DBD Ok
DBD Ok
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Batasan masalah
Batasan penulisan pada studi kasus ini adalah pemberian asuhan
keperawatan pada pasien dengan DHF yang meliputi tahap pengkajian, penegakan
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai adalah mengetahui secara umum tentang
DHF dan mampu menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif
kepada pasien dengan DHF.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah:
a. Mengetahui pengkajian Asuhan Keperawatan secara komprehensif pada
klien dengan DHF.
b. Mengetahui gambaran diagnosa keperawatan pada klien dengan DHF.
c. Mengetahui gambaran perencanaan Asuhan Keperawatan sesuai dengan
masalah yang dibutuhkan pada klien dengan DHF.
d. Mengetahui gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
dengan DHF.
6
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan atau
informasi tentang DHF dan memberikan masukan yang bermanfaat kepada
mahasiswa dalam pembuatan asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF.
2. Bagi Pasien
Manfaat bagi pasien adalah untuk memberikan tambahan pengetahuan dan
informasi tentang DHF serta menjadi acuan dalam memberikan perawatan pada
pasien dengan DHF.
3. Bagi Instansi
a. Instansi Poltekkes Kemenkes
Manfaat bagi akademik adalah bentuk sumbangsi kepada mahasiswa
keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan bahan
masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada pasien dengan DHF
b. Instansi RSUD Mukomuko
Manfaat bagi pelayanan kesehatan adalah memberikan tambahan
pengetahuan tentang DHF kepada pelayan kesehatan, untuk meningkatkan
kewaspadaan masyarakat terhadap DHF, serta dapat memberikan masukan
yang bermanfaat kepada layanan kesehatan dalam mengembangkan
asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF.
.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
1) Virus Dengue
Yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk kedalam
arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe
yaitu virus dngue tipe 1, 2, 3, dan 4. Keempat virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya
secara serolis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus
ini berdiameter 40 nanometer, dapat berkembang biak dengan baik
pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby homster kidney) maupun sel-
8
9
3. Patofisiologi
Virus dengue masuk kedalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypti dan kemudian bereaksi dengan antibodi dan
terbentuklah kompleks virus-antibody, dalam sirkulasi akan
mengaktivasi sistem komplemen. Virus dengue masuk kedalam
tubuh melalui gigitan nyamuk dan infeksi pertama kali
menyebabkan demam dengue. Reaksi tubuh merupakan reaksi
yang biasa terlihat pada infeksi oleh virus. Reaksi yang amat
10
Viremia
MK:
Hepatomegali Depresi Permebilitas
Hipertermia
Sumsum tulang kapiler me↑
-Anoreksia
-muntah Manifestasi perdarahan
Syok
MK: Devisit
volume cairan MK: Intoleransi
Kematian
aktifitas
5. Manifestasi Klinis
1. Demam
Demam tinggi mendadak selama 2 sampai 7 hari kemudian
menuju suhu normal atau lebih rendah disertai nyeri kepala, nyeri
punggung, nyeri tulang dan persendian, rasa lemah serta nyeri
perut. (Soedarto, 2005)
2. Perdarahan
Perdarahan biasanya tejadi pada hari ke-2 dan ke-3 dari
demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji
tourniquet positif, ruang kulit (petekiae, ekimosis dan purpura),
perdarahan mukosa/saluran cerna/ salur kemih, perdarahan gusi
serta hematuri.
3. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba,
meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila
terjadi peningkatan dari hepatomigali dan hati teraba kenyal harus
diperhatikan kemungkinan akan terjadi renjatan pada penderita.
(Soederita, 2006)
4. Renjatan
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke-3 sejak
sakitnya penderita, dimulai dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi
yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki
serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukkan prognosis yang buruk. (Soedarto,
2004).
6. Klasifikasi DHF
WHO, (2006) mengklasifikasikan DHF menurut derajat
penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
12
7. Cara Penularan
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan
infeksi virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus
dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Nyamuk Aedes aegypti albopictus, Aedes polynesiensis dan
beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk Aedes tersebut
mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia yang sedang
mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period)
sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada
telurnya (transsovarian transmission), namun perannya dalam
penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan
berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk tersebut akan
menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh manusia, virus
13
8. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mendiagnosis Dengue Hemoragik Fever (DHF) dapat
dilakukan pemeriksaan dan didapatkan gejala seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya juga dapat ditegakkan dengan melakuakan
beberapa pemeriksaan menurut WHO (2007) sebagai berikut:
a. Permeriksaan Laboratorium :
Darah Lengkap = Hemokonsentrasi ( Hematokrit meningkat 20 %
atau lebih ) Thrombocitopeni ( 100. 000/ mm3 atau kurang )
b. Uji Serologi : Uji HI ( hemaaglutinaion Inhibition Test)
c. Rontgen Thorac = Effusi Pleura, Pemeriksaan radiologis (foto
toraks PA tegak dan lateral dekubitus kanan) dapat dilakukan
untuk melihat ada tidaknya efusi pleura, terutama pada hemitoraks
kanan dan pada keadaan perembesan plasma hebat, efusi dapat
ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan efusi pleura dapat
pula dideteksi dengan USG.
9. Penatalaksanaan
Menurut Mubarak, (2009) Penatalaksanaan penderita dengan
DHF adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring atau istirahat baring.
b. Diet makan lunak.
c. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh
manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan
merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
14
11. Pengobatan
Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomatis dan
suportif (Junaidi, 2007). Fokus pengobatan Penyakit Demam
Berdarah adalah pada pengobatan penderita penyakit DHF adalah
mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan
syok/presyok, yaitu dengan mengusahakan agar penderita banyak
minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan gula
sirup atau susu) (Soemarno, 2005).
Penambahan cairan tubuh melalui infus intravena mungkin
diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang
berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun
drastis (Soemarno, 2005). Selanjutnya adalah pemberian obat-obatan
menurut Soemarno, (2005) terhadap keluhan yang timbul, misalnya :
a. Paracetamol membantu menurunkan demam
b. Garam elektrolit (oralit) jika disertai diare
c. Antibiotik berguna untuk mencegah infeksi sekunder
4) Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam terutama
pada grade III, akan mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing
berwarna merah.
5) Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan,
nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran pada hati
(hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa disertai dengan
ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah,
nyeri saat menelan, dapat muntah darah (hematemesis), berak darah
(melena).
6) Sistem integumen
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering dan ruam
makulopapular.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang
perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter &
Perry, 2010). Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan berdasarkan
respon pasien yang disesuaikan menurut ( SDKI, 2016):
1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
a. Data mayor:
1) Data Subjektif:-
2) Data Objektif: suhu tubuh lebih dari 37,8˚C oral atau 38,8˚C
rektal
b. Data minor
1) Data Subjektif:-
2) Data Objektif:
22
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
b. Faktor resiko
1) Prosedur bedah mayor
2) Trauma/perdarahan
3) Luka bakar
4) Obstruksi intestinal
5) Peradangan penkreas
6) Disfungsi intestinal
c. Kondisi terkait
1) Prosedur bedah mayor
2) Penyakit ginjal dan gland
3) Perdarahan
4) Luka bakar
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
a. Faktor resiko
1) Aneurisma
2) Gangguan gastrointestinal (ulkus lambung, polip, varises)
3) Komplikasi kehamilan (KPD, plasenta previa,/abrupsio,
gamely)
4) Komplikasi pasca partum ( atoni uterus, retensi plasenta)
5) Efek agen farmakologis (trombositopenia)
6) Tindakan pembedahan
7) Trauma
8) Kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan
9) Proses keganasan
b. Kondisi klinis terkait
23
1) Aneurisma
2) Koagulopati intravaskuler diseminata
3) Siresis hepatis
4) Penyakit ulkus lambung
5) Varises
6) Trombositopenia
7) Ketuban pecah dini
8) Atonia uterus
9) Retensi plasenta
10) Tindakan pembedahan
11) kanker
istirahat
b) Data minor
Data Subjektif:
3. Merasa lelah
Data Objektif:
3. Sianosis
24
Data Subjektif: -
rentang ideal
b) Data minor
Data Subjektif:
2. Kram/nyeri abdomen
Data Objektif:
5. Sariawan
8. Diare
3. Intervensi Keperawatan
25
Nilai yang diharapkan 4 sampai 5 mengatasi penyebab demam 16. Melancarkan sirkulasi udara
13. Selimuti pasien
14. Kolaborasi pemberian cairan intra
vena dan berikan antipiretik
(parasetamol
15. kompres pasien pada lipatan paha
dan axila
16. Tingkatkan sirkulasi udara
gusi berdarah, BAB 6. Instruksikan pasien akan dapat meminimalisir kehilangan darah
berdarah ) pembatasan aktifitas dalam jumlah yang banyak.
2. Tanda-tanda vital dalam 7. Instrukdikan pasien dan 8. Untuk menentukan intervensi selanjutnya
batas normal keluarga akan tanda-tanda 9. Mempermudah dalam pemberian terapi
3. Konjungtiva anemis perdarahan dan tindakan yang 10. Untuk mencegah terjadinya perdarahan
4. Hasil laboratorium normal tepat ( yaitu memberi tahu yang signifikan
( HB, leukosit, trombosit, perawat ) bila perdarahan lebih 11. Penurunan kadar trombosit yang
hematokrit ) lanjut terjadi. signifikan dalam darah dapat
5. Pengisian kapiler cepat (<2 8. Periksa perdarahan dari selaput menimbulkan syok sehingga
detik) lendir, memar setelah benturan membutuhkan penambahan
6. Membran mukosa lembab minimal, dan adanya peteki. trombosit/plasma melalui akses IV
7. Turgor kulit normal 9. Pertahan kepatenan akses IV 12. Untuk mempertahankan keseimbangan
kadar trombosit/plasma dalam darah.
Kolaborasi:
10. monitor tinjauan koagulasi,
termasuk waktu protrhombin,
waktu trhomboplastin parsil,
fibrinogen, dan jumlah
trombosit dengan tepat.
11. Atur ketersediaan produk-
produk darah untuk tranfusi,
jika perlu
12. Beri produk-produk darah (
misalnya, trombosit dan
plasma beku segar ) dengan
tepat
anoreksia. Status nutrisi : Asupan nutrisi : Manajemen nutrisi: 1. Mencegah terjadinya dampak alergi
terhadap makanan tertentu
1. Tidak adekuat 1. Catat adanya alergi makanan 2. Mempermudah pasien untuk memilih
2. Sedikit adekuat 2. Ajarkan pasien bagaimana makanan yang sesuai target gizi
3. Cukup membuat catatan makanan 3. Untuk meningkatkan nafsu makan
4. Sebagian besar harian 4. Untuk meningkatkan nafsu makan
5. Sepenuhnya 3. Ciptakan lingkungan yang 5. Untuk meningkatkan nafsu makan
Hasil yang diharapkan adalah optimal pada saat 6. Mempermudah pasien dalam
indikator 4-5 dibuktikan dengan mengkonsumsi makanan ( mengkonsumsi makan & untuk
kriteria : misal, bersih, berventilasi, mengurangi aktifitas yang memungkinkan
santai, dan bebas dari bau yang yang dapat menimbulkan cidera
1. Adanya peningkatan berat menyengat ).
badan sesuai dengan tujuan 7. Memenuhi kebutuhan nutrisi tdalam tubuh
4. Lakukan atau bantu pasien 8. Untuk mengetahui adanya perubahan
2. Nafsu makan meningkat terkait dengan perawatan mulut
3. Intake & output seimbang status nutrisi
sebelum makan 9. Untuk Mengetahui tanda_tanda malnutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda 5. Pastikan makanan yang
malnutrisi 10. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam
disajikan dengan cara menarik tubuh.
5. Mampu mengidentifikasi dan suhu yang cocok untuk
kebutuhan nutrisi 11. Untuk menambah pengetahuan pasien dan
konsumsi secara optimal keluarga tentang kebutuhan nutrisi
6. Tidak terjadi penurunan berat 6. Bantu pasien membuka
badan yang bearti 12. Pemberian obat-obatan sebelum makan
kemasan makanan, memotong dapat mencegah terjadinya mual dan
makanan, dan makan jika muntah saat makan.
diperlukan 13.Untuk memperlancar BAB
7. Tawarkan makanan ringan
yang padat gizi
8. Monitor kalori & asupan
makan
9. Monitor kecenderungan
terjadinya penurunan dan
kenaikan berat badan
32
Kolaborasi:
kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri ataupun kolaborasi dan rujukan
4. Evaluasi Keperawatan
akhir yang bertujuan untuk mencapai kemampuan klien dan tujuan dengan
SOAP (subjektif, objektif, analisa dan perencanaan) ( Potter & perry, 2012).
akhir yang bertujuan untuk mencapai kemempuan klien dan tujuan dengan
33
34
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam asuhan keperawatan ini adalah klien
dengan DBD di Ruang rawat Inap Penyakit Dalam RSUD Mumomuko
yang berjumlah 1 orang dengan perawatan minimal 3 hari.
35
36
E. Prosedur Penelitian
Penelitian diawali dengan penyusunan usulan proposal tentang
penyakit DBD dengan menggunakan metode studi kasus berupa laporan
teori asuhan keperawatan yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada
Pasien dengan DHF Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Mukomuko
Tahun 2018, setalah disetujui oleh penguji proposal maka tahap yang
dilakukan adalah penyusunan proposal, pengurusan surat izin penelitian,
analisa kasus, persetujuan responden, pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, evaluasi, persiapan pasien pulang,
sserta surat perizinan telah selesai penelitian.
H. Analisis Data
Analisi data dilakukan sejak peneliti beradadi lapangan, sewaktu
pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul, analisa data
dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan data
penunjang, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan
selanjutnya dituangkan dalam bentuk pembahasan, tekhnik analisa yang
digunakan dengan cara menarasikan jawaban jawaban dari penelitian yang
diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan
untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Tekhnik analisis digunakan dengan cara observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik dan data penunjang oleh peneliti dan studi dokumentasi
yang menghasilkan data selanjutnya dimana data di interpretasikan oleh
peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
rekomendasi dalam intervensi tersebut.
BAB IV
TINJAUAN KASUS
Bab ini menjelaskan tentang asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn.
W dengan diagnosa medis DHF yang dilakukan pada tanggal 17-19 Juli 2018.
Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan. Pengkajian ini dilakukan dengan metode auto anamnesa
(wawancara dengan klien langsung), dan allo anamnesa (wawancara dengan
keluarga atau orang terdekat), tenaga kesehatan lain (perawat ruangan),
pengamatan, observasi, pemeriksaan fisik, menelaan catatan medis dan catatan
keperawatan.
A. Pengkajian Kasus
1. Identitas Klien
Pengkajian melalui anamnesa pada hari Senin, 17 Juli 2018 jam
08.00 WIB di ruang rawat inap melati RSUD Mukomuko, dan dari rekam
medis hasil pengkajian didapat Tn. W usia 23 tahun, jenis kelamin laki-
aki, agama Islam, status belum menikah, pendidikan terakhir SMA, suku
bangsa Indonesia Jawa, bahasa yang digunakan bahasa Jawa, berasal dari
Pondok Suguh, nomor registrasi 158063. Penanggung jawab Ny. J alamat
Pondok Suguh, selaku ibu pasien. Pasien masuk ke ruang rawat inap
mawar pada tanggal 17 Juli 2018.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Klien datang ke UDG RSUD Mukomuko dengan keluhan utama
yang dirasakan demam sedah 4 hari, lemas, BAB kehitaman, keluar
bintik-bintik merah di badan.
38
39
d) Genogram
Gambar 4.1 Genogram 3 Generasi
Keterangan:
g) Pola Kebiasan
Table 4.1 pola kebiasaan
2. Pola Eliminasi
1) BAK
- Frekuensi 6-7 kali perhari 9 x (kurang lebih 1800 cc
setiap kali berkemih)
perhari
-Warna Kuning jernih Kuning
-Keluhan Tidak ada Tidak ada
-Penggunaan alat bantu Tidak ada Tidak ada
(kateter, dll)
2) BAB
- Frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari
- Waktu Tidak menentu Tidak menentu
- Konsistensi Padat Padat
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
- Penggunaan laxative Tidak ada Tidak ada
3. Pola Personal Hygiene
1) Mandi 2 kali sehari Belum pernah mandi hanya
- Frekuensi Pagi, sore di lap saja
- Waktu
2) Oral hygiene
- Frekuensi 2 kali sehari Dilap sore hari
- Waktu Pagi dan sore 2 kali sehari
3) Cuci rambut
- Frekuensi 1 kali sehari Pagi dan sore
- Waktu Sore hari Belum pernah cuci rambut
4. Pola Istirahat Dan Tidur
- Lama tidur siang 2 jam 1 jam
- Lama tidur malam 8 jam 6 jam
- Kebiasaan sebelum tidur Tidak ada Tidak ada
5. Pola Aktifitas Dan Latihan
- Waktu Bekerja Pasien bekerja dari pagi Tempat tidur saja
sampai malam
- Olahraga Kadang kadang pasien
42
e) Sistem pernapasan
Tidak ada tanda-tanda pasien mengalami sesak nafas ditandai
dengan pernafasan 20 x/menit, suara nafas vesikuler, irama napas
regular, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan, ekspansi dada
mengembang maksimal, pasien tidak mengalami batuk, tidak
mengeluarkan sputum dan darah, pasien dapat bernapas tanpa
menggunakan alat bantu.
f) Sistem pencernaan
Membran mukosa kering, keadaan mulut dimana gigi kurang
bersih terdapat karies, lidah kotor, tidak ada stomatitis, bibir kering
dan pecah-pecah, pasien mengalami mual, bising usus terdengar 17
kali dalam satu menit, tidak konstipasi feses, konsistensi feses
padat, warna kehitaman, tidak ada pembesaran hepar, abdomen
nyeri tekan dan lepas.
g) Sistem kardiovaskuler
Saat dipalpasi tidak ditemuan masalah pada sistem kardiovaskuler
dimana tidak ada tanda-tanda palpitasi/aritmia dan sistem
hematologi, frekuensi nadi 80 x/menit, tekanan darah 100/70
mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperature kulit panas
dengan suhu 39 c tidak ada edema, tidak ada sakit dada, pasien
tampak pucat, pada saat dilakukan pemeriksaan neurologi pasien
mengeluh pusing.
h) Sistem perkemihan
Saat di insfeksi tidak ada pembesaran pada abdomen, saat di
inspeksi tidak ada pembesaran pada area kandung kemih, saat
diperkusi kandung kemih terdengar suara dullness (berisi urin),
saat diperkusi tidak ada pembesaran ginjal, saat dilakukan palapsi
ginjal tidak terasa nyeri, saat di inspeksi genetalia luar simetris kiri
dan kanan, rambut pubis tumbuh merata, tidak ada edema, lesi dan
45
kebersihan yang kurang, tidak ada keluar cairan dari lubang uretra,
bau khas, tidak ada kemerahan, tidak ada bengkak, karakteristik
urin berwarnah kuning, bau urin khas amoniak, tidak terdapat nyeri
saat buang air kecil.
i) Sistem integument
Tidak ditemukan pigmentasi pada kulit, warna kulit sawo
matang,tampak bintik-bintik merah diseluruh badan, capillary refill
time < 3 detik, turgor kulit jelek, kebersihan kulit agak sedikit
kotor, kulit kering dan panas,tidak ada bekas operasi pada kulit,
tidak ada gatal-gatal pada kulit, pasien tampak berbaring dan
beraktifitas secara mandiri, kondisi pemasangan infus tidak ada
masalah.
4. Data Penunjang
5. Analisa Data
Do:
- Pasien mengatakan lemas
- Pasien mengatakan minum
sedikit
- Pasien mengatakan pusing
- Pasien mengatakan selalu
haus
Ds: Intake yang tidak
1 Defisit volume cairan
- Turgor kulit jelek adekuat
- Klien tampak berkeringat
- TD: 100/70mmHg
- N: 80x/menit
- R: 20x/menit
- S: 39˚C
- Membran mukosa kering
- Kedaan umum: lemah
47
Ds:
- Pasien mengatakan badannya
panas
- Pasein mengatakan pusing
2 - Pasien mengatakan sering Proses inflamasi
Hipertermia
merasa haus penyakit
Do:
- Hasil pemeriksaan suhu 39’ c
- Mukosa bibir kering
- Kulit kering
Ds:
- Pasien mengatakan BAB
kehitaman
- Pasien mengatakan ada
bintik merah diseluruh
3 tubuh
Trombositopenia Resiko perdarahan
Do:
- BAB berwarna kehitaman
- Tampak bintik merah di
seluruh tubuh
- Hasil laboratorium:
Trombosit 58.000
Do:
- Pasien mengetakan mual
- Pasien mengatakan muntah
2x
- Pasien mengatakan tidak
nafsu makan
4 Nausea (mual),
Risiko Deficit Nutrisi
DO: muntah, anoreksia
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak mual dan
muntah
- Pasien tampah tidak
Menghabiskan 1 porsi
makanan
B. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.7 Diagnosa Keperawatan
Nama Pasien :Tn. W Ruangan : Mawar
Umur : 23 Tahun No.Register : 158063
TANGGAL NAMA & TANGGAL NAMA &
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
MUNCUL PARAF TERATASI PARAF
C. Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.8 Perencanaan Keperawatan
Nama Pasien : Tn.W Ruangan : Mawar
Umur : 23 Tahun No.Register : 158063
No Diagnosa NOC NIC Rasional
1 Defisit volume Keseimbangan Manajemen cairan: 1. Agar dapat segera dilakukan
cairan cairan: 1. Monitor status tindakan jika terjadi syok
berhubungan 1. Berat hidrasi ( missal, 2. Untuk mengetahui balance
dengan intake 2. Cukup membrane mukosa cairan dalam tubuh/
yang tidak
3. Sedang lembab, denyut homeostatis
adekuat
4. Ringan nadi adekuat, dan 3. Mengetahui dengan cepet
5. Tidak ada tekanan darah penyimpangan dari keadaan
Hasil yang osmotic ) normalnya.
diharapkan adalah 2. Jaga intake / asupan 4. Asupan cairan sangat
indikator 4-5 yang akurat dan diperlukan untuk menambah
dibuktikan dengan catat output (pasien) volume cairan tubuh.
kriteri: 3. Monitor tanda-tanda 5. Memenuhi kebutuhan dengan
1. Kelopak mata vital mendukung partisipasi dan
tidak cekung 4. Tingkatkan asupan kemandirian pasien
2. Turgor kulit baik oral ( misal, 6. mengetahui hasil laboratorium
3. Membrane memberikan yang abnormal
mukosa tetap sedotan, 7. Pemberian cairan IV sangant
lembab menawarkan cairan penting bagi klien yang
4. Pengisian kapiler diantara waktu mengalami defisite volume
merah muda makan ) yang cairan untuk memenuhi
5. Tanda-tanda vital sesuai. kebutuhan cairan
dalam batas 5. Dukung pasien dan 8. Untuk menghindari terjadinya
normal keluarga untuk hipertermi apabila terjadi
membatu dalam dehidrasi.
pemberian makan 9. Untuk memenuhi kebutuhan
dengan baik. cairan tubuh.
10. Mengetahui perubahan status
Kolaborasi kesehatan setelah pemberian
6. Monitor hasil obat
laboratorium yang 11. Memastikan tidak terjadi
relevan dengan kesalahan dalam pemberian
retensi cairan ( obat
misal, peningkatan
berat jenis,
peningkatan BUN,
penurunan
49
hematocrit,
peningkatan kadar
osmolitas urin )
7. Berikan terapi IV,
seperti yang
ditentukan
8. Berikan cairan IV
sesuai suhu kamar
9. Berikan cairan
dengan tepat
10. Monitor reaksi
pasien terhadap
terapi elektrolit
yang diresepkan
11. Konsultasi dengan
dokter jika tanda-
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan menetap atau
memburuk
2 Hipertermia Termoregulasi: Regulasi Suhu
berhubungan Dengan Kriteria : 1. Monitor warna kulit 1. Mengetahui perubahan kesehatan
dengan proses 1. Peningkatan Suhu dan suhu tubuh 2. Mengganti cairan yang hilang
infeksi virus Kulit 2. Tingkatkan intake berlebih
2. Hipertermia cairan dan nutrisi 3. Mengetahui adanya perubahan
3. Dehidrasi 3. Pemantauan Tanda kesehatan psien
4. Mengantuk Vital 4. Mengetahui adanya peningkatan
5. Berkeringat Saat 4. Monitor TD, nadi, tekanan darah
Panas suhu, RR 5. Turgor kulit yang buruk,
6. Denyut Nadi 5. Catat adanya terjadinya dehidrasi pada pasien
Radialis fluktuasi tekanan 6. Mengetahui peningkatan suhu
7. Frekuensi darah pasien
pernapasan 6. Monitor suhu, 7. Untuk mengetahui keadaan
kelembapan, dan umum pasien
Dengan l;evel: warna kulit 8. Mengetahui adanya penurunan
1: Gangguan Eksterm Terapi Demam kesdaran
2: Berat 7. Monitor suhu 9. Mengetahui adanya perubahan
3: Sedang sesering mungkin status kesehatan
4: Ringan 8. Monitor tekanan 10. Mempertahankan nutrisi adekuat
5: Tidak Ada Gangguan darah, nadi dan 11. Menurunkan suhu tubuh
pernapasan 12. Mempertahankan suhu tubuh
Nilai yang diharapkan 4 9. Monitor penurunan pasien
sampai 5 tingkat kesadaran 13. Mencegah kehilangan panas
10. Monitor WBC, Hb, tubuh yang berlebihan
dan Hct 14. Menganti cairan yang hilang dan
11. Monitor intake dan menurnkan suhu tubuh klien
output 15. Mempertahankan pertukaran gas
12. Berikan pengobatan 16. Melancarkan sirkulasi udara
untuk mengatasi
penyebab demam
13. Selimuti pasien
14. Kolaborasi pemberian
cairan intra vena dan
50
berikan antipiretik
(parasetamol)
15. kompres pasien pada
lipatan paha dan axila
16. Tingkatkan sirkulasi
udara
Kolaborasi:
10. monitor tinjauan
koagulasi, termasuk
waktu protrhombin,
waktu
trhomboplastin
51
parsil, fibrinogen,
dan jumlah
trombosit dengan
tepat.
11. Atur ketersediaan
produk-produk
darah untuk
tranfusi, jika perlu
12. Beri produk-produk
darah ( misalnya,
trombosit dan
plasma beku segar )
dengan tepat
D. Implementasi Keperawatan
HARI,
NO.
NO TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON HASIL NAMA & PARAF
DX
PUKUL
1 Selasa, 17 Juli
2018
II Midawati
1. Memonitor status
Pukul 08.10 hidrasi ( missal, 1. membrane mukosa kering,
membrane mukosa turgor jelek, nadi adekuat
lembab, denyut nadi
adekuat, dan tekanan
darah osmotic )
3. Memonitor tanda-
Pukul 10.00 tanda vital 3. TD= 100/60 mmHg
N= 90 x/mnt
4. Meningkatkan S= 39’c
Pukul 12.00 asupan oral ( misal, 4. Pasien tampak minum disela-
memberikan sedotan, sela makan
menawarkan cairan
diantara waktu makan
) yang sesuai.
5. Menganjurkan pasien
Pukul 12.30
unutk minum 6-8
gelas per hari 5. Pasien mengatakan akan
mengikuti anjuran perawat
6. Mendukung pasien
Pukul 12.35
dan keluarga untuk
membatu dalam 6. Keluarga mengatakan akan
pemberian makan dan selalu memotivasi pasien untuk
minuman dengan banyak makan dan minum
baik.
8. Mengobservasi
53
2 Selasa, 17 Juli I
2018 Midawati
Pukul 08.00 1. Memonitor warna 1. kulit teraba hangat dengan suhu
kulit dan mengukur 39 c
suhu tubuh pasien
2. memberikan 2. pasien mengatakan kurang
pendidikan banyak minum dan
kesehatan kepada mengusahakan untuk banyak
klien agar untuk minum
banyak minum
untuk menghindari
dehidrasi
4. Memonitor status
Pukul 11.30 4. Pasien BAK 9 x/hari, cairan
cairan, termasuk infus 3 kolf/hari, pasien
asupan (intake) dan minum 3 gelas/hari
haluaran (output)
5. Menginstruksikan 5. Pasien mengatakan hanya
Pukul 11.35 pasien akan beraktifias di tempat tidur
pembatasan aktifitas saja
6. Menginstruksikan
Pukul 11.40 pasien dan keluarga 6. Keluarga dan pasien mengerti
akan tanda-tanda dan akan mengikuti instruksi
dari perawat
perdarahan dan
tindakan yang tepat (
yaitu memberi tahu
perawat ) bila
perdarahan lebih
lanjut terjadi. 7. Peteki (+), BAB kehitaman
7. Memeriksa (+), gusi berdarah (-)
Pukul 12.00 perdarahan dari
selaput lendir,
memar setelah 8. Tetesan infus lancar, tidak
ada tanda-tanda plebitis.
benturan minimal,
dan adanya peteki.
8. Mempertahan
Pukul 12.30 kepatenan akses IV
55
2 Kamis, 18 II S: MIDAWATI
Juli 2018 - Pasien mengatakan badan
1. Memonitor warna kulit dan masih panas
Pukul 08.21 mengukur suhu tubuh pasien - Pasien mengatakan sudah
banyak minum
2. Memberikan pendidikan - Pasien mengatakan minum
Pukul 08.37 kesehatan kepada klien agar 4 gelas
untuk banyak minum untuk - Pasien mengatakan sudah
menghindari dehidrasi memakai pakaian yang tipis
3. Menanyakan berapa banyak - Pasien mengatakan jika
Pukul 10.38 pasien minum dalam sehari panas di kompres dengan
air hangat
- Pasien mengatakan sudah
4. Mengukur tekanan darah, beristirahat dengan baik
Pukul 10.45 mnegecek nadi, mengukur - Pasien tidak menolak
suhu, menghitung pernafasan diberikan obat
5. Mengganti cairan infus pasien A:
Pukul 11. 49 - TD: 110/80 mmHg
6. Mengatur tetesan infus klien N: 86x/mnt
Pukul 12.39 sesuai kebutuhan P: 22 x/mnt
7. Menghitung cairan infus yang S:37,9˚C
Pukul 12.43 masuk perhari - Pasien tampak minum air
8. Memberikan obat antipiretik putih
Pukul 12.50 parasetamol peroral 3x1 - Cairan infus yang masuk
9. Menganjurkan klien untuk 1500 cc
Pukul 13.00 memakai baju yang tipis dan - Pasien Tampak Memakai
menyerap keringat Pakaian tipis
10. Memberikan pendidikan - Pasien tampak lebih tenang
Pukul 13.10 kesehatan tentang cara setelah pemberian obat
mengkompres pada daerah P: Termoregulasi 3 (sedang)
lipatan axila dan paha dengan A: Intervensi dilanjutkan
menggunakan kain yang 1,3,4,5,6,7,8,10,11
dibasahi dengan air hangat
11. Menganjurkan klien untuk
Pukul 13.30 istirahat dengan baik
3 Kamis, 17 III S:
Juli 2018 - Pasien mengatakan b.a.b
tidak hitam lagi
Pukul 09.42 1. memonitor pasien akan - Pasien mengatakan bintk
perdarahan secara ketat merah sudah mulai
Pukul 09.53 2. memonitor tanda-tanda vital menghitam
- Pasien mengatakan sudah
banyak minum
Pukul 10.03 3. Memperhatikan kadar - Pasien mengatakan hanya
trombosit dan beraktifitas di sekitar
hemoglobin/hematocrit kamar saja
- Pasien dan keluarga
Pukul 10.19 4. Memonitor status cairan, mengtakan sudah mengerti
termasuk asupan (intake) dan dan akan mengikuti
haluaran (output) istruksi dari perawat
Pukul 10.33 5. Menginstruksikan pasien akan - Pasien tidak menolak saat
pembatasan aktifitas diberi obat
Pukul 10.41 6. Menginstruksikan pasien dan O:
keluarga akan tanda-tanda - BAB berwarna kecoklatan
perdarahan dan tindakan yang - Pteki (+), gusi berdarah (-)
58
4 Kamis, 18 IV S: MIDAWATI
Juli 2018 - Pasien mengatakan kurang
pukul 08.46 1. Menentukan status gizi pasien nafsu makan
dan kemampuan untuk - Pasien mengatakan tidak
memenuhi staus gizi ada alergi makanan
pukul 09. 40 2. Mengidentifikasi alergi pada - Pasien mengatakan makan
makanan sedikit tapi sering
pukul 09.59 3. Menganjurkan pasien makan - pasien mengatakan
sedikit tapi sering lingkungan kurang
pukul 10.09 4. Menciptakan lingkungan yang nyaman
optimal saat mengkonsumsi - pasien mengatakan nafsu
makanan ( bersih dan bebas makan ada saat ada
dari bau) makanan kesukaan
pukul 10.13 5. Menganjurkan pada pasien O:
makan sambil duduk - Pasien tampak kurang
Pukul 11.15 6. memastikan makanan disajikan nafsu makan
dalam bentuk yang menari - Pasein tampak hanya
Pukul 12.00 7. Menganjurkan keluarga menghabiskan ½ porsi
membawa makanan kesukaan makanan
pasien tawarkan makanan - Pasien tampak lemah
ringan yang padat gizi A: Status Gizi 3 (cukup) nafsu
Pukul 13.00 8. Memoniror terjadinya makan 3 (cukup)
penurunan berat badan P: Intervensi Dilanjutkan
1,3,5,6,7,8
59
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses pengumpulan datayang sistematis dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2011). Sumber data didapatkan dari klien, keluarga klien, teman
terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan perkembangan kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnostik dan laboratorium (Potter,
2015)
Klien Tn W datang ke rumah sakit dengan keluhan badannya panas,
BAB kehitaman, lemas, bintik-bintik merah diseluruh tubuh, pusing, klien
mengatakan mual, kadang-kadang muntah sedikit, serta kurang nafsu makan.
Tn W didiagnosa DHF.Gejala yang dialami Tn W D sama dengan tanda dan
gejala menurut Soedarto, 2005, yaitu nyeri emam, perdarahan pada hari ke d2
atau 3 (ptekie, mimisan, gusi berdarah, b.a.b hitam), hepatomegaly, renjatan
yang biasanya timbul pada hari ke 3.
Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan pemeriksaan hematologi
hematokrit 43%, leukosit 9000 mm3, trombosit 58.000/mm3, GDS 86 mg/dl.
62
63
Hal ini sesuai menurut (WHO, 2007) yaitu hasil pemeriksaan laboratorium
didapat trombosit kurang dari 100.000 mm3 yaitu 58.000 mm3 dengan nilai
normal 150.000-400.000 mm3.
Pada pengkajian ditemukan pasien mengeluh badannya panas, BAB
kehitaman, lemas, bintik-bintik merah diseluruh tubuh, pusing, klien
mengatakan mual, kadang-kadang muntah sedikit, serta kurang nafsu makan.
Pada pengkajian Tn W secara subyektif mengeluh demam, pasien
mengatakan mual dan kadang-kadang muntah serta nafsu makan yang
kurang, pasien mengatakan lemas, BAB kehitaman, dan muncul bintil-bintik
merah di tubuh. Didapat data objektif yaitu pasien tampak gelisah, suhu
tubuh pasien 39 c pasien tampak mual, mukosa bibir kering, tampak bintik-
bintik merah di seluruh tubuh, BAB tampak kehitaman, pasien tampak pucat,
pasien tampak berbaring ditempat tidur, pasien tampak hanya menghabiskan
½ porsi makanan.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan respon aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin
dan berkompeten untuk mengatasinya (Potter, 2015). Dari hasil pengkajian
yang dilakukan penulis, penulis mengangkat lima diagnosa yaitu hipertermia
berhubungan dengan proses infeksi virus, defisit volume cairan berhubungan
dengan output yang berlebihan, resiko perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia, defisit nutrisi berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
Berdasarkan hal tersebut ada satu diagnosa yang tidak ditemukan pada
klien di lapangan tetapi terdapat diteori yaitu diagnosa intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik dimana tidak didapatkan data
intoleransi aktifitas pada klien yang meliputi : tidak mampu beraktifitas
secara mandiri dan menurunnya kekuatan otot.
64
C. Perencanaan
anoreksia dapat teratasi dengan kriteria asupan gizi dan keinginan untuk
makan yang adekuat, mual tidak ada, muntah tidak ada.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian yang dilakukan pada pasien didapatkan data subyektif dan
obyektif. Dari data subyektif pasien mengatakan demam, lemas,
pusing, pasien mengeluh mual dan muntah nafsu makan berkurang,
BAB kehitaman, ada bintik-bintik merah di seluruh tubuh.
Data obyektif yang didapat adalah pasien tampak lemah, suhu tubuh
39 C, turgor jelek, membrane mukosa kering, BAB tampak kehitaman,
tampak binitk-bintik merah di seluruh tubuh, pasien tampak hanya
menghabiskan ½ porsi makanan, pasien tampak mual dan muntah
2. Diagnosa keperawatan utama yang muncul saat dilakukan pengkajian
adalah hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virust, defisit
volume cairan berhubungan dengan output yang berlebihan, risiko
perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, defisit nutrisi
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia
3. Intervensi keperawatan dibuat sesuai keaadaan, sarana dan prasarana
yang tersedia, dalam merencanakan tindakan keperawatan penulis
mengkombinasikan tindakan mandiri, kolaborasi serta penyuluhan
pada keluarga dan dari ketiga gabungan tindakan keperawatan
diharapkan dapat efektif dalam menangani masalah klien dan
mencegah komplikasi penyakit maupun komplikasi tindakan yang
dilakukan.
4. Pada saat impelemtasi keperawatan semua intervensi keperawatan
yang ada pada kasus dapat dimplementasikan, hal ini disebabkan
karena klien dan keluarga koferatif pada saat implementasi dilakukan,
Implementasi pada Tn W dapat dilakukan penulis sesuai dengan
rencana tindakan keperawatan, dan ditunjang dengan melakukan
tindakan keperawatan penulis tidak mengalami kesulitan karena klien
koperatif, tidak ada rencana keperawatan yang dilakukan penulis di
luar rencana tindakan keperawatan yang ada diteori, penulis
68
69
Departemen Kesehatan RI. 2008. Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2007. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Jaenisch, T., Tam, D. T., Kieu, N. T., Ngoc, T. V., Nam, N. T., Kinh, N. V., et al.
2016. Clinical Evaluation Of Dengue And Identification Of Risk Factors
For Severe Disease: Protocol For A Multicentre Study in 8 Countries.
BMC Infectious Diseases , 1-11.
Kozier, B., Karyuni, P. E., & Widiarti, D. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik. Edisi 7 Volume 2. Jakarta: EGC.
71
72
Soemarno. 2007. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Jakarta: Penerbit
FKUI.
Suprajitno. 2007. Asuhan Keperawatan pada klien dengan DHF. Jakarta: EGC.