Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
Resusitasi cairan adalah suatu batu lompatan dalam terapi di intensive care
unit, dan terapi cairan adalah salah satu bagian kompleks dalam resusitasi
hemodinamik. Terapi cairan intavena yang terdiri dari cairan kristaloid, koloid,
ataupun kombinasi keduanya. Cairan kristaloid adalah larutan ion dengan berat
molekul yang rendah(garam) dengan atau tanpa glukosa, sedangkan cairan koloid
adalah larutan ion dengan berat molekul yang tinggi yang mengandung seperti
protein atau glukosa. Cairan koloid dapat mengatur tekanan onkotik koloid di plasma
dan paling lama berada di intravaskular, sedangkan kristaloid cepat didistribusikan ke
ruang ekstrasel.1,2
Resusitasi cairan dengan cairan koloid dan kristaloid adalah intervensi yang
tepat pada pengobatan akut dan resusitasi hemodinamik. Pada resusitasi yang menjadi
target utama adalah mengembalikan volume intravascular. Dimana aliran balik vena
berada dalam kesetimbangan dengan curah jantung, pengaturan respon simpatik yang
termediasi sirkulasi kedua eferen kapasitansi (vena) dan aferen konduktansi (arteri)
selain kontraktilitas miokard. Cairan resusitasi yang ideal harus menjadi salah satu
yang menghasilkan peningkatan diprediksi dan berkelanjutan dalam volume
intravaskular, memiliki komposisi kimia sedekat mungkin dengan cairan
ekstraselular, dimetabolisme dan dikeluarkan tanpa akumulasi dalam jaringan, tidak
menghasilkan metabolik yang merugikan atau efek sistemik, dan hemat biaya dalam
hal meningkatkan hasil pasien. Saat ini, tidak ada cairan tersebut tersedia untuk
penggunaan klinis.1,2,3
Pendukung larutan kolloid masih memperdebatkan bahwa kolloid lebih efektif
pada volume intravaskular yang meluas karena mereka bertahan di dalam ruang
intravaskular dan mempertahankan tekanan onkotik koloid. Efek kolloid menghemat
volume jika dibandingkan dengan kristalloid, betul-betul dipertimbangkan
keuntungannya yang mana secara konvesional digambarkan dengan perbandingan
1:3 koloid ke kristalloid untuk mempertahankan volume intravaskular. Pendukung
larutan kristalloid berdebat tentang kolloid, terutama albumin manusia yang mahal

1
dan tidak praktis penggunaannya untuk resusitasi cairan terkhusus dibawah kondisi
lapangan. Kristalloid tidak mahal dan tersedia dimana-mana, dan yang tidak dapat
dipungkiri meskipun belum dibuktikan, berperan sebagai pilihan pertama untuk terapi
cairan. Bagaimana pun penggunaan kristalloid secara klasik berkaitan dengan edema
interstisial.3
Pada tahun 2011, peneliti di sub-Sahara Afrika melaporkan hasil acak, uji
coba terkontrol - Ekspansi Fluid sebagai Terapi Suportif (FEAST) study -
membandingkan penggunaan bolus albumin atau salin tanpa bolus cairan resusitasi
pada 3141 anak demam dengan gangguan perfusi. Dalam studi ini, bolus resusitasi
dengan albumin atau saline menghasilkan tingkat kematian yang sama selama 48 jam,
tapi ada peningkatan yang signifikan dalam tingkat kematian pada 48 jam terkait
dengan kedua terapi, dibandingkan dengan tidak ada terapi bolus. Sedangkan dalam,
studi terkontrol acak, dimana kristaloid dibandingkan Hydroxyethyl Strach Trial,
melibatkan 7000 orang dewasa di ICU, penggunaan 6% HES, dibandingkan dengan
garam, tidak berhubungan secara signifikan dalam tingkat kematian pada 90 hari.
Sebuah studi observasional cocok-kohort membandingkan tingkat komplikasi
utama di 213 pasien yang hanya menerima 0,9% saline dan 714 pasien yang hanya
menerima larutan garam seimbang kalsium bebas (PlasmaLyte) untuk penggantian
kehilangan cairan pada saat operasi. Penggunaan larutan garam seimbang
berhubungan secara signifikan untuk mengurangi angka kejadian komplikasi,
termasuk rendahnya insidensi infeksi pasca operasi, terapi ginjal pengganti, transfusi
darah, dan investigasi asidosis terkait.1
Semua cairan resusitasi dapat berkontribusi pada pembentukan edema
interstitial, terutama dalam kondisi inflamasi di mana cairan resusitasi yang
digunakan secara berlebihan. Para klinisi dalam pengobatan kritis terutama ICU harus
mempertimbangkan penggunaan cairan resusitasi secermat penggunaan obat
intravena lainnya. Pemilihan cairan tertentu seharusnya didasarkan pada indikasi,
kontraindikasi, dan efek toksik yang potensial untuk memaksimalkan efektivitas dan
meminimalkan toksisitas.

Anda mungkin juga menyukai