Anda di halaman 1dari 2

RINGKASAN

Pengaruh Ekstrak Teh Hijau (Camelia sinensis L) terhadap Pertumbuhan


Porphyromonas gingivalis; Dian Retno Utari, 081610101057; 2011; 60 halaman;
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.

Masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling umum terjadi didalam
masyarakat adalah karies gigi atau gigi berlubang. Menurut hasil Survey Kesehatan
Rumah Tangga - Survei Kesehatan Nasional (SKRT-Surkenas) tahun 2004
menunjukkan adanya peningkatan prevalensi gigi berlubang di Indonesia menjadi
90,05%.Salah satu faktor penyebab gigi berlubang adalah mikroorganisme.
Mikroorganisme utama penyebab karies adalah S.mutans. S.mutans mampu
mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses
fermentasi dan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi.
Salah satu cara untuk menghambat pertumbuhan S. mutans, dapat dilakukan
dengan cara berkumur menggunakan larutan antiseptik. Larutan antiseptik tersebut
bisa berasal dari bahan alam atau bahan obat sintetik. Penelitian tanaman obat
beberapa tahun ini banyak dikembangkan dengan alasan tanaman obat lebih murah,
mudah didapat, dan toksisitasnya rendah. Karena itu dilakukan penelitian mengenai
tanaman obat yang dapat dijadikan alternatif sebagai pengganti obat kumur sintetik
untuk mencegah terjadinya karies gigi. Salah satu tanaman obat yang belakangan
cukup banyak dikembangkan adalah rosela (Hibiscus sabdariffa L.)
Penelitian dilakukan di Laboratorium Biopestisida Universitas Udayana dan
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Jumlah
sampel terdiri dari 48 buah lubang sumuran dengan diameter 5 mm yang dibagi
dalam 16 petridish. Uji daya antibakteri dilakukan dengan cara membagi bagian
bawah petridish yang berisi lempeng BHI-A menjadi 6 bagian kelompok perlakuan,
yaitu kelompok pertama aquadest steril sebagai kontrol negatif, kelompok kedua,
kelompok ketiga, kelompok keempat, kelompok kelima ekstrak kelopak bunga rosela
konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, 100% , dan kelompok keenam kelompok obat kumur
yang mengandung chlorhexidine 0,2%. Kemudian lempeng agar BHI-A tersebut

vii
diinokulasi suspensi S. mutans. Tempatkan cakram yang telah ditetesi 0,5 μL masing-
masing bahan pada lempeng agar BHI-A sesuai dengan tempatnya. Kemudian
seluruh lempeng agar BHI-a yang telah diberi perlakuan dimasukkan kedalam
desikator dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah 24
jam dilakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong.
Data hasil penelitian dilakukan uji normalitas (Kolmogorov –Smirnov) dan
homogenitas (Levene) terlebih dahulu. Hasil yang didapatkan data normal dan
homogen, dengan demikian memenuhi syarat dilakukan uji statistik parametrik One
Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Hasil analisa data menunjukkan
adanya perbedaan bermakna pada kelompok ekstrak teh hijau, artinya ekstrak teh
hijau memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan Porphyromonas
gingivalis. Ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 6,25% tidak berbeda bermakna
apabila dibandingkan dengan metronidazole gel 25%, artinya daya antibakteri
ekstrak teh hijau konsentrasi 100% memiliki daya hambat yang sama besarnya
dengan metronidazole gel 25%.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak teh hijau (Camelia sinensis L) memiliki kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan Porphyromonas gingivalis. Besar daya antibakteri ekstrak teh hijau
dengan konsentrasi 6,25% sama atau setara dengan metronidazole gel 25%, serta
konsentrasi minimal yang dapat menghambat pertumbuhan Porphyromonas
gingivalis adalah ekstrak teh hijau konsentrasi 1,56%.

viii

Anda mungkin juga menyukai