Anda di halaman 1dari 16

1.

Pengertian
Plasenta merupakan bagian dari kehamilan yang penting, mempunyai bentuk bundar dengan
ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500 gram. Plasenta merupakan
organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme khusus untuk menunjang pertumbuhan dan
ketahanan hidup janin. Hal ini termasuk pertukaran gas yang efisien, transport aktif zat-zat
energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu pada alograft dan akuisisi janin. Melihat
pentingnya peranan dari plasenta maka bila terjadi kelainan pada plasenta akan menyebabkan
kelainan pada janin ataupun mengganggu proses persalinan. Salah satu kelainan pada plasenta
adalah kelainan implantasi atau disebut dengan plasenta previa (Manuaba, 2005).
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium
uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke arah fundus uteri
(Prawirohardjo, 2008).
Selain pengertian diatas Chalik, (2008). Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
bagian segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir yang
ditandai dengan perdarahan uterus yang dapat keluar melalui vagina tanpa adanya rasa nyeri
pada kehamilan trimester terakhir, khususnya pada bulan kedelapan.

2. Etiologi
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah
rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi salah
satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin terjadi
karena proses radang maupun atropi.
3. Faktor resiko
Menurut Chalik (2008) faktor risiko timbulnya plasenta previa belum diketahui secara pasti
namun dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa frekuensi plasenta previa tertinggi terjadi
pada ibu yang berusia lanjut, multipara, riwayat seksio sesarea dan aborsi sebelumnya serta gaya
hidup yang juga dapat mempengaruhi peningkatan resiko timbulnya plasenta previa.
Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa yaitu:
1. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.
2. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.
3. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar dibandingkan
dengan tanpa riwayat abortus.
4. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
Menurut Chalik (2008), yang menjadi penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah
rahim belum diketahui secara pasti. Namun teori lain mengemukakan bahwa yang menjadi
salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, yang mungkin
terjadi karena proses radang maupun atropi.

4. Klasifikasi
Menurut Chalik (2008). Ada 4 derajat abnormalitas plasenta previa yang didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu yaitu :

a. Placenta Previa Totalis


Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan cervix 4 cm. Pada
posisi ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam (normal / spontan / biasa),
karena risiko perdarahan sangat hebat. Plasenta previa sentralis yaitu bila tali pusat plasenta
berada tepat dengan sentral kanalis servikalis.

b. Placenta Previa Partialis


Bila hanya sebagian / separuh plasenta yang menutupi ostium uteri internum pada
pembukaan cervik 4 cm. Pada posisi ini pun risiko perdarahan masih besar, dan biasanya
tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.
c. Placenta Previa Marginalis
Bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir ostium uteri internum pada pembukaan
servik 4 cm. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan tetap besar.

d. Low-lying placenta (plasenta letak rendah, lateralis placenta atau kadang disebut juga
dangerous placenta)
Posisi plasenta yang letaknya abnormal pada segmen bawah uterus, akan tetapi belum
sampai menutupi uteri internum. Pinggir plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas pinggir
ostium uteri internum, sehinnga tidak teraba pada pembukaan jalan lahir. Risiko perdarahan
tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan per-vaginam dengan aman, asal
hati-hati.

5. Fatofisiologi
- bekas luka operasi pada uterus
- kehamilan multiple
- kehamilan multipara
- tumor endometrium
- vaskularisasi fundus ↓

vaskularisasi desidua menururn

Plasenta previa

Totalis Partialis Marginalis law lying

Bertambahnya usia kehamilan (trimester ke 3)

Uterus mengalami perubahan (semakin melebar dan servik mulai membuka)

Terjadi pembentukkan segmen bawah Rahim dan pembukaan ostium interna


Plasenta menenpel di segmen bawah Rahim/plasenta lepas dari dinding uterus

Sinus uterus robek/rupture

Perdarahan

Risiko
Kehilangan cairan HbO2 dalam O2 kejaringan pertumbuhan janin
dan darah darah menurun fetus menurun terhambat/kematia
n janin

Resti syok O2 kejaringan


Metabolisme anaerob
hipovolemik menurun
Penumpukan asam
Perubahan perpusi laktat
jaringan utero
plasenta Kelelahan

Intoleransi Aktivitas

6. Tanda dan gejala


Gambaran klinik plasenta previa adalah sebagai berikut :
a) Perdarahan pervaginam
Darah berwarna merah terang pada umur kehamilan trimester kedua atau awal trimester
ketiga merupakan tanda utama plasenta previa. Perdarahan pertama biasanya tidak banyak
sehingga tidak akan berakibat fatal, tetapi perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak
dari perdarahan sebelumnya.
b) Tanpa alasan dan tanpa nyeri
Kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa nyeri yang biasanya
baru terlihat setelah kehamilan mendekati akhir trimester kedua atau sesudahnya.
c) Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, perdarahan yang sedikit
demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang singkat, dapat menimbulkan
anemia sampai syok.
d) Pada janin, turunnya bagian terbawah janin ke dalam Pintu Atas panggul (PAP) akan
terhalang, tidak jarang terjadi kelainan letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan
aspiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 2005; Murah dkk, 1999).

7. Penatalaksanaan (Sandra, 2001)


a) Konservatif bila :
1. Kehamilan kurang 37 minggu.
2. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
3. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh perjalanan selama 15
menit).
Perawatan konservatif berupa :
1. Istirahat
2. Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
3. Memberikan antibiotik bila ada indikasi.
4. Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.
Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif maka
lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada perdarahan. Bila
timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh melakukan senggama.
b) Penanganan aktif bila :
1. Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
2. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
3. Anak mati
Penanganan aktif berupa :
1. Persalinan per vaginam.
2. Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up) yakni
dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit perdarahan
maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus per vaginam
bila gagal drips. Bila terjadi perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

c) Penanganan (pasif)
1. Tiap perdarahan triwulan III yang lebih dari show harus segera dikirim ke Rumah sakit
tanpa dilakukan suatu manipulasi/UT.
2. Apabila perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartus, kehamilan belum
cukup 37 minggu/berat badan janin kurang dari 2.500 gram persalinan dapat ditunda
dengan istirahat, obat-obatan; spasmolitik, progestin/progesterone, observasi teliti.
3. Siapkan darah untuk transfusi darah, kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya
tidak prematur
4. Bila ada anemia; transfusi dan obat-obatan penambah darah.
Penatalaksanaan kehamilan yang disertai komplikasi plasenta previa dan janin prematur
tetapi tanpa perdarahan aktif, terdiri atas penundaan persalinan dengan menciptakan
suasana yang memberikan keamanan sebesar-besarnyabagi ibu maupun janin. Perawatan
di rumah sakit yang memungkinkan pengawasan ketat, pengurangan aktivitas fisik,
penghindaran setiap manipulasi intravaginal dan tersedianya segera terapi yang tepat,
merupakan tindakan yang ideal. Terapi yang diberikan mencangkup infus larutan
elektrilit, tranfusi darah, persalinan sesarea dan perawatan neonatus oleh ahlinya sejak
saat dilahirkan.
Pada penundaan persalinan, salah satu keuntungan yang kadang kala dapat diperoleh
meskipun relatif terjadi kemudian dalam kehamilan, adalah migrasi plasenta yang cukup
jauh dari serviks, sehingga plasenta previa tidak lagi menjadi permasalahn utama. Arias
(1988) melaporkan hasil-hasil yang luar biasa pada cerclage serviks yang dilakukan antara
usia kehamilan 24 dan 30 minggu pada pasien perdarahan yang disebabkan oleh plasenta
previa.
Prosedur yang dapat dilakukan untuk melahirkan janin bisa digolongkan ke dalam dua
kategori, yaitu persalinan sesarea atau per vaginam. Logika untuk melahirkan lewat bedah
sesarea ada dua :
a) Persalinan segera janin serta plasenta yang memungkinakan uterus untuk
berkontraksi sehingga perdarahan berhenti.
b) Persalinan searea akan meniadakan kemungkinan terjadinya laserasi serviks yang
merupakan komplikasi serius persalinan per vaginam pada plasenta previa totalis
serta parsial.

8. Kemungkinan Data Fokus


a) Wawancara
1. Pengumpulan data
a) Identitas klien : nama klien, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku atau
bangsa, pendididkan, pekerjaan, dan alamat.
b) Identitas Penanggung Jawab Pasien
2. Riwayat Penyakit
a) Keluhan utama :
▪ Pasien mengatakan perdarahan yang disertai nyeri.
▪ Rahim keras seperti papan dan nyeri tekan karena isi rahim bertambah dengan
dorongan yang berkumpul dibelakang plasenta, sehingga rahim tegang.
▪ Perdarahan yang berulang-ulang.
b) Riwayat penyakit sekarang
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan darh, darah yang
keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat dari perdarahan pasien lemas dan
pucat. Sebelumnya biasanya pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre
eklampsi, tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil (hydroamnion
gameli) dll.
c) Riwayat penyakit masa lalu
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi, tali pusat pendek,
trauma, uterus / rahim feulidli.

d) Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak mengetahui
asal dan penyebabnya.

b) Pemeriksaan fisik (head to toe)


a) Keadaan umum
1. Kesadaran : composmetis sampai dengan koma
2. Postur tubuh : biasanya gemuk
3. Cara berjalan : biasanya lambat dan tergesa-gesa
4. Raut wajah : biasanya pucat

b) Tanda-tanda vital
1. Tensi : normal sampai turun (syok)
2. Nadi : normal sampai meningkat (> 100x / menit)
3. Suhu : normal / meningkat (> 37,5˚ c)
4. RR : normal / meningkat (> 22x / menit)
c) Anamnesa plasenta previa
1. Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
2. Sift perdarahan :
a. Tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba
b. Tanpa sebab yang jelas
c. Dapat berulang
3. Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu atau janin dalam rahim
4. Pada inspeksi dijumpai
a. Perdarahan pervagina encer sampai menggumpal
b. Pada perdarahan yang banyak ibu tanpa anemis
d) Pemeriksaan fisik ibu
1. Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok
2. Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
3. Pada pemeriksaan dapat dijumpai :
a. Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal
b. Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat
c. Tanpa anemis
e) Pemeriksaan khusus
1. Pemeriksaan palpasi abdomen
a) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur hamil.
b) Karena plasenta di segmen bahwa rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin
dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
2. Pemeriksaan denyut jantung janin
1. Bervariasi dari normal sampai ke ujung asfiksia dan kematian dalam rahim.
2. Pemeriksaan dalam dilakukan diatas meja operasi dan siap untuk segera
mengambil tindakan, Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
a. Menegakkan diagnosa pasti
b. Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya
memecahkan ketuban.
c. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar osteum, uteri, internum.

c) Pemeriksaan diagnostik
1. USG : biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat
maturasi plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik
operasi yang akan dilakukan.
2. Kardiotokografi (KTG) : Kardiotokografi dalam Persalinan adalah suatu metoda
elektronik untuk memantau kesejahteraan janin dalam kehamilan dan atau dalam
persalinan. Dilakukan pada kehamilan > 28 minggu.
3. Laboratorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan PDMO atau operasi, perlu
diperiksa faktor waktu pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah sewaktu.
Pemeriksaan lainnya dilakukan atas indikasi medis.
4. Sinar X
Menampakkan kepadatan jaringan lembut untuk menampakkan bagian-bagian tubuh
janin.

5. Pengkajian vaginal
Pengkajian ini akan mendiagnosa placenta previa tapi seharusnya ditunda jika
memungkinkan hingga kelangsungan hidup tercapai (lebih baik sesuadah 34 minggu).
Pemeriksaan ini disebut pula prosedur susunan ganda (double setup procedure). Double
setup adalah pemeriksaan steril pada vagina yang dilakukan di ruang operasi dengan
kesiapan staf dan alat untuk efek kelahiran secara cesar.
6. Isotop Scanning
Atau lokasi penempatan placenta
7. Amniocentesis
Jika 35-36 minggu kehamilan tercapai, panduan ultrasound pada amniocentesis untuk
menaksir kematangan paru-paru (rasio lecithin / spingomyelin [LS] atau kehadiran
phosphatidygliserol) yang dijamin. Kelahiran segera dengan operasi direkomendasikan
jika paru-paru fetal sudah mature.

9. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : Plasenta previa Perubahan
 Klien klien mengeluh perpusi jaringan
badannya terasa lemas. Bertambahnya usia kehamilan utero plasenta
 Kontraksi uterus menurun (trimester ke 3)
 Gerakan janin berkurang.
Uterus mengalami perubahan
DO : (semakin melebar dan servik
 Klien tampak pucat mulai membuka)
 Tampak adanya perdarahan
pervaginam. Terjadi pembentukkan segmen
 TTV : bawah Rahim dan pembukaan
✓ TD : < 110-120/70-90 ostium interna
mmHg.
✓ Nadi : > 60-100 x/menit. Plasenta menenpel di segmen
✓ RR : > 22x/menit. bawah Rahim/plasenta lepas
✓ Suhu: Normal/meningkat dari dinding uterus
(>37,5oC).
 Djj : >/< 160x/menit Sinus uterus robek/rupture
 Hasil USG diperoleh
gambaran plasenta previa Perdarahan
menutupi pinggir, sebagian,
keseluruhan, ostium uteri HbO2 dalam darah menurun
interna, dan disegmen
bawah uterus. O2 kejaringan menurun
Perubahan perpusi jaringan
utero plasenta
2 DS : Plasenta previa Intoleransi
 Klien mengatakan badanya Aktivitas
lemas Bertambahnya usia kehamilan
 Klien mengeluh pusing. (trimester ke 3)

DO : Uterus mengalami perubahan


 Klien tampak tidak (semakin melebar dan servik
berenergi atau bertenaga mulai membuka)
 Klien kelelahan
 TTV : Terjadi pembentukkan segmen
✓ TD : < 110-120/70-90 bawah Rahim dan pembukaan
mmHg. ostium interna
✓ Nadi : > 60-100 x/menit.
✓ RR : > 22x/menit. Plasenta menenpel di segmen
✓ Suhu: Normal/meningkat bawah Rahim/plasenta lepas
(>37,5oC). dari dinding uterus
 Hb: < 11 g/dL
 ADL klien di bantu Sinus uterus robek/rupture
 Kekuatan otot klien :
5/5 Perdarahan
5/5
HbO2 dalam darah menurun

O2 kejaringan menurun

Metabolisme anaerob

Penumpukan asam laktat

Kelelahan

Intoleransi Aktivitas
3 DS : Plasenta previa Risiko Syok
 Klien mengatakan hipovoliemik
mengalami perdarahan sejak Bertambahnya usia kehamilan
trimester kedua atau awal (trimester ke 3)
trimester ketiga.
 Menurut klien, perdarahan Uterus mengalami perubahan
pertama yang keluar sedikit (semakin melebar dan servik
namun lama kelaman mulai membuka)
erdarahan bertambah
banyak. Terjadi pembentukkan segmen
bawah Rahim dan pembukaan
DO : ostium interna
 Klien tampak pucat
 Tampak adanya perdarahan Plasenta menenpel di segmen
pervaginam. bawah Rahim/plasenta lepas
 TTV : dari dinding uterus
✓ TD : < 110-120/70-90
mmHg. Sinus uterus robek/rupture
✓ Nadi : > 60-100 x/menit.
✓ RR : > 22x/menit. Perdarahan
✓ Suhu: Normal/meningkat
(>37,5oC). Kehilangan cairan dan darah
 Hasil USG diperoleh
gambaran plasenta previa Resti syok hipovolemik
menutupi pinggir, sebagian,
keseluruhan, ostium uteri
interna, dan disegmen
bawah uterus.
 Hb: < 11 g/dL

10. Diagnosa Keperawatan


1. Syok hipovoliemik b.d kehilangan cairan dan darah akibat perdarahan
2. Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b.d kadar O2 ke jaringan janin/fetus menurun
3. Intoleransi Aktivitas b.d kelelahan
11. Intervensi keperawatan
No Dx Tujuan Intervensi Rasional
Kep
1 1 Umum : 1. Pantau tanda – tanda vital, penisian 1. Membantu menentukan beratnya
Setelah dilakuka tindakan kapiler pada dasar kuku, warna kehilangan darah, meskipun
keperawatan selama 1x24 membran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur sianosis dan perubahan pada
jam syok hipovolemik tekanan vena sentarl, bila ada. tekanan darah, nadi adalah tanda-
teratasi. tanda lanjut dari kehilangan
sirkulasi atau terjadinya syok.
Khusus: 2. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah 2. Perkiraan kehilangan darah
Setelah dilakuka tindakan serta jumlah kehilangan darah. Lakukan membantu membedakan diagnosa,
keperawatan selama 2-3 jam perhitungan pembalut Timbang Setiap gram peningkatan berat
syok hipovolemik teratasi. pembalut pengalas. pembalut sama dengan kehilangan
kira-kira 1 ml darah.
Kriteria hasil: 3. Posisikan klien dengan tepat, telentang 3. Menjamin keadekuatan darah yang
 TTV dalam batas normal dengan panggul ditinggikan atau posisi tersedia untuk otak; peninggian
TD : 110-120/70-90 semi-fowler. Hindari posisi panggul menghindari kompresi
N : 60-100x/menit trendelenburg. vena kava. Posisi semi- fowler
RR: 16-22x/menit memungkinkan janin bertindak
Suhu : 36,3-37,50C sebagai tampon.
 Akral hangat 4. Hindari pemeriksaan rectal atau vagina 4. Dapat meningkatkan hemoragi,
 Kadar Hb dalam batas khususnya bila plasenta previa
normal (12-16g/dL). marginal atau total terjadi.
 Klien tidak tampak pucat 5. Berikan larutan intravena, ekspander 5. Meningkatkan volume darah
 Konjungtiva tidak plasma, darah lengkap, atau sel-sel sirkulasi dan mengatasi gejala-
Anemis kemasan, sesuai indikasi. gejala syok.
 CRT : < 3 detik 6. Siapkan untuk kelahiran sesaria. 6. Hemoragi berhenti bila plasenta
diangkat dan sinus-sinus vena
tertutup.
2 2 Umum : 1. Perhatikan status fisiologis ibu dan 1. Kejadian perdarahan potensial
Setelah dilakuka tindakan janin, status sirkulasi, dan volume darah. merusak hasil kehamilan,
keperawatan selama 1x24 kemungkinan menyebabkan
jam tidak terjadi perubahan hipovolemia atau hipoksia
perpusi jaringan utero 2. Auskultasi dan laporkan DJJ , catat uteroplasenta.
plasenta. bradikardia atau takikardia. Catat 2. Mengkaji berlanjutnya hipoksia
perubahan pada aktivitas janin janin. Pada awalnya, janin berespon
Khusus: (hipoaktivitas atau hiperaktivitas. pada penurunan kadar oksigen
Setelah dilakuka tindakan dengan takikardia dan peningkatan
keperawatan selama 2-3 jam gerakan. Bila tetap defisit,
tidak terjadi perubahan bradikardia dan penurunan aktivitas
perpusi jaringan utero 3. Anjurkan tirah baring pada posisi miring terjadi.
plasenta. kiri. 3. Menghilangkan tekanan pada vena
kava inferior dan meningkatkan
Kriteria hasil: sirkulasi plasenta/janin dan
 TTV dalam batas normal 4. Berikan suplemen oksigen pada klien pertukaran oksigen.
TD : 110-120/70-90 4. Meningkatkan ketersediaan oksigen
N : 60-100x/menit 5. Ganti kehilangan darah/cairan ibu. untuk ambilan janin.
RR: 16-22x/menit 5. Mempertahankan volume sirkulasi
Suhu : 36,3-37,50C yang adekuat untuk transport
 Akral hangat 6. Kolaborasi dengan dokter untuk oksigen.
 Kadar Hb dlam batas persiapkan intervensi bedah dengan 6. Pembedahan perlu bila terjadi
normal (12-16g/dL). tepat. pelepasan plasenta yang berat, atau
 Klien tidak tampak pucat bila perdarahan berlebihan , terjadi
 DJJ : 120-160x/menit penyimpangan oksigen janin, dan
 Pergerakan bayi (+) kelahiran vagina tidak mungkin.
 Kontraksi uterus (+)
 Tidak terjadi pembukaan
ostium interna.
3 3 Umum : 1. Kaji ulang keluhan klien. 1. Untuk mengidentifikasi masalah-
Setelah dilakukan tindakan masalah klien.
keperawatan 4x24 jam 2. Kaji hal-hal yang mampu atau yang 2. Untuk mengetahui tingkat
aktifitas terpenuhi secara tidak mampu dilakukan oleh klien. ketergantungan klien dalam
mandiri. memenuhi kebutuhannya.
3. Bantu klien untuk memenuhi 3. Pemberian bantuan sangat
Khusus: kebutuhan aktivitasnya sehari-hari diperlukan oleh klien pada saat
Setelah dilakukan tindakan sesuai tingkat keterbatasan klien kondisinya lemah dan perawat
keperawatan selama 1x24 (membatu kekamar mandi, mempunyai tanggung jawab dalam
jam aktifitas terpenuhi memberikan makan). pemenuhan kebutuhan sehari-hari
secara bertahap, klien tanpa mengalami
ketergantungan pada perawat.
Kriteria hasil: 4. Letakkan barang-barang di tempat 4. Akan membantu klien untuk
 Klien mampu yang mudah terjangkau oleh klien. memenuhi kebutuhannya sendiri
melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain.
mandiri. 5. Kolaborasi dengan keluarga dalam 5. Memudahkan klien pemenuhan
 Kebutuhan aktivitas memenuhi kebutuhan. kebutuhan.
sehari-hari terpenuhi
 Klien tampak segar
 Kekuatan otot
5/5
5/5
DAFTAR PUSTAKA

1. Chalik TMA. 2008. Perdarahan pada kehamilan lanjut dan persalinan. Ilmu Kebidanan
Edisi Keempat Cetakan Pertama. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
2. Manuaba, Ida bagus Gde, (2005). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
berencana unuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta.
3. Murah Manoe dkk, 1999, Pedoman Diagnosis Dan Terapi Obstetri Dan Ginekologi. Bagian

/SMF obstetri dan ginekologi FK Unhas . Ujung Pandang.

4. Prawirohardjo Sarwono, 2008, ed. Keempat. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka:
Jakarta.
5. Sandra M. Nettina, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai