Anda di halaman 1dari 7

BAB III

ISI

Fraktur pars Pelvinae pada Kucing Domestik

Tinjauan Pustaka
Fraktur adalah keadaan patahnya tulang atau kartilago akibat dari kekuatan
eksternal (traumatik) atau bisa juga terjadi akibat suatu penyakit (Sudisma dkk.,
2009). Menurut Bleby dan Bishop (2003) fraktur adalah patahnya tulang, yang
biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan, terjatuh dan luka. Fraktur bisa
disebabkan oleh berbagai faktor seperti trauma, tumor, dan ricketsia. Tulang
memiliki bahan yang mempunyai daya elastisitas, sehingga jika trauma lebih
besar daripada daya elastisitasnya maka akan terjadi fraktura. Fraktur sering
terjadi pada tulang panjang (os femur, os humerus, os tibia dan os fibula), dan
pada tulang pendek atau pipih juga bisa terjadi (os mandibula, os vertebrae, os
pelvis, tengkorak dan digit).
Tulang pada daerah ekstrimitas kaki belakang merupakan tulang yang
paling sering mengalami fraktur. Penanganan terhadap fraktur harus dilakukan
dengan cepat dan tepat, bila terlambat dilakukan penanganan, maka akan
terbentuk callus yang akan menyelimuti tulang yang mengalami fraktur sehingga
akan menyulitkan dalam proses penanganan fraktur (Denny dkk., 2008).

Etiologi
Ada dua hal penyebab terjadinya fraktur yakni akibat traumatik (fraktur
traumatik) dan akibat penyakit lainya (fraktur patologik). Fraktur traumatik dapat
terjadi bila tulang mendapatkan tekanan keras dari eksternal misalnya fraktur
akibat pukulan benda keras, tertabrak kendaraan bermotor, terjatuh dari tempat
tinggi, tersandungnya kaki hewan ketika bergerak cepat (Ningrat dan Pemayun,
2016).
Fraktur akibat traumatik dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung (Direct) merupakan patah tulang yang terjadi langsung ditempat
terjadinya trauma. Biasanya arah patahan dari fraktur akibat traumatik langsung

6
7

bersifat transversal. Sedangkan secara tidak langusng (indirect), fraktur terjadi


ditempat lain akibat kekuatan yang diantarkan lewat tulang.
Fraktur patologik merupakan fraktur yang terjadi akibat penyakit sehingga
kerusakan minor dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Adapun penyakit yang
dapat menyebabkan fraktur adalah osteoma, osteosarcoma, osteomyelitis, dan
rakhitis (Piermattei dkk.,2006).

Gejala klinis
Tanda klinik yang nampak pada kucing yang mengalami fraktur adalah
kesulitan dan kesakitan ketika kucing bergerak, hewan terlihat mengangkat kaki
yang mengalami fraktur sehingga nampak pincang ketika berjalan atau bahkan
tidak bisa berjalan sama sekali, terdengar suara krepitasi pada fragmen tulang.
Deformitas tulang ditandai dengan adanya angulasi, rotasi, pemendekan tulang,
abduksi, adduksi dan nampak terjadi penyimpangan dari posisi nomalnya
(Sudisma dkk., 2006).

Gambar 1. Kucing (Hitam) yang mengalami kesulitan berdiri

Diagnosis
Diagnosis dari kasus fraktur pada kucing dilakukan berdasarkan anamnesa
dari pemilik hewan, pemeriksaan fisik, tanda klinik yang ditunjukkan oleh kucing,
8

pengukuran panjang kaki, dan didukung oleh pemeriksaan radiologi (X- Ray)
dengan foto rontgen sehingga didapatkan diagnosa yang definitif.

Kasus
Signalement Nama pasien : Hitam
Umur pasien : ±18 bulan
Sex : Betina
Berat Badan : 2,6 kg
Ras : Domestik
Warna : Hitam
Nama pemilik : Reza
Alamat : Sei Putih No. 10
Tanggal Masuk : 27 November 2018
Anamnesa Tertabrak kendaraan bermotor, Kaki belakang tidak bias bergerak

Status
Present Keadaan Umum :
Gizi : BCS 3
Tempramen : Jinak
Habitus : Lordosis
Kulit dan bulu : Normal
Selaput lendir : Normal
Suhu tubuh : 38,7oC
Pemeriksaan : X-Ray (Rontgen)
Diagnosa : Fraktur pars Pelvinae
Terapi : Operasi pada fraktur menggunakan screw dan plate untuk me-fiksasi
lokasi fraktur, Inj/ Penstrep (Antibiotik), Inj/Dexamethason, po Vit. B-
Complex, Elkana, Vit. C, Ketoprofen, Syr/ Metronidazol, Syr/
Cefadroxil.
Tabel 1. Ambulatoir Fraktur Os. Tibia et sinister aada kucing persia
Hasil dan Pembahasan : Penanganan (Operasi)
Dari hasil anamnesa dengan pemilik (klien) kucing dengan nama Hitam
datang ke Eldora Vet Clinic and Petshop pada tanggal 27 November 2018 pukul
9

20.00 WIB dengan keluhan kucingnya tertabrak, setelah itu kucingnya tidak bisa
berdiri. Oleh karena itu pemilik memeriksakan keadaan kucing pada drh. Ari
Ramadhan untuk diberikan tindakan lebih lanjut.
Setelah dilakukan pemeriksaan, disarankan untuk dilakukan pemeriksaan
radiologi untuk melihat gangguan pada bagian pinggul (pelvis) dengan
menggunakan Rontgen (X-Ray). Pemilik setuju untuk dilakakan pemeriksaan
radiologi. Hasilnya sebagai berikut:

Gambar 2. Hasil X-Ray pada kucing (fraktur pars pelvinae)

Atas persetujuan dari klien, maka dilaksanakanlah operasi pada kucing ini
dengan kasus fraktur pelvinae.

Pelaksanaan Operasi

Alat yang digunakan dalam pembedahan ini : stetoskop, termometer, alat


pencukur, skalpel, pinset, needle holder, jarum, benang jahit absorbable dan non
absorbale, klam arteri, tampon, gunting (lurus tumpul, lurus tajam, lurus
bengkok), towel duck, drapping, lampu opersi, tampon, screw, plate, perban, dan
plester.
10

Bahan-bahan dan obat yang dipersiapkan adalah alkohol 70%, dan Iodium
tincture, NaCl. Obat-obat yang dipersiapkan adalah premedikasi yaitu atropin
sulfat, anestesi umum yaitu Xylazin dan Ketamin, Inj/ Penstrep (Antibiotik),
Dexamethason (Anti inflamasi), Salap Gentamicin.
Hewan dibaringkan diatas meja operasi dengan posisi ventral recumbency.
Lokasi yang akan dilakukan sayat dicukur dan diberikan iodine tincture.
Penyayatan dilakukan pada daerah ischium. Kulit di preparir sampai pada
permukaan Os. pelvinae, lalu perhatikan posisi letak tulang yang mengalami
fraktur. Fiksir otot sekitar Os. pelvis untuk memudahkan pemasangan plate.
Berikut posisi fraktur:

Gambar 3. Posisi fraktur pars pelvis dexter

Setelah itu, reposisi tulang ke posisi normal sesuai dengan alur fraktur,
lalu fiksasi menggunakan plate dan screw. Setelah itu tetesi bagian sayatan
dengan penstrep. Penjahitan otot dan kulit menggunakan benang absorbable
dengan pola simple interupted. Luka jahitan di flushing menggunakan NaCl lalu
dioleskan salep Gentamicin.
11

Gambar 4. Setelah pemasangan plate pada Os. pelvis


Pascaoperasi

Setelah operasi selesai, dilakukan lagi pengulangan pemeriksaan Radiologi


untuk memastikan posisi tulang kembali ke posisi semula. Berikut hasil x-ray:

Gambar 6. Posisi Os. Pelvis pascaoperesi


12

Hewan diberikan antibiotik berupa Inj/ Penstrep (Antibiotik),


Inj/Dexamethason, po Vit. B-Complex, Elkana, Vit. C, Ketoprofen, Syr/
Metronidazol, Syr/ Cefadroxil.. Pasang Elisabeth collar pada hewan untuk
menghindari hewan menjilat dan menggigiti luka pasca operasi. Hewan diletakkan
pada kandang yang bersih dan kering. Makanan yang diberikan pada hewan harus
bergizi dan banyak mengandung kalsium untuk membantu mempercepat proses
kesembuhan.

Anda mungkin juga menyukai