Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Budaya atau kebudayaan secara etimologi berasal dari bahasa sansekerta yaitu
buddhayah yang diartikan sebagai hal –hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Indonesia adalah Negara kepulauan terbesar di dunia, dengan banyaknya pulau tersebut
Indonesia memiliki beragam budaya yang sangat banyak., yang tesebar di seluruh kepulauan
Indonesia. Tidak terkecuali Bali, Bali memiliki banyak ketertarikan seperti, keindahan alam
yang dimilikinya, kebudayaannnya yang masih terjaga dengan baik, dan banyaknya objek
wisata alam dan budaya yang membuat orang penasaran untuk mengunjunginya. Salah
satunya yaitu Desa Pekraman Taro Kaja yang terletak di kecamatan Tegallalang, kabupaten
Gianyar. Desa ini terkenal dengan adat istiadat serta budayanya. Sebagai contoh salah satu
budayanya yaitu “ Objek Budaya Lembu Putih”. Di objek budaya ini, terdapat hewan sapi
yang seluruh badannya berwarna berwarna putih dan masyarakat setempat menyebutnya
“Lembu Putih”. Lembu ini diyakini memiliki kesucian yang melebihi hewan-hewan lainnya
yang biasa digunkan oleh umat Hindu sebgaai sarana upakara. Wiana (2010) dalam
pembahasan mengenai Pura Gunung raung dan kisah perjalanan Rsi Markandya de Desa
Taro , menyebutkan sapi putih Taro adalah keturunan Lembu Nandini, yaitu kendaraan dari
Dewa Siwa. Lembu ini sangat disucikan sehingga masyarakat tidak ada yang berani
mengganggu ataupun memperlakukan seperti sapi biasa (warna standard an mendapat
perlakuan yang istimewa. Lembu putih taro banyak dimanfaatkan dalam upacara yadnya
oleh umat hindu di bali, seperti Dewa yadnya (empehan), Rsi yadnya (murwa daksina), dan
Pitra yadnya memukur atau ngasti (Anon , 2012)

Lembu putih ini juga diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit medis
maupun nonmedis, yang obatnya tersebut diambil dari kotoran, air mani ataupun susunya.
Para ahli juga sudah banyak yang meneliti khasiat dari kotoran lembu putih ini, baik
ilmuwan dari bali maupun dari luar Bali yang mendengar tentang hewan langka ini. Hal
yang istimewa lainnya dari lembu putih ini selain badannya berwarna putih adalah mata
lembu ini juga berwarna merah muda dimana umumnya saoi-sapi lain matanya berwarna
hitam (Anon, 2015).

Masyarakat Desa Pekraman Taro kaja sangat meyakini kesucian lembu putih ini,
bahkan mereka tidak ada yang berani memelihara lembu putih ini secara pribadi. Apa bila
ada sapi peliharaan warga yang melahrkan anak warnanya putih, ketika berumur enam bulan
baru diserahkan kepada Desa Taro.

Berdasarkan kebudayaan yang unik dan sangat langka tersebut kami berinnisiatif
untuk menyusun karya ilmian dengan judul “Pengaruh Sakralitas dan Upaya Pelestarian
Objek Budaya Lembu Putih Desa Pekraman Taro Kaja”.

1.2 Identifikasi Masalah


1.2.1 Penyebab keanekaragaman budaya di Indonesia.
1.2.2 Kekayaan yang dimiliki Indonesia.
1.2.3 Bentuk sakralitas lembu putih bagi masyarakat di Desa Pekraman Taro Kaja,
kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.
1.2.4 Pengaruh Objek Budaya Lembu Putih bagi masyarakat di Desa Pekraman Taro Kaja,
kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.
1.2.5 Upaya pelestarian Objek Budaya Lembu Putih di Desa Pekraman Taro Kaja,
kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.
1.3 Batasan Masalah
1.3.1 Bentuk sakralitas lembu putih di Desa Pekraman Taro Kaja, kecamatan Tegallalang,
kabupaten Gianyar.
1.3.2 Pengaruh Objek Budaya Lembu Putih bagi masyarakat di Desa Pekraman Taro Kaja,
kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.
1.3.3 Upaya pelestarian Objek Budaya Lembu Putih di Desa Pekraman Taro Kaja,
kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.
1.4 Rumusan Masalah
1.4.1 Bagaimana bentuk sakralitas lembu putih di Desa Pekraman Taro Kaja, kecamatan
Tegallalang, kabupaten Gianyar ?
1.4.2 Bagaimana pengaruh Objek Budaya Lembu Putih bagi masyarakat di Desa Pekraman
Taro Kaja, kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar ?
1.4.3 Bagaimana upaya pelestarian Objek Budaya Lembu Putih di Desa Pekraman Taro
Kaja, kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar ?
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Untuk mengetahui bentuk sakralitas lembu putih di Desa Pekraman Taro Kaja,
kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.
1.5.2 Untuk mengetahui pengaruh Objek Budaya Lembu Putih bagi masyarakat di Desa
Pekraman Taro Kaja, kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.
1.5.3 Untuk mengetahui upaya pelestarian Objek Budaya Lembu Putih di Desa Pekraman
Taro Kaja, kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat bagi penulis
a. Menambah wawasan penulis tentang pengaruh pelestarian Objek Budaya dengan
sakralitas.
b. Memperluas wawasan mengenai adat istiadat serta budaya daerah setempat.
1.6.2 Manfaat bagi masyarakat setempat
a. Memperluas wawasan masyarakat tentang pengaruh pelestarian Objek Budaya
Lembu Putih dengan sakralitas terhadap masyarakat.
b. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan
Objek Budaya Lembu Putih.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Objek Budaya

Objek Budaya adalah objek wisata yang daya tariknya bersumber pada objek
kebudayaan seperti peninggalan sejarah, museum, atau atraksi kesenian. (KBBI V)

2.2 Desa Pakraman

Desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat hukum adat Bali di provinsi Bali
yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat umat
Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga atau Kahyangan Desa yang
mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah
tangganya sendiri. (Perda Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001)

2.3 Lembu Putih

Kata lembu adalah nama lain dari sapi. Dinamakan lembu putih, karena
jenis lembu ini seluruh badannya berwarna putih, termasuk warna mata dan
ekornya, tidak ada garis hitam dibagian punggung seperti sapi bali pada
umumnya. Kaca hidung, pinggiran mata, tanduk dn kukunya berwarna merah
muda akibat tidak adanya pigmentasi. (Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Pratama, MS) :
2015)

2.4 Sakralitas

Sakral memiliki arti supernatural yang luar biasa, mengesankan dan penting;
abadi yang penuh subtansi dan realitas; keteraturan dan kesempurnaan (cosmos), rumah
para leluhur, pahlawan dan para dewa. (Daniel L Pals 2001 ; 275). Sakral yaitu hal yang
lebih mudah dirasakan daripada dilukiskan. Bilamana terdapat suatu anggapan suatu
benda sacral tersebut mengandung zat suci, dan didalammnya mengandung pengertian
misteri nyang mengerikan tapi mengagungkan (Zakiah Daradjat).

2.5 Pelestarian
Pelestarian adalah pengelolaan sumber daya alam yang menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin kesinambungan persdiaan dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas dan keanekaragaman. (KBBI)

2.6 Kerangka Berpikir

Lembu Putih

Dianggap Suci

Sakralitas

Objek Wisata Konservasi

Objek Budaya Lembu


Putih lestari
Lembu putih merupakan sapi yang seluruh badannya berwarna putih. Keberadaan lembu
putih inidianggap suci dan dikaitkan dengan lembu nandini yaitu kendaraan Dewa Siwa.Lembu
putih ini diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit medis maupun nonmedis, yang
obatnya tersebut diambil dari kotoran, air mani ataupun susunya. Oleh karena itu perlu upaya
untuk menjaga kelestarian lembu putih tersebut salah satu caranya yaitu dengan sakralitas.
Sakralitas diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap upaya konservasi dan secara
berkelanjutan dpat mengembangkan objek budaya. Dengan demikian Lembu Putih akan terjaga
dan lestari.

2.7 Hipotesis

“Sakralitas berpengarus positif terhadap upaya pelestarian Objek Budaya lembu Putih”
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Metodelogi Penelitian

Metodelogi penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk
melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan
penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

3.2 Rancangan Penelitian

3.2.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 15 Agustus yang bertempat di Desa
Pakraman Taro Kaja, kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.

3.2.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.2.1 Populasi
Populasi adalah totalitas atau keseluruhan subjek penelitian baik
benda, orang, ataupun suatu hal lain yang didalamnya bisa diambil
informasi penting berupa data penelitian. (Ismiyanto)
Populasi dalam penelitian ini adalah satu perwakilan dari masing –
masing 480 kartu keluarga yang ada di Banjar Taro Kaja, kecamatan
Tegallalang, kabupaten Gianyar.
3.2.2.2 Sampel
Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan serta karakteristik
yang dimiliki oleh sebuah Populasi. (Sugiyono 2008 : 118)
Dalam penelitian ini digunakan metode purposive sampling yaitu
teknik pengambilan sampel secara sengaja untuk tujuan tertentu dan
dengan sampel yang diambil sebanyak 24 sampel yang merupakan orang-
orang yang mengetahui secara mendalam tentang budaya di Desa
Pakraman Taro Kaja.
3.2.3 Metode Pengumpulan Data
3.2.3.1 Metode Wawancara
Dalam penelitian ini wewancara dilakukan kepada 24 orang, dimana 10
orang anggota pelaksana Yayasan Lembu Putih, yang memang berasal dari Banjar
Taro Kaja, dan 14 orang Masyarakat yang berasal dari Desa Pekraman Taro Kaja

Langkah penerapa teknik wewancara adalah sebagai berikut:

a. Menyusun pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber.


b. Membuat janji kepada narasumber mengenai tempat dan waktu pelaksana
mewancara
c. Menyiapkan alat- alat yang diperlukan dengan teknik wewancara.
d. Memulai wewancara dengan narasumber sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan
e. Mencatat hal –hal penting mengenai hasil dari wewancara

3.2.3.2 Metode Observasi


Metode observasi dilakukan untuk mendapat data tentang keadaan
fisik dan tata ruang areal sekitar Objek Budaya Lembu Putih.

3.2.4 Alat Pengumpulan Data


3.2.4.1 Lembar Wawancara
Lembar wawancara adalah lembar pertanyaan yang terkait dengan
masalah yang sedang diteliti yang diberikan kepada sampel penelitian.
3.2.4.2 Lembar Observasi
Lembar observasi adalah lembar yang merupakan format isian
untuk mencatat data dan dokumen yang terkait dengan penelitian.

3.3 Sumber Data

3.3.1 Sumber Primer


Data sumber primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi.
3.3.2 Sumber Sekunder
Data yang diperoleh secara tidak langsung melalui catatan, dokumentasi, internet,
dan kajian pustaka.

3.4 Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, baik data dari data primer maupun sekunder, di analisis
dengan metode deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan secara rinci hasil pengumpulan
data secara triangulasi.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Bentuk sakralitas Lembu Putih di Desa Pekraman Taro Kaja, kecamatan Tegallalang,
kabupaten Gianyar.

4.1.1 Pembahasan

Desa Pekraman Taro Kaja adalah sebuah desa yag terletak di Kecamatan Tegallalang,
Kabupaten Gianyar. Letak yang dekat dengan daerah kintamani membuat suhu di Taro sangat
sejuk dikala siang maupu malam hari , ini juga didukung dengan pepohonan yang masih terjaga
kelestariannya, karena disini masih banyak lahan yang digunakan sebagai lahan pertanian.

Dewasa ini kawasan Desa taro telah berubah , tertata rapi dimana konversi hutan
dilaksanakan dan dikelola oleh desa pekraman Taro seluas 27 hektar termasuk lembu putih yang
dikandangkan. Penempatan patung siwa yang mengendarai lembu putih ditengah – tengah
kawasan tersebut merupakan symbol keyakinan masyarakat setempat akan kekeramatan lembu
putih ini sebagai suatu fenomena yang diperlukan untuk pelestarian budaya dan lingkungan

Lembu putih taro diyakini memiliki kesucian yang melibihi hewan – hewan lainnya yang
biasa digunakan umat hindu sebagai sarana upakara. Lembu putih dipercaya sebagai “Lembu
Nandini” yaitu kendaraan Dewa Siwa, sehingga lembu ini sangat disucikan, dan masyarakat
tidak ada yang berani memperlakukan seperti sapi biasa. Tidak hanya Lembu/sapi yang berwarna
putih saja yg disakralkan tetapi seluruh keturunan dari Lembu Putih ini baik yang berwarna
merah dan hitam diperlakukan secara istimewa,masyarakat setempat mempercayai ketiga warna
sapi ini berkaitan dengan lambang kesucian tuhan yaitu Tridatu. Pada saat kelahiran Lembu
Putih ini diadakan upacara yang disebut Pemendak.

Lembu Putih ini memiliki panggilan tersendiri yaitu untuk Lembu Putih jantan dipanggil
“Ratu Bagus” dan Betina dipanggil “Ratu Siluh”. Oleh masyarakat setempat hewan ini sangat
disakralkan dan masyarakat tidak ada yang berani untuk memelihara Lembu ini secara pribadi
seandainya ada sapi putih yang lahir dari peliharaanya ketika mencapai umur 6 bulan pasti
diserahkan kepada desa. Keberadaan lembu ini juga erat kaitannya dengan perjalanan suci Ida
Maha Rsi Mrkandeya dalam menyebarkan Agama Hindu. Selain itu, masyarakat setempat
percaya bahwa tanpa terlibatnya Lembu Putih dalam suatu upacara adat maka upacara tersebut
tidak akan selesai, tidak hanya di Desa Pekraman Taro Kaja tetapi jug diseluruh Provinsi Bali.
Contohnya yaitu pada upacara nyekah, dan upacara nyatur dimana di setiap upacara ini
menggunakan air susu Lembu Putih sebagai salah satu saranannya, dan pada saat hari puncak
upacarnya Lembu Putih dibawa mengelilingi kawasan tersebut sebanyak tiga kali. Selain itu
Lembu Putih ini juga tidak diperjual belikan ataupun dipotong, hanya khusus untuk pemuput
upacara.

Lembu putih juga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit- penyakit khususnya non
medis dengan memanfaatkan air susunya. Orang- orang yang menderita suatu penyakit khusunya
non medis biasanya mendatangi tempat ini berkat petunjuk dari sulinggih atau pedanda, mereka
ke tempat ini dengan tujuan untuk nunas air susu, air liur atau air kencing dari lembu putih ini
sebagai obat.

Di objek budaya ini juga terdapat awig – awig atau aturan yang ditetapkan yaitu dilarang
melakukan sesuatu yang senonoh dan diluar nalar karena tempat ini sangat disucikan dan juga
terdapat pura didalam objek budaya ini yang bernama Pura Nandini dimana pada saat rahina
tumpek kandang, seluruh Lembu yang terdapat di objek budaya tersebut dibawa ke pura tersebut
untuk diupacarai, disamping itu karena objek budaya ini merupakan tempat tinggal bagi Lembu
Putih yang amat sangat disakralkan juga ditempat ini terdapat pohon yang bisa di katakan pohon
upacara, dan tanaman langka.

4.2 Pengaruh Objek Budaya Lembu Putih bagi masyarakat di Desa Pekraman Taro Kaja,
kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.

4.2.1 Pembahasan

Keberadaan Objek Budaya Lembu putih ini juga memberikan dampak atau pengaruh bagi
masyarakat setempat baik dalam bidang pendidikan, bidang social budaya, bidang ekonomi, dan
bidang kesehatan.

a. Bidang Pendidikan
Objek budaya lembu putih ini sering sekali dimanfaatkan oleh masyarakat
yang tidak hanya dibali sebagai sarana pendidikan yaitu khususnya penelitian. Di
Objek budaya ini tidak hanya Lembu putih tetapi juga banyak sekali terdapat
jenis tanaman – tanaman obat maupun tanaman langka yang bisa teliti. Terdapat
188 jenis tanaman yang terdapat di objek budaya ini, contohnya, pohon kelapa,
kaswa, sokasti, ginten, bidara upas, kayu sugih, sisih, kayu selem, cang sono
keling, cempaka , sandat, gegancu, areng, dll
b. Bidang Sosial Budaya
Keberadaan objek budaya Lembu Putih berpengaruh dalam bidang social
dan budaya yakni adanya objek budaya ini membantu untuk mengembangkan dan
menyebarluaskan budaya- budaya yang terdapat dibali khususnya Lembu Putih
ke dunia nasional maupun internasional, juga membantu menjaga kelestarian dan
keutuhan dari adat istiadat yang berkembang didaerah ini

c. Bidang Ekonomi
Pengaruh di bidang ekonomi memang belum sangat terasa oleh
keseluruhan masyarakat, tidak seluruh masyarakat mendapatkan keuntungan dari
segi ekonomi dari adanya Objek Budaya ini , dikarenakan untuk objek ini saja
biaya pengeluaran sebulannya sangat besar kurang lebih Rp 43.000.000,00.
Walaupun memang dikenakan tarif untuk wisatawan yang berkunjung kemari
yaitu sebesar Rp 5000,00 untuk local dan Rp 20.000,00 untuk turis asing tetapi
tetap saja tidak bisa menutupi dari biaya pengeluaran objek budaya itu sendiri,
karena wisatawan yang datang memang tidak terlalu banyak., kira-kira dari tarif
tersebut perbulannya hanya menghasilkan kurang lebih Rp 2.500.000,00. Oleh
karena itu yang menjadi sumber utama keuangan objek budaya ini yaitu bantuan
dari Desa Pekraman Taro Kaja.
Untuk masyarakat sendiri kurang lebih hanya mendapatkan keuntungan
dari penjualan pakan Lembu Putih yaitu Padang gajah ke Objek Budaya ini, dan
beberapa masyarakat juga mendapat keuntungan dari Objek Budaya ini dalam
bidang penyerapan tenaga kerja

d. Bidang Kesehatan
Dalam bidang kesehatan Objek Budaya Lembu Putih memang cukup
berperan besar. Contohnya, air susu, air kencing, dan air liur dari Lembu Putih ini
banyak sekali di manfaatkan sebagai sarana pengobatan penyakit non medis.
Selain itu di Objek Budaya ini banyak terdapat tanaman- tanaman obat yang
sangat berkhasiat, contohnya yaitu bidara upas yang mempunyai kemampuan
sebagai antibakteri, dan sebagai obat diabetes, gangguan menstruasi, kerusakan
hati, patukan ular, gangguan kulit dan malaria, lalu kayu sisih sebagai obat untuk
meredakan keseleo, dan beberapa tanamannya lainnya yang juga memiliki khasiat
yang tinggi.

4.3 Upaya pelestarian Objek Budaya Lembu Putih di Desa Pekraman Taro Kaja,
kecamatan Tegallalang, kabupaten Gianyar.

4.3.1 Pembahasan

Objek Budaya Lembu Putih dikelola secara intensif oleh Yayasan Lembu Putih. Yayasan
Lembu Putih adalah sebuah lembaga di bawah naungan desa Taro Kaja. Oleh Yayasan ini Objek
Budaya Lembu Putih dikelola dengan baik, baik itu dalam bidang pemeliharaan Lembu Putih,
Pemberian pakan Lembu Putih, dan Penanganan Limbah Lembu Putih

Jumlah Populasi Lembu yang sekarang berada di Objek Budaya Lembu Putih ini yakni,
pejantan putih 21 ekor ,pejantan hitam 4 ekor, pejantan merah 4 ekor, betina putih 2 ekor, betina
merah 1 ekor.

Semua Lembu/ sapi disini sudah dikandangkankan dalam dua kandang koloni. Sebelum
tertata seperti saat ini, Lembu Putih ini hidup dan berkembang biak secara bebas atau liar di
kawasan hutan Desa Taro.

Kawasan budidaya Lembu Putih di desa Taro berdasarkan hubungannya dengan usaha
tani adalah bersifat land base livestock yang bersifat komplementer dengan usaha tani, yang
berarti pasokan pakan dan sumber daya untuk pengembangannya berasal dari kawasan yang
bersangkutan.

Hijauan makanan ternak yang diberikan kepada lembu Taro, hampir semuanya dipasok
oleh masyarakat setempat disekitar pemeliharaan Lembu Putih. Pemberian pakan diatur oleh
yayasan dimana masyarakat digilir setiap kepala keluarga untuk menyiapkan enam ikat rumput
gajah dengan berat tiap ikatnya berkisat antara 15-20 kg yang diambil dari tegalan masing –
masing keluarga. Dalam setiap harinya ada delapan kepala keluarga yang bertanggung jawab
menyiapkan pakan sapi, sehingga setiap harinya tersedi 48 ikat rumput gajah. Pemberian pakan
dilakukan dua kali setiap harinya , yaitu pagi hari dan sore hari.

Di tempat penangkaran Lembu Putih taro, penanganan limbah sapi sudah cukup baik.
Kotoran sapi sudah dimanfaatkan sebagai bio-gas dan pupuk organic. Pengolahan kotoran lembu
putih menjadi bio-gas tersebut berkat adanya kerjasama dengan Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana.

Sedangkan untuk tempat wisatanya sendiri selalu terlihat rapi dan bersih, dikarenakan
setiap harinya selalu dijaga kelestariannya oleh para tenaga kerja, juga berdasarkan pengamatan
langsung masyarakat disana juga tidak ada yang berani untuk berperilaku yang buruk di Objek
Budaya Lembu Putih, contohnya, buang sampah sembarangan dan berperilaku senonoh lainnya
dikarenakan kepercayaan masyarakat secara turun-temurun bahwa Objek Budaya tersebut
sangant sacral dan suci.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari proposal ini ialah sakralitas berpengaruh positif
terhadap upaya pelestarian Objek Wisata Budaya Lembu Putih.

5.2 Saran

a) Sebaiknya penulis melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang pengaruh


sakralitas dan upaya pelestarian objek wisata budaya lembu putih Desa Pekraman
Taro Kaja.
b) Untuk pembaca sebaiknya informasi-informasi yang terdapat di dalam proposal
ini dapat dimanfaatkan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai