Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria adalah penyakit yang bersifat akut maupun kronik yang disebabkan

oleh protozoa genus plasmodium yang ditandai dengan demam, anemia dan

splenomegali (Mansjoer, 2011). Penyakit ini disebabkan oleh parasit Plasmodium

yang ditularkan oleh Anopheles betina. Pada akhir 2015, sekitar 3,2 milyar orang

tinggal di daerah beresiko penularan malaria di 107 negara dan teritori. Antara 350

dan 500 juta episode klinis malaria terjadi setiap tahun. Setidaknya satu juta

kematian terjadi setiap tahun karena malaria. Sekitar 60% dari kasus malaria di

seluruh dunia dan lebih dari 80% dari kematian di seluruh dunia malaria terjadi di

Afrika selatan Sahara. Malaria masih menjadi masalah kesehatan besar dengan

300-500 juta kasus per tahun dilaporkan (WHO, 2016).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium

yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh

nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki

ataupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang

dewasa. Menurut tingkat endemisitas malaria tahun 2016, sebanyak 48,1%

kabupaten/kota sudah tersertifikasi bebas malaria, 32,2% kabupaten/kota memiliki

status endemis rendah (API<1), 11,7% kabupaten/kota memiliki status endemis

sedang (API 1-5), dan 8,0% kabupaten/kota memiliki status endemis tinggi

(API>5). Secara nasional angka kesakitan malaria selama tahun 2009–2016

1
2

cenderung menurun yaitu dari 1,8 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2009

menjadi 0,84 per 1.000 penduduk berisiko pada tahun 2016. Papua merupakan

provinsi dengan API tertinggi, yaitu 45,85 per 1.000 penduduk. Angka ini sangat

tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya. Empat provinsi dengan API per

1.000 penduduk tertinggi lainnya, yaitu Papua Barat (10,20), Nusa Tenggara Timur

(5,17), Maluku (3,83), dan Maluku Utara (2,44). Sebanyak 83% kasus berasal dari

Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur. (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).

Sindrom klinis yang disebabkan oleh malaria berbeda tergantung apakah

pasien tinggal di daerah dengan penularan malaria endemis yang stabil (terus-

menerus) atau penularan labil (kadang-kadang dan/atau jarang). Pada daerah

dengan penularan stabil, penyakit mempengaruhi anak dan orang dewasa dengan

cara yang berbeda. Anak mengalami infeksi kronis dengan parasitemia berulang

yang mengakibatkan anemia berat dan sering kematian.

Kelompok resiko tinggi yang rawan terinfeksi malaria adalah balita, anak, ibu

hamil dan ibu menyusui. Malaria selain mempengaruhi angka kematian dan

kesakitan balita, anak, wanita hamil dan ibu menyusui juga menurunkan

produktifitas penduduk. Kelompok resiko tinggi yang lain adalah penduduk yang

mengunjungi daerah endemik malaria seperti para pengungsi, transmigrasi dan

wisatawan (Harijanto, 2013).

Malaria dapat menyebabkan kekurangan darah karena sel-sel darah banyak

yang hancur dirusak atau dimakan oleh plasmodium. Malaria juga menyebabkan

splenomegali yaitu pembesaran limpa yang merupakan gejala khas malaria klinik.

Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi malaria.
3

Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut dimana akan terjadi

bengkak, nyeri, hiperemis. Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit

parasit dan jaringan ikat bertambah, yang bisa menyebabkan perdarahan berat

akibat pecahnya kelenjar limpa. Anemia terjadi terutama karena pecahnya sel darah

merah yang terinfeksi, plasmodium falsifarum menginfeksi seluruh stadium sel

darah merah hingga anemia dapat terjadi pada infeksi akut dan kronis (Depkes,

2014).

Peran perawat yang lebih optimal sangat diharapkan dalam menangani

pasien dengan masalah malaria. Diantaranya peran perawat dari aspek preventif

adalah pencegahan terjadinya malaria ataupun penularan penyakit malaria dengan

cara memelihara kebersihan perorangan, pemberian vaksin atau imunisasi

untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Peran perawat dari aspek kuratif

adalah dengan cara memberikan perawatan secara maksimal kepada pasien,

menganjurkan kepada pasien atau keluarga yang menemani untuk menjaga

kebersihan, pemberian nutrisi yang sesuai dan adekuat, menganjurkan istirahat

total atau tirah baring bila terjadi peningkatan suhu tubuh, serta menempatkan

pasien di ruangan khusus, atau isolasi. Peran perawat ditinjau dari aspek

promotif yaitu dengan memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan

tentang penyakit terhadap pasien atau keluarga tentang penyebab, gejala,

perawatan, pengobatan serta pencegahannya. Dari aspek rehabilitatif peran

perawat yaitu dengan pemulihan keadaan pasien yang mengalami penyakit

malaria, seperti menjaga kebersihan lingkungan dan ruangan.


4

Dari data yang di Dinkes Bengkulu, sampai saat ini kasus malaria yang

terjadi setiap tahun masih di atas 4.000 kasus. Hal ini menyebabkan Bengkulu

menempati peringkat enam besar nasional kasus malaria terbanyak. (Dinkes

Bengkulu, 2015). Sepanjang tahun 2017, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten

Mukomuko, mencatat terdapat 97 kasus malaria di Kabupaten Mukomuko. Angka

kasus tersebut jauh lebih sedikit dibandingkan tahun 2016 lalu yang mencapai 180

kasus malaria.

Dari data yang di dapat dari rekam medik RSUD Mukomuko pada tahun 2016

tercatat terdapat 17 orang yang dinyatakan positif malaria, sedangkan pada tahun

2017 terdapat 26 orang dinyatakan positif malaria. Tingginya kejadian Malaria di

tengah-tengah masyarakat perlu dikaji secara mendalam dan diketahui faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Pentingnya kajian mengenai malaria ini maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Dengan Malaria di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Mukomuko Tahun

2018”.

B. Batasan masalah

Batasan penulisan pada studi kasus ini adalah pemberian asuhan keperawatan

pada pasien dengan Malaria yang meliputi tahap pengkajian, penegakan diagnose

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.


5

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai adalah mengetahui secara umum tentang

Malaria dan mendeskripsikan pemberian asuhan keperawatan pada pasien

malaria di RSUD Mukomuko.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah:

a. Mendeskripsikan pengkajian asuhan keperawatan secara komprehensif

pada klien dengan Malaria.

b. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan Malaria.

c. Mendeskripsikan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan masalah

yang dibutuhkan pada klien dengan Malaria.

d. Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan

Malaria.

e. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan

Malaria.

f. Mendeskripsikan pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien

dengan Malaria.

D. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Manfaat bagi mahasiswa adalah untuk memberikan tambahan

pengetahuan atau informasi tentang Malaria dan memberikan masukan yang


6

bermanfaat kepada mahasiswa dalam pembuatan asuhan keperawatan pada

pasien dengan Malaria.

2. Bagi Pasien

Manfaat bagi pasien adalah untuk memberikan tambahan

pengetahuan dan informasi tentang Malaria serta menjadi acuan dalam

memberikan perawatan pada pasien dengan Malaria.

3. Bagi Instansi

a. Pelayanan kesehatan

Manfaat bagi pelayanan kesehatan adalah memberikan

tambahan pengetahuan tentang Malaria kepada pelayan kesehatan,

untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap Malaria, serta

dapat memberikan masukan yang bermanfaat kepada layanan kesehatan

dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan

Malaria.

b. Bagi akademik

Manfaat bagi akademik adalah bentuk sumbangsi kepada

mahasiswa keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan

dan bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan

dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan Malaria.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Malaria

1. Definisi

Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria

(plasmodium) bentuk aseksual yang masuk kedalam tubuh manusia yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit ini

mengancam keluarga miskin dan dapat menjadi salah satu penyebab

penurunan kehadiaran di sekolah dan tempat kerja ( WHO, 2010).

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit

(protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditularkan melalui gigitan

nyamuk Anopheles. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu

mal (buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak

terdapat di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini

juga mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam

tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme

(Prabowo, 2008).

Soemirat (2009) mengatakan malaria yang disebabkan oleh protozoa

terdiri dari empat jenis species yaitu plasmodium vivax menyebabkan

malaria tertiana, plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana,

plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika dan plasmodium

ovale menyebabkan malaria ovale.

7
8

Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit dari

genus plasmodium yang infektif ditularkan melalui gigitan nyamuk

anopheles betina dan dapat menyerang semua kelompok usia terutama

kelompok resiko tinggi (bayi, balita, dan ibu hamil) serta dapat menurunkan

produktifitas kerja ( Kemenkes RI, 2009).

2. Etiologi

Penyebab penyakit malaria adalah parasit malaria, suatu protozoa

dari genus Plasmodium. Saat ini dikenal ada 5 jenis plasmodium yang dapat

menginfeksi manusia secara alami (Harijanto, 2013), yaitu:

a. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika yang sering

menyebabkan malaria yang berat (malaria serebral dengan

kematian) dan mudah menyebabkan resisteni obat. Masa inkubasi

10-12 hari

b. Plasmodium vivax, menyrupakn infeksi yang sering menyebabkan

,alaria tertian/ vivaks (demam tiap hari ketiga), masa inkubasi 14-17

hari.

c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria

quartana/malariae ( demam tiap empat hari ). Masa inkubasi 12-14

hari

d. Plasmodium ovale, memberikan infeksi yang paling ringan dan

dapat sembuh spontan tanpa pengobatan, menyebabkan malaria

ovale. Masa inkubasi 11-16 hari.


9

3. Cara Penularan dan Siklus Hidup

Malaria dapat ditularkan dengan berbagai cara yang pada umumnya

dibagi menjadi 2, secara alamiah dan tidak alamiah :.

1. Penularan secara Alamaiah (Natural Infection) yaitu melalui gigitan

nyamuk anopheles .

2. Penularan tidak Alamiah di bagi atas :

a. Malaria bawaan /congenital, terjadi pada bayi yang baru dilahirkan

karena ibunya menderita penyakit malaria. Penularan terjadi melalui

tali pusat atau plasenta.

b. Secara Mekanik, terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik.

Penularan melalui jarum suntik banyak terjadi pada para morfinis

yang mengggunakan jarum suntik yang tidak steril.

c. Secara Oral, cara penularan ini pernah dibuktikan pada ayam

(plasmodium gallinasium), burung dara (plasmodium relaction), dan

monyet (plasmodium knowlesi).

4. Jenis-jenis malaria

Pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya

antara lain sebagai berikut :

a. Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)

Malaria berat dan ditandai dengan anemia dan sering terjadi komplikasi

menyerang sel darah merah seumur hidup. Inkubasi 10-12 hari


10

b. Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)

Mempunyai tropozoid yang sama dengan plasmodium vivax. Inkubasi

12-14 hari.

c. Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)

Betuk yang paling ringan dari semua malaria. Inkubasi 11-16 hari.

d. Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)

Terinfeksi erotrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit

normal. Inkubasi 14-17 hari.

5. Patofisiologi

Daur hidup spesies malaria pada manusia yaitu:

a. Fase seksual

Fase ini terjadi di dalam tubuh manusia (Skizogoni), dan di

dalam tubuh nyamuk (Sporogoni). Setelah beberapa siklus, sebagian

merozoit di dalam eritrosit dapat berkembang menjadi bentuk- bentuk

seksual jantan dan betina. Gametosit ini tidak berkembang akan mati

bila tidak di hisap oleh Anopeles betina. Di dalam lambung nyamuk

terjadi penggabungan dari gametosit jantan dan betina menjadi zigote,

yang kemudian mempenetrasi dinding lambung dan berkembang

menjadi Ookista. Dalam waktu 3 minggu, sporozoit kecil yang

memasuki kelenjar ludah nyamuk.

Fase eritrosit dimulai dan merozoid dalam darah menyerang

eritrosit membentuk tropozoid. Proses berlanjut menjadi trofozoit-

skizonmerozoit. Setelah 2- 3 generasi merozoit dibentuk, sebagian


11

merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan

infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa

prapaten, sedangkan masa tunas/ incubasi intrinsik dimulai dari

masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis

demam. (Mansjoer, 2011).

b. Fase Aseksual

Terjadi di dalam hati, penularan terjadi bila nyamuk betina yang

terinfeksi parasit, menyengat manusia dan dengan ludahnya

menyuntikkan “ sporozoit “ ke dalam peredaran darah yang untuk

selanjutnya bermukim di sel-sel parenchym hati (Pre-eritrositer). Parasit

tumbuh dan mengalami pembelahan (proses skizogoni dengan

menghasilakn skizon) 6-9 hari kemudian skizon masak dan melepaskan

beribu-ribu merozoit. Fase di dalam hati ini di namakan “ Pra -eritrositer

primer.” Terjadi di dalam darah. Sel darah merah berada dalam sirkulasi

lebih kurang 120 hari. Sel darah mengandung hemoglobin yang dapat

mengangkut 20 ml O2 dalam 100 ml darah. Eritrosit diproduksi oleh

hormon eritropoitin di dalam ginjal dan hati. Sel darah di hancurkan di

limpa yang mana proses penghancuran yang di keluarkan diproses

kembali untuk mensintesa sel eritrosit yang baru dan pigmen bilirubin

yang dikelurkan bersamaan dari usus halus.

Dari sebagian merozoit memasuki sel-sel darah merah dan

berkembang di sini menjadi trofozoit. Sebagian lainnya memasuki

jaringan lain, antara lain limpa atau terdiam di hati dan di sebut “ekso-
12

eritrositer sekunder“. Dalam waktu 48 -72 jam, sel-sel darah merah

pecah dan merozoit yang di lepaskan dapat memasuki siklus di mulai

kembali. Setiap saat sel darah merah pecah, penderita merasa

kedinginan dan demam, hal ini di sebabkan oleh merozoit dan protein

asing yang di pisahkan. Secara garis besar semua jenis Plasmodium

memiliki siklus hidup yang sama yaitu tetap sebagian di tubuh manusia

(aseksual) dan sebagian ditubuh nyamuk.


13

6. WOC Malaria

Gigitan nyamuk Anopheles

Menginvansi sel parenkeim hepar

Pembelahan inti

Merozoit lepas

Masuk sirkulasi darah

Protein membran Menginfeksi eritrosit kompensasi tubuh

Eritrosit terinfeksi MALARIA metebolisme me

Pengikatan khusus Eritrofagositosis Pe suhu tubuh

Pada CD 36 Hb menurun MK :
hipertermia
Sumbatan kapiler O2 dalam darah me

Pe aliran darah
MK: Intoleransi aktifitas

Serebral ginjal suplai O2 ke GI

Hipoksia jaringan darah ke ginjal pe mortalitas usus

Pe kesadaran mengalami penurunan


MK: Defisit
Produksi urine menurun nutrisi
MK: gangguan
perfusi jaringan
serebral MK: Defisit
volume cairan

Bagan 2.1 WOC Malaria


Sumber: Smletzer & Bare (2006); Tambayong (2009); Dongoes (2000); Long, B.C (2006)
14

7. Manifestasi klinis

Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria”

(malaria proxysm) secara berurutan :

a) Periode dingin.

Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering

membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil

sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai

sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai

1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur.

b) Periode panas

Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap

tinggi sampai 40˚C atau lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri

retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok (tekanan darah turun),

kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).

Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau

lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.

c) Periode berkeringat

Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh,

sampai basah, temperatur turun, penderita merasa capai dan sering tertidur.

Bila penderita bangun akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan

biasa.
15

a. Splenomegali

Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala

khas Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi

keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah.

Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar 3

kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada batas

anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada palpasi yang

membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan terdorong ke

bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca dekstra.

b. Anemia

Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat

adalah anemia karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran

eritrosit yang berlebihan Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reduced

survival time). Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis

dalam sumsum tulang (Mansjoer).

c. Ikterus

Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat

kelebihan bilirubin dalam darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel

darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara lain :

1) Ikterus hemolitik

Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang

berlebihan.
16

2) Ikterus hepatoseluler

Penurunan penyerapan dan konjugasi bilirubin oleh hati terjadi pada

disfungsi hepatosit dan di sebut dengan hepatoseluler.

3) Ikterus Obstruktif

Sumbatan terhadap aliran darah ke empedu keluar hati atau melalui

duktus biliaris di sebut dengan ikterus obstuktif.

8. Pemeriksaan diagnostik

a. Pemeriksaan mikroskopis malaria

Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya

didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji

imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam

penderita. Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-

macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis

dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey

epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan.

Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan

ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan

mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan

diagnosis deman malaria.

Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara

pemeriksaan satu hari.


17

Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu

agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan

spesifisitas mencapai 100%).

1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode

demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah

trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup

matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.

2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler

(finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal

dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.

3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies

plasmodium yang tepat.

4) Identifikasi spesies plasmodium

5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies

plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan

obat.

b. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)

Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada

plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan

mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium.

QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan

tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange


18

tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang

tepat sebagai instrumen hitung parasit.

c. Pemeriksaan imunoserologis

Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi

antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik

plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus

dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan

enzim immunoassay.

d. Pemeriksan Biomolekuler

Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA

spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini

menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita

malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA

9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan

tergantung dari jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara

lain sebagai berikut:

a. Malaria Vivax/ Malariae

Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu

di tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg

selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg

/hari selama 14 hari).


19

b. Malaria Ovale

Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100

mg selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10

mg/ kg dengan interval 4-6 jam).

Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang

biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).

c. Malaria Falcifarum

Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet

dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari.

Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan

aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.

10. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit malaria

adalah :

a. Malaria otak

Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian

tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya.

Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala

permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan

kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau

menyeluruh.
20

b. Anemia berat

Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara

mendadak. Hematokrit adalah jumlah sel darah merah dalam darah.

Maka kita dapat menmbandingkan hasil jumlah sel darah terhadap

volume darah dalam satuan persen.

c. Edema paru

Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah

melahirkan.

d. Hipoglikemia

Penderita mengalami penurunan gula darah.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Malaria

Proses keperawatan adalah cara yang sistematis yang dilakukan oleh

perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan

melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan

dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan ynag telah

diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan, pada setiap tahap,

saling terjadi ketergantungan dan slaing ketergantungan (Azimul, Aziz. 2004).

Proses keperawatan terdiri dari tahap pengkajian, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi.

1. Pengkajian

Dasar data pengkajian:

a. Data biografi

Nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, suku dan agama yang di anut.
21

b. Keluhan utama

Badan terasa panas, menggigil, sakit kepala, mual, muntah.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya penyakit malaria adalah demam, anorexia, mual, muntah,

nyeri kepala/pusing, nyeri otot, menggigil.

d. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

Apakah ada riwayat pasien bepergian ke daerah endemic malaria, kontak

dengan nyamuk. Apakah sebelumnya sudah pernah sakit dan dirawat

dengan penyakit malaria.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit malaria, apakah dalam

keluarga ada yang mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes,

hipertensi, jantung, dan apakah dalam keluarga ada yang mempunyai

riwayat penyakit menular seperti hepatitis, TB paru, HIV.

f. Riwayat Psikososial dan spiritual

Biasanya klien cemas, bagaimana mekanisme koping yang digunakan

mengalami gangguan dalam melakukan ibadat karena klien merasa lemah

g. Pengkajian aktifitas sehari-hari

1) Aktivitas/ istirahat

Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum

Tanda : Takikardi, Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.


22

2) Sirkulasi

Tanda : Tekanan darah normal atau sedikit menurun. Denyut perifer

kuat dan cepat (fase demam) Kulit hangat, diuresis (diaphoresis ) karena

vasodilatasi. Pucat dan lembab (vaso kontriksi), hipovolemia,

penurunan aliran darah.

3) Eliminasi

Gejela : Diare atau konstipasi; penurunan haluaran urine

Tanda : Distensi abdomen

4) Makanan dan cairan

Gejala : Anoreksia mual dan muntah

Tanda : Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan, dan

Penurunan masa otot. Penurunan haluaran urine, kosentrasi urine.

5) Neuro sensori

Gejala : Sakit kepala, pusing dan pingsan

Tanda : Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientas deliriu atau koma

6) Pernapasan.

Tanda : Tackipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan

Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas

7) Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Masalah kesehatan kronis, misalnya hati, ginjal, keracunan

alkohol, riwayat splenektomi, baru saja menjalani operasi/ prosedur

invasif, luka traumatik.


23

h. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Melihat Klien apakah tampak gelisah, pakaian klien rapi dan bersih.

2) Kepala, meliputi pemeriksaan

a) Bentuk kepala : meliputi pemeriksaan kulit kepala

b) Rambut, meliputi pemeriksaan: warna dan pertumbuhann.

c) Hidung dan telinga : meliputi pemeriksaan bentuk lubang hidung

kiri dan kanan simetris atau tidak, apakah tidak atau ada cairan dan

tidak atau ada infeksi pada lubang telinga.

d) Mata: meliputi pemeriksaan Sclera, konjungtiva dan bola mata.

e) Mulut dan gigi: meliputi pemeriksaan bentuk, atas`dan bawah ,

bibir, jumlah gigi.

f) Leher: Meliputi pemeriksaan kelenjar tiroid

3) Thoraks: meliputi pemeriksaan bentuk apakah simetris atau tidak.

4) Abdomen: melihat apakah ada atau tidak ada kelainan (benjolan)

5) Ekstermitas: apakah terkoordinasi pergerakan dengan baik atau tidak

baik

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan berdasarkan respon

pasien yang disesuaikan menurut ( SDKI, 2016):

a. Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

DS: pasien mengatakan kurang nafsu makan, mual, muntah


24

DO: - pasien tampak lemah

- pasien hanya menghabiskan makanan sebanyak 3 sendok

- BB SMRS: 48 kg
- BB selama MRS : 47 kg
- TD: 110 / 70 mm Hg
- Nadi : 86 x / menit
- RR : 24 x / menit
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat.

DS: - Pasien mengatakan dalam sehari hanya minum sebanyak 3-

4 gelas

- pasien mengatakan badannya terasa lemas

- pasien mengatakan selalu merasa haus


DO: -Turgor kulit jelek
-mata cekung
-mukosa bibir kering
-RR: 18x/menit
- N:80x/menit
- TD= 110/70mmHg
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme,

dehidrasi, efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus.

DS: - Pasien mengatakan badannya menggigil


DO: - Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak menggigil
- Mukosa bibir kering
- T : 38˚ c
- RR: 24 x / menit
25

- Nadi : 86 x/ menit
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan

komponen seluler yang di perlukan untuk pengiriman oksigen dan

nutrient dalam tubuh.

DS: - Pasien mengatakan kelapanya terasa pusing

- Pasien mengatakan ekstremitasnya terasa lemah

- Klien mengatakan merasa mual

DO: - Perubahan tanda vital


- Perubahan pola napas, bradikardia
- Nyeri kepala
- Muntah
- Kelemahan motorik
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai O2

dalam darah

1) Data mayor

DS: Mengeluh lelah

DO: frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat

2) Data minor

DS:

a) Dyspnea setelah aktivitas

b) Merasa tidak nyaman setelah beraktifitas

c) Merasa lelah

DO:

a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat


26

b) Gambarat EKG menunjukkan aritmia

c) Sianosis

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah rencana keperawatan yang akan

penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan

sehingga kebutuhan klien dapat terpenuh. Dalam teori perencanaan

keperawatan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan

Nursing Intervension Clasification (NIC) dan Nursing Outcome

Clasification (NOC)(Judith et al, 2012).

Perencanaan keperawatan disesuaikan dengan kondisi klien dan

fasilitas yang ada dengan Spesifik, Mearsure, Archievable, Rasional, Time

(SMART) selanjutnya akan diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa

yang ditegakkan (Judith et al, 2012).


27

Table 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan


(Bulechek, 2013), (Moorhead, 2013)

No. Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Defisit nutrisi NOC: NIC:
berhubungan
dengan suplai O2 Setelah dilakukan Manajemen nutrisi: 1. Mencegah terjadinya dampak alergi
ke gastro intestinal intervensi perawatan terhadap makanan tertentu
diharapkan: 1. Catat adanya alergi makanan 2. Mempermudah pasien untuk memilih
menurun 2. Ajarkan pasien bagaimana
Status nutrisi : Asupan makanan yang sesuai target gizi
nutrisi : membuat catatan makanan harian 3. Untuk meningkatkan nafsu makan
3. Ciptakan lingkungan yang
1. Tidak adekuat optimal pada saat mengkonsumsi
2. Sedikit adekuat makanan ( misal, bersih,
3. Cukup berventilasi, santai, dan bebas dari
4. Sebagian besar bau yang menyengat ).
5. Sepenuhnya 4. Lakukan atau bantu pasien terkait
Hasil yang diharapkan dengan perawatan mulut sebelum
adalah indikator 4-5 makan
dibuktikan dengan kriteria : 5. Pastikan makanan yang disajikan 4. Untuk meningkatkan nafsu makan
dengan cara menarik
1. Adanya peningkatan 6. Sajikan makanan dalam kondisi
berat badan sesuai hangat
dengan tujuan 7. Berikan makan sedikit tapi sering
2. Nafsu makan meningkat 8. Monitor kalori & asupan makan
3. Intake & output 5. Untuk meningkatkan nafsu makan
9. Monitor kecenderungan
seimbang terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
28

4. Tidak ada tanda-tanda Kolaborasi: 6. Makanan yang hangat dapat menigkatkan


malnutrisi nafsu makan
5. Mampu 10. Tentukan jumlah kalori dan jenis
mengidentifikasi nutrisi yang dibutuhkan untuk 7. Porsi yang kecil tapi sering, membantu
kebutuhan nutrisi memenuhi persyaratan gizi dalam memenuhi nutrisi yang adekuat
6. Tidak terjadi penurunan 11. Berikan informasi tentang 8. Untuk mengetahui adanya perubahan status
berat badan yang bearti kebutuhan nutrisi nutrisi
12. Beri obat-obatan sebelum makan (
misalnya, penghilang rasa sakit,
antiemetic ) jika diperlukan. 9. Untuk Mengetahui tanda-tanda malnutrisi
13. Pastikan diet mencakup makan
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi. 10. Asupan gizi yang tepat dapat menambah
asupan gizi dalam tubuh

11. Untuk meningkatkan pengetahuan pasien


dan keluarga tentang jumlah asupan nutrisi
yang dibutuhkan tibuh.

12. Mencegah terjadinya mual muntah saat


makan

13. Untuk memperlancar BAB


29

2. Defisit volume NOC: NIC:


cairan
berhubungan Keseimbangan cairan: Manajemen cairan:
dengan intake yang 1. Agar dapat segera dilakukan tindakan jika
1. Berat 1. Monitor status hidrasi ( misal, terjadi syok
tidak adekuat. 2. Cukup membran mukosa lembab, denyut
3. Sedang nadi adekuat, dan tekanan darah
4. Ringan osmotik ) 2. Untuk mengetahui balance cairan dalam
5. Tidak ada 2. Jaga intake / asupan yang akurat tubuh/ homeostatis
Hasil yang diharapkan dan catat output (pasien) 3. Mengetahui dengan cepet penyimpangan
adalah indikator 4-5 3. Monitor tanda-tanda vital dari keadaan normalnya.
dibuktikan dengan kriteri: 4. Tingkatkan asupan oral ( misal, 4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk
menawarkan minum diantara menambah volume cairan tubuh.
1. Kelopak mata tidak waktu makan) yang sesuai.
cekung 5. Memenuhi kebutuhan dengan mendukung
5. Dukung pasien dan keluarga partisipasi dan kemandirian pasien
2. Turgor kulit baik untuk membatu dalam pemberian
3. Membrane mukosa makan dengan baik.
tetap lembab
4. Pengisian kapiler merah Kolaborasi
muda. 6. Pemberian cairan IV sangant penting bagi
5. Tanda-tanda vital dalam 6. Berikan terapi IV, seperti yang klien yang mengalami defisite volume
batas normal ditentukan cairan untuk memenuhi kebutuhan cairan
7. Berikan cairan dengan tepat 7. Untuk menghindari terjadinya hipertermi
apabila terjadi dehidrasi.

3. Hipertermia NOC: NIC :


berhubungan
dengan Kontrol resiko: hipertermia Perawatan hipertermia:
peningkatan 1. Tidak pernah 1. Longgarkan atau lepaskan pakaian 1. Untuk mempermudah penguapan tubuh
metabolisme, 2. Jarang 2. Monitor suhu tubuh menggunakan 2. Untuk mendapatkan hasil yang akurat
dehidrasi, efek 3. Kadang-kadang alat yang sesuai ( misalnya,
langsung sirkulasi 4. Sering
30

kuman pada 5. Secara konsisten pemeriksan rectal atau esophagus 3. Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan
hipotalamus. Hasil yang diharapkan ) penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
adalah indikator 4-5 3. Berikan cairan rehidrasi oral diimbangi dengan asupan cairan yang
dibuktikan dengan kriteri: 4. Tingkatkan sirkulasi udara, jika banyak
jendela terbuka harus ditutup. 4. untuk menciptakan lingkungan yang
1. Suhu tubuh normal 5. berikan metode pendinginan nyaman
( 36˚C – 37,2˚C) eksternal (kompres hangat ) sesuai 5. Pemberian kompres akan membantu
2. Tidak mengalami kebutuhan. menurunkan suhu tubuh.
pusing 6. Instruksikan pasien mengenai 6. Agar lebih cepat diberikan tidakan apabila
3. Tidak menggigil tanda dan gejala awal dari kondisi terjadi kegawatan.
4. Mukosa bibir sakit yang berhubungan dengan
lembab panas dan kapan mencari petugas
5. Tidak ada kesehatan.
perubahan warna
kulit Kolaborasi:
6. Akral hangat
7. Tidak ada kejang 7. Pasang akses IV 7. Untuk mempermudah dalam pemberian
Monitor tanda vital terapi.

8. Monitor TD, nadi, suhu dan RR Monitor tanda vital


setiap ± 4 jam 8. Dapat menunjukkan intervensi selanjutnya
9. Monitor frekuensi dan irama 9. Peningkatan upaya pernapasan dapat
pernapasan menunjukkan derajat hipoksemia
10. Monitor pola pernapasan 10. Mengetahui adanya suara tambahan
abnormal 11. Penurunan dan peningkatan nadi adalah
11. Monitor kualitas dari nadi manifestasi yang menunjukkan kondisi
12. Monitor suhu, warna dan pasien memburuk
kelembaban kulit 12. Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi
berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi
dan integritas jaringan pada tingkat seluler
31

4. Perubahan perfusi NOC : NIC :


jaringan
berhubungan Perfusi jaringan perifer: Manajemen sensasi perifer
dengan penurunan 1. Gangguan berat 1. Tinggikan bagian kepala tempat 1. Meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas
komponen seluler 2. Gangguan cukup berat tidur pasien 30 derajat (semi bawah pasien
yang di perlukan 3. Gangguan sedang fowler)
untuk pengiriman 4. Gangguan ringan 2. Monitor adanya tanda trombo
oksigen dan 5. Tidak ada gangguan plebitis (nyeri pada betis dengan 2. Indikator adanya thrombosis vena dalam
nutrient dalam Hasil yang diharapkan posisi dorsofleksi)
tubuh. adalah indikator 4-5 3. Observasi kulit terhadap pucat,
dibuktikan dengan kriteria: sianosis, belang, kulit 3. Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh
dingin/lembab penurunan curah jantung
1. pengisian kapiler jari 4. Pertahankan suhu ruangan tetap
tangan baik nyaman 4. Temperature dingin menyebabkan
2. Pengisian kapiler jari 5. Cek frekuensi nadi perifer pasien vasokontriksi pembuluh darah
kaki baik setiap 4 jam. Dokumentasikan ada 5. Denyut nadi perifer yang dapat dipalpasi dan
3. Suhu kulit ujung kaki atau tidaknya nadi dan intensitas kuat mengindikasikan aliran arteri baik.
dan tangan normal masing-masing dan gunakan Dokumentasi menyatakan perubahan dari
4. Kekuatan denyut nadi detektor aliran darah ultrasonik satu pengkajian ke pengkajian berikutnya
karotis (kanan) normal bila tersedia.
6. Pertahankan ekstremitas pasien 6. Jangan gunakan bantalan pemanas atau botol
tetap hangat air panas, karena dengan botol masalah
vaskuler perifer dapat mengalami gangguan
dalam sensasi dan tidak akan menentukan
jika suhu panas merusak jaringan,
penggunaan pemanas eksternal juga dapat
meningkatan kebutuhan metabolis dari
jaringan melewati kapasitasnya
32

5. Intoleransi NOC : NIC :


aktifitas
berhubungan Konservasi energi : Manejemen Energy
dengan penurunan 1. Gangguan berat 1. Anjurkan pasien istirahat dalam 1. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
suplai O2 dalam 2. Gangguan cukup berat 12 jam pertama jaringan perifer sehingga akan menurunkan
darah. 3. Gangguan sedang 2. Observasi adanya pembatasan kebutuhan miokardium dan akan
4. Gangguan ringan klien dalam melakukan aktivitas meningkatkan suplai darah dan oksigen ke
5. Tidak ada gangguan 3. Dorong klien untuk miokardium yang membutuhkan O2 untuk
Hasil yang diharapkan mengungkapkan perasaan menurunkan iskemia
adalah indikator 4-5 terhadap keterbatasan 2. Aktivitas yang berlebihan akan
dibuktikan dengan kriteria: 4. Kaji adanya faktor yang meningkatkan kerja miokard
menyebabkan kelelahan 3. Keterbatasan dalam beraktivitas harus
1. Menyeimbangkan 5. Monitor klien akan adanya diketahui gunanya untuk mengidentifikasi
aktivitas dan istirahat kelelahan fisik dan emosi secara masalah
2. Menyadari keterbatasan berlebihan 4. Kelelahan diatasi untuk meningkatkan
energy 6. Tingkatkan tirah baring, istirahat kemampuan toleran terhadap aktivitas
3. Mengatur jadwal (di tempat tidur/kursi) 5. Kelelahan dan emosi berlebihan
aktivitas untuk meningkatkan kerja jantung
menghemat energy 6. Menurunkan kerja miokard dan konsumsi
4. Melaporkan kekuatan Terapi Aktivitas oksigen, menurunkan resiko komplikasi
yang cukup untuk 7. Aktivitas yang memerlukan menahan napas
beraktivitas 7. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas yang dan menunduk dapat mengakibatkan
mampu dilakukan bradikardi, jadi menurunkan curah jantung
8. Bantu untuk memilih aktivitas 8. Peningkatan aktivitas dilakukan secara
konsisten yang sesuai dengan bertahap untuk menghindari serangan
kemampuan fisik, psikologi dan 9. Alat bantu diberikan untuk mobilisasi tanpa
social pengeluaran banyak energi
9. Bantu untuk mendapatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda
4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang merupakan komponen proses keperawatan adalah

kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tindakan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan

dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2010). Implementasi menuangkan

rencana asuhan kedalam tindakan setelah rencana dikembangkan, sesuai

dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat melakukan intervensi

keperawatan spesifik, yang mencangkup tindakan perawat. rencana

keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi.tujuan dari implementasi

adalah membantu klien dalam mencapai peningkatan kesehatan baik yang

dilakukan secara mandiri ataupun kolaborasi dan rujukan (Potter, 2005).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan. Tahap

akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan

melihat perkembangan klien. Evaluasi klien Malaria dilakukan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan dan menggunakan SOAP

(subjektif, objektif, analisa dan perencanaan) ( Potter & perry, 2012).

Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap

tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan, tahap

akhir yang bertujuan untuk mencapai kemempuan klien dan tujuan dengan

33
34

melihat perkembangan klien. Evaluasi klien Malaria dilakukan berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya pada tujuan (Potter 2005).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan /Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif bentuk studi kasus untuk

mengeksplorasikan masalah asuhan keperawatan klien dengan Malaria di

ruang perawatan penyakit dalam RSUD Mukomuko.Pendekatan yang

digunakan adalah pendekatan asuhan keperarawatan yang meliputi

pengkajian, analisa data, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,

dan evaluasi.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian dalam asuhan keperawatan ini adalah klien

dengan Malaria di ruang perawatan penyakit dalam RSUD Mukomuko yang

berjumlah 1 orang dengan perawatan minimal 3 hari.

C. Batas Istilah (Definisi Operasional)

Asuhan keperawatan dalam penelitian ini adalah pemberian

pelayanan keperawatan berupa terapi farmakologi mauapun non

farmakologi pada pasien Malaria dan diberikan minimal 3 hari perawatan.

Pasien adalah penderita malaria baik laki-laki maupun perempuan dan dirawat di

ruang rawat inap penyakit dalam RSUD Mukomuko. Malaria adalah diagnosis

yang ditetapkan oleh dokter dan tertulis di rekam medik.

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan diruang mawar RSUD Mukomuko, dimana

ruang mawar adalah ruangan khusus penyakit dalam, penelitian dimulai dari

35
36

melakukan pengurusan surat penelitian sampai pengurusan surat telah

selesai penelitian yang dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2018

dengan waktu intervensi keperawatan dilakukan selama 3 hari.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian diawali dengan penyusunan usulan proposal tentang

penyakit malaria dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan

teori asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien

dengan Malaria Di Ruang Perawatan Penyakit Dalam RSUD Mukomuko

Tahun 2018, setalah disetujui oleh penguji proposal maka tahap yang

dilakukan adalah penyusunan proposal, pengurusan surat izin penelitian,

analisa kasus, persetujuan responden, pengkajian, analisa data, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi, persiapan pasien pulang,

serta surat perizinan telah selesai penelitian.

F. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan data

a. Wawancara (hasil anamnesis yang harus didapatkan berisi

tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit

sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,

riwayat psikologi, pola pola fungsi kesehatan), (sumber data bisa

dari klien keluarga dan dari perawat lainnya).

b. Obsevasi dan pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum,

pemeriksaan integumen, pemeriksaan kepala leher, pemeriksaan

dada, pemeriksaan abdomen, pemeriksaan inguinal, genetalia,


37

anus, ekstremitas, pemeriksaan system imun/hematologi (dengan

pendekatan: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem

tubuh klien. Data fokus yang harus didapatkan adalah pada sistem

imun/hematologi.

c. Studi dokumentasi dan instrument dilakukan dengan mengambil

data dari MR (Medical Record), mencatat pada status pasien,

mencatat hasil laboratorium, melihat cataan harian perawat

ruangan, mencatat hasil pemeriksaan diagnostik.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data mengunakan format

pengkajian asuhan keperawatan sesuai ketentuan yang ada di prodi

DIII keperawatan Poltekkes Kemenkes Bengkulu, data di status klien,

dan data laboratorium, alat pemeriksaan fisik.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan oleh peneliti dengan cara peneliti

mengumpulkan data secara langsung pada pasien dengan menggunakan

format pengkajian yang baku dari kampus, yang dilakukan 6 jam sesuai

jadwal dinas perawat diruang teratai selama 4 hari berturut turut.

Pengumpulan data dilakukan pada catatan medis / status pasien, anamnesa

dengan klien langsung, anamnesa dengan kelurga klien, dokter, dan perawat

ruangan agar mendapatkan data yang valid, disamping itu untuk menjaga

validitas dan keabsahan data peneliti melakukan obsevasi dan pengukuran


38

ulang terhadap data data klien yang meragukan yang ditemukan melaui data

sekunder meliputi tanda-tanda vital.

H. Analisis Data

Analisi data dilakukan sejak peneliti berada di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul, analisa data

dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan data

penunjang, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam bentuk pembahasan, tekhnik analisa yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban jawaban dari penelitian yang

diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian.

Tekhnik analisis digunakan dengan cara observasi, wawancara,

pemeriksaan fisik dan data penunjang oleh peneliti dan studi dokumentasi

yang menghasilkan data selanjutnya dimana data di interpretasikan oleh

peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn.
H dengan diagnosa medis Malaria yang dilakukan pada tanggal 19-21 Juli 2018.
Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. Pengkajian ini dilakukan dengan metode auto anamnesa
(wawancara dengan klien langsung), dan allo anamnesa (wawancara dengan
keluarga atau orang terdekat), tenaga kesehatan lain (perawat ruangan),
pengamatan, observasi, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan
keperawatan.

A. Pengkajian Kasus
1. Identitas Klien
Pengkajian melalui anamnesa pada hari Rabu, 19 Juli 2018 jam
10.00 WIB di ruang rawat inap Mawar RSUD Mukomuko, dan dari rekam
medis hasil pengkajian didapat Tn. H usia 33 tahun, jenis kelamin laki-aki,
agama Islam, status menikah, pendidikan terakhir SMA, suku bangsa Jawa,
bahasa yang digunakan bahasa Indonesia, berasal dari Pondok Suguh,
nomor registrasi 150083. Penanggung jawab Ny. J alamat Pondok Suguh,
selaku istri pasien. Pasien masuk ke ruang Rawat Inap Mawar pada tanggal
19 Juli 2018 pukul 09.00.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Klien datang ke UDG RSUD Mukomuko dengan keluhan utama
yang dirasakan demam dan meggigil.
b) Keluhan Saat Dikaji
Sejak 4 hari sebelum masuk Rumah Sakit klien mengatakan
lemas, demam tinggi, menggigil sering seluruh badan bergetar dan

39
40

gigi-gigi saling terantuk, suhunya naik turun, tidak nafsu makan,


mual dan muntah, minum sedikit, merasa selalu haus. Klien
sempat minum obat paracetamol yang diberi dari Puskesmas tapi
tidak ada perubahan juga. Pada tangal 19 Juli 2018 jam 08.30
kedaan klien bertambah buruk demam tidak turun-turun dan
menggigil hebat padahal klien sudah pakai selimut, dan keluarga
memutuskan membawa klien ke RSUD Mukomuko.
c) Riwayat Penyakit Masa Lalu
Klien mengatakan pernah tidak pernah mengalami penyekit
masa lalu, klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi
d) Genogram
Gambar 4.1 Genogram 3 Generasi

Keterangan:

: laki-laki : Tinggal serumah

: Meninggal

: Perempuan : Garis pernikahan

: Pasien : Garis keturunan


41

e) Riwayat Psikososial dan Spiritual


Klien mengatakan keluarga adalah orang yang sangat berarti dalam
hidupnya, komunikasi di dalam keluarga terjalin dengan baik dan setiap
pengambilan keputusan diambil dengan musyawarah dimana pengambilan
keputusan diambil oleh klien selaku kepala keluarga. Klien mengatakan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan klien juga mempunyai usaha counter
HP di rumah. Klien yakin dirinya akan sembuh dan dapat kembali
berkumpul dengan keluarga di rumah serta teman-teman sebaya pasien dan
tidak membuat ibu dan ayah nya khawatir. Klien juga mengatakan tidak ada
nilai keyakinan yang bertentangan dengan kesehatannya, sebelum sakit
pasein rajin beribadah menjalankan sholat lima waktu, selama dirawat di
rumah sakit klien tetap menjalankan sholat 5 waktu di tempat tidur dan
selalu berdoa untuk kesembuhan dirinya.
f) Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama seperti pasien yaitu Malaria. Dalam keluarganya juga tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes, kanker, dan
penyakit menular seperti TB, HIV, hepatitis. Dalam lingkungan tempat
tinggal juga tidak ada yang mengidap malaria.
42

g) Pola Kebiasan
Table 4.1 pola kebiasaan

Hal yang dikaji Pola kebiasaan


Dirumah Dirumah sakit
1. Pola nutrisi
- Frekuensi makan 3 kali sehari 3 kali sehari
- Nafsu makan Baik Kurang baik karena nafsu
makan kurang serta mual,
muntah
- Porsi makan yang 1 porsi ½ porsi
dihabiskan Tidak ada Tidak ada
- Makanan yang tidak disukai Tidak ada Tidak ada
- Makanan yang membuat
alergi Tidak ada Tidak ada
- Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
- Penggunaan obat-obatan
sebelum makan Tidak ada Tidak ada
- Penggunaan alat batu (ngt,
dll) Kurang lebih 8 (1200 cc) Kurang lebih gelas 3 (600
- Frekuensi minum gelas perhari cc) gelas perhari

2. Pola Eliminasi
1) BAK
- Frekuensi 6-7 kali perhari 4x (kurang lebih 800 cc
setiap kali berkemih)
perhari
-
Warna Kuning jernih Kuning
-
Keluhan Tidak ada Tidak ada
-
Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
(kateter, dll)
2) BAB
- Frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari
- Waktu Tidak menentu Tidak menentu
- Konsistensi Padat Padat
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Penggunaan laxative Tidak ada Tidak ada
3. Pola Personal Hygiene
1) Mandi 2 kali sehari Belum pernah mandi
- Frekuensi Pagi, sore hanya di lap saja
- Waktu
2) Oral hygiene
- Frekuensi 2 kali sehari Dilap sore hari
- Waktu Pagi dan sore 2 kali sehari
3) Cuci rambut
- Frekuensi 1 kali sehari Pagi dan sore
- Waktu Sore hari Belum pernah cuci rambut
4. Pola Istirahat Dan Tidur
- Lama tidur siang 2 jam 1 jam
- Lama tidur malam 8 jam 6 jam
- Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
5. Pola Aktifitas Dan Latihan
- Waktu Bekerja Tempat tidur saja
43

Pasien bekerja dari pagi


- Olahraga sampai malam Tidak pernah
- Jenis Olahraga Tidak pernah -
- Frekuensi Olahraga - -
- Keluhan Dalam Beraktifitas - Lemah, pusing saat
(menggunakan pakaian, - bangun tidur dan duduk.
,mengerakan tubuh, sesak
setelah beaktifitas)
6. Kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan
1. Merokok
- Frekuensi Tidak merokok Tidak merokok
- Jumlah Tidak merokok Tidak merokok
- Lama Pemakaian Tidak merokok Tidak merokok
2. Minuman Keras
- Frekuensi Tidak merokok Tidak merokok
- Jumlah Tidak merokok Tidak merokok
- Lama Pemakaian Tidak merokok Tidak merokok

3. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan umum
Didapatkan data keadaan umum tampak lemah, tingkat kesadaran
composmentis dengan skor GCS 15, tekanan darah 120/70 mmHg,
Nadi 90x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 39 0C, berat badan
pasien 60 kg dan tinggi badan 168 cm, dan ciri-ciri tubuh agak kurus.
b) Sistem penglihatan
Posisi mata simetris kiri dan kanan, kelopak mata tidak terdapat lesi
maupun edema, bagian kornea mata bulat dan bening, konjungtiva
anemis, sclera an ikterik, palpebral tidak terdapat edema, pupil
isokor dan repleks mengecil saat terkena cahaya, tidak ada tanda-
tanda radang pada mata, pasien tidak menggunakan kaca mata dan
lensa kotak.
c) Sistem pendengaran
Struktur telingan baik tidak ada yang kurang, telinga simetris kiri
dan kanan, daun telingah utuh, membrane timpani utuh, tidak ada
perasaan penuh didalam telinga, tidak ada cairan dari dalam telinga,
fungsi pendengaran baik, tidak ada gangguan keseimbangan antara
telinga, serta pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
44

d) Sistem wicara
Pasien berbicara dengan baik, pasien mengunakan komunikasi
dengan baik kepada perawat saat dilakukan pengkajian dan tindakan
keperawatan.
e) Sistem pernapasan
Tidak ada tanda-tanda pasien mengalami sesak nafas ditandai
dengan pernafasan 20 x/menit, suara nafas vesikuler, irama napas
regular, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, ekspansi dada
mengembang maksimal, pasien tidak mengalami batuk, tidak
mengeluarkan sputum dan darah, pasien dapat bernapas tanpa
menggunakan alat bantu.
f) Sistem pencernaan
Membran mukosa kering, keadaan mulut dimana gigi kurang bersih
terdapat karies, lidah kotor, tidak ada stomatitis, bibir kering dan
pecah-pecah, pasien mengalami mual, bising usus terdengar 17 kali
dalam satu menit, tidak konstipasi feses, konsistensi feses padat,
warna kuning kecoklatan, ada pembesaran limfa, abdomen nyeri
tekan dan lepas.
g) Sistem kardiovaskuler
Saat dipalpasi tidak ditemuan masalah pada sistem kardiovaskuler
dimana tidak ada tanda-tanda palpitasi/aritmia dan sistem
hematologi, frekuensi nadi 90 x/menit, tekanan darah 120/70
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperature kulit panas
dengan suhu 39 c tidak ada edema, tidak ada sakit dada, pasien
tampak pucat, pada saat dilakukan pemeriksaan neurologi pasien
mengeluh pusing.
h) Sistem perkemihan
Tidak ada pembesaran pada abdomen, tidak ada pembesaran pada
area kandung kemih, tidak ada pembesaran ginjal, saat dilakukan
palapsi ginjal tidak terasa nyeri, saat di inspeksi genetalia luar
simetris kiri dan kanan, rambut pubis tumbuh merata, tidak ada
45

edema, lesi dan kebersihan yang kurang, tidak ada keluar cairan dari
lubang uretra, bau khas, tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak,
karakteristik urin berwarnah kuning, bau urin khas amoniak, tidak
terdapat nyeri saat buang air kecil.
i) Sistem integument
Tidak ditemukan pigmentasi pada kulit, warna kulit sawo matang ,
capillary refill time < 3 detik, turgor kulit tidak elastis, kebersihan
kulit bersih, kulit kering dan panas,tidak ada bekas operasi pada
kulit, tidak ada gatal-gatal pada kulit, pasien tampak berbaring dan
beraktifitas secara mandiri, kondisi pemasangan infus tidak ada
masalah.
4. Data Penunjang

Tabel 4.2 Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 19 Juli 2018

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

1. Hemoglobin 14,8 Laki-laki :37-47 %


Perempuan: 40-54
2. Leukosit 8700 4000-10.000 Mm3
3. Trombosit 210.000 150.000-400.000 Mm3
4,5-5,5 Juta/mm3
4. Hematokrit 34 %
0-1 %
5. Basofil 0 %
1-3
6. Eosinofil 0 %
2-6
7. Batang 5 %
50-70
8. Sigmen 70 %
20-40
9. Limfosit 20 %
2-8
10. Monosit 5
Negatif
11. DDR (malaria) (+) plasmodium
vivax
46

Table 4.3 Terafi Obat

Tangal 19-21 Juli 2018


Obat Dosis/cara pemberian Jam pemberian
IVFD Rl 20 Tetes/ Menit 3 kolf perhari
Obat Parenteral
- Ranitidine 2x1 amp/Iv 09.00 ; 21.00
Obat oral
- Paracetamol 3x1 3x1/Oral 13.00 ; 19.00 ; 07.00 (Setelah
Makan)
4-4-2 13.00 ; 19.00 ;07.00(Setelah
- Kloroquin
Makan)
1x1 13.00; (setelah Makan)
- Clobazam

5. Analisa Data

Tabel 4.4 Analisa Data


Nama Pasien : Tn. W Ruangan : Mawar
Umur : 33 Tahun No.Register : 150083

NO SIGN/SYMPTOM ETIOLOGI MASALAH

Do:
- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan minum
sedikit
- Pasien mengatakan pusing
- Pasien mengatakan selalu
haus
1 Ds: Intake yang tidak
Defisit volume cairan
- Turgor kulit jelek adekuat
- Kulit panas
- TD: 100/70mmHg
- N: 80x/menit
- R: 20x/menit
- S: 39˚C
- Membran mukosa kering
- Kedaan umum: lemah
Ds:
- Pasien mengatakan badannya Efek langsung
2 panas sirkulasi kuman pada
Hipertermia
- Pasein mengatakan pusing hipotalamus.
- Pasien mengatakan sering
merasa haus
47

Do:
- Hasil pemeriksaan suhu 39’ c
- Turgor tidak elastis
- Mukosa bibir kering
- Kulit kering
Do:
- Pasien mengetakan mual
- Pasien mengatakan muntah
- Pasien mengatakan tidak
nafsu makanpasien
mengatakan lemas
3 Nausea (mual),
Risiko Defisit Nutrisi
DO: muntah, anoreksia
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak mual dan
muntah
- Pasien tampak tidak
Menghabiskan 1/2 porsi
makanan

B. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.5 Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien :Tn. H Ruangan : Mawar
Umur : 33 Tahun No.Register : 150083
TANGGAL NAMA & TANGGAL NAMA &
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL PARAF TERATASI PARAF

1 Defisit volume cairan berhubungan


dengan intake yang tidak adekuat
19 Juli 2018 Marlia 21 Juli 2018 Marlia
2 Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi virus
19 Juli 2018 Marlia 21 Juli 2018 Marlia
4 Defisit nutrisi berhubungan dengan
mual, muntah, anoreksia
19 Juli 2018 Marlia 21 Juli 2018 Marlia
48

C. Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.6 Perencanaan Keperawatan
Nama Pasien : Tn.H Ruangan : Mawar
Umur : 33 Tahun No.Register : 150083

No. Diagnosa Tujuan & Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Defisit nutrisi NOC: NIC:
berhubungan
dengan suplai O2 Setelah dilakukan Manajemen nutrisi:
ke gastro intestinal intervensi perawatan
diharapkan: 1. Catat adanya 1. Mencegah terjadinya
menurun alergi makanan dampak alergi
Status nutrisi : Asupan
nutrisi : 2. Ajarkan pasien terhadap makanan
bagaimana tertentu
1. Tidak adekuat membuat catatan 2. Mempermudah
2. Sedikit adekuat makanan harian pasien untuk memilih
3. Cukup 3. Ciptakan makanan yang sesuai
4. Sebagian besar lingkungan yang target gizi
5. Sepenuhnya optimal pada saat 3. Untuk meningkatkan
Hasil yang diharapkan mengkonsumsi nafsu makan
adalah indikator 4-5 makanan ( misal,
dibuktikan dengan bersih,
kriteria : berventilasi,
santai, dan bebas
1. Adanya peningkatan dari bau yang
berat badan sesuai menyengat ).
dengan tujuan 4. Lakukan atau 4. Untuk meningkatkan
2. Nafsu makan bantu pasien nafsu makan
meningkat terkait dengan
3. Intake & output perawatan mulut
seimbang sebelum makan
4. Tidak ada tanda- 5. Pastikan makanan 5. Untuk meningkatkan
tanda malnutrisi yang disajikan nafsu makan
5. Mampu dengan cara
mengidentifikasi menarik
kebutuhan nutrisi 6. Sajikan makanan 6. Makanan yang
6. Tidak terjadi dalam kondisi hangat dapat
penurunan berat hangat menigkatkan nafsu
badan yang bearti 7. Berikan makan makan
sedikit tapi sering
49

8. Monitor kalori & 7. Porsi yang kecil tapi


asupan makan sering, membantu
9. Monitor dalam memenuhi
kecenderungan nutrisi yang adekuat
terjadinya 8. Untuk mengetahui
penurunan dan adanya perubahan
kenaikan berat status nutrisi
badan
Kolaborasi:
9. Untuk Mengetahui
10. Tentukan jumlah tanda-tanda
kalori dan jenis malnutrisi
nutrisi yang
dibutuhkan untuk 10. Asupan gizi yang
memenuhi tepat dapat
persyaratan gizi menambah asupan
11. Berikan informasi gizi dalam tubuh
tentang kebutuhan 11. Untuk meningkatkan
nutrisi pengetahuan pasien
12. Beri obat-obatan dan keluarga tentang
sebelum makan ( jumlah asupan nutrisi
misalnya, yang dibutuhkan
penghilang rasa tibuh.
sakit, antiemetic )
jika diperlukan. 12. Mencegah terjadinya
13. Pastikan diet mual muntah saat
mencakup makan makan
tinggi serat untuk
mencegah 13. Untuk memperlancar
konstipasi. BAB
2. Defisit volume NOC: NIC:
cairan
berhubungan Keseimbangan cairan: Manajemen cairan:
dengan intake yang 1. Agar dapat segera
1. Berat 1. Monitor status dilakukan tindakan
tidak adekuat. 2. Cukup hidrasi ( misal, jika terjadi syok
3. Sedang membran mukosa
4. Ringan lembab, denyut
5. Tidak ada nadi adekuat, dan 2. Untuk mengetahui
Hasil yang diharapkan tekanan darah balance cairan
adalah indikator 4-5 osmotik ) dalam tubuh/
dibuktikan dengan 2. Jaga intake / homeostatis
kriteri: asupan yang 3. Mengetahui dengan
akurat dan catat cepet penyimpangan
1. Kelopak mata tidak output (pasien)
cekung dari keadaan
3. Monitor tanda- normalnya.
2. Turgor kulit baik tanda vital
3. Membrane mukosa 4. Asupan cairan
4. Tingkatkan asupan sangat diperlukan
tetap lembab oral ( misal,
4. Pengisian kapiler untuk menambah
menawarkan volume cairan
merah muda. minum diantara tubuh.
50

5. Tanda-tanda vital waktu makan) 5. Memenuhi


dalam batas normal yang sesuai. kebutuhan dengan
5. Dukung pasien mendukung
dan keluarga untuk partisipasi dan
membatu dalam kemandirian pasien
pemberian makan 6. Pemberian cairan
dengan baik. IV sangant penting
bagi klien yang
Kolaborasi mengalami defisite
6. Berikan terapi IV, volume cairan untuk
seperti yang memenuhi
ditentukan kebutuhan cairan
7. Berikan cairan 7. Untuk menghindari
dengan tepat terjadinya
hipertermi apabila
terjadi dehidrasi.

3. Hipertermia NOC: NIC :


berhubungan
dengan Kontrol resiko: Perawatan hipertermia:
peningkatan hipertermia
13. Longgarkan atau 1. Untuk mempermudah
metabolisme, 6. Tidak pernah lepaskan pakaian penguapan tubuh
dehidrasi, efek 7. Jarang 14. Monitor suhu tubuh 2. Untuk mendapatkan
langsung sirkulasi 8. Kadang-kadang menggunakan alat hasil yang akurat
kuman pada 9. Sering yang sesuai (
hipotalamus. 10. Secara konsisten misalnya, 3. Peningkatan suhu
Hasil yang diharapkan pemeriksan rectal tubuh akan
adalah indikator 4-5 atau esophagus ) menyebabkan
dibuktikan dengan 15. Berikan cairan penguapan tubuh
kriteri: rehidrasi oral meningkat sehingga
16. Tingkatkan sirkulasi perlu diimbangi
8. Suhu tubuh udara, jika jendela dengan asupan cairan
normal ( 36˚C – terbuka harus yang banyak
37,2˚C) ditutup. 4. untuk menciptakan
9. Tidak 17. berikan metode lingkungan yang
mengalami pendinginan nyaman
pusing eksternal (kompres 5. Pemberian kompres
10. Tidak menggigil hangat ) sesuai akan membantu
11. Mukosa bibir kebutuhan. menurunkan suhu
lembab 18. Instruksikan pasien tubuh.
12. Tidak ada mengenai tanda dan 6. Agar lebih cepat
perubahan warna gejala awal dari diberikan tidakan
kulit kondisi sakit yang apabila terjadi
13. Akral hangat berhubungan kegawatan.
14. Tidak ada kejang dengan panas dan
kapan mencari
petugas kesehatan.
Kolaborasi:
51

19. Pasang akses IV 7. Untuk mempermudah


dalam pemberian
Monitor tanda vital terapi.
20. Monitor TD, nadi, Monitor tanda vital
suhu dan RR setiap
± 4 jam 8. Dapat menunjukkan
21. Monitor frekuensi intervensi selanjutnya
dan irama 9. Peningkatan upaya
pernapasan pernapasan dapat
22. Monitor pola menunjukkan derajat
pernapasan hipoksemia
abnormal 10. Mengetahui adanya
23. Monitor kualitas suara tambahan
dari nadi 11. Penurunan dan
24. Monitor suhu, peningkatan nadi
warna dan adalah manifestasi
kelembaban kulit yang menunjukkan
kondisi pasien
memburuk
12. Mendeteksi adanya
dehidrasi atau hidrasi
berlebihan yang
mempengaruhi
sirkulasi dan integritas
jaringan pada tingkat
seluler

D. Implementasi Keperawatan

Tabel 4.7 Implementasi Keperawatan Hari pertama

Nama Pasien : Tn. H Ruangan : Mawar


Umur : 33 Tahun No.Register : 158063

HARI,
NO.
NO TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON HASIL NAMA & PARAF
DX
PUKUL
1 Rabu, 19 Juli
2018
I Marlia
1. Memonitor status
Pukul 10.10 hidrasi ( missal, 1. membrane mukosa kering,
membrane mukosa turgor jelek, nadi adekuat
lembab, denyut nadi
adekuat, dan tekanan
darah osmotic )
Pukul 10.20
2. Menjaga intake / 2. pasien minum 4 gelas perhari
asupan yang akurat
52

dan catat output


(pasien)
Pukul 11.00 3. Memonitor tanda-
tanda vital 3. TD= 120/70 mmHg
N= 90 x/mnt
Pukul 12.00 4. Meningkatkan S= 39’c
asupan oral ( misal, 4. Pasien tampak minum disela-
memberikan sedotan, sela makan
menawarkan cairan
diantara waktu makan
) yang sesuai.
Pukul 12.30
5. Menganjurkan pasien
unutk minum 6-8
gelas per hari 5. Pasien mengatakan akan
Pukul 12.35 mengikuti anjuran perawat
6. Mendukung pasien
dan keluarga untuk
membatu dalam 6. Keluarga mengatakan akan
pemberian makan dan selalu memotivasi pasien untuk
minuman dengan banyak makan dan minum
baik.
Pukul 12.40 8. Mengobservasi
tetesan infus
8.Infus terpasang RL 20 tpm,
Pukul 13.00 9. Memberikan terapi tetesan infus lancer, tidak ada
tanda-tanda plebitis
IV, seperti yang
ditentukan 9. Pasien tidak menolak saat
diberikan terapi

2 Rabu, 19 Juli II
2018 Marlia
Pukul 10.09 1. Memonitor warna 1. kulit teraba hangat dengan suhu
kulit dan mengukur 39 c
suhu tubuh pasien
Pukul 10.15 2. memberikan 2. pasien mengatakan kurang
pendidikan banyak minum dan
kesehatan kepada mengusahakan untuk banyak
klien agar untuk minum
banyak minum
untuk menghindari
dehidrasi

Pukul 11.00 3. menanyakan berapa 3. pasien mengatakan minum


banyak pasien sekitar 4 gelas (sekitar 800 cc)
minum dalam sehari
Pukul 12.00 4. mengukur tekanan 4. TD: 120/70 mmhg
darah, mengecek N: 90x/m
nadi, mengukur P: 20x/m
S: 39 c
53

suhu, menghitung
pernafasan 5. cairan infus RL dengan tetesan
Pukul 12.15 5. mengganti cairan 20 tpm
infus pasien 6. 3 kolf pada tanggal 19 Juli 2018
Pukul 12.17 6. menghitung cairan
infus yang masuk
perhari 7. pasien mengatakan setelah
Pukul 13.00 7. memberikan obat pemberian obat parasetamol
antipiretik pasien merasa panas tubuh
parasetamol peroral menurun (38.5 c)
3x1
Pukul 13.10 8. menganjurkan klien 8. pasien mengerti dan mengikuti
untuk memakai baju saran perawat
yang tipis dan
menyerap keringat
Pukul 13.15 9. memberikan pendidi 9. pasien dan keluarga mengerti
kan kesehatan dan akan menerapkan anjuran
tentang cara perawat
mengkompres pada
daerah lipatan axila
dan paha dengan
menggunakan kain
yang dibasahi
dengan air hangat

Pukul 13.20 10. menganjurkan klien 10. pasien mengatakan akan


untuk istirahat mencoba istirahat dengan baik
dengan baik walaupun banyak pengunjung

3. Rabu, 19 Juli III Marlia


2018

Pukul 10.57 1. Mentukan status gizi 1. Klien belum mengalami


pasien dan penurunan berat badan
kemampuan untuk
memenuhi staus gizi
Pukul 11.07 2. Mengidentifikasi 2. Pasien mengatakan tidak
alergi pada makanan ada alergi makanan

Pukul 11.32 3. Menganjurkan pasien 3. Pasien mengerti dan


makan sedikit tapi menerapkan insrtuksi dari
sering dokter

Pukul 11.37 4. Ciptakan lingkungan 4. Pasien mengatakan kurang


yang optimal saat nafsu makan ingi mual
mengkonsumsi
makanan ( bersih dan
bebas dari bau)
Pukul 12.30 5. Anjurkan pada pasien 5. Pasien berusaha makan
makan sambil duduk sedikit tapi sering

Pukul 11.30 6. Memastikan 6. Makanan Dari Rumah


makanan disajikan Sakit tidak disajikan dalam
dalam bentuk yang bentuk yang Menarik
54

menarik dan dalam


kondisi hangat 7. Keluarga pasien selalu
Pukul 12.00 7. Menganjurkan membawakan makanan
keluarga membawa kesukaan pasien
makanan kesukaan
pasientawarkan
makanan ringan yang
padat gizi 8. pasien belum mengalami
Pukul 12.30 8. Moniror terjadinya penurunan berat badan
penurunan berat
badan

Tabel 4.8 Implementasi Keperawatan Hari kedua

Nama Pasien : Tn. H Ruangan : Mawar


Umur : 33 Tahun No.Register : 150083

NO HARI NO IMPLEMENTASI EVALUSI (SOAP) PARAF


TANGGAL DX
PUKUL
1 Kamis, 20 I S: marlia
Juli 2018 - Pasien mengatakan panas
mulai turun
- Pasien mengatakan sudah
Pukul 08.40 1. Memonitor status hidrasi ( banyak minum air putih
missal, membrane mukosa - Pasien mengatakan
lembab, denyut nadi adekuat, dan badannya terasa lemas
tekanan darah osmotic ) - Pasien mengatakan
kepalanya masih pusing
Pukul 09.14 2. Menjaga intake / asupan yang - Pasien mengatakan masih
akurat dan catat output (pasien) mual dan muntah
3. Memonitor tanda-tanda vital
Pukul 09.46 O:
4. Meningkatkan asupan oral ( - Klien tampak lemah
Pukul 10.12 misal, memberikan sedotan, - Hasil palpasi : tubuh klien
menawarkan cairan diantara panas
waktu makan ) yang sesuai. - mukosa bibir kering, turgor
tidak elastis.
Pukul10.22 5. Menganjurkan pasien unutk - Wajah tampak merah
minum 6-8 gelas per hari dengan hasil vital sign :
TD : 110/80 mmHg
Pukul 10.37 6. Mendukung pasien dan keluarga RR : 22x/menit
untuk membatu dalam pemberian HR : 86x/menit
makan dan minuman dengan baik. Temp : 37,9˚ C
A: keseimbangan cairan 3
Pukul 10.45 8. Mengobservasi tetesan infus (Sedang)
P: Intervensi dilanjutkan
Pukul 11.23 9. Memberikan terapi IV, seperti 1,2,3,4,5,6,7
yang ditentukan
55

2 Kamis, 20 II S: Marlia
Juli 2018 - Pasien mengatakan badan
masih panas dan menggigil
Pukul 08.21 1. Memonitor warna kulit dan - Pasien mengatakan sudah
mengukur suhu tubuh pasien banyak minum
- Pasien mengatakan minum
Pukul 08.37 2. Memberikan pendidikan 5 gelas
kesehatan kepada klien agar - Pasien mengatakan sudah
untuk banyak minum untuk memakai pakaian yang tipis
menghindari dehidrasi - Pasien mengatakan jika
Pukul 10.38 3. Menanyakan berapa banyak panas di kompres dengan air
pasien minum dalam sehari hangat
- Pasien mengatakan sudah
beristirahat dengan baik
Pukul 10.45 4. Mengukur tekanan darah, - Pasien tidak menolak
mnegecek nadi, mengukur diberikan obat
suhu, menghitung pernafasan A:
Pukul 11. 49 5. Mengganti cairan infus pasien - TD: 110/80 mmHg
N: 86x/mnt
Pukul 12.39 6. Mengatur tetesan infus klien P: 22 x/mnt
sesuai kebutuhan S:37,9˚C
Pukul 12.43 7. Menghitung cairan infus yang - Pasien tampak minum air
masuk perhari putih
Pukul 12.50 8. Memberikan obat antipiretik - Cairan infus yang masuk
parasetamol peroral 3x1 1500 cc
Pukul 13.00 9. Menganjurkan klien untuk - Pasien Tampak Memakai
memakai baju yang tipis dan Pakaian tipis
menyerap keringat - Pasien tampak lebih tenang
Pukul 13.10 10. Memberikan pendidikan setelah pemberian obat
kesehatan tentang cara P: Termoregulasi 3 (sedang)
mengkompres pada daerah A: Intervensi dilanjutkan
lipatan axila dan paha dengan 1,3,4,5,6,7,8,10,11
menggunakan kain yang
dibasahi dengan air hangat
Pukul 13.30 11. Menganjurkan klien untuk
istirahat dengan baik
3 Kamis, 19 III S: Marlia
Juli 2018 - Pasien mengatakan nafsu
pukul 08.46 1. Menentukan status gizi pasien makan mulai meningkat
dan kemampuan untuk - Pasien mengatakan masih
memenuhi staus gizi mual tpi tidak muntah lagi.
pukul 09. 40 2. Mengidentifikasi alergi pada - Pasien mengatakan tidak
makanan ada alergi makanan
pukul 09.59 3. Menganjurkan pasien makan - Pasien mengatakan makan
sedikit tapi sering sedikit tapi sering
pukul 10.09 4. Menciptakan lingkungan yang - pasien mengatakan
optimal saat mengkonsumsi lingkungan kurang
makanan ( bersih dan bebas dari nyaman
bau) - pasien mengatakan nafsu
pukul 10.13 5. Menganjurkan pada pasien makan ada saat ada
makan sambil duduk makanan kesukaanpasien
Pukul 11.15 6. memastikan makanan disajikan mengatakan makanan yang
dalam bentuk yang menari disajikan sudah menarik
Pukul 12.00 7. Menganjurkan keluarga dan masih hangat.
membawa makanan kesukaan O:
56

pasien tawarkan makanan - Pasien tampak kurang


ringan yang padat gizi nafsu makan
Pukul 13.00 8. Memoniror terjadinya - Pasein tampak hanya
penurunan berat badan menghabiskan 3/4 porsi
makanan
- Pasien tampak lemah
- BB= 60 kg
A: Status Gizi 3 (cukup) nafsu
makan 3 (cukup)
P: Intervensi Dilanjutkan
1,3,5,6,7,8

Tabel 4.9 Implementasi Keperawatan Hari ketiga


Nama Pasien : Tn.H Ruangan : Mawar
Umur : 33 Tahun No.Register : 150083
NO HARI NO IMPLEMENTASI EVALUSI (SOAP) NAMA &
TANGGAL DX PARAF
PUKUL
1 Jumat, 20 Juli
2018
I S:
- Pasien mengatakan panas
Marlia
sudah turun
- Pasien mangatakan tidak
Pukul 08.40 1. Memonitor status hidrasi ( menggigil
missal, membrane mukosa - Pasien mengatakan
lembab, denyut nadi adekuat, dan badannya sudah terasa
tekanan darah osmotic ) lebih segar
- Pasien mengatakan
Pukul 09.14 2. Menjaga intake / asupan yang kepalanya tidak pusing
akurat dan catat output (pasien) lagi
- Pasien mengatakan sudah
3. Memonitor tanda-tanda vital
Pukul 09.46 banyak minum.
4. Meningkatkan asupan oral ( - Pasien mengatakan sudah
Pukul 10.12 misal, memberikan sedotan, minum 7 gelas.
menawarkan cairan diantara - Pasien mengatatakan
waktu makan ) yang sesuai. tidak mual dan muntah
- Pasien mengatakan nafsu
Pukul10.22 5. Menganjurkan pasien unutk makan sudah bertambah
minum 6-8 gelas per hari
O:
Pukul 10.37 6. Mendukung pasien dan keluarga - Membrane mukosa
untuk membatu dalam pemberian lembab, turgor elastis.
makan dan minuman dengan baik. - Pasien tampak lebih
tenang
Pukul 10.45 8. Mengobservasi tetesan infus - hasil vital sign :
TD : 110/70 mmHg
Pukul 11.23 9. Memberikan terapi IV, seperti RR : 22x/menit
yang ditentukan HR : 86x/menit
Temp : 37,1˚ C
A: keseimbangan cairan 4
(ringan)
P: Intervensi dihentikan,
pasien pulang.
57

2 Sabtu, 21 Juli II S: Marlia


2018 - Pasien mengatakan suhu
Pukul 08.21 1. Memonitor warna kulit dan badannya sudah turun
mengukur suhu tubuh pasien - Pasien mengatakan sudah
Pukul 08.37 2. Memberikan pendidikan banyak minum
kesehatan kepada klien agar - Pasien mengatakan
untuk banyak minum untuk minum 7 gelas
menghindari dehidrasi - Pasien mengatakan sudah
Pukul 10.38 3. Menanyakan berapa banyak memakai pakaian yang
pasien minum dalam sehari tipis
Pukul 10.45 4. Mengukur tekanan darah, - Pasien mengatakan jika
mnegecek nadi, mengukur panas di kompres dengan
suhu, menghitung pernafasan air hangat
Pukul 11. 49 5. Mengganti cairan infus pasien - Pasien mengatakan sudah
Pukul 12.39 6. Mengatur tetesan infus klien beristirahat dengan baik
sesuai kebutuhan - Pasien tidak menolak
Pukul 12.43 7. Menghitung cairan infus yang diberikan obat
masuk perhari A:
Pukul 12.50 8. Memberikan obat antipiretik - TD: 110/70 mmHg
parasetamol peroral 3x1 N: 89x/mnt
Pukul 13.00 9. Menganjurkan klien untuk P: 21x/mnt
memakai baju yang tipis dan S:37,1˚C
menyerap keringat - Pasien tampak minum air
Pukul 13.10 10. Memberikan pendidikan putih
kesehatan tentang cara - Cairan infus yang masuk
mengkompres pada daerah 1500 cc
lipatan axila dan paha dengan - Pasien Tampak Memakai
menggunakan kain yang Pakaian tipis
dibasahi dengan air hangat - Pasien tampak lebih
Pukul 13.30 11. Menganjurkan klien untuk tenang setelah pemberian
istirahat dengan baik obat
P: Termoregulasi 4 (ringan)
A: Intervensi dihentikan,
pasien pulang.

3 Jumat, 20 Juli IV S: Marlia


2108 - Pasien mengatakan
pukul 10.46 1. Menentukan status gizi pasien sudah nafsu makan
dan kemampuan untuk - Pasien mengatakan
memenuhi staus gizi sudah makan sedikit
pukul 10. 50 2. Mengidentifikasi alergi pada tapi sering
pukul 10.59 makanan - pasien mengatakan
3. Menganjurkan pasien makan lingkungan sudah
sedikit tapi sering nyaman
pukul 11.29 4. Menciptakan lingkungan yang O:
optimal saat mengkonsumsi - Pasien tampak sudah
makanan ( bersih dan bebas dari nafsu makan
bau) - Pasein tampak hanya
pukul 12.03 5. Menganjurkan pada pasien menghabiskan 1 porsi
makan sambil duduk makanan
pukul 12.05 6. memastikan makanan disajikan - Pasien tampak rileks
dalam bentuk yang menari A: Status Gizi 4 (ringan)
pukul 12.10 7. Menganjurkan keluarga P: Intervensi dihentikan,
membawa makanan kesukaan pasien pulang
58

pasientawarkan makanan ringan


yang padat gizi
pukul 12.20 8. Memoniror terjadinya
penurunan berat badan
BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas tentang ‘’Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Malaria di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Mukomuko tahun
2018’’. Dalam melakukan asuhan keperawatan telah diterapkan proses
keperawatan sesuai teori yang ada, dimana proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, analisa data, diagnosa, intervensi, implemetasi dan evaluasi. Prinsip
pada pembahasan ini akan memfokuskan pada kebutuhan dasar manusia didalam
asuhan keperawatan, penulis akan membahas diagnosa keperawatan utama dengan
alasan paling aktual karena harus terlebih dahulu di tangani.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan datayang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2011). Sumber data didapatkan dari klien, keluarga klien, teman
terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan perkembangan kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium (Potter,
2015)
Klien Tn H datang ke rumah sakit dengan keluhan badannya panas,
menggigil, pusing, klien mengatakan mual, kadang-kadang muntah, serta
kurang nafsu makan. Tn H didiagnosa Malaria. Gejala yang dialami Tn H sama
dengan tanda dan gejala menurut Mansjoer, yaitu mulai menggigil, kulit kering
dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan
pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, demam, mual, disertai muntah, wajah merah.
Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan pemeriksaan hematologi
didapatkan hasil DDR (Malaria) (+) plasmodium vivax.

59
60

Pada pengkajian ditemukan pasien mengeluh badannya panas dan


menggigil hingga gigi saling terantuk, klien mengatakan mual, muntah, serta
kurang nafsu makan, lemas.
Pada pengkajian Tn W secara subyektif mengeluh demam, lemas,
demam tinggi, menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, suhunya naik turun, tidak nafsu makan, mual dan muntah, minum
sedikit, merasa selalu haus. Didapat data objektif yaitu pasien tampak gelisah,
suhu tubuh pasien 39 c pasien tampak mual, mukosa bibir kering, wajah merah,
pasien tampak pucat, pasien tampak berbaring ditempat tidur, pasien tampak
hanya menghabiskan ½ porsi makanan.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya (Potter, 2015). Dari hasil pengkajian yang
dilakukan penulis, penulis mengangkat tiga diagnosa yaitu defisit volume
cairan berhubungan dengan output yang berlebihan, hipertermia berhubungan
dengan efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus, defisit nutrisi
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Berdasarkan hal tersebut ada dua diagnosa yang tidak ditemukan pada
klien di lapangan tetapi terdapat diteori yaitu diagnose perubahan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang di perlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh dan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
C. Perencanaan

Intervensi merupakan bagian dari proses keperawatan yang meliputi


tujuan perawatan, penetapan, kriteria hasil, penetapan rencana keperawatan,
akan diberikan kepada klien untuk memecahkan masalah yang dialami klien
serta rasional dari masing-masing rencana tindakan yang akan diberikan, untuk
setiap diagnosa keperawatan yang telah diidentifikasi, perawatan
mengembangkan rencana keperawatan untuk kebutuhan klien (potter, 2016).
Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil
61

berdasarkan nursing intervension classification (NIC) dan nursing outcome


calasification (NIC).

Pada kasus Tn H penulis melakukan rencana tindakan keperawatan


selama 3x24 jam. Penulis berencana mengatasi defisit volume cairan terlebih
dahulu karena defisit volume cairan tidak dapat diatasi dalam waktu yang
singkat dan perlu penanganan terlebih dahulu karena jika tidak ditangani
dengan segera defisit volume cairan dapat menyebabkan dehidrasi, syok
hingga penurunan kesadaran dan kriteria hasil yang dituliskan penulis yaitu
intake output seimbang, membrane mukosa lembab, turgor elastis, tidak ada
tanda-tanda dehidrasi, kebutuhan cairan terpenuhi.

Rencana tindakan untuk diagnosa pertama untuk memenuhi kebutuhan


cairan tubuh yaitu memonitor status hidrasi ( missal, membrane mukosa
lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan darah osmotic ), menjaga intake /
asupan yang akurat dan catat output (pasien), memonitor tanda-tanda vital,
meningkatkan asupan oral ( misal, memberikan sedotan, menawarkan cairan
diantara waktu makan ) yang sesuai, menganjurkan pasien unutk minum 6-8
gelas per hari, mendukung pasien dan keluarga untuk membatu dalam
pemberian makan dan minuman dengan baik, mengobservasi tetesan infus,
memberikan terapi IV, seperti yang ditentukan.

Diagnosa kedua untuk mengurangi demam yang dirasakan oleh klien


rencana tindakan yang dilakukan adalah monitor suhu dan warna kulit klien,
monitor tanda-tanda vital sesering mungkin, anjurkan pasien banyak minum
untuk mencegah dehidrasi, anjurkan klien memakai pakaian yang tipis dan
menyerap keringat, anjurkan pasien banyak minum, tingkatkan sirkulasi udara
dengan membatasi jumlah pengunjung, ajarkan keluarga pasien untuk
melakukan kompres hangat pasa lipatan axilla dan paha, anjurkan pasien untuk
istirahat dengan baik, berikan antipiretik untuk menurunkan panas tubuh.
62

Rencana tindakan pada diagnosa ke ketiga untuk mengurangi mual,


muntah dan menambah nafsu makan yaitu dengan mengkaji status gizi pasien,
anjurkan makan sedikit tapi sering, monitor adanya penurunan berat badan.

D. Implementasi

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yang


merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dari hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter, 2006).

Implementasi pada Tn H dapat dilakukan penulis sesuai dengan rencana


tindakan keperawatan, dan ditunjang dengan melakukan tindakan
keperawatan penulis tidak mengalami kesulitan karena klien koperatif, tidak
ada rencana keperawatan yang dilakukan penulis di luar rencana tindakan
keperawatan yang ada diteori, penulis melakukan implementasi dengan
rencana yang telah direncanakan sebelumnya untuk memenuhi kriteria hasil.
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, penulis melakukan
implementasi dan mengevaluasi keadaan klien setiap hari dan hasilnya tidak
ada tanda-tanda dehidrasi, kebutuhan cairan terpenuhi, suhu tubuh turun
37,2˚C, turgor elastis, membrane mukosa lembab, mual dan mutah tidak lagi
dirasakan pasien nafsu makan klien meningkat. Penulis tidak dapat
melakukan implementasi lebih lanjut dikarenaan pada tanggal 21 Juli 2018
pukul 15.00 wib klien pulang.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan
tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan
keperawatan, pelaksanaan tindakan keperawatan sudah berhasil dicapai
(Hutahaean, 2010).
Pada hari ketiga masalah defisit volume cairan berhubungan dengan
output yang berlebihan teratasi dengan kriteria hasil dehidrasi tidak ada,
63

turgor elastis, membran mukosa lembab, intake output seimbang. Masalah


hipertermia behubungan dengan efek langsung sirkulasi kuman pada
hipotalamus dapat teratasi dengan kriteria hasil peningkatan suhu kulit
hipertermia teratasi dengan suhu 37,2 C, dehidrasi tidak ada, berkeringat
saat panas tidak ada tanda-tanda vital dalam batas normal. Masalah defisit
nutrisi berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia dapat teratasi dengan
kriteria asupan gizi dan keinginan untuk makan yang adekuat, mual tidak
ada, muntah tidak ada.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan data subyektif dan
obyektif. Dari data subyektif pasien mengatakan badannya panas dan
menggigil hingga gigi saling terantuk, klien mengatakan mual, muntah,
serta kurang nafsu makan, lemas..
2. Data obyektif yang didapat adalah pasien tampak lemah, suhu tubuh 39
C, menggigil hinggal gigi saling terantuk, turgor jelek, kulit kering,
membrane mukosa kering, wajah merah, pasien tampak pucat, pasien
tampak hanya menghabiskan ½ porsi makanan, pasien tampak mual dan
muntah.
3. Diagnosa keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian
adalah defisit volume cairan berhubungan dengan output yang
berlebihan, hipertermia berhubungan dengan efek langsung sirkulasi
kuman pada hipotalamus, defisit nutrisi berhubungan dengan mual,
muntah, anoreksia.
4. Intervensi keperawatan dibuat sesuai keaadaan, sarana dan prasarana
yang tersedia, dalam merencanakan tindakan keperawatan penulis
mengkombinasikan tindakan mandiri, kolaborasi serta penyuluhan pada
keluarga dan dari ketiga gabungan tindakan keperawatan diharapkan
dapat efektif dalam menangani masalah klien dan mencegah komplikasi
penyakit maupun komplikasi tindakan yang dilakukan.
5. Pada saat impelemtasi keperawatan semua intervensi keperawatan yang
ada pada kasus dapat dimplementasikan, hal ini disebabkan karena klien
dan keluarga koferatif pada saat implementasi dilakukan,
Implementasi pada Tn H dapat dilakukan penulis sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan, dan ditunjang dengan melakukan tindakan
keperawatan penulis tidak mengalami kesulitan karena klien koperatif,
tidak ada rencana keperawatan yang dilakukan penulis di luar rencana
tindakan keperawatan yang ada diteori, penulis melakukan

64
65

implementasi dengan rencana yang telah direncanakan sebelumnya


untuk memenuhi kriteria hasil. Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 hari, penulis melakukan implementasi dan
mengevaluasi keadaan klien setiap hari dan hasilnya tidak ada tanda-
tanda dehidrasi, kebutuhan cairan terpenuhi, suhu tubuh turun 37,2˚C,
turgor elastis, membrane mukosa lembab, mual dan mutah tidak lagi
dirasakan pasien nafsu makan klien meningkat. Penulis tidak dapat
melakukan implementasi lebih lanjut dikarenaan pada tanggal 21 Juli
2018 pukul 15.00 wib klien pulang.
6. Pada saat evaluasi keperawatan hari ketiga masalah defisit volume
cairan berhubungan dengan output yang berlebihan teratasi dengan
kriteria hasil dehidrasi tidak ada, turgor elastis, membran mukosa
lembab, intake output seimbang. Masalah hipertermia behubungan
dengan efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus dapat teratasi
dengan kriteria hasil peningkatan suhu kulit hipertermia teratasi dengan
suhu 37,2 C, dehidrasi tidak ada, berkeringat saat panas tidak ada tanda-
tanda vital dalam batas normal. Masalah defisit nutrisi berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia dapat teratasi dengan kriteria asupan
gizi dan keinginan untuk makan yang adekuat, mual tidak ada, muntah
tidak ada.
B. SARAN
1. Bagi Pasien
Diharapkan sebagai informasi bagi pasien untuk mengetahui tetang
penyakit yang dideritanya yaitu Malaria
2. Bagi Perawat
Digunakan sebagai bahan acuan atau bahan pembelajar agar dapat
memahami dan menerapkan asuhan keperawatan secara nyata pada
klien dengan Malaria.
66

3. Bagi Institusi Pendidikan


Institusi pendidikan harus dapat meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan yang lebih berkualitas dan professional, guna terciptanya
perawat yang professional, terampil, cekatan, dan handal dalam
memberikan asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer.2011. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta:Media Aesculapius


Bulechek.2013.Nursing Intervensions Classification (NIC).Jakarta: EGC
Carpernito, Lynda J. and Moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10.
Jakarta:EGC

Depkes. 2009. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Depkes. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.

Doengoes, M., 2000, Rencana asuhan keperawatan : pedoman umum perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien, Jakarta : EGC.

Harijanto PN. 2013. Gejala Klinik Malaria. Dalam: Harijanto PN (ed.). Malaria,
Epidemiologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis Dan Penanganan. Jakarta: EGC.

Judith,M. 2012. Buku Diagnosa Keperawatan dengan Diagnosa NANDA, Intervensi NIC.
Dan Kriteria Hasil NOC. Edisi 9. Jakarta: EGC.

Long, Barbara C. 2006. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan.

Nursalam.2001. Proses dan Dokuentasi Keperawata, Konsep dan Praktik. Ed 1. Jakarta:


Salemba Medika.

Pearce, Evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Bala Penerbit
FKUI

Prabowo, A. 2008. Malaria, Mencegah dan Mengatasinya. Penerbit Puspa Swara:


Jakarta.

Smeltzer & Bare. 2006. Brunner and Suddarth’s Textbook of Medical-Surgical Nursing.
edition 10. Lippincott Williams & Willkins.

Soemirat, S. J. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sue Moorhead, dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi 5.


Yogyakarta: Mocomedia

Tambayong.2009.Patofisiologi Untuk Keperawatan.Penerbit Buku Kedokteran EGC,


Jakarta.

67
68

World Health Organization (WHO) 2016.World malaria report 2016. Geneva,. Available
from : http://www.who.int/malaria/world_malaria_report_2016/
9789241564403_eng.pdf.

World Healt Organization (WHO) . 2010. Anpoheles species complexes in south and
southeast asia.From http://apps.searo.who.int/pds_docs/B2406.pdf, 9 september
2014.

Anda mungkin juga menyukai