Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN AKHIR

Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)


KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.1.2. Master Plan Koridor KBT


BAB.5
Hal yang menjadi acuan adalah :

KONSEP PENATAAN KAWASAN  Visi Pembangunan Kawasan


 Strategi Pembangunan Kawasan
5.1. ACUAN PENATAAN KAWASAN  Arahan Pemanfaatan Lahan
5.1.1. Master Plan LRK
Hal yang menjadi acuan adalah :
 Kawasan sudah memiliki struktur kawasan yang jelas
 Peruntukan lahan yang sudah ditentukan

Gambar 5.1. Lembar Rencana Kota (LRK)

Gambar 5.2. Master Plan Koridor KBT


PT. HUDA TATA SARANA 5-1

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.3. KONSEP PENATAAN KAWASAN


5.1.3. Master Plan Kota Baru Timur Dengan telah dibangunannya Kanal Banjir Timur, maka salah satu kelemahannya
Hal yang menjadi acuan adalah : adalah terdapat koridor yang belum termanfaatkan dengan baik seluas ± 2.390 ha

 Konsep Pengembangan yang berbasis Waterfront Development (luas koridor KBT, dimana mempunyai panjang ± 23,9 km dan lebar 100 m) di wilayah

 Struktur kawasan di koridor Kanal Banjir Timur DKI Jakarta yang kekurangan lahan untuk memenuhi Ruang Terbuka Hijau (RTH)
sesuai dengan amanat UU Tata Ruang No. 26/2007. Oleh karena itu, konsep
penataan kawasan adalah menciptakan koridor Kanal Banjir Timur ini sebagai koridor
prestisius DKI Jakarta melalui penjabaran dari visi penataan kawasan sebagai
berikut:

1. Konsep penataan kawasan untuk mewujudkan prinsip ekologi:


a. Menjadikan kanal sebagai prasarana konservasi air tanah,
b. Menjadikan sebagai penyedia Ruang Terbuka Hijau Kota dan
penambahan prosentase Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik.
2. Konsep penataan kawasan untuk mewujudkan prinsip ekonomi dan efisiensi:
a. Menjadikan kanal sebagai penampung limpasan air hujan,
b. Meningkatkan nilai lahan di sepanjang koridor karena mempunyai wajah
kota dengan view waterfront yang menarik,
Gambar 5.3. Master Plan Kota Baru Timur
c. Mewadahi infrastruktur kawasan (jalur cepat kendaraan bermotor dan
monorail di koridor kanal yang disusun secara bertingkat ke atas).
5.2. VISI PENATAAN KAWASAN
3. Konsep penataan kawasan untuk mewujudkan prinsip estetika dan sosial
Menjadikan Koridor Kanal Banjir Timur Sebagai : budaya:

Koridor Pestisius Provinsi DKI Jakarta bertemakan Waterfront dengan prinsip a. Menyediakan ruang kota sebagai ruang interaksi untuk menjadi aset
pengembangan 4E : publik yang aksesibel,
b. Memperbaiki wajah ruang-ruang kota yang selama ini terlantar dan
 Ekologi,
sebagai area belakang.
 Ekonomi dan Efisiensi,
4. Konsep penataan kawasan untuk mewujudkan prinsip elaborasi keselamatan
 Estetika dan Sosial Budaya
lingkungan:
 Elaborasi keselamatan lingkungan
a. Sebagai pengendali banjir di DKI Jakarta,
b. Menyediakan alternatif jalur evakuasi dan distribusi ketika bencana banjir
dan gempa.
PT. HUDA TATA SARANA 5-2

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.3.1. KONSEP TATA GUNA LAHAN KAWASAN


Lebih jelasnya dapat disimak diagram berikut ini;  

Konsepsi penataan guna lahan di kawasan dilakukan berdasarkan kondisi fisik


kawasan yang terbagi 2 (dua) besar yaitu koridor kanal dan koridor ruang kota. Untuk
koridor kanal dikembangkan dengan konsep:

Sedangkan di koridor ruang kota dikembangkan dengan konsep:

   

Gambar 5.4. Diagram Konsep Penataan Koridor Kanal Banjir Timur Di koridor ruang kota konsep pemanfaatan lahan sebagai berikut:

   

Dari diagram diatas, minimal 30% luas total lahan diperuntukkan untuk membentuk
Ruang Terbuka Hijau yang merupakan amanat Undang-undang Penataan Ruang No
26 Tahun 2007. RTH seluas 30% ini dibentuk oleh RTH publik, sehingga kawasan

PT. HUDA TATA SARANA 5-3

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Koridor KBT ini dapat menyumbangkan ± 200 ha (RTH publik dan RTH privat) atau Pembangunan wisma susun hanya untuk mewadahi warga setempat yang
menambah sebesar ± 3% kebutuhan RTH di Provinsi DKI Jakarta. Untuk membentuk permukimannya diremajakan. Bukan untuk menambah jumlah hunian yang dapat
ruang terbuka non hijau, seperti jalan, minimal digunakan sebesar 10% dari total luas menarik pertambahan penduduk. Sehingga sisa lahan permukiman yang telah
lahan, sedangkan maksimal 60% dari luas total lahan dapat dimanfaatkan sebagai diremajakan, dapat dijadikan sebagai RTH maupun stok lahan bagi pemerintah
ruang terbangun. Adapun pembagian untuk fungsi lahan sebagai lahan komersial – provinsi.
hunian – fasum/fasos sebesar komersial maksimal 40%, fungsi hunian maksimal
memanfaatkan 70% (antara komersial dan hunian saling menyesuaikan), fungsi
fasum/fasos minimal memanfaatkan 20%

Sebagian besar area terbangun merupakan kawasan permukiman dengan bangunan


horisontal (low rise building 1-3 lt) dan berkepadatan tinggi sehingga tidak optimal
untuk kawasan perkotaan, karena hanya tersedia sedikit ruang terbuka hijau untuk
aktivitas warga kota. Oleh karena itu, diperlukan pembangunan secara vertikal untuk:
1. Menciptakan penambahan RTH secara cepat
2. Mengoptimalkan nilai lahan di perkotaan
3. Memperbaiki wajah kota
Penataan permukiman warga menjadi salah satu komponen penataan kawasan.
Terutama di kawasan permukiman yang tidak tertata. Wisma susun merupakan solusi
yang ditawarkan untuk menjawab kebutuhan penataan permukiman dengan efisiensi
lahan di perkotaan.  

Gambar 5.6. Ilustrasi keuntungan dari peremajaan permukiman melalui konsolidasi lahan

Pengembangan fungsi wisma perkantoran/perdagangan (WKT/WDG) bukan lagi


sebgai ruko/rukan dengan ketinggian s/d 4 lantai, namun diarahkan pada
pengembangan fungsi mixed-use. Demikian pula untuk fungsi karya
perkantoran/perdagangan (KKT/KPD), juga diarahkan pada pengembangan fungsi
mixed-use dimana hunian menjadi persyaratan utama untuk menjamin kelangsungan
Gambar 5.5. Ilustrasi peningkatan KDH melalui penataan permukiman menjadi rumah susun hidup kawasan selama 24 jam.

PT. HUDA TATA SARANA 5-4

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

perlu diantisipasi melalui panduan rancang kota ini. Namun di dalam proses
konsolidasi lahan, jika terdapat upaya dari masyarakat untuk melakukan renovasi atau
pembangunan kurang dari 1.000 m2, maka harus berpanduan terhadap lembar
rencana kota yang sudah disusun oleh Dinas Tata Ruang DKI Jakarta.

Di dalam upaya peremajaan permukiman, pemerintah harus menyediakan rumah


transit bagi warga masyarakat yang akan diremajakan permukimannya. Rumah transit
ini harus mempunyai criteria sebagai berikut:
i. Masing-masing kepala keluarga menempati luasan rumah transit minimal
sama dengan luasan rumah sebelumnya, karena berkaitan dengan daya
tamping baik orang maupun barang.
ii. Lokasi rumah transit tidak boleh jauh dari permukiman yang diremajakan.
Hal ini kaitannya dengan pencapaian ke tempat kerja dan sekolah, karena
kalau jauh, maka warga akan menambah biaya transportasi lagi dari yang
Gambar 5.7. Ilustrasi pengembangan fungsi KKT/KPD menjadi fungsi campuran (mixed-use)
biasanya setiap hari dikeluarkannya. Jarak antara permukiman yang akan
diremajakan dan rumah transit paling jauh adalah 400 m (pencapaian
dengan berjalan kaki).
Untuk perhitungan penyediaan fasilitas umum dan sosial, sebagai berikut:

Disepanjang Kanal Banjir Timur ini terdapat beberapa rumah susun yang dapat
1. Dengan tidak bertambahnya jumlah penghuni yang dipindahkan ke wisma
dimanfaatkan keberadaannya sebagai rumah transit, yaitu:
susun, maka fasum dan fasos dapat menggunakan yang sudah ada.
a. Rusun Cipinang Besar (Kel. Cipinang Besar Kec. Jatinegara)
2. Namun dengan pertimbangan kedekatan dalam pencapaian dan dalam upaya b. Rusun Klender (Kel. Malaka Jaya Kec. Duren Sawit)
pemenuhan fasilitas perumahan yang layak, maka pemenuhan fasum-fasos c. Rusun Pondok Bambu I dan II (Kel. Pondok Bambu Kec. Duren Sawit)
harus mengacu pada Lampiran I Perda 6/1999 tentang RTRW DKI Jakarta d. Rusun Pondok Kelapa (Kel. Pondok Kopi Kec. Duren Sawit)
2010 di Tabel 6 tentang Standar Kebutuhan Sarana Kota (Fasum/Fasos). e. Rusun Cipinang Muara ( Kel. Pondok Bambu Kec. Duren Sawit)

Untuk mewujudkan konsep diatas, maka disepanjang koridor KBT ini perlu dilakukan f. Rusun PIK Pulo Gadung (Kel. Penggilingan Kec. Cakung)

konsolidasi lahan. Konsolidasi lahan ini bertujuan untuk membentuk kembali g. Rusun Pulo Gebang (Kel. Pulo Gebang Kec. Cakung)

perpetakan lahan yang terpotong oleh koridor kanal agar dapat langsung berorientasi h. Rusun Tipar Cakung (Kel. Cakung Barat Kec. Cakung)

ke kanal. Pada tahap konsolidasi lahan ini diusulkan ukuran perpetakan minimal 100 x
100 m atau minimal seluas 1 ha. Panduan rancang kota disusun berdasarkan hasil Apabila semua rusun sudah terisi semua, maka Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

konsolidasi lahan ini dengan pertimbangan bahwa seiring dengan berkembangnya harus membangun dulu rumah transit yang lokasinya tidak jauh dari permukiman

Kawasan Koridor KBT ini maka akan berkembang juga kawasan ini, oleh karena itu yang diremajakan.

PT. HUDA TATA SARANA 5-5

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Setelah sebagian permukiman dipindahkan, maka kegiatan peremajaan baru boleh Tabel 5.1. Konsep pembagian KLB kawasan
dilaksanakan dan diharapkan pada sebagaian lahan permukiman ini nantinya dapat
menampung semua warga yang diremajakan, sehingga ketika bangunan ini jadi, maka Luas Lahan minimal Sumber

warga masyarakat yang dulu dipindahkan ke rumah transit dikembalikan lagi ke rumah
Intensitas Rendah 60 m2 Raperda ttg Penataan Ruang di
susun ini, begitu pula dengan warga yang berada pada sebagaian permukiman, DKI Jakarta, 2006
(KLB <2) Luas minimal untuk wisma kecil
sehingga bekas sebagian permukiman tersebut dapat dibangun rumah susun yang (WKC) dg KLB 1,2
dapat digunakan untuk rumah transit ataupun rumah susun untuk permukiman yang
Intensitas Sedang 1.000 m2 Raperda ttg Penataan Ruang di
akan diremajakan di sebelahnya. Skema ini terus berulang seperti ini, sehingga warga DKI Jakarta, 2006
(nilai KLB 2-3) Luas minimal pembangunan KPD
masyarakat yang akan diremajakan tidak akan dirugikan dan semua pihak tunggal di PSL padat dg KLB 3

diuntungkan. Intensitas Tinggi 4.000 m2 Raperda ttg Penataan Ruang di


DKI Jakarta, 2006
(nilai KLB >4) Luas minimal pembangunan KPD
tunggal di PSL padat dg KLB 4
5.3.2. KONSEP DISTRIBUSI INTENSITAS LAHAN
 
 

Nilai intensitas ruang dari suatu lahan dipengaruhi oleh KDB (maksimal), KLB
(maksimal), KDH (minimal) dan KTB (maksimal). Namun di dalam suatu perencanaan 5.3.2.1. Insentif Pembangunan
lahan, yang mempunyai dampak langsung terhadap kawasan yaitu pergerakan orang
dan kendaraan masuk dan keluar lahan tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh nilai KLB Beberapa Insentif Pembangunan (Development Incentives) diterapkan pada kawasan
(maksimal) lahan tersebut. Sehingga di dalam pembahasan ini, yang menjadi patokan ini, yang dapat membawa keuntungan bersama bagi Pemerintah Kota Tanjungpinang,
dari suatu intensitas adalah nilai KLB (maksimal). para developer, dan masyarakat umum. Insentif pembangunan yang diberikan berupa
pengurangan dalam perhitungan KLB maupun KDB.

Hal-hal yang tidak diperhitungkan sebagai luas lantai dalam perhitungan KLB adalah :
a. Koridor/jembatan antar bangunan dengan lebar minimum 4 (empat) meter
sebagai sarana penghubung khusus untuk pejalan kaki dan terbuka untuk
umum.
b. Lantai bangunan yang secara nyata digunakan untuk kepentingan umum
secara terus menerus paling tidak 15 (lima belas) jam dalam sehari, dimulai
pagi hari.
c. Ruang yang dimanfaatkan bagi terselenggaranya kontak sosial masyarakat,
dengan tetap memperhatikan aspek keserasian lingkungan, maka tinggi lantai

PT. HUDA TATA SARANA 5-6

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

bangunan diperkenankan maksimal 10 (sepuluh) meter dan tidak Bangunan (Floor Area Incentives) dan Insentif Langsung (Direct Incentives). Tidak
diperhitungkan sebagai dua lantai. semua fasilitas umum (public amenities) akan mendapat bonus luas lantai dalam
d. Penggunaan lantai untuk ruang mekanikal, elektrikal, instalasi air dan ruang besaran yang sama. Sebaliknya, sistem insentif ini memungkinkan kelenturan
penunjang lainnya yang tidak dapat dimanfaatkan secara komersial, serta lantai (fleksibilitas) dalam peruntukan luas lantai akibat bonus. Bonus luas lantai bangunan
untuk sektor informal (kaki lima), selama tidak melebihi 15% dan luas total dapat dipakai untuk fungsi apa saja, asal sesuai dengan peruntukan lahan yang
lantai. diperkenankan dalam sub-blok.
1. Insentif Luas Bangunan
Sedangkan yang tidak diperhitungkan sebagai luas lantai dalam perhitungan KDB Insentif Luas Bangunan (Floor Area Incentives) berhubungan erat dengan
adalah lantai dasar yang digunakan untuk kepentingan umum secara terus menerus Koefisien Lantai Bangunan. Insentif ini diberikan apabila developer memenuhi
paling sedikit 15 (lima belas) jam dalam sehari dimulai pagi hari (misalnya arkade persyaratan peruntukan lantai dasar yang dianjurkan, misalnya fungsi-fungsi
komersial) : dengan pengertian perhitungan dimaksud maksimal 20% (duapuluh pendukung kegiatan pejalan kaki di lantai dasar berupa Festive Market dan
persen) dari batasan KDB yang ditetapkan. lain-lain. Luas lantai bangunan yang ditempati oleh fungsi-fungsi tersebut
dipertimbangkan untuk tidak diperhitungkan ke dalam KLB sub-blok.
Dua jenis Insentif Pembangunan yang dikenal adalah Sistem Insentif Bonus (Bonus 2. Insentif Langsung
Incentives) serta Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan (Transfer of Insentif Langsung (Direct Incentives) memungkinkan tambahan luas lantai
Development Rights). Keduanya dapat dipakai secara terpisah maupun digabung agar maksimum bagi developer yang menyediakan fasilitas umum (public amenities)
memperbesar luas lantai bagi peruntukan dalam Sub-blok. Pada dasarnya, tujuan berupa sumbangan positif bagi Konsep Perancangan Kota Kawasan
Insentif Pembangunan adalah untuk memberikan fleksibilitas sebesar-besarnya dalam Pembangunan Terpadu. Termasuk diantaranya jalur pejalan-kaki (pedestrian
penyediaan fasilitas yang mengutamakan kepentingan umum (public amenities) serta paths), ruang terbuka umum (public open space), dan fasilitas bersama
panduan bagi pemanfaatan tambahan luas lantai bangunan. Dalam hubungannya (common facilities).
dengan penggunaan lantai bangunan, yang dimaksud dengan kepentingan umum
adalah fungsi lantai bangunan yang digunakan sebagai tempat pejalan-kaki dan 5.3.2.3. Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan
kepentingan umum lainnya yang berkaitan pada gedung yang bersangkutan.
Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan dikenal juga sebagai Transfer of
Lantai dasar di kawasan ini yang berperuntukan retail memiliki area pejalan kaki Development Rights (TDR), yaitu hak pembangun (developer) yang dimilikinya dan
umum, sehingga berhak mendapatkan insentif pembangunan berupa tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, berasal dari selisih KLB yang ditetapkan dengan
diperhitungkan dalam KLB dan KDB dalam jumlah maksimal 20% dari batasan KDB. KLB yang dipergunakan dalam areal yang dibangunnya. Maksimum nilai KLB yang
dapat ditransfer sebesar 10% dari nilai KLB yang ditetapkan. Pengalihan Nilai KLB
5.3.2.2. Sistem Insentif Bonus hanya dimungkinkan bila tertetak pada satu daerah perencanaan yang sama dan
terpadu, serta yang bersangkutan telah memanfaatkan KLB-nya minimal 60% dari
Sistem Insentif Bonus (Bonus Incentives) memberikan tambahan luas di atas ambang KLB yang ditetapkan di daerah perencanaan dimaksud. Sebagaimana halnya dengan
luas lantai bangunan yang ditetapkan. Insentif Bonus terbagi atas Insentif Luas Sistem Insentif Bonus, TDR tidak dibatasi pada satu peruntukan khusus dalam sub-
PT. HUDA TATA SARANA 5-7

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

blok yang baru. Bila suatu developer memilih untuk tidak menggunakan hak TDR bagi
sub-bloknya, maka hak atas kelebihan luas lantai bangunan akan tetap berada di
tangan developer tersebut.

Air Development Rights merupakan mekanisme pembangunan yang berlaku untuk


pembangunan di atas jalan umum. Pembangunan fungsi-fungsi di atas Jalan yang
dipakai bagi kepentingan umum, tidak diperhitungkan kedalam Koefisien Lantai
Bangunan. Pada kawasan ini, hal ini mencakup jembatan penyeberangan di atas jalan
internal.

PT. HUDA TATA SARANA 5-8

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-9

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Tabel 5. 2. Distribusi Intensitas Lahan tanpa Konsolidasi Lahan

PT. HUDA TATA SARANA 5-10

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

 
PT. HUDA TATA SARANA 5-11

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

 
 
PT. HUDA TATA SARANA 5-12

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-13

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-14

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

   

PT. HUDA TATA SARANA 5-15

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-16

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Tabel 5. 3. Distribusi Intensitas Lahan dengan Konsolidasi Lahan


 

PT. HUDA TATA SARANA 5-17

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

 
PT. HUDA TATA SARANA 5-18

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-19

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

  c) Ketinggian bangunan di masing-masing segmen harus memperhatikan KKOP


Bandar Udara Halim Perdanakusuma, yaitu tidak boleh melebihi batas
5.3.3. KONSEP TATA BANGUNAN
ketinggian maksimum yang ditetapkan, yaitu:
Konsep penataan bangunan di koridor Kanal Banjir Timur ini adalah sebagai berikut:
 Segmen 1- 4 : ketinggian bangunan maksimum 196 m / 65 lt
a) Setiap bangunan harus berorientasi ke kanal untuk membentuk ruang kota
 Segmen 5 : ketinggian bangunan maksimum 172 m / 57 lt
yang baik
 Segmen 6 – 7 : ketinggian bangunan maksimum 150 m / 50 lt
b) Mendorong penyediaan ruang publik untuk menikmati waterfront yang
terintegrasi dengan bangunan. Untuk menciptakan ruang publik ini hanya  
disyaratkan pada bangunan yang juga mewadahi aktivitas masyarakat, seperti
 
bangunan dengan fungsi komersial, mixed-use maupun hunian. Adapun
 
panjang ruang publik yang menutupi jalan ini harus memperhatikan kemudahan
struktur dan tingkat penerangan ruang jalannya  

Gambar 5.11. KKOP Bandara Halim Perdanakusuma yang menentukan ketinggian maksimum bangunan
Gambar 5.10. Ilustrasi penciptaan ruang publik yang terintegrasi dengan bangunan untuk menikmati waterfront

PT. HUDA TATA SARANA 5-20

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-21

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Gambar 5.13. Potongan Kawasan di segmen 1 (Cakung)

Gambar 5.14. Potongan kawasan di segmen 3 (Pulogebang)

PT. HUDA TATA SARANA 5-22

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Gambar 5.15. Potongan kawasan di segmen 7 (Duren Sawit)

PT. HUDA TATA SARANA 5-23

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-24

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-25

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-26

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-27

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-28

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-29

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

  1. Menciptakan sistem transportasi yang menerus sampai dengan Kawasan


Marunda dan Teluk Jakarta dengan berbagai moda transportasi, yaitu:
5.3.4. KONSEP SIRKULASI KAWASAN
Penataan jalur sirkulasi di sepanjang koridor Kanal Banjir Timur ini sangat penting a. LRT (light rail transport),

sekali, karena saat ini moda transportasi yang menju ke kawasan ini sangat terbatas, merupakan sistem moda

hal ini juga disebabkan oleh terbatasnya jalur sirkulasi pencapaiannya. Namun dengan transportasi yang ramah

dibangunnya Kanal Banjir Timur yang di dalam perencanaannya dilengkapi oleh jalan lingkungan dan

arteri yang mengapitnya, maka koridor kanal ini memberikan peluang yang baik untuk mempunyai kapasitas

berkembangnya wilayah Timur Jakarta, karena koridor kanal ini juga menghubungkan angkut yang banyak. LRT

3 (tiga) wilayah Kota Administrasi, yaitu Kota Administrasi Jakarta Pusat, Jakarta yang dikembangkan

Timur dan Jakarta Utara. Oleh karena itu perlu dikembangkan sistem transportasi adalah jenis LRT yang

yang baik, yaitu: ramah terhadap para


pejalan kaki, yaitu jenis
Pedestrian elevated deck tram karena dapat
dimanfaatakan untuk menciptakan
waterfront area yang aksesibel dikendalikan (direm)
secara mendadak jika
terdapat pejalan kaki yang
melintas.

Gambar 5.23. LRT jenis tram yang ramah


terhadap pejalan kaki

b. Waterways (antar pintu air), merupakan sistem moda transportasi yang anti
Jarak bebas depan Jalan Arteri untuk Jalur Inspeksi dapat Badan air dapat kemacetan karena beroperasi di badan air yang belum banyak
bangunan untuk Kendaraan Bermotor dimanfaatkan juga dimanfaatkan untuk
jalur LRT untuk jalur sepeda / jalur waterways dimanfaatkan sebagai jalur transportasi. Sistem transportasi sungai ini
kendaraan tidak pada area yg
bermotor memungkinkan tidak hanya untuk kepentingan “City Tour” tetapi juga terintegrasi dengan
sistem transportasi darat. Didukung oleh pengaturan kedalaman dan
Gambar 5.22. Konsep penempatan sirkulasi masing-masing moda transportasi kualitas air yang prima, serta dilengkapi dengan sistem peringatan dini
perubahan debit, muka air dan kualitas air. Pembatasan kecepatan dengan
memperhatikan keselamatan perahu dan penumpang, keamanan
prasarana dan karakteristik masing-masing ruas BKT.

PT. HUDA TATA SARANA 5-30

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

jalur sepeda, karena kendaraan ini tidak bermotor sehingga mudah untuk
dikendalikan. Jadi jalurnya dapat berbagi dengan kegiatan pemeliharaan
kanal.

Gambar 5.24. Ilustrasi model perahu untuk moda transportasi waterways


   

Namun kendalanya adalah pintu air (wier) yang berada di badan air Gambar 5.25. Ilustrasi jalur sepeda yang terintegrasi dengan jalan inspeksi kanal

sebanyak 3 (tiga) buah yaitu di Marunda, Cakung dan Duren Sawit. Selain
itu, jika musim kemarau tiba terdapat kendala di dalam kemampuan untuk Usulan jalan inspeksi sebagai jalur sepeda karena:
mempertahankan tinggi muka air yang dapat dilalui oleh perahu. Oleh
 Kegiatan rutin inspeksi hanya pada titik-titik tertentu, sehingga
karena itu, perlu direncanakan secara matang segmen mana yang dapat
konsekuensinya memang di beberapa titik yang ada kegiatan inspeksi
dikembangkan waterways dengan baik. Berdasarkan hasil analisis, maka
kanal terjadi penyempitan jalur.
segmen yang memungkinkan untuk dikembangkan waterways ini adalah
 Koridor sepanjang ±23,9 km merupakan koridor yang fantastik karena
segmen antara pintu air duren sawit - cakung, karena di segmen ini akan
menghubungkan 3 wilayah Jakarta; Jakarta Pusat, Jakarta Timur dan
dikembangkan pusat kawasan yang didukung dengan intensitas
Jakarta Utara dan kenyamanannya terjaga (terpisah dari jalur
pembangunan yang cukup tinggi, sedangkan di segmen Cakung - Marunda
kendaraan bermotor dan dilengkapi rest area) serta belum ada
kondisi tinggi muka air lebih memungkinkan karena langsung berhubungan
sebelumnya jalur sepanjang ini di DKI Jakarta.
dengan laut yang mengalami pasang-surut.

c. Kendaraan tidak bermotor (sepeda), merupakan moda transportasi ramah


lingkungan dan anti kemacetan. Sistem sirkulasi jalur sepeda ini diletakkan
di jalan inspeksi kanal, karena infrastrukturnya sudah tersedia yaitu jalan
inspeksi dan selanjutnya akan dibangun ruang-ruang peristirahatan (rest
area) di sepanjang koridor ini. Jalan inspeksi tidak akan terganggu oleh

PT. HUDA TATA SARANA 5-31

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

2. Menciptakan node-node transportasi untuk perpindahan antar moda

Untuk menciptakan perpindahan antar moda yang nyaman, maka perlu


diciptakan node-node transportasi. Node-node ini diletakkan pada titik-titik:

 Perpindahan antar moda, misalnya dari moda waterways ke LRT dan


begitu juga sebaliknya

 Persimpangan moda yang menghubungkan Timur – Barat maupun


Selatan – Utara

Adapun bentukan node-node ini dapat berupa terminal, sub terminal, ruang
terbuka dan interaksi masyarakat maupun pusat perbelanjaan.

Pada blok-blok yang memungkinkan adanya konsolidasi lahan dan mempunyai luas
lahan yang besar, maka dibelakang blok boleh terdapat jalan arteri. Namun jika
peruntukannya hunian dan hal ini tidak memungkinkan di belakang blok hunian
terdapat arteri, sehingga jalur arterinya harus di depan. Sedangkan blok-blok yang
tidak memungkinkan konsolidasi lahan dan mempunyai kapling kecil, dimana orientasi
bangunan hanya memungkinkan kearah kanal saja, maka jalan arteri tetap berada di
tepi kanal.

PT. HUDA TATA SARANA 5-32

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-33

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-34

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Untuk membuat desain kawasan “Waterfront City” yang ideal


perlu membentuk kanal diantara ruang kota sehingga terdapat
interaksi antara ruang kota dan kanal. Kapling-kapling yang
menghadap kanal akan mempunyai nilai lahan yang tinggi. Oleh
karena itu, jalan arteri (baik tol maupun non tol) sebaiknya berada di
sisi luar kawasan. Apalagi jalan tolnya menghubungkan pelabuhan
dengan kawasan industri disekitar Jakarta, dimana yang lewat adalah
mobil kontainer ataupun mobil pribadi dengan kecepatan tinggi yang
tentunya tidak bisa menikmati keindahan kanal dengan baik.

Penataan parkir dilakukan secara off street, melalui:


1. Bangunan berlantai banyak, seperti perkantoran, perdagangan,
campuran dan wisma susun wajib menyediakan parkir di dalam
gedung parkir.
2. Parkir juga disediakan di node-node pergantian moda
transportasi
3. Penyediaan sarana angkutan umum massal yang layak untuk
mengurangi pemakaian kendaraan bermotor pribadi.

Gambar 5.28. Konsep penataan Jalan Arteri untuk menciptakan Waterfront City yang ideal

PT. HUDA TATA SARANA 5-35

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.3.5. KONSEP RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) KAWASAN


Kebutuhan akan ruang terbuka hijau menjadi isu pembangunan saat ini, karena 2. Menambah jumlah RTH melalui:
amanat Undang-undang Penataan Ruang No 26/2007 pasal 29 bahwa proporsi ruang a. Mengoptimalkan sisa lahan yang ada di seberang kanal yg berbatasan
terbuka hijau (RTH) pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas dengan Bekasi sebagai RTH
wilayah kota, yang terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) persen RTH publik dan 10
b. Memanfaatkan bantaran kanal sebagai RTH
(sepuluh) persen RTH privat. Oleh karena itu, untuk menyikapi amanat tersebut dan
dalam rangka ikut serta berperan aktif menambah jumlah RTH di Provinsi DKI Jakarta, c. Mendorong peremajaan permukiman menjadi permukiman susun

maka dilakukan melalui: untuk menambah daya tampung penduduk dan menambah ruang
terbuka hijau secara progresif
1. Mempreservasi peruntukan RTH yang sudah ada baik jalur hijau maupun ruang
terbuka hijau, yaitu:

a. RTH Sutet

b. RTH di permukiman yang berupa taman baik yang sudah terbangun


maupun rencana

c. Tempat Pemakaman Umum (TPU)

Gambar 5.29. Ilustrasi upaya peningkatan RTH secara progresif melalui peremajaan permukiman

PT. HUDA TATA SARANA 5-36

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-37

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Konsep tata hijau mengacu pada Pedoman Penataan Jalur Hijau yang dikeluarkan
oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta. Adapun modifikasinya sesuai
dengan tema penataan kawasan.

Tabel 5.4. Pedoman penataan jalur hijau

PT. HUDA TATA SARANA 5-38

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Adapun penataan sampai dengan jenis pohon, mengacu pada studi Dinas
Pertamanan dan Pemakaman tahun 2010 sebagai berikut:

Jalan inspeksi, Jalur


Pohon besar ( Trembesi, Flamboyan, Mahoni, Kecrutan, Kasia, Dll)
sepeda, Jogging track
Pohon sedang (Yangliu, Jatimas, Bintaro, Dll)
Perdu (Bunga mentega, Jatropa, Bugenvil, Bunga terompet, Dll)

Rumput (Rumput
vetiver, Rumput biasa) Trase basah (kering
saat kemarau)

Gambar 5.31. Penataan jenis vegetasi di sempadan kanal

Prinsip penataan rest area mengikuti studi dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman
yang sudah ada, yaitu dibuat 2 tipe :
1. Rest Area besar, 8 unit ( tepian kanal > 20 m), lokasi ramai/dekat dengan
pemukiman (Jl. Ngurah Rai s/d J. Cipinang)
2. Rest Area kecil 14 unit (tepian kanal <20 m) (Titik Nol Marunda s/d J. Ngurah
Rai)
Untuk penempatannya, diharapkan dapat:
1. Berada pada ujung jalan kolektor, sehingga dapat menjadi visual point of
interest dari jalan tersebut.
2. Dalam keadaan darurat dapat dimanfaatkan sebagai area evakuasi
Diintegrasikan dengan jalur pedestrian elevated, sehingga rest area ini juga
menjadi area tujuan buat pejalan kaki

Gambar 5.32. Penempatan Rest Area

PT. HUDA TATA SARANA 5-39

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.3.6. KONSEP TATA KUALITAS LINGKUNGAN Tata informasi yang mengarahkan menerangkan identitas dan lokasi bisnis,
serta fasilitas dan jasa yang terdapat di kawasan. Termasuk di dalamnya
Penataan kualitas lingkungan merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen kawasan
rambu-rambu lalu-lintas serta rambu-rambu untuk pejalan kaki yang masing-
yang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau sub area dengan sistem
masing harus konsisten di kawasan. Rambu dalam bentuk tulisan dan simbol
lingkungan yang informatif, berkarakter khas dan memiliki orientasi tertentu.
grafis diperkenankan.

Perletakkan tata informasi dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok berdasarkan


5.3.6.1. Orientasi Lingkungan sasaran informasinya, yaitu:
Penataan tata informasi yang terpadu merujuk kepada citra, karakter dan tata
a. Tata informasi skala blok kawasan; yaitu tata informasi
bangunan. Tercakup didalamnya adalah bangunan yang berfungsi sebagai tengaran
untuk pengunjung kawasan. Oleh karena itu diletakkan
atau focal point, serta bahan eksterior bangunan yang mampu memberikan petunjuk
pada muka bangunan, seperti papan reklame
(clues) kepada pengunjung kawasan dalam berorientasi. Menara bangunan
berukuran sedang dan papan nama toko/gedung yang
merupakan contoh tengaran yang juga mengindikasikan letak gerbang utama masuk
disertai iklan produk.
ke kawasan. Pada jarak yang lebih dekat, pengolahan podium bangunan dapat
b. Tata informasi skala pejalan kaki; yaitu tata informasi
mengarahkan pengunjung ke pintu masuk utama maupun servis tiap bangunan.
untuk pengunjung kawasan yang berjalan di
Bentuk podium tertentu akan "mengundang" pengunjung, dan oleh karenanya sesuai
pedestrian. Oleh karena itu diletakkan pada muka dari
sebagai lokasi pintu masuk utama. Sebaliknya, pintu masuk servis di kawasan ini
lantai dasar suatu bangunan, seperti papan nama
sebaiknya diletakkan pada tempat yang tidak mengganggu pemandangan.
toko, papan informasi lokasi dan papan rambu
informasi tempat.

Gambar 5.33. Arahan tata informasi


PT. HUDA TATA SARANA 5-40

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Untuk mengatur papan nama toko dapat menggunakan pola grid bangunan toko/ruko 5.3.6.2. Wajah Jalan
membentuk ruang untuk perletakan papan nama toko/iklan. Pola grid ini menjadi Wajah jalan dibentuk oleh elemen fisik dan non fisik pada ruas jalan yang akan
panduan visual perletakan papan nama toko/iklan, seperti gambar berikut ini; memperkuat karakter Kawasan Koridor Kanal Banjir Timur. Elemen street furniture
yang dipilih disesuaikan dengan tema pengembangan kawasan dan anti terhadap
vandalisme (perusakan oleh tangan manusia), seperti preseden di bawah ini;

Gambar 5.35. Street furniture dengan karakter dan tema pengembangan

Sedangkan pola paving pedestrian dipilih yang tidak licin, tahan cuaca dan
mengarahkan pergerakan, seperti preseden berikut ini;

 
Gambar 5.34. Pola grid bangunan untuk perletakan papan nama toko/iklan
Gambar 5.36. Arahan pola paving

PT. HUDA TATA SARANA 5-41

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Untuk mempertegas keberadaan landmark kawasan dapat ditambahkan sculpture


sesuai dengan karakter kawasan, adapun macam sculpture dapat memanfaatkan
keberadaan jembatan yang melintasi kanal. Di beberapa tempat, jembatan ini dapat
digunakan sebagai landmark kawasan. Adapun yang dapat dijadikan preseden
sebagai berikut;

5.3.7.

Gambar 5.37. Arahan pembentukan landmark kawasan dengan jembatan

PT. HUDA TATA SARANA 5-42

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.3.7. KONSEP INFRASTRUKTUR DAN UTILITAS KAWASAN 5.3.7.1. Jalan

Penyediaan utilitas seperti jalan, jembatan, air bersih, air kotor, limbah padat, listrik a. Jalan Arteri dan Kolektor

dan telpon dalam kawasan ini harus tertanam di tanah, khususnya dibawah ROW atau  Lebar jalur gerak minimal 2 x 3,5 m
Daerah Milik Jalan (damija). Sempadan (easement) di sekeliling lahan dapat  Lebar trotoar minimal 2 x 2,5 m
dimanfaatkan untuk menampung sistem utilitas ini sebelum masuk ke tiap bagian  Semua persimpangan dengan jalan utama lain diatur dengan
bangunan/fasilitas. Saluran utilitas ke dalam lahan bermuara dari jalur utilitas tersebut. menggunakan lampu lalu lintas minimal 2 fase
 Semua persimpangan dengan jalan akses lingkungan diatur dengan
Penyediaan air bersih dan pengolahan limbah untuk jangka panjang merupakan sistem prioritas dan jalan utama menjadi prioritas ke-1
aspek yang terkait dengan pembangunan kota namun sangat erat hubungannya  Di jalan utama harus dilalui rute angkutan umum
dengan kemampuan kawasan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di masa  Di jalan utama disediakan halte yang menempel ke trotoar
mendatang. Pengolahan limbah padat merupakan masalah yang semakin meningkat  Tidak diperkenankan parkir di jalan utama
kepentingannya. Perencanaan yang baik disertai pengambilan keputusan yang dini  Perkerasan di jalan utama menggunakan hotmix atau yang lebih baik
memungkinkan optimalisasi dalam penentuan sistem terbaik bagi proyek kawasan.  Kelas jalan utama minimal IIIA yang mampu menahan beban MST>8 ton
Dalam hal ini unit pengolahan limbah dapat dibuat terpadu untuk seluruh kawasan  Semua jalan utama dilengkapi dengan drainase tepi jalan
atau berupa unit-unit kecil yang melayani tiap fasilitas. Developer bertanggung jawab  Kebebasan samping minimal 3 m
atas pengadaan unit-unit ini sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku di DKI
Jakarta. b. Jalan Lokal:
 Lebar jalur gerak minimal 4 m
Penyediaan listrik, telepon dan utilitas lainnya harus dipertimbangkan baik untuk
 Dapat dilengkapi trotoar dengan lebar 2 m atau lebih
jangka panjang maupun untuk jangka pendek (interim), khususnya menyangkut
 Pada simpang pertemuan dengan jalan utama, lalu lintas di jalan
penempatan (alokasi) utilitas selama masa konstruksi dan pembangunan. Developer
lingkungan berada di prioritas ke-2
bertanggungjawab untuk menjamin keterkaitan antara layanan utilitas sub-sub blok
 Tidak dilalui angkutan umum, sehingga tidak perlu dibuatkan halte
dengan sistem utilitas terpadu umum di kawasan ini, khususnya yang berhubungan
 Di tiap ujung jalan pertemuan dengan jalan utama disediakan rambu stop
dengan persyaratan dan peraturan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
 Dilengkapi drainase jalan

Prasarana dan utilitas sebaiknya dikelola oleh satu badan yang akan dibentuk dengan
5.3.7.2. Halte
anggotanya meliputi aparat pemerintah (provinsi dan kota administrasi) dan swasta.
Badan tersebut akan bertanggung jawab untuk semua masalah estate management.  Halte disediakan di jalan arteri dan kolektor
 Halte diposisikan setiap jarak 200m dan atau di dekat simpang utama dan
atau dipersimpangan antar rute yang berbeda
 Di kondisi trotoar > 2 m, maka halte dapat diletakkan di trotoar
 Di kondisi trotoar < 2 m, maka halte dapat diletakkan diatas saluran
PT. HUDA TATA SARANA 5-43

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

 Di kondisi trotoar < 2 m dan drainase mencukupi lebarnya, maka halte Di dalam sistem utilitas kawasan, hal yang perlu menjadi fokus perhatian di dalam
dapat diletakkan di trotoar dengan pengaturan sedemikian rupa sehingga penataan koridor Kanal Banjir Timur ini adalah upaya untuk mempertahankan kondisi
tidak mengganggu pejalan kaki air kanal yang tetap baik, tidak tercemar oleh limbah rumah tangga dan industri. Oleh
karena itu perlu diterapkan:
5.3.7.3. Drainase a. Sistem Ecotech Garden untuk pengendalian sedimen dan logam berat yang
dipasang di inlet-inlet drainasi dari drainase rumah tangga atau industry menuju
a. Drainase di luar jalan;
kanal
 Drainase diluar jalan adalah drainase yang tidak menempel dengan badan
jalan
 Drainase di luar jalan meliputi saluran drainase dan drainase setempat
 Saluran drainase di luar tepi jalan dapat memanfaatkan alur alam seperti
sungai dan selokan
 Drainase setempat dapat memanfaatkan cekungan atau lembah
 Drainase setempat diarahkan untuk meresapkan air hujan kembali ke
dalam tanah
 Saluran drainase dapat menggunakan perkerasan atau tanah asli
 
 Dalam kondisi dimana lebar saluran kurang dari 1 m, sebaiknya dinding
Gambar 5.38. Sistem Ecotech Garden
saluran diperkeras
 Sungai dapat dianggap sebagai bagian dari drainase di luar tepi jalan
b. Sistem trash rack di setiap mulut sungai yang bermuara di kanal, yang
 Semua saluran yang bertemu dengan sungai harus dilengkapi dengan
bertujuan untuk menjaring sampah-sampah agar tidak masuk ke kanal
bangunan penyaring (screen) untuk menjebak sampah atau material kasar

 
b. Drainase tepi jalan:
 
 Drainase tepi jalan diperuntukkan pengaliran limpasan air di badan jalan
 Drainase tepi jalan juga dapat dimanfaatkan sebagai dranase lahan  

 Semua drainase tepi jalan harus diperkeras  


 Drainase tepi jalan dapat berupa saluran terbuka atau saluran yang
 
ditutup
 
 Pada saluran yang ditutup, harus disediakan lubang perawatan (manhole)
 
setiap jarak 8 m.
  Gambar 5.39. Sistem Trash Rack

PT. HUDA TATA SARANA 5-44

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.3.7.4. Air Bersih  Pada jalan yang dilengkapi dengan median, disediakan kran untuk

 Air bersih berasal dari beberapa sumber, antara lain jaringan air bersih keperluan perawatan tanaman jalan atau taman di setiap jarak maksimal

PDAM, sumur dangkal, dan mata air. Kecuali air bersih dari PDAM, 200m.

seluruh air baku ditampung pada bak penampungan untuk diolah melalui
penyaringan dan penambahan bahan-bahan pengendap. Jika dapat 5.3.7.6. Air Limbah

didistribusikan dengan sistem gravitasi, maka distribusi air bersih dapat  Pengelolaan limbah dalam 5 tahun ke depan masih diarahkkan ke sistem
dilakukan secara langsung menggunakan jaringan pipa. Namun jika individual (on site)
diperlukan dapat digunakan tandon air melalui pemompaan sebelum  Dalam sistem on site, limbah baik yang berasal dari rumah tangga dan
disitribusikan. non-rumah tangga dikelola secara mandiri
 Untuk lokasi yang berdekatan dengan jaringan distribusi air bersih PDAM  Air kotor berasal dari pembuangan domestik (grey water) jika
dapat dilakukan penyambungan terhadap jaringan tersebut. memungkinkan diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran
 Pipa transmisi dan distribusi dapat diletakkan di tepi jalan baik di dalam drainase terdekat, sungai, atau laut. Sedang air kotor dari WC (black
DAMIJA atau diluar DAMIJA water) dibuang ke septic tank dan air buangannya diresapkan ke tanah.
 Pipa transmisi dan distribusi yang berada di dalam DAMIJA diletakkan di  Limbah tinja dibuang ke septic tank harus kedap untuk mencegah
tepi paling luar dari DAMIJA atau diantara jalur pergerakan dan trotoar pencemaran bakteri terhadap air tanah.
atau di bawah trotoar  Ukuran septic tank disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak kurang dari
 Untuk pipa yang diletakkan di tepi luar DAMIJA, pipa dapat dipendam lebar 1 m kedalaman 2 m dan panjang 1 m.
tanpa dilengkapi dengan bangunan khusus  Ukuran sumur resapan disesuaikan dengan kebutuhan dan tidak kurang
 Untuk pipa yang berada di antara trotoar dengan jalur pergerakan atau dari lebar 1 m kedalaman 1,5 m dan panjang 1 m.
dibawah trotoar harus dilengkapi utility duct  Air limbah boleh dibuang ke saluran jika tidak mengandung pencemar
 Pada kasus penggunaan utility duct, harus disediakan man hole setiap berat.
jarak 10 m.  Air limbah dari industri harus diolah terlebih dahulu menggunakan IPAL
mandiri guna menghindari pencemaran sebelum dibuang ke saluran atau
5.3.7.5. Hidran Kebakaran resapan.

 Hidran kebakaran (fire hydrant) harus disediakan pada setiap jarak


maksimal 500m
 Posisi hidran kebakaran dianjurkan di dekat simpang sehingga mudah
dijangkau dari berbagai arah
 Perletakan hidran kebakaran diletakkan di tepi luar trotoar atau di luar
trotoar di tepi luar damija
 Pada jalan yang dilengkapi dengan median, hidran diletakkan di median
PT. HUDA TATA SARANA 5-45

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Air kotor dari WC Septic tank


Rumah

Sumber Air Kotor


Hotel

Fasilitas lain Drainase


Air kotor
bangunan
(grey water)

Drainase kawasan
Drainase
lingkungan

Gambar 5.40. Diagram Pembuangan Air Kotor


 Dalam suatu kawasan
terbangun dibangun saluran drainase mengikuti gravitasi hingga saluran
primer yang dialirkan menuju sungai atau laut.

5.3.7.7. Daya Listrik

Daya listrik disediakan oleh PLN dengan sistem ditribusi melalui jaringan kabel.
Namun untuk penyediaan penerangan di malam hari sepanjang koridor ini yang
tentunya membutuhkan banyak energi listrik, penyediaan energi listrik untuk lampu-
lampu penerangan dapat menggunakan sistem sel surya yang dipasang pada setiap
tiang lampu, sehingga setiap unit tiang dapat menyalakan lampunya sendiri. Ketika
memasuki musim penghujan, yang akan sulit mendapatkan energi listrik dari sel
surya, maka penyalaan lampu dibantu melalui penyediaan listrik oleh PLN.

PT. HUDA TATA SARANA 5-46

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.3.8.

PT. HUDA TATA SARANA 5-47

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.3.8. KONSEP MITIGASI DAN EVAKUASI BENCANA

Bencana yang perlu untuk diantisipasi adalah bencana banjir, kebakaran dan gempa Dalam situasi normal sepanjang tahun, taman memiliki fungsi:

bumi. Oleh karena itu, keberadaan Kawasan Koridor Kanal Banjir Timur ini juga harus a. ekologis (sumur resapan air, pohon),

dapat berfungsi sebagai mitigasi dan ruang evakuasi bencana. Adapun konsepsinya b. ekonomis (kebun sayuran, apotek hidup, taman terapi),

adalah sebagai berikut: c. edukatif (belajar alam, pengajian, kerajinan tangan, pertunjukan seni, layar
tancap, bermain, rapat warga),
1. Kanal sebagai pengendali banjir, sehingga semua limpasan air hujan dari tiap d. konservasi energi (surya, biogas), dan estetis (kebersihan dan keindahan
kapling, jalan dan sungai akan ditampung di kanal ini untuk dialirkan ke laut lingkungan).
(Teluk Jakarta).

2. RTH privat di kapling hunian susun harus mampu meresapkan air hujan, oleh Rancangan taman memiliki nilai artistik, prinsip optimalisasi lahan, multifungsi,
karena itu jumlahnya harus luas minimal 30 (tiga puluh) persen dari luas total menciptakan keteduhan lingkungan, ruang gerak, dan berinteraksi sosial budaya.
kapling dan struktur lahan kaplingnya cekung agar dapat menampung Lantai dasar taman dibangun sumur resapan air tersusun dari koral, pasir, pecahan
sementara air hujan batu bata, ijuk, dan batu belah, seluas 75 persen dari luas taman. Sisanya, 25 persen,
berupa tandon air untuk cadangan air bersih pada musim kemarau dan kebakaran.
3. Lantai dasar hunian susun tidak dimanfaatakan untuk fungsi permanen karena
Di atas sumur resapan air dan tandon air dibuat taman koral yang berfungsi sebagai
sebagai parkir air di saat banjir
taman terapi kesehatan bagi warga dan pasar dadakan, sesuai kesepakatan warga.
4. Menjadikan badan air tsb sebagai ruang evakuasi saat bencana, misalnya
Lantai dasar dilengkapi fasilitas pos siskamling dan kantor RT/RW.
saat terjadi bencana gempa bumi yang memporak-porandakan jalan, maka
badan air dapat menjadi ruang evakuasi dan transportasi bagi logistik ke
Pada lantai satu seluas 400 m, lantai dapat digunakan sebagai ruang evakuasi
tempat-tempat yang tidak memungkinkan dicapai dengan jalan darat
bencana dan di saat normal dapat difungsikan untuk kegiatan pengajian, musala, balai
5. RTH dan node transportasi dapat menjadi ruang evakuasi saat bencana warga RT/RW, perkawinan, atau pentas seni. Lantai ini dilengkapi fasilitas dapur
kebakaran dan gempa bumi, sedangkan ruang bersama di lantai-lantai atas umum dan toilet bersama. Pada lantai teratas berupa atap rumput seluas 250 m.
hunian susun dapat dimanfaatkan sebagai ruang evakuasi saat bencana
banjir. Fasilitas dapur umum dan toilet bersama dilengkapi panel sel surya untuk menyuplai
kebutuhan energi listrik taman dan dapat ditingkatkan kapasitasnya untuk rumah
tangga, sangat bermanfaat pada saat bencana terjadi ketika aliran listrik mati total.
Model Ruang Evakuasi Bencana (banjir, kebakaran, gempa bumi)
Sebagian permukaan dinding bangunan taman dapat dipakai untuk layar pemutaran
film cerita atau film penyuluhan warga.
Dalam upaya menciptakan kota yang tanggap bencana, maka perlu disediakan taman
(layang) evakuasi bencana seluas 500 m2, khusunya di permukiman padat bangunan
Penyediaan tangga ramp melingkar mengelilingi bangunan taman dimaksudkan
dan padat penduduk, yang sering kali paling dirugikan saat bencana melanda.
memudahkan proses evakuasi saat bencana, menjadi jogging track mengelilingi
taman, dan berfungsi selasar untuk menampung berbagai kegiatan anak-anak.
PT. HUDA TATA SARANA 5-48

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

Sepanjang tangga ramp dan lantai atas dibatasi bak tanaman sayuran dan apotek
hidup. Taman dilengkapi tangki air minum, pompa hidran, toilet portabel, papan
petunjuk, alat komunikasi, serta bungker sebagai gudang makanan dan obat-obatan.
Dari 500 m2, 100 m2 (seratus meter persegi) diisi penanaman pohon besar.

Atap taman dilengkapi panel sel surya untuk menyuplai kebutuhan energi listrik taman
dan dapat ditingkatkan kapasitasnya untuk rumah tangga warga, serta sangat
bermanfaat saat bencana terjadi ketika aliran listrik mati total.

Tangga ramp melingkar mengelilingi bangunan, taman akan memudahkan proses


evakuasi (saat bencana), atau trek joging, skateboard, bersepeda, dan berbagai
kegiatan anak-anak (normal).

Ketika bencana tiba, taman menjadi ruang evakuasi bencana (banjir, kebakaran,
gempa bumi). Dengan standar kebutuhan ruang setiap orang 1 meter persegi per
orang, dan luas lantai evakuasi adalah 15 meter x 20 meter = 300 meter persegi,
maka ruang evakuasi setiap lantai dapat menampung 300-400 orang, atau total 600-
800 orang (pengungsi tidak membawa banyak barang).

Taman dilengkapi dengan:


 tiang pancang untuk tenda darurat,
 tangki air minum,
 pompa hidran,
 papan petunjuk,
 alat komunikasi, Gambar 5.42. Model Ruang Mitigasi Bencana

 fasilitas dapur umum,  

 toilet bersama.
 

PT. HUDA TATA SARANA 5-49

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

PT. HUDA TATA SARANA 5-50

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.4. TEMA
TEMA PENATAAN
PENATAAN KAWASAN
KAWASAN

Penentuan tema penataan kawasan berdasarkan fungsi-fungsi yang sudah maupun


akan berkembang dikawasan.

Tema-tema ini untuk memperkuat karakter kawasan dengan menciptakan karakter


yang menarik dan beragam serta memecah kemonotonan koridor ruang kota ini.

Adapun tema-tema penataan kawasan seperti gambar berikut ini; 

5.5. USULAN PRIORITAS PENATAAN KAWASAN


1.
Gambar 5.43. Tema Penataan Kawasan

PT. HUDA TATA SARANA 5-51

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.5. USULAN PRIORITAS PENATAAN KAWASAN


Untuk prioritas dalam penataan kawasan yang nantinya akan menjadi model
dan acuan dalam pengembangan kawasan disepanjang Koridor KBT nantinya
adalah pada segmen 6 karena pada kawasan ini :

1. Adanya beberapa lahan kosong yang belum dimanfaatkan secara baik


2. Dekat dengan rencana pengembangan Kota Baru Timur
3. Dekat dengan Kota Harapan Indah – Bekasi

Mixed-Used
(Commercial-
Of f ice- Housing)
Waterf ront 3

Gambar 5.44. Prioritas Pengembangan Kawasan

PT. HUDA TATA SARANA 5-52

 
LAPORAN AKHIR
Penyusunan UDGL (Urban Design Guidelines)
KORIDOR BANJIR KANAL TIMUR

5.6. SKENARIO PENATAAN KAWASAN


Penataan kawasan berdasarkan kondisi eksisting kawasan dengan prioritas
sebagai berikut:

Tabel 5.5. Skenario Penataan Kawasan

PT. HUDA TATA SARANA 5-53

Anda mungkin juga menyukai