Pedoman Nyeri
Pedoman Nyeri
PERATURAN DIREKTUR
RS ROYAL PROGRESS
NOMOR 014/PER/DIR/XI/2014
TENTANG
PEDOMAN MANAJEMEN NYERI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Definisi
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan
dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
2. Skrining nyeri juga dilakukan jika terdapat kecurigaan ada rasa nyeri yang
timbul selama masa perawatan.
SKRINING NYERI
Manajemen nyeri yang efektif dimulai dengan skrining awal nyeri. Tahap ini sangat
penting terhadap kualitas pelayanan dan kualitas penyembuhan pasien. Kebijakan
RS Royal Progress menetapkan bahwa semua pasien yang datang di Instalasi Rawat
Jalan, Rawat Inap, dan Gawat Darurat, dilakukan skrining nyeri. Selain itu, skrining
nyeri dilakukan kapan saja jika terdapat kecurigaan adanya rasa nyeri pada pasien
selama masa perawatan. Jika terdapat nyeri, maka dilakukan asesmen nyeri dengan
menggunakan teknik pengukuran yang sesuai dengan indikasi. Teknik pengukuran
nyeri dibahas di bab III Pedoman Manajemen Nyeri ini.
Perhatikan 0 1 2 Skor
Pernafasan Normal Pernafasan Nafas sesak dan
spontan sesak sesekali bersuara. Periode
atau bunyi Periode hiperventilasi lama.
nafas hiperventilasi Respirasi Cheyne-
singkat Stokes
Vokalisasi Tidak ada Kadang Kesulitan memanggil
negatif mengerang. yang berulang.
Berbicara Erangan keras.
dengan nada Menangis
suara rendah
dan kualitas
buruk
Ekspresi Tersenyum Sedih. Meringis (facial
wajah atau tanpa Ketakutan. grimace)
ekspresi Cemberut.
Bahasa Santai Tegang. Kaku. Tangan
tubuh Mondar- terkepal. Lutut ditarik
mandir ke atas. Menarik atau
tertekan.Gelisa mendorong menjauh.
h Mencorat-coret.
Range skor total adalah antara 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri hebat).
Pernafasan
a. Pernafasan normal ditandai dengan nafas yang tanpa usaha, tidak
bersuara, dan teratur
b. Pernafasan sesak seseskali ditandait dengan episode suara mirip ledakan
atau suara yang keras, kesulitan menarik nafas
c. Periode hiperventilasi singkat ditandai dengan adanya interval yang
cepat, nafas dalam bertahan selema periode waktu yang singkat
d. Pernafasan sesak dan bersuara ditandai dengan suara nafas negative
pada inspirasi dan ekspirasi. Dapat keras, gurgling (seperti berkumur),
atau wheezing. Muncul seperti suara yang berat.
e. Cheyne-Stoke respirasi ditandi dengan pernafasan dalam diikuti dengan
pernafasan yang danggl dengan periode apnea (berhentinya pernafasan)
Vokalisasi negative
Ekspresi wajah
a. Tersenyum ditandai dengan lengkungan mulut ke atas, kecerahan mata
dan wajah yang mencerminkan rasa senang atau puas. Tanpa ekspresi
merujuk pada wajah yang terlihat netral, mudah, santai, atau kosong.
b. Sedih ditandai dengan tidak senang, merasa sendiri, pedih atau perih.
Mungkin ada air mata yang jatuh.
c. Ketakutan ditandai dengan wajah yang nampaktakut, waspada, atau
peningkatan kecemasan. Mata terbuka lebar.
d. Cemberut ditandai dengan lengkungan mulut yang kebawah,
peningkatan kerutan di dahi dan sekitar mulut.
e. Meringis (facial grimace) ditandai dengan wajah yang Nampak tertekan.
Alis lebih mengerut seperti area sekitar mulut. Mata mungkin berkerut
menutup
Bahasa tubuh
0 1 2
Menangis Tidak Melengking tinggi Tidak dapat
ditenangkan
Kebutuhan O2 Tidak <30% >30%
untuk mencapai
saturasi oksigen
>95%
Peningkatan Nadi dan Nadi dan Tensi Nadi dan Tensi
tanda vital Tensi = atau meningkat < 20% meningkat
< dari nilai nilai preoperatif >20% nilai
sebelum preoperatif
operasi
Ekspresi Tidak ada Grimas (meringis) Meringis atau
mendengkur
Tidak dapat Tidak Bayi bangun pada Bayi bangun
tidur interval tertentu selalu
Jika nilai skor lebih dari 5 maka bayi post operasi tersebut merasakan nyeri
sehingga perlu dilakukan manajemen nyeri dengan pemberian anlgesik.
Asesmen ulang dilakukan setiap 2 jam selama 24 jam pertama setelah
dilakukan tindakan dan setiap 4 jam pada 48 jam berikutnya.
6. Teknik skrining dan asesmen dengan Neonatal Infant Pain Scale (NIPS)
Teknik NIPS digunakan untuk melakukan skrining pada bayi dan anak < 1
tahun. Skor 0 berarti tidak ada nyeri
Pedoman Manajemen Nyeri 7
7. Teknik skrining dan asesmen dengan Behavioral Pain Scale (BPS)
Teknik skrining BPS digunakan pada pasien yang sedang terventilasi di
ICU. Nilai skor 3 menandakan pasien tidak merasakan nyeri
PQRST Checklist ini digunakan baik untuk asesmen nyeri general maupun
asesmen khusus :
P = Provocation and Palliation
• Adakah penyebab dan pemicu nyeri ?
• Adakah hal-hal yang membuat nyeri berkurang ?
• Hal-hal apa sajakah yang membuat nyeri bertambah ?
Q = Quality and Quantity
• Apa yang ditemukan saat dilakukan perabaan, pengamatan dan
pendengaran ?
• Seberapa kuat rasa nyerinya ?
R = Region and Radiation
Form PQRST
P = Provocation and
Palliation : _________________________________
Penyebab nyeri : _________________________________
Pemicu nyeri : _________________________________
Hal yang membuat nyeri
berkurang : _________________________________
Hal yang membuat nyeri
bertambah : _________________________________
Q = Quality and Quantity
Kualitas/kekuatan nyeri : _________________________________
Kualitas nyeri saat
dilakukan perabaan : _________________________________
Kualitas nyeri saat
dilakukan pengamatan : _________________________________
Kualitas nyeri saat
dilakukan pendengaran : _________________________________
R = Regio and Radiation
Lokasi nyeri : _________________________________
Penyebaran nyeri : _________________________________
S = Severity and Scale
Tingkat nyeri (skala 1-10)
Aktivitas terkait nyeri : _________________________________
: _________________________________
T = Timing and Type of Onset
Nyeri muncul pertama
kali
Durasi nyeri : _________________________________
Pedoman Manajemen Nyeri 10
Tingkat kekerapan nyeri : _________________________________
(frekuensi)
Nyeri timbul secara tiba- : _________________________________
tiba/perlahan
: _________________________________
1. Pemeriksaan umum
a. Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh
b. Ukurlah berat badan dan tinggi badan pasien
c. Periksa apakah terdapat lesi / luka di kulit seperti jaringan parut
akibat operasi, hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas jarum suntik
d. Perhatikan juga adanya ketidaksegarisan tulang (malalignment),
atrofi otot, fasikulasi, diskolorasi, dan edema.
2. Status mental
a. Nilai orientasi pasien
b. Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek, dan segera.
c. Nilai kemampuan kognitif
d. Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala-gejala depresi,
tidak ada harapan, atau cemas.
3. Pemeriksaan sendi
a. Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
b. Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya
keterbatasan gerak, diskinesis, raut wajah meringis, atau asimetris.
c. Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang terlihat abnormal /
dikeluhkan oleh pasien (saat menilai pergerakan aktif). Perhatikan
adanya limitasi gerak, raut wajah meringis, atau asimetris.
d. Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
e. Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera
ligamen.
4. Pemeriksaan motorik
Nilai dan catat kekuatan motorik pasien dengan menggunakan kriteria di
bawah ini.
Derajat Definisi
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan
tahanan kuat
4 Mampu melawan tahanan ringan
5. Pemeriksaan sensorik
Lakukan pemeriksaan: sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum-pin prick),
getaran, dan suhu.
7. Pemeriksaan khusus
a. Terdapat 5 tanda non-organik pada pasien dengan gejala nyeri tetapi
tidak ditemukan etiologi secara anatomi. Pada beberapa pasien
dengan 5 tanda ini ditemukan mengalami hipokondriasis, histeria,
dan depresi.
b. Kelima tanda ini adalah:
Pedoman Manajemen Nyeri 14
i. Distribusi nyeri superfisial atau non-anatomik
ii. Gangguan sensorik atau motorik non-anatomik
iii. Verbalisasi berlebihan akan nyeri (over-reaktif)
iv. Reaksi nyeri yang berlebihan saat menjalani tes /
pemeriksaan nyeri.
v. Keluhan akan nyeri yang tidak konsisten (berpindah-
pindah) saat gerakan yang sama dilakukan pada posisi yang
berbeda (distraksi)
3. Pemeriksaan radiologi
a. Indikasi:
i. pasien nyeri dengan kecurigaan penyakit degeneratif tulang
belakang
ii. pasien dengan kecurigaan adanya neoplasma, infeksi tulang
belakang, penyakit inflamatorik, dan penyakit vascular.
i. Pasien dengan defisit neurologis motorik, kolon, kandung
kemih, atau ereksi.
4. Asesmen psikologi
a. Nilai mood pasien, apakah dalam kondisi cemas, ketakutan, depresi.
b. Nilai adanya gangguan tidur, masalah terkait pekerjaan
c. Nilai adanya dukungan sosial, interaksi sosial
COMFORT Scale5
Kategori Skor Tanggal /
waktu
3 – cemas
4 – sangat cemas
5 – panik
Distress 1 – tidak ada respirasi spontan dan tidak
pernapas ada batuk
an 2 – respirasi spontan dengan sedikit /
tidak ada respons terhadap ventilasi
3 – kadang-kadang batuk atau terdapat
tahanan terhadap ventilasi
4 – sering batuk, terdapat tahanan /
perlawanan terhadap ventilator
5 – melawan secara aktif terhadap
ventilator, batuk terus-menerus /
tersedak
Menangi 1 – bernapas dengan tenang, tidak
s menangis
2 – terisak-isak
3 – meraung
4 – menangis
5 – berteriak
Pergerak 1 – tidak ada pergerakan
an 2 – kedang-kadang bergerak perlahan
3 – sering bergerak perlahan
4 – pergerakan aktif / gelisah
5 – pergrakan aktif termasuk badan dan
kepala
Tonus 1 – otot relaks sepenuhnya, tidak ada
otot tonus otot
2 – penurunan tonus otot
3 – tonus otot normal
4 – peningkatan tonus otot dan fleksi
jari tangan dan kaki
5 – kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari
tangan dan kaki
Teganga 1 – otot wajah relaks sepenuhnya
Pedoman Manajemen Nyeri 19
Kategori Skor Tanggal /
waktu
Untuk usia < 3 tahun dapat dinilai juga dengan FLACC score. Dimana
penilaian skala berdasarkan Face,legs,activity,cry and consolability.
Skore 0= tidak nyeri 1-3= nyeri ringan 4-6= nyeri sedang 7-9 = nyeri
berat 10= nyeri sangat berat.
Kriteria 0 1 2
Sering
Tidak ada Sesekali mengerutkan
Face
ekspresi meringis,menger dahi,rahang
(wajah)
tertentu/tersenyu utkan dahi,tidak terkatup,dagu
m tertarik gemetar
Legs ( Cemas,gelisah,te Menendang,me
Kaki) Normal/santai gang narik kaki
Berbaring
Activity tenang,posisi
(aktifitas) normal,bergerak Menggeliat,tegan Melengkung,ka
mudah g ku,menyentak
Menangis
Cry terus,terisak,me
(tangis) Tidak ada Mengerang,merin ngeluh terus-
teriakan,tenang tih,mengeluh terusan
Sesekali Sulit untuk
Consolabili
puas,tenang,sant dihibur,dialihkan, dihibur dan
ty
ai diyakinkan dibuat nyaman
3. Parasetamol
a. Efek analgesik untuk nyeri ringan-sedang dan anti-piretik. Dapat
dikombinasikan dengan opioid untuk memperoleh efek anelgesik
yang lebih besar.
b. Dosis: 10 mg/kgBB/kali dengan pemberian 3-4 kali sehari. Untuk
dewasa dapat diberikan dosis 3-4 kali 500 mg perhari.
6. Anti-konvulsan
a. Carbamazepine: efektif untuk nyeri neuropatik. Efek samping:
somnolen, gangguan berjalan, pusing. Dosis: 400 – 1800 mg/hari (2-
3 kali perhari). Mulai dengan dosis kecil (2 x 100 mg), ditingkatkan
perminggu hingga dosis efektif.
b. Gabapentin: Merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri
neuropatik. Efek samping minimal dan ditoleransi dengan baik.
Dosis: 100-4800 mg/hari (3-4 kali sehari).
9. Tramadol
a. Merupakan analgesik yang lebih poten daripada OAINS oral,
dengan efek samping yang lebih sedikit / ringan. Berefek sinergistik
dengan medikasi OAINS.
b. Indikasi: Efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas sedang
(nyeri kanker, osteoarthritis, nyeri punggung bawahm neuropati
DM, fibromyalgia, neuralgia pasca-herpetik, nyeri pasca-operasi.
f. Pemberian Oral:
Dosis
Nama obat Dosis (mg) Durasi efek maksimal/hari
(mg)
Obat Untuk nyeri ringan
Paracetamol 500-1000 4-6 jam 4000
aspirin 325-1000 4-6 jam 6000
Obat untuk nyeri sedang
Ibuprofen 200-800 4-6 jam 3200
Naproxen 250-500 6-8 jam 1500
Indometacin 25 8-12 jam 200
Diclofenak 50 8 jam 150
Nabumeton 500-750 8-12 jam 2000
30-60 ( IM)
Ketorolak 30 ( IV ) 120
celecoxib 100-200 12jam 400
Dosis
Nama obat Durasi efek Frekuensi Keterangan
(mg)
oral: 30-60
menit
SC-IV : 4-6
Morfin 5-10mg jam Tiap 4 jam Nyeri berat
oral: 30-60
menit
SC-IV : 4-6
Hydromorfin 1-2mg jam Tiap 4 jam Nyeri berat
50 mcg
Fentanyl (IV/SC) 30-60 menit Nyeri berat
Nyeri
30-60mg ringan-
Codein ( oral ) 2-4 jam Tiap 4 jam sedang
7,5mg Nyeri
Oxycodone (oral) 3-6 jam Tiap 6 jam sedang-berat
Nyeri
ringan-
Tramadol 50-150mg Tiap 8 jam sedang
5. Traksi
1. Distraksi
Teknik distraksi adalah teknik yang dilakukan untuk
mengalihkan perhatian klien dari nyeri. Teknik distraksi yang
dapat dilakukan adalah:
a. Melakukan hal yang sangat disukai, seperti membaca
buku, melukis, menggambar dan sebagainya, dengan
tidak meningkatkan stimuli pada bagian tubuh yang
dirasa nyeri.
b. Melakukan kompres hangat pada bagian tubuh yang
dirasakan nyeri.
c. Bernapas lembut dan berirama secara teratur.
d. Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
2. Terapi perilaku
Bertujuan untuk mengurangi perilaku yang dapat
meningkatkan nyeri dan meningkatkan perilaku yang dapat
menurunkan nyeri
3. Terapi musik
Terapi musik adalah proses interpersonal yang digunakan
untuk mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental, estetik
dan spiritual, untuk membantu klien meningkatkan atau
mempertahankan kesehatannya.
Therapy musik digunakan oleh individu dari bermacam
rentang usia dan dengan beragam kondisi; gangguan
4. Guided Imaginary
Yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan persepsi rasa
nyeri dengan mendorong pasien untuk mengkhayal dengan
bimbingan. Tekniknya sebagai berikut:
a. Atur posisi yang nyaman pada klien.
b. Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk
memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau
pengalaman yang membantu penggunaan semua
indra.
c. Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan
yang menyenangkan sambil merelaksasikan tubuhnya.
d. Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara
lagi.
e. Jika klien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah,
atau tidak nyaman, perawat harus menghentikan
latihan dan memulainya lagi ketika klien siap.
5. Relaksasi
Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh
berespon pada ansietas yang merangsang pikiran karena
nyeri atau kondisi penyakitnya. Teknik relaksasi dapat
menurunkan ketegangan fisiologis. Teknik ini dapat
dilakukan dengan kepala ditopang dalam posisi berbaring
atau duduk dikursi. Hal utama yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien dengan posisi
yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat, dan
lingkungan yang tenang. Teknik relaksasi banyak jenisnya,
salah satunya adalah relaksasi autogenic. Relaksasi ini
mudah dilakukan dan tidak berisiko.
*Keterangan:
patch fentanyl tidak boleh digunakan untuk nyeri akut
karena tidak sesuai indikasi dan onset kerjanya lama.
Untuk nyeri kronik: pertimbangkan pemberian terapi
analgesik adjuvant (misalnya amitriptilin, gabapentin).
*Istilah:
NSAID: non-steroidal anti-inflammatory drug
S/R: slow release
PRN: when required
vii. Berikut adalah algoritma pemberian opioid intermiten (prn)
intravena untuk nyeri akut, dengan syarat:
Hanya digunakan oleh staf yang telah mendapat
instruksi
Tidak sesuai untuk pemberian analgesik secara rutin
di ruang rawat inap biasa
Efek puncak dari dosis intravena dapat terjadi
selama 15 menit sehingga semua pasien harus
diobservasi dengan ketat selama fase ini.
Keterangan:
Skor nyeri: Skor sedasi: *Catatan:
Anamnesis dan
pemeriksaan fisik
Asesmen nyeri
Prioritas
ya utama:
Apakah etiologi nyeri identifikasi
bersifat reversibel? dan atasi
etiologi nyeri
tidak
Lihat
ya manajemen
Apakah nyeri berlangsung > nyeri
6 minggu? kronik.
Pertimbangk
Pedoman Manajemen Nyeri tidak an untuk
46
merujuk ke
spesialis
Tentukan mekanisme nyeri (pasien yang sesuai
dapat mengalami > 1 jenis nyeri)
Algoritma Manajemen Nyeri Akut7
Nyeri somatic
Nyeri viseral Nyeri neuropatik
Parasetamol
Cold packs Kortikosteroid Antikonvulsan
Kortikosteroid Anestesi lokal Kortikosteroid
Anestesi lokal intraspinal Blok neuron
(topical / infiltrasi) OAINS OAINS
OAINS Opioid Opioid
Opioid Antidepresan trisiklik
Stimulasi taktil (amitriptilin)
4. Asesmen lainnya:
a. Asesmen psikologi: nilai apakah pasien mempunyai masalah
psikiatri (depresi, cemas, riwayat penyalahgunaan obat-obatan,
riwayat penganiayaan secara seksual/fisik.verbal, gangguan tidur)
b. Masalah pekerjaan dan disabilitas
1. Tetapkan tujuan
Perbaiki skor kemampuan fungsional (ADL) menjadi:____ pada tanggal: _________
Kembali ke aktivitas spesifik, hobi, olahraga____________ pada tanggal: _________
a. ____________________________________________
b. ____________________________________________
c. ____________________________________________
Kembali ke kerja terbatas/ atau kerja normal pada tanggal: __________
2. Perbaikan tidur (goal: _______ jam/malam, saat ini: ________ jam/malam)
Ikuti rencana tidur dasar
a. Hindari kafein dan tidur siang, relaksasi sebeum tidur, pergi tidur pada jam
yang ditentukan _____________
Gunakan medikasi saat mau tidur
a. ______________________________________________
b. ______________________________________________
c. ______________________________________________
3. ingkatkan aktivitas fisik
Ikuti fisioterapi ( hari/minggu ___________________)
Selesaikan peregangan harian (_____ kali/hari, selama _____ menit)
Selesaikan latihan aerobic / stamina
a. Berjalan (_____ kali/hari, selama _____ menit)
b. Treadmill, bersepeda, mendayung (_____ kali/minggu, selama ____menit)
c. Goal denyut jantung yang ditargetkan dengan latihan ______ kali/menit
Penguatan
a. Elastic, angkat beban (_____ menit/hari, _____ hari/minggu)
4. Manajemen stress – daftar penyebab stress utama _____________________________
Intervensi formal (konseling, kelompok terapi)
a. _________________________________________________
Latihan harian dengan teknik relaksasi, meditasi, yoga, dan sebagainya
a. _________________________________________________
b. _________________________________________________
Medikasi
a. _________________________________________________
b. _________________________________________________
5. Kurangi nyeri (level nyeri terbaik minggu lalu: _/10, level nyeri terburuk minggu lalu: _/10)
Tatalaksana non-medikamentosa
a. Dingin/panas _______________________________________
b. __________________________________________
Medikasi
a. ___________________________________________________
b. ___________________________________________________
c. ___________________________________________________
d. ___________________________________________________
Terapi lainnya: ___________________________________________________
Nama Dokter: __________________________________________ Tanggal: _______________
manajemen perilaku:
stress / depresi
teknik relaksasi
perilaku kognitif
ketergantungan obat
Pedoman Manajemen Nyeri 53
manajemen amarah
terapi obat:
analgesik dan sedasi
antidepressant
opioid jarang dibutuhkan
a. Bedakan efek samping Opioid dari kondisi co-morbid atau obat lain
yang bersamaan.
b. Mengurangi dosis opioid jika nyeri dikendalikan dengan baik. Jika
nyeri tidak terkontrol:
c. Menambahkan non opioid co-analgesic (misalnya NSAIDs)
d. Menambahkan obat nyeri tertentu (misalnya gabapentin untuk post
Herpetic Neuralgia)
e. Menargetkan sumber nyeri (misalnya penggantian pinggul untuk
osteoarthritis yang parah)
f. Anastesi regional atau teknik bedah ablative (misalnya radio facet
neurotomy)
g. Beralih opioid untuk melihat apakah opioid lain memiliki
keseimbangan yang lebih baik dari analgesia vs. efek samping.
h. Pengobatansymptomatic dari efek samping.
2. Sembelit
a. Tambahkan serat untuk makanan pasien
b. Olahraga
c. Minum setidaknya 4-6 gelas per hari
d. Ketika mulai terapi opioid lebihbaik menjaga perut “longgar”
1) Tambahkan simultan pencahar misalnya Bisacodyl mulai dari
satu tablet dua kali per hari dan meningkatkan menjadi
maksimal 8 tablet per hari
2) Lactulose/sorbital/polyethylen glycol
e. Surfactant misalnya Docusate
4. Obat penenang
a. Obat penenang ringan biasanya terjadi ketika pertama kali memulai
opioids atau dengan dosis titration
b. Biasanya berkurang dengan dosis stabildalam 7-14 hari jika
dosisnya benar
c. Methadone – diinduksi obat penenang mungkin memakan waktu
lebih lama untuk mereda
d. Tidak menyetir sementara dosis titrating
e. Hentikan semua obat penenang lainnya jikalau kasus mengantuk
berkepanjangan
f. Menurunkan dosis opioid atau beralih opioids jika kantuk masih
bertahan
Barr, J.B., Fraser, G.F., Puntillo, K., Ely, E.W., Gelinas, C., Dasta, J.F., dkk
(2013) Clinical Practice Guidelines for the Mangemenet of Pain,
Agitation, and Delirium in adult Patients in the Intensive Care Unit. J.
of Critical Care Medicine 41(1): 263-306. http://www.learnicu.org/
SiteCollectionDocuments/Pain,%20Agitation,%20Delirium.pdf (sitasi
20 Juni 2016)
Herr, K., Coyne, P.J., McCaffrey, M., Manworren, R., dan Merkel, S. (2011) Pain
Assessment in the Patient Unable to Self-Report: Position Statement with
Clinical Practice Recommendations. Pain Management Nursing. Vol 12 (4):
230-250. http://www.aspmn.org/documents/PainAssessmentinthePatient
UnabletoSelfReport.pdf (sitasi 20 Juni 2016)
Lorenz, K.A dan McCaa, M.D (2016) Effective Screening for Pain Study
(ESP). VA Office of Research and Development.
https://clinicaltrials.gov/ct2/show/study/NCT01816763?show_desc=Y
#desc (sitasi 20 Juni 2016)
National Quality Forum (2011) NQF #1634 Hospice and Palliative Care – Pain
Screening. National Quality Forum. Measure Submission and Evaluation
Worksheet 5.0. www.qualityforum.org/WorkArea/linkit.aspx?Link
Identifier=id&ItemID=... (sitasi 20 Juni 2016)
Unknown (2016) Neonatal Infant Pain Scale (NIPS) Ages Birth – One Year.
http://www.cincinnatichildrens.org/assets/0/78/176/4711/4717/4213d844-
3558-4c76-a342-84a9f377420c.pdf#page=1&zoom=auto,-21,792 (sitasi 20
Juni 2016)
1. Perawat pelaksana
SKRINING NYERI
Pasien merasa nyeri : ya / tidak*
Jika ya, gunakan Asesmen Nyeri berikut ini
(jika ada kecurigaan nyeri kronis, gunakan form Skrining untuk Nyeri
kronis)
ASESMEN NYERI
(………………………………………………………)
Telah dilaporkan ke DPJP
Nama DPJP
Tanggal/Jam
Paraf DPJP
Paraf dan Nama Terang yang melaporkan
Tanggl
:
Tangg
al :
LAMPIRAN 4
FORM ASESMEN NYERI