Disusun oleh :
Pembimbing :
dr. Deyna Primavita Pahlevi, Sp.OG
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Mengetahui manajemen penatalaksanaan kasus partus tak maju pada
primigravida hamil postterm dalam persalinan kala I fase aktif.
BAB II
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. AY
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
BB : 66 kg
TB : 155 cm
Alamat : Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 25 Desember 2017 pukul 09.00 WIB
No. RM : 367265
2. Keluhan Utama
Kencang-kencang
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang G1P0A0, usia 23 tahun, usia kehamilan 38+1 minggu datang
rujukan dari bidan dengan keterangan G1P0A0 UK 38+1 minggu inpartu
kala I fase aktif dengan PEB Pasien merasa hamil 9 bulan, kenceng-
kenceng teratur sudah dirasakan sejak pukul 03.00, gerakan janin masih
dirasakan, air ketuban belum dirasakan keluar, lendir darah (-), pusing (-),
nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-). Pasien juga mengeluhkan tekanan
darah tinggi sejak usia kehamilan 7 bulan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat perdarahan saat hamil : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes melitus : disangkal
Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
5. Riwayat Haid
Menarche : 13 tahun
Lama menstruasi : 7 hari
Siklus menstruasi : 28 hari
6. Riwayat Obstetri
Hamil I : sekarang
HPHT : 1 April 2017
HPL : 8 Januari 2018
UK : 38+1 minggu
7. Riwayat Perkawinan
Menikah 1x, telah menikah ketika berusia 22 tahun, usia pernikahan 1
tahun.
8. Riwayat KB
Pasien belum pernah memasang KB sebelumnya.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : sedang, compos mentis, gizi kesan cukup
b. Tanda Vital :
Tensi : 174/115 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
c. Kepala : mesocephal
d. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
e. THT : discharge (-/-)
f. Leher : kelenjar getah bening tidak membesar
g. Thorax :
1) Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
2) Pulmo
Inspeksi : pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : fremitus raba dada kanan = kiri
Perkusi : sonor// sonor
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), suara napas tambahan
(-/-), wheezing (-)
h. Abdomen :
Inspeksi : striae gravidarum (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal,
intrauterine, memanjang, presentasi kepala
punggung kanan, His (+) 3x/10’/40”, DJJ (+) 142
x/menit reguler, kepala masuk panggul < 2/3
bagian, TFU : 27 cm
Perkusi : timpani
Genital : VT : v/u tenang, dinding vagina dbn, portio
lunak mendatar di tengah, diameter: 8 cm, eff:
75%, preskep, kepala turun di Hodge II, kulit
ketuban dan penunjuk sudah dapat dinilai, ubun-
ubun kecil pukul 11, air ketuban (-), lendir darah
(-)
Ekstremitas :
oedema akral dingin
- - - -
+ + - -
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM DARAH TANGGAL 25 Desember 2017:
Hb : 11,7 g/dl Kimia Klinik
Hct : 36 % GDS : 89 mg/dl
AL : 12,0 x103/uL (↑) Creatinine: 0,70 mg/dl
AT : 255 x103/uL Ureum : 18 mg/dl
AE : 4,2 x103/uL
BT : 3,00 menit
CT : 3,30 menit
Urinalisis
Protein Kualitatif : +3
D. SIMPULAN
Seorang G1P0A0 usia 23 tahun usia kehamilan 38+1 minggu datang rujukan
dari bidan dengan keterangan G1P0A0 UK 38+1 minggu dengan PEB, protein
urin +1, TD 174/115. Pasien merasa hamil 9 bulan, kencang-kencang teratur
sudah dirasakan sejak 6 jam SMRS, gerakan janin masih dirasakan, air
ketuban belum dirasakan keluar, lendir darah (-). BAB dan BAK dalam batas
normal.
Riwayat peyakit lain seperti asma, alergi, dan penyakit jantung dan darah
tinggi disangkal.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 174/85 mmHg. Palpasi
abdomen teraba supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intrauterine,
memanjang, presentasi kepala, punggung kanan, his (+) 3x/10’/40”, DJJ (+)
142 x/menit reguler, kepala masuk panggul < 2/3 bagian, TFU : 27 cm..
Pemeriksaan vaginal toucher didapatkan v/u tenang, dinding vagina dalam
batas normal, portio lunak mendatar, diameter serviks : 8 cm, efficement:
75%, presentasi kepala, kepala di Hodge II, kulit ketuban dan penunjuk sudah
dapat dinilai, air ketuban (-), lendir darah (-).
Hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb (11,7 g/dl),
hematokrit (36%), eritrosit (4,2 x106/uL), leukosit (12,0 ribu/uL), trombosit
(255 x 103/uL), ureum (18 mg/dl) dan creatinine (0,7 mg/dl). Pemeriksaan
protein urin didapatkan hasil +3.
E. DIAGNOSIS AWAL
PEB pada primigravida hamil aterm DP kala I fase aktif
F. PROGNOSIS
Dubia
G. TERAPI
1. Protap PEB:
a. O2 3 lpm
b. Infus RL 12 tpm
c. Inj. MgSO4 20% 4 gr dalam 15 menit (initial dose)
d. Inj. MgSO4 20% 1 gr/jam selama 24 jam (maintenance dose)
e. Nifedipine 3x10 mg jika TD ≥ 160/110 mmHg
f. Pasang DC
2. Awasi KU/VS/BC + DJJ
3. Awasi tanda-tanda impending eklamsi
4. Lanjut persalinan pervaginam kala II diperingan dengan VE
5. Observasi 10
6. Evaluasi 2 jam lagi
H. FOLLOW UP
1. Evaluasi 25 Desember 2017 11.30
G1P0A0, 23 tahun UK 38+1 minggu
Keluhan : merasa ingin mengejan
Keadaan umum : baik, composmentis
Vital sign : Tekanan darah : 150/90 mmHg RR : 20x/mnt
Nadi : 84x/mnt Suhu : 36,50C
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Thorax : Cor/ Pulmo dalam batas normal
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra
uterine, memanjang, punggung kiri, presentasi kepala,
DJJ (+) 140x/menit reguler, His (+) 4x/10’/50”, kepala
masuk panggul >2/3 bagian
Genital : Vaginal Toucher : V/u tenang, dinding vagina dalam
batas normal, pembukaan lengkap, effacement 100%,
KK (-), penunjuk di jam 12, kelapa di hodge III, air
ketuban (+), sarung tangan lendir darah (+)
Diagnosis Kala II, PEB pada primigravida hamil aterm
Terapi :
a. Pimpin persalinan dengan vakum ekstraksi
b. Siapkan resusitasi bayi
c. Awasi KU/VS/tanda-tanda impending eklamsi
TINJAUAN PUSTAKA
1. Preeklampsia
a. Definisi
Preeklampsia adalah penyakit hipertensi kehamilan tertentu yang dapat
disebabkan oleh kegagalan fungsi endotel vaskuler dan vasospasme
pembuluh darah dengan keterlibatan multisistem yang terjadi setelah usia
kehamilan 20 minggu. Preeklampsia dapat berlangsung hingga 4-6 minggu
post-partum. Penyakit ini ditentukan oleh kejadian hipertensi onset baru
ditambah onset baru proteinuria dengan atau tanpa edema patologis. Tanda
dan gejala lain yang dapat ditemukan adalah gangguan penglihatan, sakit
kepala, nyeri epigastrik, dan adanya edema (American College of Obstetrics
and Gynecology, 2013; Lim et al., 2014).
Insidensi preeklampsia sekitar 5% sampai 10% dari seluruh kehamilan,
dengan insidensi yang lebih tinggi pada kehamilan pertama, kehamilan
kembar, dan wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya (Lindheimer et
al., 2008; Rugolo et al., 2011).
b. Faktor Risiko
1) Primigravida
2) Riwayat keluarga dengan preeklampsia
3) Riwayat preeklampsia pada kehamilan
Risiko preeklampsia meningkat tujuh kali lipat pada kehamilan
dengan riwayat preeklampsia sebelumnya.
4) Adanya hipertensi kronik atau penyakit ginjal kronik atau keduanya
5) Usia Kehamilan
Preeklampsia pada kehamilan pertama dengan persalinan dengan
usia kehamilan 32 minggu sampai 36 minggu akan meningkatkan risiko
preeklampsia pada kehamilan kedua sebesar 25,3 %.
6) Obesitas
Wanita dengan indeks massa tubuh (BMI) < 20 kg/m2 memiliki
risiko sebesar 4,3% dan mereka dengan BMI > 35 kg/m2 memiliki
risiko sebesar 13,3%
7) Donor oosit atau inseminasi donor dan riwayat trombofilia
8) Infeksi saluran kemih, diabetes melitus, penyakit vaskular kolagen,
mola hidatidosa, dan penyakit periodontal
9) Usia Ibu
Wanita yang hamil pada usia 35 tahun atau lebih memiliki risiko
lebih tinggi untuk mengalami preeklampsia.
10) Ras
Di Amerika Serikat, preeklampsia pada wanita berkulit putih 1.8
% dan 3 % pada wanita berkulit hitam.
11) Faktor tambahan yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia adalah
kehamilan multipel, plasentasi yang buruk dan beberapa hal lain yang
meningkatkan massa plasenta dan perfusi plasenta yang buruk
(American College of Obstetrics and Gynecology, 2013; Lim et al.,
2014).
e. Diagnosis
Diagnosis preeklampsia didasarkan atas adanya hipertensi dan
proteinuria. Diagnosis eklampsia umumnya tidak mengalami kesukaran.
Dengan adanya tanda dan gejala preeklampsia yang disusul oleh serangan
kejang, maka diagnosis eklampsia sudah tidak diragukan.
Menurut Organization Gestosis, impending eklampsia adalah gejala-
gejala oedema, protenuria, hipertensi disertai gejala subyektif dan obyektif.
Gejala subyektif, antara lain: nyeri kepala frontal, gangguan visual dan nyeri
epigastrium. Sedangkan gejala obyektif, antara lain: hiperreflexia, eksitasi
motorik, dan sianosis (Artikasari, 2009).
Diagnosis banding untuk preeklampsia berat antara lain: hipertensi
menahun, penyakit ginjal, dan epilepsi.
f. Penanganan
Tujuan utama penatalaksanaan preeklampsia adalah mencegah kejang,
perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi organ vital, dan melahirkan
bayi sehat.
1. Preeklampsia Ringan
a) Rawat jalan:
Tirah baring (miring) tidak total
Tirah baring posisi miring: menghilangkan tekanan uterus pada
vena kava inferior meningkatkan aliran darah balik
meningkatkan curah jantung meningkatkan aliran darah ke organ-
organ vital ginjal: filtrasi glomerolus meningkat diuresis
meningkat ekskresi Na meningkat menurunkan reaktivitas
kardiovaskular mengurangi vasospasme menurunkan tekanan
darah.
Selain itu, peningkatan curah jantung juga menambah oksigenasi
plasenta sehingga memperbaiki kondisi janin.
Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam secukupnya,
dan roboransia prenatal.
Tidak diberikan obat-obat diuretik, antihipertensi, dan sedatif.
Dilakukan pemeriksaan lab: Hb, hematokrit, fungsi hati, fungsi ginjal,
dan urin lengkap.
b) Rawat inap:
Bila tidak ada perbaikan tekanan darah dan proteinuria selama 2
minggu.
Ada satu/ lebih gejala dan tanda preeklampsia berat.
Selama di RS, lakukan:
- Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lab.
- Pemeriksaan kesejahteraan janin: USG, Doppler, dan NST.
- Konsultasi ke bagian mata, jantung, dll (Cunningham, 2005;
Saifuddin, 2006; Manuaba, 2007).
- Pada kehamilan preterm (< 37 minggu): bila tekanan darah
mencapai normal, persalinan ditunggu sampai aterm. Pada
kehamilan aterm (> 37 minggu): persalinan ditunggu sampai
muncul tanda-tanda persalinan alami. Persalinan dapat
dilakukan secara spontan dengan induksi, bila perlu
memperpendek kala II (Cunningham, 2005; Saifuddin, 2006;
Manuaba, 2007).
2. Preeklampsia Berat
Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan
pengelolaan dasar sebagai berikut :
a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya : yaitu terapi
medikamentosa dengan pemberian obat-obatan untuk
penyulitnya
b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya
: yang tergantung pada umur kehamilan.
Sikap terhadap kehamilannya dibagi 2, yaitu :
1) Ekspektatif ; konservatif : bila umur kehamilan < 37
minggu, artinya : kehamilan dipertahankan selama
mungkin sambil memberikan terapi medikamentosa
2) Aktif, agresif ; bila umur kehamilan ≥ 37 minggu,
artinya kehamilan dikahiri setelah mendapat terapi
medikamentosa untuk stabilisasi ibu.
h. Prognosis
Prognosis PEB dan eklampsia dikatakan jelek karena kematian ibu
antara 9,8 – 20,5%, sedangkan kematian bayi lebih tinggi lagi, yaitu 42,2–
48,9%. Kematian ini disebabkan karena kurang sempurnanya pengawasan
antenatal, di samping itu penderita eklampsia biasanya sering terlambat
mendapat pertolongan. Kematian ibu biasanya karena perdarahan otak,
decompensatio cordis, oedem paru, payah ginjal, dan aspirasi cairan
lambung. Sebab kematian bayi karena prematuritas dan hipoksia intrauterin
(Artikasari, 2009).
2. Leukositosis
a. Definisi
Leukositosis adalah peningkatan jumlah sel darah putih (leukosit)
melebihi kadar normal di dalam darah yaitu 11.000/mm³ (Gandasoebrata,
2007). Leukositosis pada wanita hamil adalah peningkatan jumlah leukosit
yang melebihi kadar normal di dalam darah pada masa kehamilan. Ross
(2011) mengatakan bahwa jumlah sel darah putih yang lebih dari
15.000/mm³ merupakan indikasi adanya infeksi pada wanita hamil. Pada
wanita hamil, sebagai kompensasi mengandung janin terjadi peningkatan
fisiologis dari leukosit. Efek ini terjadi akibat toleransi ibu terhadap
antigen jaringan asing dari janin yang bersifat semialogenik
(Cunnningham, 2008). Penyebab leukositosis pada wanita hamil antara
lain infeksi virus, infeksi bakteri, dan infeksi protozoa.
ANALISIS KASUS
Atmakusumah, T.D., Wahidiyat, P.A., Sofro, A.S., Wirawan, R., Tjitrasari, T.,
Setyaningsih, I., Wibawa, A. 2010. Pencegahan Thalassemia. Hasil Kajian
Konvensi HTA. Jakarta: 16 Juni.
Barut F, Barut A, Gun BD, Kandemir NO, Harma MI, Harma M, Aktun E,
Ozdamar SO. 2010. Intrauterine growth restriction and placental
angiogenesis. Diagnostic Pathology, 5 (24): 5-7.
Cousens, N.E., Gaff, C.L., Metcalfe, S.A., Delatycki, M.B. 2010. Carrier
screening for Beta-thalassaemia:a review of International practice. European
Journal of Human Genetics, 18: 1077-1083.
Fatimah, Hadju et al. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil di
Kabupaten
Kilpatrick, S.J. 2014. Anemia and Pregnancy. In : Creasy, R.K., Resnik, R. Iams,
J.D., Lockwood, C.J, Moore, T.R., Greene, M.F. Creasy & Resnik’s
Maternal-Fetal Medicine Principles and Practice. 7th edition. Elsevier.
Manuaba IBG. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC, pp 401-31; 2007
Ojofeitimi EO, Ogunjuyigbe PO, Sanusi, et al. Poor Dietary Intake of Energy and
Retinol among Pregnant Women: Implications for Pregnancy Outcome in
Southwest Nigeria. Pak. J. Nutr. 2008; 7(3):480-484.
Riset Kesehatan Dasar 2007. 2008. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Ross MG, Monsano RZ, Smith CV, Talavera F, Gaupp FB. 2013. Fetal growth
restriction. http://emedicine.medscape.com/article/261226overview#showall
Strong, J., Rutherford, J.M. 2011. Anemia and White Blood Cell Disorders. In:
James, D. High Risk Pregnancy Management. 4th edition. Elsevier.
Welch, E., Wright, J. 2010. Inherited red cell disorders. In: Pavord, S., Hunt, B.
The Obstetric Hematology Manual. Cambridge University Press.