan mencakup beberapa aspek yaitu :
a. peningkatan kepemilikan aset (sumber daya fisik dan finansial) serta kemanpuan (secara
individu dan kerlopok) untuk memamfaatkan aset tersebut demi perbaikan kehidupan
mereka;
b. Hubunagan antara individu dan kelompoknya, kaitannya dengan pemikan aset, dan
kemampuan mamamfaatkannya;
c. Pemberdayaan dan reformasi kelembagaan;
d. Pengemabangan jejaring dan kemitraan kerja, baik di tingkat lokal, regional maupun
global.

4. Unsur-unsur Pemberdayaan Masyarakat


Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan sedikitnya empat unsur pokok yaitu
:
a. Aksesibilitas imformasi, karena imformasi merupakan kekuasaan baru kengitannya
dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektifitas negosiasi, dan akuntabilitas;
b. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan bagaimana
mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan;
c. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan yang
dilakukan dengan mengatas namakan rakyat;
d. Kapasitas organisasi lokal, kengiatannya dengan kemampuan bekerja sama,
mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilitasi sumber daya untuk memcahkan
masalah-masalah yang mereka hadapi.

Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat tiga jalur kegitan


yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masnusia dan masyarakatnya
memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan;
2. pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
upaya untuk mengembangkannya;
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).

Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, bisa dilakukan beberapa strategi yaitu :
1. melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat guna mendukung peningkatan
posisi tawar dan akses masyarakat untuk memperoleh dan memamfaatnya imput sumber
daya yang dapat meningkatakan kegiatan ekonomi;
2. mengembangkan kapasitas masyarakat melalui bantuan peningkatan keterampilan dan
pengetahuan, penyediaan prasarana dan serana seperti, modal, imformasi pasar dan
tehnologi, sehingga dapat memperluas kerja dan memberikan pendapatan yang layak,
khususnya bagi keluarga dan kelompok masyarakat yang miskin;
3. mengembangkan sistem pelindungan sosial terutama bagi masyarakat yang terkena
musibah bencana alam dan masyarakat yang terkena dampak krisis ekonomi;
4. Menguragi berbagai bentuk pengaturan yang mehambat masyarakat untuk mambangun
lembaga dan organisasi guna penyaluran pendapat, melakukan interaksi sosial untuk
membangun kesepakatan antara kelompok masyarakat dan dengan organisasi sosial politik;
5. Membuka ruang gerak yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk melibat dan
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan publik melalui pengembangan forum
lintas yang dibangun dan dimiliki masyarakat setempat;
6. mengembangkan potensi masyarakat untuk membangun lembaga dan organisasi
keswadayaan masyarakat di tingkat lokal dan memperkuat solidaritas dan ketahanan sosial
masyarakat dalam memecahkan berbagi masalah kemasyarakatan dan khususnya untuk
membantu masyarakat miskin dan rentan sosial.

6. Program Pemberdayaan Masyarakat


Untuk mendukung amanat GBHN 1999-2006, program-program pembangunan yang akan
dilaksanakan untuk meningkatakn pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut ‘

a. Program Penguatan Organisasi Masyarakat


Tujuan program adalah meningkatkan kapasitas organisasi sosial dan ekonomi
masyarakat yang dibentuk oleh masyarakat setempat sebagai wadah bagi
pengemabangan interaksi sosial, pengololaan poternsi masyarakat setempat dan
sumber daya dati pemerintah. Serta wadah partisipasi dalam pengambilan keputusan
publik.sasaran yang ingin dicapai adalah berkembangnya organisasi sosial dan
ekonomi masyarakat setempat yang dapat maningkatkan ekonomi, sosial dan
politik.
b. Pragram Pemaberdayaan Masyarakat Miskin
Program ini merupakan bagian yang tidak terpoisahkan dari program
penanggulangan kemiskinan. Tujuan poram ini adalah meningkatakan kemampuan
dan keberdayaan keluarga dan kelompok masyarakat miskin melalui penyediaan
kebutuhan dasar dan pelayanan umum berupa sarana dan prasaran sosial ekonomi
pendidikan, kesehatan, perumahan, dan perdiayaan sumber daya produksi,
miningkatkan kegiatan usaha kecil, menengah, dan imformal dipedesaan dan
perkotaan, mengembangkan sistem pelindungan sosial bagi keluarga dan kelompok
masyarakat yang rentang sosial dan tidak mampu mangatasi dan akibat goncangan
ekonomi, terkena sakit atau cacat, korban kejahatan dan berusia lanjut dan
berpotensi menjadi miskin. Sasaran yang dicapai dari program ini adalah
berkurangnya jumlah penduduk miskin dan kelompok masyarakat yang miskin dan
berpotensi menjadi miskin.
Kegitan pokok yang dilakukan adalah :
a. Peningakatan kemampuan pemerinatah daerah untuk mambantu
pengembangan jaringan kerja keswadayaan;
b. Pelngembangan kapasitas lembaga-lembaga keswadayaan;
c. Pengemabangan forum komunikasi antar tokoh penggerak kegiatan
keswadayaan;
d. Pengembangan kemitraan lintas pelaku dalam kegiatan keswadayaan;
e. Penghapusan berbagai aturan yang mehambat pengembangan lembaga
dan organisasi kewasdayaan masyarakat.
7. Pengorganisasian Pemberdayaan Masyarakat

Secara garis besar pengorganisasian dilakukan secara berikut :

a. Pemberdayaan Masyarakat harus berupa gerak masyarakat

artinya masyarkat harus manjadi subjek dan bukan objek semata dari usaha
kesehatan. Mereka harus dididik dan dibekali berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar
dalam usaha-usaha kesehatan serta dilibatkan secara aktif sejak perencanaan dalam usaha-
usaha tersebut. Tokoh dan wakil masyarakat yang dilibatkan misalnya benar-benar yang
mencerminkan aspirasi masyarakat yang sebenarnya. Membutuhkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat akan kesehatan mereka, dan mendorong mereka untuk berperan
aktif untuk mengatasi masalah-masalah tersebut seperti membentuk organisasi-organisasi
kesehatan (LSM, seperti masyarakata anti rokok, anti narkoba), turut membiayai usaha
kesehatan, ikut akses atau JPKM), ikut dalam politik kesehatan (memilih partai yang peduli
kesehatan) dan sebagainya.

Menekankan peran pemerintah lebih sebagai regulator dan fasilitator


Peran pemerintah yang dominan selama ini dalam usaha kesehatan telah menjadi
penghambat munculnya inisiatif dan krayatif di masyarakat yang sangat dibutuhkan untuk
menumbuhkan gerakan masyarakat yang sesungguhnya. Peran dominan harus lebih
diberikan kepada masyarakat melalui misalnya sektro swasta, LSM, maupun organisasi
masyarakat lainnya. Pemerintah harsu menyedikan dana sebagai seed kapital (modal awal)
bagi LSM dalam usaha-usaha promotif dan preventif mereka. Usaha-usaha seperti ini
memang harus dibantu dana memang merupakan usaha publik yang sulit mempunyai nilai
komersial, namun kemandirian harus terus diusahakan.

c. Membutuhkan wirausahawan sosial atau sosial entrepreneur dalam bidang kesehatan


promotif dan preventif

usaha-usaha kesehatan khususnya dalam mengubah prilaku harus lebih bersifat pendekatan
dari bawah (buttom up appoach) berdasarkan kebutuhan dan kondisi sosial budaya
masyarakat setempat, untuk itu, dibutuhkan orang-orang yang sosial yang dapat
mengembangkan dan menjalankan usaha-usaah pemantapan perilaku sehat bertumpu pada
masyarakat. Biasanya orang-orang ini akan menjalankan kegitanb dengan mendirikan LSM
dalam bidang kesehatan tertentu pada wilayah tertentu pula.

d. Membutuhkan kemandirian dalam usaha kesehatan

secara bertahap pemerintah harus mengurangi alokasi dana pada usaha-usaha kesehatan
yang sudah mulai dapat dibiayari sendiri oleh masyarakat seperti pelayanan kesehatan,
apalagi kuratif, kecuali bagi masyarakat kurang mampu. Alokasi dana harus lebih
diberukan dan ditingkatkan pada kegiatan-kegiatan promotif-preventif, seraya mendorong
keterlibatan masyarakat, swasta/LSM menuju kemandirian.
C. Peran Serta Masyarakat
1. Wujud Peran Serta Masyarakat
Dari pengamatan pada masyarakat selama ini ada beberapa wujud peran serta masyarakat
dalam pembangunan kesehatan pada khususnya dan pemabangunan nasional pada
umumnya. Bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut :
a. Sumber Daya Manusia
Setiap insan dapat berpartisipasi aktif dalam pembanguanan masyarakat. Wujud insan yang
menunjukkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut:
1) Pemimpin masyarakat yang berwawsan kesehatan
2) Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama, politisi, cendikiawan,
artis/seniman, budayaan, pelawak dan lain-lain.
3) Kader Kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya : kader Posyandu,
kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil,
saka bakti husada, santri husada, taruna husada, dan lain-lain.

b. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat
bentuk lain peran serta masyarakat adalah semua jenis institusi, lembaga atau kelompok
kegiatan masyarakat yang mempunyai aktifitas dibidang kesehatan. Beberapa contohnya
adalah sebagai berikut.
1) Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM). Yaitu segala bentuk
kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh dan untuk masyarakat, seperti :
• Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
• Pos Obat Desa (POD)
• Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
• Pos kesehatan di Pondok Pasantren (Pokestren)
• Pemberantasan Penyakit Menular dengan Pendekatan PKMD (P2M-PKMD)
• Penyehatan Lingkungan Pemungkiman dengan Pendekatan PKMD (PLp-PKMD)
sering disebut dengan desa pencontohan kesehatan lingkungan (DPKL).
• Suka Bakti Husada (SBH)
• Taman Obat Keluarga (TOGA)
• Bina Keluarga Balita (BKB)
• Pondok Bersalin Desa (Polindes)
• Pos Pembinaan Terpadu lanjut usia (Posbindu Lansia/Posyandu Usila)
• Pemantau dan Stimulasi Perkembangan Balita (PSPB)
• Keluarga Mandiri
• Upaya Kesehatan Mesjid

2) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang mempunyai kegiatan dibidang


kesehatan. Banyak sekali LSM yang berkiprah dibidang kesehatan, aktifitas mereka
beragam sesuai dengan peminatannya.

3) Organisasi Swasta yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan seperti rumah


sakit, ruamh bersalin, balai kesehatan Ibu dan anak, balai pengobatan, dokter
praktik, klinik 24 jam, dan seabaginya.

c. Dana
Wujud lain partisipasi masyarakat adalah dalam bentuk pembiayaan kesehatan seperti
dana sehat, asuransi kesehatan, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, dan berbagai
bentuk asuransi dibidang kesehatan. Secara umum jenis-jenis partisipasi pemberdayaan
kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut;
1) Berbagai bentuk dana sehat seperti dana sehat pola PKMD (Pembangunan Kesehatan
Masyarakat Desa), dana sehat pola UKS< (Upaya Kesehatana Sekolah), dana sehat
pondok pasantren, dana sehat pola KUD (Koperasi Unit Desa), dana sehat yang
dikembangkan oleh LSM, dan dana sehat organisasi/kelompok lainnya (Supir angkot,
tukang becak dan lain-lain);
2) Asuransi kesehatan oleh PT Asuransi Kesehatan Indonesia, dengan sasaran para
pengawai negeri sipil, pensiunan, dan sebagaian karyawan swasta atau pengawai pabrik;
3) Jaminan sosial tenaga kerja (termasuk pemiliharaan kesehatan) khusunya bagi para
pekerja Perusahaan swasta;
4) Asuransi kesehatn swasta atau badan penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan
Masyarakat (Bapel JPKM0), seperti asuransi kesehatan yang dikelola PT tugu mandiri,
PT Bintang Jasa, dan lain-lain.

d. Wujud Lain
Masih ada bentuk peran serta masyarakat selain di atas, antara lain :
1) Jasa Tenaga
2) Jasa Pelayanan
3) Subsidi silang

2. Lingkup Peran Serta Masyarakat


Ruang lingkup peran serta masyarakat (PSM) menjadi sangat luas bahkan tidak terbatas.
Namun demikian, untuk memudahkan dalam pembinaan, lingkup PSM dapat
dikelompokkan menjadi

1) Upaya Kesehatana Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh


masyarakat umum.
2) Upaya Kesehatan Tradisional (UKESTRA)
3) Upaya Kesehatan Kerja (UKK)
4) Upaya Kesehatan Dasar Swasta (UKDS)
5) Kemitaraan LSM dan dunia usaha.
6) Dan sehat/jaminan pemeliharaan kesehatan Masyarakat (JPKM)
7) Peran wanita pembangunan kesehatan
8) Peran generasi muda dalam pembangunan keseahatan
9) Kader kesehatan.

3. prinsip Penggerakan Peran Serta Masyarakat


Kesehatan merupakan kebutuahn setiap orang. Oleh karena itu kesehatan seharusnya
tercermin dalam kegiatan setiap insan. Peran serta masyarakat dibidang kesehatan di
arahkan melalui tiga macam utama, sebagai berikut.
a. Kepemimpinan
b. Pengorganisasian
c. Pendanaan

Dengan demikian, tujuan akhir yang hendak dicapai dalam peningkatan peran serta
masyarakat di bidang kesehatan adalah sebagai berikut.
a. Setiap pemimpin kelompok masyarakat baik formal maupun imformal mempunyai
wawasan kesuma (kesehatan untuk semua).
b. Setiap kelompok masyarakat baik ditingkat kewilayahan maupun organisasi, mempunyai
bentuk UKBM yang merupakan wujud partisipasi mereka dalam menanggulangi masalah
kesehatan yang mereka hadapi, dengan kualitas yang baik.
c. Setiap kelompok masyarakat mengembangkan dana sehat menggunakn pola yang sesuai
dengan karakteristik masyarakat setempat, dengan kualitas yang memadai. Dana sehat pola
PKMD untuk masyarakat perdesaan, dana sehat pola KUD untuk masyarakat anggota
KUD, dana sehat pada UKS untuk para murid sekolah dan lain-lain

4. Manajemen Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat di bidang kesehatan mempunyai kekhususan seabagai


berikut
a. Meskipun kesehatan berdampingan dengan kedoktoran, implementasi program kesehatan
masyarakatnya berbeda jauh dengan dunia kedokteran. Keseahtan masyarakat sangat erat
kaitannya dengan aspek sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
b. Bidang gerak serta masyarakat amat luas dan sangat bervariasi sehingga tidak mungkin
menerapkan suatu harusan yang sifatnya mutlak.

Petugas kesehatan yang mengguluti program penyeluhan kesehatan


masyarakat/peran serta masyarakat mempunyai peran ganda karena mengembang dua
fungsi yang tidak dipisahkan seabagi berikut.
a. Sebagai pembina peran serta masyarakat
sebagai petugas kesehatan yang mengetahui bahwa keseahatn masyarakat itu amat
ditentukan oleh partisipasi mereka

D. Upaya Pemberdayaan Bersumber Daya masyarakat ( UKBM )


1. Pos Pelayanan Terpadu ( Posyandu )
Posyandu merupakan jenis UKM yang paling memasyarakatkan dewasa ini. Posyandu yang
meliputi lima program prioritas yaitu: KB, KIA, Imunisasi,dan penanggulangan
Diare.terbukti mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi .
sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat level bawah , sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa
orde baru karena terbukti ampuh mendeteksikan permasalahan gizi dan kesehatan di
berbagai daerah.permasalahan gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan
masalah kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindari jika
posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh .

Kegiatan posyandu lebih di kenal dengan sistem lima meja yang, meliputi :
1. Meja 1 : Pendaftaran
2. Meja 2 : Penimbangan
3. Meja 3 : Pengisian Kartu Menuju Sehat
4. Meja 4 : Penyuluhan Kesehatan pembarian oralit Vitamin A ,dan tablet besi
5. Meja 5 : Pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan,serta pelayanan keluarga berencana.

3. Pos Obat Desa ( POD )


Pos obat desa merupakan wujud peran serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana.
Kegiatan ini dapat dipandang sebagai perluasan kuratif sederhana, melengkapi kegiatan
preventif dan promotif yang telah di laksanakan di posyandu.
Dalam implementasinya POD dikembangkan melalui beberapa pola di sesuaikan dengan
stuasi dan kondisi setempat .
Beberapa pengembangan POD itu antara lain :
POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya.
• POD yang di integrasikan dengan Dana Sehat ;
• POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu:
• POD yang dikaitkan dengan pokdes/ polindes ;
• Pos Obat Pondok Pesantren ( POP ) yang dikembangkan di beberapa pondok pesantren ;
• Dan sebagainya .
POD jumlahnya belum memadai sehingga bila ingin digunakan di unit –unit desa , maka
seluruh ,diluar kota yang jauh dari sarana kesehatan sebaiknya mengembangkan Pos Obat
Desa masing – masing.

4. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 27 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam
implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai berikut.
a. Dana sehat pola Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan
telah mencakup 12.366 sekolahan.
b. Dana sehat pola pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dilaksanakan pada
96 kabupaten.
c. Dana sehat pola pondok Pesantren, dilaksanakan pasa 39 kabupaten/kota.
d. Dana sehat pola koperasi Unit Desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23 kabupaten,
terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
e. Dana sehat yang dikembangkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dilaksanakan
pada 11 kabupaten/ kota.
f. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang becak, sopir angkutan kota dan
lain-lain), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten/kota..
Seharusnya dana sehat merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan bagi anggota
masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti askes, jamsostek, dan
asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi sebagai wahana memandirikan
masyarakat,yang pada giliranya mampu melestarikan kegiatan UKMB setempat. Oleh
karena itu, dana sehat harus dikembangkan keseluruh wilayah.kelompok sehingga semua
penduduk terliput oleh dana sehat atau bentuk JPKM lainnya.

5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun sampai
sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105 organisasi
LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan manjadi LSM yang belum
mempunyai kegiatannya bidang kesehatan atau LSM yang aktivitasnya seluruhnya
kesehatan dan LSM khusus antara lain, organisasi profesi kesehatan, organisasi swadaya
internasional.

Dalam hal ini kebijaksanaan yang ditempuh adalah sebagai berikut :


a. meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan:
b. membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kemasyarakatan.
c. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada organisasi
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan kemapuan sendiri.
d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah dalam
bidang kesehatan.
6. Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah dihalaman atau ladang yang
dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan peran serta
masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidang peningkatan
kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisinal. Fungsi utama
dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat dipergunakan antara lain untuk
menjaga dan meningkatan kesehatan dan mengobati gejala (keluhan) dari beberapa
penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga berfungsi ganda mengingat dapat digunakan
untuk memperbaiki gizi masyarakat, upaya pelestarikan alam dan memperindah tanam dan
pemandangan.

7. Upaya Kesehatan Kerja


Upaya kesehatan kerja menjadi semakin penting pada industrilisasi sekarang ini.
Pertumbuhan industri yang pesat membuat tenaga kerja formal semakin banyak, yang
biasanya tetap diiringi oleh meraknya tenaga tenaga kerja imformal. Salah satu wujud
upaya kesehatan kerja adalah dibentuknya Pos Upaya kesehatan kerja (Pos UKK) di sektor
informal dan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di sektor formal.

Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK) untuk operasional OKMD di lingkungan pekerja
merupakan wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja yang terencana,
teratur dan berkesinambungan yang di selenggarakan oleh masyarakat pekerja atau
kelompok pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha yang sama dan bertujuan untuk
maningkatkan produktivitas kerja. Dengan demikian, implamentasi selalu mencakup tiga
pilar PKMD, yaitu adanya kerjasama lintas sektor, adanya pelayanan dasar kesehatan kerja,
dan adanya peran serta masyarakat. Jumlah Pos Upaya Kesehatan Kerja ( Pos UKK)
sampai dengan tahun 2003 tercatat sebanyak 9.139 UKK (Profil Kesehatan 2003).
8. Upaya Kesehatan Dasar Swasta
Upaya kesehatan dasar swasta dapat dikelompokkan menjadi :
a. kelompok pelayanan swasta dasar di bidang medik, meliputi Balai Kesehatan Ibu dan
anak (BKIA), Balai pengobatan (BP) Swasta dan Rumah bersalin (RB):
b. kelompok berdampak kesehatan, meliputi salon kecantikan, pusat kebugaran, dan
sebagainya:
c. kelompok tradisional, meliputi tabib, sinshe, panti pijat, dukun patah tulang, yang
pembinaan teknisnya dilakukan oleh upaya kesehatan tradisional (Ukestra).

9. Kemintraan LSM dan Dunia Usaha


Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan organisasi non pemerintah ( Nom
Governmental organization/ NGO) yang sebenarnya mempunyai bebeerapa potensi yang
bisa digunakan untuk meningkatkan derajat kesehatam masyarakat, antara lain dalam hal
community development, pemberi pelayanan kesehatan, pelatihan untuk berbagai macam
bidang, dan penghimpunan dana masyarakat untuk kesehatan.

Untuk meningkatkan fungsi LSM, forum komunikasi ditingkatkan menjadi jejaring


LSM yang ternyata berkembang beberapa peminatan. Ada beberapa kelompok peminatan
kesehatan, yaitu :

a. Pembangunan Kesehatan Fungsi Masyarakat Desa (PKMD) /Primary health Care (PHC)
b. Keluarga berencana /Kesehatan Ibu dan Anak (KB/KIA)
c. Penyakit Menular Seksual (PMS/AIDS)
d. Kesehatan anak, ramaja, dan generasi muda
e. Kesehatan wanita
f. Pengobatan tradisional
g. Kesehatan kerja
h. Kesehatan lingkungan/air bersih
i. Penyakit menular
j. Klinik/ balai pengobatan

10. Kader Kesehatan


Kader di indonesia merupakan sosok insan yang menarik perhatian khalayak.
Kesederhanaannya dan asalnya yang dari masyarakat setempat, telah membuat kader begitu
dekat dengan masyarakat membuat alih pengetahuan dan olah keterampilan dari kader
kepada tetangganya demikian mudah. Kedekatanya dengan petugas puskesmas telah
membuat mereka menjadi penghubung yang andal antara petugas kesehatan dengan
masyarakat. Profil kader yang paling dikenal adalah kader posyandu. Melejitnya jumlah
dan peran posyandu dalam keberhasilan program keluarga berencana dan kesehatan. Telah
turut mengangkat kepopelaran kader posyandu di Indonesia. Peran PKK (Pembinaaan
Kesejahteraan Keluarga) dalam kader ini sangat besar, karena kampir seluruhnya kader
posyandu atau kader PKK adalah wanita. Tim Penggerak PKK dari mulai tingkat pusat,
provinsi, kabupaten / kota, kecamatan dan desa/kelurahan, selalu berupaya melakukan
penggerakan dan pembinaan intensif terhadap kader PKK yang menjadi tulang punggung
kegiatan posyandu.

Bentuk UKBM Yang Lain


Bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat yang lain adalah sebagai berikut :
a. Suatu karya bhakti Hasuda (SBH) merupakan bentuk partisipasi generasi muda
khususnya pramuka dalam bidang kesehatan.
b. Upaya Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD), merupaka wujud peran serat
masyarakat dalam bidang kesehatan gigi dan mulut.
c. Pemberantasan Penyakit Menular melalui pendekatan pembangunan kesehatan
masyarakat desa(P2M-PKMD) merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam
penangulangan penyakit menular yang banyk di derita penduduk setempat.
d. Desa percontohan kesehatan lingkungan (DPKL), merupakan wujud peran serta
masyarakat dalam program menyediakan air bersih dan perbaikan lingkungan pemukiman.
Melalui kegiatan ini diharapkan cukupan penyediaan air bersih dan rumah sehat menjadi
semakin tinggi.
e. Pos kesehatan pondok pesantren (Poskestren), merupakan wujud partisipasi masyarkat
pondok pesantren dalam bidang kesehatan. Biasanya dalam poskestren ini muncul kegiatan,
antara lain pos obat pondok pesantren (POP), santri hasada ( kader kesehatan di kalangan
santri), pusat informasi kesehatan di pondok pesantren, dan upaya kesehatan lingkungan di
sekitar pesantren.
f. Karang Werda, merupakan wujud peran serta masyarakat dalam upayakesehatan usia
lanjut, misalnya pos pembina terpadu lansia (posbindu lansia atau posyandu usila).
g. Dan masih banyak lagi bentuk UKBM yang lain.

E. Tantangan/ Permasalah
Permasalah yang muncul dalam pelaksanaan program pemberdayaan dan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan adalah :
1. Pemberdayaan masyarakat atau peran serta masyarakat secara individu.
2. Pemberdayaaan masyarakat atau peran serta masyarakat dalam hal perdana.
3. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang penyelenggaraan posyandu.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari sistem kesehatan.
dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yang dilakukan oleh
masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak luar) untuk memperbaiki kondisi
lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh dalam kesehatan masyarakat.

Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup adalah


pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu memutuskan ketinggalan rakyat
baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Fektor lain yang akan menjamin
penguatan daya tawar dan akses guna mendukung masyarakat untuk memperolah dan
memamfaatkan input sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi adalah
melakukan penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.

Revitalisasi Puskesmas untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui


strategi pengorganisasian komunitas dilakukan untuk memberdayakan masyarakat dalam
hal penyelesaian masalah kesehatan di aras komunitas basis. Selain itu juga mendorong
potensi masyarakat di aras komunitas basis agar dapat mengatasi masalah-masalah
kesehatan dengan penekanan pencegahan penyakit melalui keswadayaan yang
berkelanjutan dan kontekstual dengan kebutuhan lokal.
DAFTAR PUSTAKA

Ircham Machfoedz dan Eko Suryani.2008. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi
Kesehatan. Fitramaya.Yogyakarta
Syafrudin, dkk. 2011.Ilmu Kesehatan Masyarakat. TIM. Jakarta
UU Pokok Kesehatan No. 39 tahun 2009, Bab I Pasal 1 Ayat 1
Warta Demografi vol. 39 no. 03 (2009),halaman 12-17.

Anda mungkin juga menyukai