Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO LEVERAGE, RASIO

AKTIFITAS DAN RASIO PROFITABILITAS


TERHADAP FINANCIAL DISTRESS
(pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
tahun 2013-2015)

Andre Vici Ardian 1) , Rita Andini 2), Kharis Raharjo 3)


1)
Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Pandanaran Semarang
2), 3)
Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Pandanaran Semarang

ABSTRACT

The purpose of this research is to assess Company’s financial reports in


correlation with financial distress in one particular company. We used Liquidity
ratio (current ratio) as independent variable. While the leverage ratio used Debt
to Quality ratio, Activity ratio used return on asset and profitability ratio used
non profit margin. Dependent Variable on this research is The condition of
financial distress it self. This research object use data of Company which
registered in Indonesia Stock Exchange (BEI) period 2013-2015. Sampling
method by using purposive sampling where it collected 34 companies for
sampling. The Method of this research used Altman Z-Score.

Data analysis method by using descriptive statistical, Classical


assumption test, normally test, Multicolinearity test, heteroskedasticity test, , auto
correlation test and hypothesis test (double linier analysis, coefficient
determination test, Significance test by using F Anova Model.
The result of this research : liquidity ratio, leverage ratio and activity ratio had
impact to financial distress condition for those manufacturer company listed in
BEI, while the profitability ratio had no impact upon financial distress condition
for those manufacturer company listed in BEI

Key word : Liquidity, Leverage, Activity, Profitability, Financial distress.

i
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji laporan keuangan perusahaan


apakah perushaan tersebut mengalamai kebangkrutan (financial distress). Dimana
sebagai variabel independet penelitian ini adalah rasio likuiditas menggunakan
current ratio , rasio leverage menggunakan Debt to quity ratio, rasio aktivitas
menggunakan return on asset dan rasio profitabilitas menggunakan net profit
margin. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kondisi financial distress.
Penelitian ini menggunakan obyek penelitian perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode tahun 2013-2015. Penentuan sampel dengan purposive
sampling, sehingga didaptakan 34 perusahaan untuk dijadikan sampel, dan
penelitian ini juga menggunakan analisis Altman Z-Score .
Metode analisis data yang digunakan adalah stadistik deskriptif, uji
asumsi klasik, uji normalis , uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji
autokorelasi dan pengujian hepotesis (Analisis linier berganda, uji koefisien
derteminasi, uji signigifikansi model F ANOVA ). Hasil penelitian yang di dapat
adalah rasio likuiditas, rasio leverage dan rasio aktivitas berpengaruh terhadap
kondsi financial distress terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
sedangkan rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial
distress distress terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Kata Kunci : Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Profitabilitas, Financial


Distress

ii
1.1 PENDAHULUAN keuangan bukan hanya di Amerika
Serikat saja namun meluas hingga ke
Asia. Di Indonesia dampak krisis
Semakin berkembangnya dunia tersebut dimulai dengan merosostnya
usaha dari tahun ketahun sampai saat nilai rupiah terhadap dolar Amerika
ini, menjadikan persaingan diantara Serikart yang telah melemahkan
perusahaan kecil maupun perusahaan aktivitas bisinis secara umum. Sebagian
besar. Sehingga banyak juga perusahaan besar negara di seluruh dunia
yang mengalami kebangkrutan. mengalamai kemunduran karena
Terutama perusahaan yang sudah pecahnya krisis keuangan tersebut. Hal
terdaftar pada BEI (Bursa Efek ini berpengaruh juga dengan perushan-
Indonesia). Kebangkrutan pada perusahaan yang ada di Indonesia yang
perusahaan dapat dilihat dan diukur terpukul dengan adanya krisis
tentunya melalui laporan keuangannya, keuangan. Akibatnya Pasar Eksport
hal ini sangatlah penting bagi pemilik menyusut dan sebagian Industri di landa
perusahaan, menejer maupun investor kelesuan. Merosotnya kinerja
sebagai penentu kebijakan dalam perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
pengambilan keputusan karena laporan BEI juga terlihat dari kontribusi yang
keuangan sangatlah penting guna kian mengecil dalam menghasilkan
menunjukan kinerja sebuah perusahaan, produk domestic bruto.
laporan keuangan dianggap penting dan
bermanfaat, hal ini dibuktikan dengan Pelaku Bisinis Memiliki peluang
melakukan penelitian dengan cara yang menjanjikan, hal ini menyebabkan
menggunakan rasio-rasio untuk mudahnya perusahaan-perusahaan baru
memprediksi financial distress sebuah untuk memasuki dunia industri ini dan
perusahaan, Mas’ud dan Reva (2012). mengakibatkan meningkatkan pesaing
Financial distress terjadi sebelum antar perusahaan. Jika perushanan di
kebangkrutan sebuah perusahaan. Indonesia tidak dapat bertahan ataupun
Dengan demikian model financial tidak mampu bersaing dengan
distress perlu untuk dikembangkan, perusahaan global, hal ini akan menjadi
karena dengan mengetahui kondisi dampak buruk pada penurunan volume
financial distress,perusahaan sejak dini penjualan sehingga perusahaan tidak
diharapkan dapat dilakukan tindakan- dapat mendapatkan laba yang cukup
tindakan untuk mengantisipasi kondisi besar sehingga mengakibatkan
yang mengarah atau menunjukan pada perusahaan tersebut tidak dapat
kebangkrutan sebuah perushaan. memenuhi kewajiban-kewajibanya. Hal
inilah yang disebut financial
Kasus kesulitan keuangan yang distress,dimana perusahaan tersebut
terjadi di indonesia ketika tahun 2007 tidak dapat memenuhi kewajiban-
merupakan dampak dari krisis keuangan kewajibanya.
Amerika. Krisis ini diawali oleh
kerugian yang terjadi di pasar Menurut Hapsari (2010) financial
perumahan (subprime mortgages) distress adalah masalah likuiditas yang
akibat kegagalan pembayaran kridit sangat parah yang tidak bisa dipecahkan
perumahan yang berdampak pada sektor tanpa perubahan ukuran dari operasi
keuangan yang menyebabkan atau struktur perusahaan. Financial
kebangkrutan pada berbagai industri distress merupakan kondisi ketika
yang ada di Amerika Serikat. Krisis ini keuangan perusahaan dalam keadaan
kemudian melebar dan merusak sistem tidak sehat atau krisis. Untuk

3
menghindari munculnya financial Penelitian ini menggunakan rasio
distress pada perusahaan, perlu adanya Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio
suatu sistem yang dapat memberikan Aktivitas, dan Rasio Profitabilitas.
peringatan dini akan adanya masalah Dimana Rasio Likuiditas yang
yang mengancam prusaan. Model digunakan adalah Current Ratio (CR),
prediksi kebangkrutan merupakan Rasio Leverage yang digunakan adalah
antisipasi dan sistem peringatan dini Debt to Equity ratio (DER), Rasio
terhadap financial distress karena model Aktivitas Yang digunakan adalah total
tersebut dapat digunakan sebagai sarana assets turnover (TATO), Rasio
untuk mengidentifikasi dan Profitabilitas yang digunakan adalah
memperbaiki kondisi keuangan sebelum net profit margin (NPM). Alasan
sampai pada kebangkrutan (Nugroho, penulis memilih rasio keuangan tersebut
2012). bersumber dari penelitian sebelumnya
yang memiliki hasil yang beragam,
Pada perusahaan yang terdaftar di seperti penelitian yang dilakukan oleh
BEI ( Bursa Efek Indonesia) , laporan Yuanita (2010), Kamaludin dan Pribadi
keuanganya bersifat tebuka dan tidak (2011), Pasaribu (2008), Yulia Dwiyanti
ada yang ditutupi, karena laporan (2016), menyatakan bahwa rasio
perusahaan yang telah terdaftar tersebut likuiditas yang diproksikan kedalam
telah di publish di BEI (bursa Efek Current ratio dapat digunakan untuk
Indonesia) agar dapat dilihat oleh memprediksi kondisi financial
masyarakat umum, pemakai lporan disteress. Akan tetapi hasil yang
keuangan baik pihak internal maupun berbeda yang dilakukan oleh Andre
eksternal. Laporan keuangan yang telah (2013), menyatakan bahwa current
di publish ini tentunay dapat dijadikan ratio tidak dapat digunakan untuk
acuan oleh pihak internal ataupun memprediksi kondisi financial distress.
eksternal sebagai penilaian apakah Pengguna rasi likuiditas ini dikarenakan
kondisi perusahaan tersebut berjalan rasio ini paling sering digunakan dan
dengan baik ataumengalami kondisi dapat dikatakan paling efektif.
financial distress. Sehingga sebagai
pihak internal maupun eksternal dapat Penelitian selanjutnya dilakukan
menilai sendiri kondisi-kondisiyang oleh Darmanto dan Hidayat (2013,
terjadi pada perushaan yang terdaftar di Hanifah dan Purwanto (2013), Kusuma
BEI (Bursa Efek Indonesia) melalui Wardana (2013), menyatakan bahwa
laporankeuanganya yang telah rasio leverege yang diproksikan
dipublish. Tentunya uantuk kepentingan kedalam debt ratio dapat digunakan
masing-masing pihak. untuk memprediksi kondisi financial
distress. Namun pada penelitian ini
Penelitian ini juga menggunakan yang dilakukan oleh widyawati (2014),
Model Altman Z-Score sebagai alat ukur Putri dan Merkusiwati (2014)
financial distress perusahaan. Dimana menyatakan bahwa debt ratio tidak
Analisis Kebangkrutan Z-Score adalah dapat digunakan untuk memprediksi
suatu alat yang digunakan untuk kondisi financial distress. Debt ratio
meramalkan tingkat kebangkrutan suatu merupakan rasio paling menyeluruh
perusahaan dengan menghitung nilai karena memasukan proporsi jumlah
dari beberapa rasio lalu kemudian hutang jangka pendek maupun jangka
dimasukan dalam suatu persamaan panjang terhadap jumlah aset yang
diskriminan, Kartikawati (2009). dimiliki oleh perusahaan.

4
Ratio aktivitas yang diproksikan ke adapun perbedaan variabel yang
dalam total asset turnover dapat digunakan oleh peneliti yaitu pada
digunakan untuk memprediksi kondisi variabel X peneliti menambahkan rasio
financial distress. Hal ini dinyatakan aktivitas, pada objek yang akan diteliti
oleh Pasaribu (2008). yaitu perusahaan manufacture dan tahun
periode penelitian.
Adapun pada penelitian yang
dilakukan Widarjo dan Setiawan Alasan peneliti menambahkan
(2009), Widiyawati (2014) dan variabel rasio aktivitas adalah karena
Prasetiono (2011) menyatakan bahwa rasio ini menurut peneliti dapat
total asset turnover tidak dapat mempengaruhi terjadinya financial
digunakan untuk memprediksi kondisi distress. Menurut Harahap (2009) rasio
financial distress. Pengguna total asset aktivitas menunjukan perputaran total
turnover dikarenakan rasio ini dapat aset yang diukur dari volume penjualan
mengukur efisiensi penggunaan aset dengan kata lain seberapa jauh
secara keseluruhan dengan kemampuan semua aset dapat
membandingkan total penjualan dengan menciptakan penjualan. Apabila dalam
total aset yang dimiliki oleh perusahaan. sebuah perusahaan tidak dapat
meningkatkan penjualan, maka
Kemudian rasio profitabilitas
perusahaan tersebut lama kelamaan
yang diproksikan kedalam net profit
akan mengalami penurunan laba
margin dapat digunakan untuk
perusahaan, dan pada akhirnya
memprediksi fiancial distress
perusahaan akan mengalami financial
dinyatakan dalam penelitian Lina dan
distress, karena perusahaan tersebut
Sutrisno (2014,, Haq dkk (2013).
tidak dapat memenuhi kewajiban-
adapun penelitian ini yang dilakukan
kewajibanya.
oleh Darminto dan Handayani (2013)
menyatakan bawha net profit margin
tidak dapat digunakan untuk
memprediksi financial distress. 2. Telaah Pustaka
Penggunaan rasio net profit margin 2.1 Teori Agensi
dikarenakan rasio ini mengukur berapa
besar presentase laba bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Teori keagenan (agency
theory) merupakan hubungan dimana
Berdasarkan adanya perbedaan para manajer diberi kekuasaan oleh para
hasil penelitian yang telah dilakukan pemilik saham. Teroi keagenan
oleh para peneliti terdahulu mengenai dibangun sebagai upaya untuk
current ratio, Debt to Equity ratio, memahami dan memecahakan masalah
Ratio Return On Asset, dan Net Profit yang muncul manakala ada
Margin maka dalam penelitian ini ketidaklengkapan pada saat melakukan
peneliti menggunakan sebagian variabel kontrak, Gudono (2009). Agen
tersebut dengan mengubah salah satu diberikan wewenang untuk membuat
variabel yang awalnya Return On Asset keputusan yang kemudian principal
menjadi Total Asset Turnover di suatu akan mengevaluasi keputusan tersebut.
perusahaan. Dengan adanya perubahan Dalam kontrak kerjasama principal
variabel tersebut apakah akan memberikan imbalan kepada agen atas
mendapati hasil yang berbeda ataupun jasa pengelolaan perusahaan, dan
mendapatkan hasil yang sama. Dan principal mendapatkan informasi

5
mengenai bagaimana keadaan tersedia dapat menutup kewajiban
perusahaanya, sehingga agen harus lancarnya
membuat laporan yang mudah dipahami
dan sesui dengan keadaan perusahaan, 2.4 Rasio Leverege (X2)
selain akan digunakan oleh pemilik Rasio Leverege (solvency
perusahaan, laporan perusahaan juga ratios), yang menunjukan kemampuan
akan digunakan oleh shareholder. perusahaan untuk memenuhi seluruh
kewajibanya baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Analisis
2.1.2 Laporan Keuangan
terhadap rasio ini diperlikan untuk
memngukur kemampuan kemampuan
Akuntansiku (2009), Laporan perusahaan dalam membayar hutang
keuangan menggambarkan kondisi (jangka pendek maupun jangka
keuangan dan hasil usaha suatu panjang) apabila pada suatu saat
perusahaan pada jangka waktu tertentu, perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan.
adapun jenil laporan keuangan yang Rasio leverage perusahaan diasumsikan
bisa kita kenal adalah Laporan Laba dalam penelitian ini mampu menjadi
Rugi, Laporan Perubahan Modal, alat prediksi pada kondisi financal
Neraca, dan laporan Arus Kas. Bagi distress suatu perusahaan dan diukur
para analisis keuangan media yang dengan menggunakan debt to equity
penting untuk menilai prestasi dan Ratio. Setiap penggunaan hutan oleh
kondisi ekonomi suatu perusahaan. perusahaan akan berpengaruh terhadap
Pada tahap pertama seorang analisis risiko dan pengembalian. Menurut
tidak mampu melakukan pengamatan Kamsir (150:2008).
langsung pada suatun perusahaan dan
seandainya dilakukan, ia pun tidak
dapat mengetahui banyak tentang 2.5 Rasio Aktivitas (X3)
keuangan perushaan tersebut. Oleh
karena itu yang paling penting adalah Rasio Aktivitas (activity ratios),
media laporan keuangan. Laporan yang menunjukan tingkat efektifitas
keuangan inilah yang menjadi bahan penggunaan aktiva atau kekayaan
sarana informasi (screen) bagi analisis perushaan, Menurut Harahap
dalam proses pengambilan keputusan. (2009:308), rasio aktivitas
menggambarkan aktivitas yang
2.3 Rasio Likuiditas (X1) dilakukan perusahaan dlam
Rasio Likuiditas (liquidity menjalankan operasionalnya baik dalam
ratios), yang menunjukan kemampuan kegiatan penjualan, pembelian dan
perusahaan untuk memenuhi kegiatan lainya. Rasio ini dinyatakn
kewajibanya jangka pendek. Likuiditas sebagai perbandingan penjualan dengan
perusahaan diasumsikan dalam berbagai elemen aset. Elemen aset
penelitian ini mampu menjadi alat sebagai pengguna dana seharusnya bisa
prediksi financial distress suatu dikendalikan agar bisa dimanfaatkan
perusahaandan di ukur menggunakan secara optimal. Semakin efektif dalam
current ratio. Current Ratio adalah memanfaatkan dana semakin cepat
indikator keuangan yang bersifat jangka perputaran dana tersebut, karena rasio
pendek yaitu kemampuan perusahaan aktivitas umumnya diukur dari
untuk melunasi kewajiban lancar perputaran masing-masing elemen aset.
dengan menggunakan asset lancar.
Dimana seberapa besar aset lancar yang

6
2.6 Rasio Profitabilitas (X4) variabel dependen.kerangka pemikiran
Rasio Profitabilitas dan dapat di gambarkan sebagai berikut :
Rentabilitas (profitability), yang
menunjukan tingkat imbalan atau
perolehan (keuntungan) dibandingkan
penjualan atau aktiva. Menurut Harahap
(2009:309). Rasio profitabilitas
menggambarkan kemampuan
perusahaan untuk mendapatkan laba
melalui semua kemampuanya, dan
sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas,ekuitas, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya.

2.7 Financial Distress (Y) 2.9 Hipotesis Penelitian


Financial Distress perusahaan
merupakan kondisi di mana hasil Hipotesis yang diajukan dalam
operasi perusahaan tidak cukup untuk penelitian ini adalah :
memenuhi kesajiban perusahaan 1. H1 : Likuiditas berpengaruh positif
(insolvency). Insolvency dapat terhadap financial distress
dibedakan dalam 2 kategori, (Emery, 2. H2 : Leverage berpengaruh negatif
Finnery, Stowe, 2004 dalam suroso terhadap financial distress
2006 3. H3 : Aktifitas berpengaruh positif
terhadap financial distress
2.8 KERANGKA PEMIKIRAN 4. H4 : Profitabilitas berpengaruh
Hubungan antara masing- positif terhadap financial distress
masing variabel dalam penelitian ini
akan dijelaskan dlam sub bab kerangka
pemikiran ini. Pembahasan dan alasan 3. Metode Penelitian
penyajian gambar sebagai berikut. 3.1 Populasi dan Sampel
Penelitian ini akan menguji
rasio keuangan untuk memprediksi
financial distress. Rasio keuangan Populasi adalah keseluruhan
tersebut adalah rasio likuiditas, rasio kelompok orang, kejadian, atau hal
leverage, rasio aktivitas, dan rasio minat yang ingin peneliti investigasi
profitabilitas yang dapat digunakan (Sekaran, 2011). Dalam penelitian ini
untuk memprediksi kondisi financial yang menjadi populasi penelitian adalah
distress pada suatu perusahaan, yang semua perusahaan manufaktur yang
digunakan sebagai variabel independen terdaftar di Bursa Efek Indonesia
untuk menguji laporan keuangan Periode 2013 sampai dengan 2015 yaitu
perusahaan manufaktur menggunakan sebanyak 155 perusahaan manufaktur
data pada periode 2010-2014 dan yang terlihat dalam Indonesia Capital
variabel Altman Z-Score untuk Market Dictionary (ICMD) tahun
menentukan nilai financial distress 2013-2015, dengan alasan semua
pada perusahaan manufaktur di investor di perusahaan manufaktur
Indonesiayang digunakan sebagai membutuhkan laporan keuangan
perusahaan, selain itu menurut Basri

7
(1998) dalam Fanny dan Saputra (2005) Uji deskriptif, Uji Asumsi Klasik (uji
dalam Muttaqin (2012) mengatakan normalitas, multikolinearitas,
bahwa secara de facto sebetulnya heteroskedastistas dan autokorelasi) dan
sekitar 80% dari lebih 155 perusahaan Analisis Linier Berganda meliputi Uji F
Manufaktur bisa dikatagorikan bangkrut dan Uji R..
(mengalami financial distress) yang Dalam penelitian financial
disebabkan karena hutang perusahaan distress ini peneliti menggunakan
yang sudah melebihi asset yang dimiliki perhitungan metode Z-Score. Z-Score
perusahaan. merupakan skor yang ditentukan dari
Sampel adalah sebagian dari hitungan standar dikalikan rasio rasio
populasi. Sampel terdiri atas sejumlah keuangan yang akan menunjukan
anggota yang dipilih anggato yang tingkat kemungkinan financial distress
dipilih dari populasi (Sekaran, 2011). sebuah perusahaan. Berikut adalah
Proses pemilihan sampel menggunakan perhitungan rasio Z-Score Altman :
metode purposive sampling. Metode
purposive sampling adalah pengambilan Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 +
sampel terbatas pada jenis orang 1.0X5
tertentu yang dapat memberikan
informasi yang diinginkan. Entah Keterangan :
mereka adalah satu-satunya yang X1 : Net working capital to total
memilikinya atau memenuhi beberapa asset
kriteria yang di tentukan peneliti. X2 : Retained earning to total
Kriteria yang dimaksudkan adalah asset
sebagai berikut : X3 : Earning before interest and
tak to total asset
1. Perusahaan manufaktur yang X4 : Market value of equitty to
terdaftar di BEI pada tahun 2013 book value of total debt
hingga tahun 2015 dan tidak sedang X5 : Sales to total asset
berada pada proses delisting pada
periode tersebut.
2. Perusahaan manufaktur yang
dimiliki laba sebelum pajak (EBIT) 3.3 Analisis Altman Z-Score
dibawah 1.00 dalam satu tahun
pelaporan sebagai perusahaan Penelitian ini akan
dengan financial distress, serta menggunakan analisi potensi
mempunyau laporan keuangan kebangkrutan perusahaan dengan
yang berkaitan dengan rasio menggunakan metode Altman Z-Score
keuangan dan rasio non keuangan sebagai alat analisis datanya. Formula
sesui dengan variable dalam sebagai dasar patokan pada analisis Z-
penelitian. Score, Yaitu :
3. Memiliki laporan keuangan auditor
tahun sebelumnya.
Menerbitkan laporan keuangan dalam Z = 1.2X1 + 1.4X2 + 3.3X3 + 0.6X4 +
satuan rupiah. 1.0X5

3.2 Metode Analisis Data


1. Jika nilai Z < 1,81 maka
Metode analisis data yang di termasuk perusahaan yang
lakukan dalam penelitian ini meliputi bangkrut.

8
2. Jika nilai Z < 2,91 maka Distress dengan mean sebesar 1,5247.
termasuk grey area (tidak dapat Jika dilihat dari nilai minimum variabel
ditentukan apakah perusahaan Financial Distress sebesar -5,65 dan
sehat ataupun mengalami nilai maksimumnya adalah sebesar 5,89
kebangkrutan). dengan standar deviasi sebesar 1,48994.
3. Jika nilai Z > 2,99 maka Pada tabel 4.2 diatas diketahui bahwa
termasuk perusahaan yang tidak variabel likuiditas menunjukan nilai
bangkrut. minimum sebesar 0,29 dan nilai
maksimum 170,53 dengan nilai mean
sebesar 4,1400. Nilai standar deviasi
dari likuiditas adalah 18,23440, dimana
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Standar deviasi menunjukan banyaknya
4.1 Statistik Deskriptif variance.
Statistik Deskriptif
didefinisikan merupakan suatu metode
dalam menganalisa data, sehingga 4.2 Uji Asumsi Klasik
diperoleh gambaran yang teratur a. Uji Normalitas
mengenai suatu kegiatan. Ukuran yang
digunakan dalam deskriptif antara lain : Uji normalitas bertujuan untuk
frekuensi, tendensi sentral (mean, menguji apakah dalam model regresi,
median dan modus), dispersi (standar variabel pengganggu memiliki distribusi
deviasi dan varian) dan koefisien normal (Ghozali,2005:110), Uji
korelasi antara variabel penelitian. normalis data dapat dilakukan melalui
Ukuran yang digunakan dalam statistik dua cara yaitu analisis grafik dan
deskriptif tergantung pada tipe skala analisis statistik.
pengukuran construct yang digunakan Analisis grafik digunakan
dalam penelitian (Ghozali, 2005). untuk melihat normalitas data dilakukan
dengan melihat grafk histogram dan
kurva probability plot. Pada grafik
histogram, suatu data dikatakan norma
jika bentuk kurva memiliki kemiringan
yang cenderung seimbang baik pada sisi
kiri maupun pada sisi kanan atau
berbentuk lonceng. Pada kurva normal
probability plot, data dikatakan normal
apabila titik-titik data menyebar
disekitar garis diagonal atau mengikuti
arah garis diagonal.
Analisis statistik dilakukan
dengan uji kolmogorov-Smirnov Test.
Uji ini dilakukan untuk memastikan
secaraa statistik apakah data
disepanjang garis diagonal berdistribusi
Dari tabel diatas, dapat normal. Data dikatakan normal apabila
diperoleh hasil bahwa dengan analisis hasil pengujian menunjukan nilai
statistik deskriptif dapat diketahui signifikan diatas 0.05, dan jika nilai
jumlah sampel (N) ada 102 selama 3 signifikansinya lebih kecil dari 0,05
tahun. Dimana pada variabel Financial

9
maka distribusi data adalah tidak
normal.
c. Uji Heteroskedastisitas
b. Uji Multikolinearitas Menurut Ghozali (2005: 105)
Pengujian ini berguna untuk uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk
mengidentifikasi apakah model regresi menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi anatar terjadi ketidaksamaan variance residual
variabel bebas. Model regresi yang baik dari suatu pengamatan yang lain. Jika
seharunya tidak terjadi korelasi di variance dari residual satu pengamatan
antara variabel bebasnya (Ghozali, ke pengamatan lain tetap, maka disebut
2005: 91). Untuk melihat data atau homoskedastisitas dan jika berbeda
tidaknya multikolinearitas dalam model disebut heteroskedatisitas.
regresi dilihat dari nilai tolerance dan Akibat terjadinya
lawanya Variance Inflaction Factor heteroskedastisitas maka setiap
(VIF). Batasan umum yang dipakai terjadinya perubahan pada variabel
untuk menunjukan adanya terikat mengakibatkan errornya
mulltikolinearitas adalah nilai tolerance (residual) juga berubah sejalan atau
> 0,1 atau VIF < 10 (Ghozali,2010). kenaikan atau penurunannya. Dengan
Model Regresi linier berganda harus kata lain konskuensinya apabila variabel
terbebas dari gejala multikolinearitas terikat bertambah maka kesalahan juaka
agar dapat digunakan dalam penelitian. akan bertambah (Gujartati, Damodar
N,1988: 401). Cara untuk mendeteksi
Tabel 2 : Hasil Uji Multikolonearitas adanya heteroskedasitas dapat dilihat
sebaran titik pada grafik scatterplot dari
grafik scatterplot jika terlihat titik-titik
menyebar secara acak baik atas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka
disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi.

Tabel 3 : Hasil Uji


Heteroskedastisitas

Berdasarkan pada tabel diatas,


terlihat bahwa tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai
tolerance kurang dari 0,10. Selanjutnya
hasil perhitungan VIF juga menunjukan
hal yang sama yaitu tidak ada satupun
variabel independen yang memiliki nilai
VIF lebih besar dari 10. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.. Dilihat dari diatas, terlihat
terlihat bahwa nilai signifikasi seluruh
variabel independen diatas 0,05, maka

10
disimpulkan bahwa tidak terjadi Pengujian Hipotesis
heteroskedastisitas pada model regresi. a. Uji Sgnifikansi Model F
d. Uji Autokorelasi (ANOVA)

Uji autokorelasi bertujuan


menguji apakah dalam model linier ada Uji statistik F digunakan untuk
kolerasi antara kesalahan pengganggu mengetahui apakah semua variabel
pada periode t dengan kesalahan independen yang digunakan dalam
pengganggu pada mperiode t-1 model regresi mempunyai pengaruh
(sebelumnya). Jika terjadi kolerasi, secara bersama-sama (silmutan)
maka dinamakan adanya problem terhadap variabel dependen (Ghozali,
autokorelasi (Imam Ghozali, 2011: 2013). Apabila nilai profitabilitas
110). Salah satu cara untuk mengetahui signifikan <0.05, maka variabel
ada tidaknya autokorelasi pada model independen secara bersama- sama
regresi adalah dengan melakukan uji mempengaruhi variabel
Runs. Dalam Runs Test, dikatakan tidak dependenpengujian dengan nilai F
terjadi autokorelasi jika nilai diperoleh sebagai berikut :
Asymp.Sig. 2-tailed lebih 0,05. Model Tabel 5
regresi yang baik adalah yang bebas
dari autokorelasi. Hasil Pengujian Secara Simultan
(Uji F)
Tabel 4
Hasil Uji Autokorelasi N = 93

Jika dilihat dari tabel diatas


diketahui nilai F hitung sebesar 10,687
lebih besar dari nilai F tabel sebesar
Berdasarkan hasil analisis regresi 2.47, dimana nilai probabilitas adalah
diperoleh nilai D-W sebesar 1,827 0.000 < 0.05. Maka hal ini
Sedangkan nilai du diperoleh sebesar menunjukkan bahwa secara bersama-
1,75. Dengan demikian diperoleh bahwa sama variabel independen berpengaruh
nilai du lebih kecil dari DW dan nilai terhadap variabel dependen.
DW lebih kecil dari 4 – du yaitu 1,75 <
1,827 < 2,25. Dengan demikian b. Koefisien Determinasi
menunjukkan bahwa model regresi R2 adalah perbandingan antara
tersebut sudah bebas dari masalah variasi Y yang dijelaskan oleh X1 dan
autokorelasi. X2 secera bersama-sama dibanding
dengan variasi total Y. Jika selain X1
dan X2 semua variabel di luar model

11
yang di wadahi dalam E dimaksukkan dengan variabel dependen apakah
ke dalam model, naka nilai R2 akan masing-masing variabel independen
bernilai 1. Ini berati seluruh variasi Y berhubungan positif atau negatif dan
dapat dijelaskan oleh variabel penjelas untuk memprediksi nilai dari variabel
yang dimasukan kedalam model. dependen apabila nilai variabel
Tidak ada ukuran yang pasti independen mengalami kenaikan atau
berapa besarnya R2 untuk mengatakan penurunan. Data yang digunakan
bahwa suatu pilihan variabel sudah biasanya bersekala interval atai rasio.
tepat. Jika R2 semakin besar atau Tabel 4.11
mendekati 1, maka model makin tepat. Analisis Linier Berganda
Untuk data survai yang berarti bersifat
cross section data yang diperoleh dari
banyak responden pada waktu yang
sama, maka nilai R2 = 0,2 atau 0,3
sudah cukup baik.

Tabel 6
Uji Determinasi

Model persamaan regresi yang


dapat ditulis dari hasil tersebut dalam
bentuk persamaan regresi adalah
sebagai berikut :
Fin_distress = 0,278 + 0.547 Likuiditas
+ 0,026 Leverage + 0,182 TATO
-0.038 Profit + ε
Berdasarkan persamaan regresi tersebut
Jika dilihat dari nilai tabel
dapat dijelaskan sebagai berikut:
diatas bahwa nilai Adjusted R sequare
1. Konstanta sebesar 0,278, hal ini
0.296 maka hal ini menunjukkan bahwa
berarti bahwa tanpa likuiditas,
variabel dependen dapat dijelaskan oleh
leverage, TATO, Profitabilitas
variabel independen sebesar 29,6 %
maka Financial distress
sehingga masih ada 70,4% variabel
cenderung mengalami
dependen dapat dipengaruhi oleh
peningkatan.
variabel independen lain diluar variabel
2. Variabel Likuiditas menunjukan
yang digunakan pada penelitian ini.
koefisien sebesar 0.547 hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan
c. Analisis Regresi Linier Berganda
variabel likuiditas, maka
Financial distress cenderung
Analisis linier berganda adalah
mengalami peningkatan dengan
hubungan secara linier antara dua atau
asumsi bahwa leverage, TATO,
lebih variabel independen (X1,
Profitabilitas tetap. Dan dilihat
X2,.....Xn) dengan variabel dependen
dari tingkat signifikasinya
(Y). Analisis ini untuk mengetahui arah
menunjukan nilai sebesar 0.000
hubungan antara variabel independen

12
lebih kecil dari 0.05. Berarti dapat distress.. Dan dapat ditarik
di tarik kesimpulan bahwa kesimpulan H4 : ditolak.
Likuiditas berpengaruh terhadap
Financial Distress. H1 : diterima. 5. Kesimpulan
3. Variabel Leverage menunjukan Penelitian ini bertujuan
koefisien sebesar 0,026. Hal ini menunjukan bukti mengenai pengaruh
menunjukan bahwa setiap variabel Likuiditas (CR), Leverage
peningkatan Leverage, maka (DER), Rasio Aktivitas (TATO),
financial distress cenderung Profitabilitas (NPM) terhadap Financial
mengalami peningkatan. Dengan Distress pada perusahaan manufaktur
asumsi likuiditas, TATO, periode tahun 2013- 2015 pada
Profitabilitas tetap. dan dilihat perusahaan manufaktur. Hasil penelitian
dari tingkat signifikasinya menunjukan bahwa pengaruh seluruh
menunjukan nilai sebesar 0.768 variabel independen terhadap Financial
lebih besar dari 0.05. Hal ini Distress secara bersama - sama sebesar
berarti bahwa leverage tidak 29,6%.
berpengaruh terhadap Financial Berdasarkan hasil analisis yang
Distress. Maka H2 : ditolak dilakukan, maka dapat diambil
4. Variabel rasio aktivitas (TATO) kesimpulan sebagai berikut :
menunjukan koefisien sebesar 1. Likuiditas berpengaruh
0,182. Hal ini menunjukan bahwa terhadap Financial distress.
setiap kenaikan rasio aktivitas Dengan demikian sesuai
(TATO) maka financial distress dengan hipotesis awal (H1)
cenderung mengalami yang menyatakan likuiditas
peningkatan. Dengan asumsi berpengaruh signifikan
likuiditas, leverage, Profitabilitas terhadap financial distress.
tetap. dan dilihat dari tingkat H1 diterima
signifikasinya menunjukan nilai 2. Leverage berpengaruh
sebesar 0.047 lebih kecil dari terhadap Financial distress.
0.05. Hal ini berarti bahwa TATO Dengan demikian tidak
berpengaruh terhadap Financial sesuai dengan hipotesis awal
distress. Sehingga dapat ditarik (H2) yang menyatakan
kesimpulan H3 : diterima. bahwa tidak terdapat
5. Variabel profitabilitas (NPM) pengaruh Leverage yang
menunjukan koefisien sebesar - signifikan terhadap
0,038. Hal ini menunjukan bahwa Financial distress. H2
setiap kenaikan variabel ditolak.
profitabilitas (NPM) maka 3. Aktivitas berpengaruh
financial distress mengalami terhadap Financial distress.
penurunan dengan asumsi jumlah Hal ini sesuai dengan
likuiditas, leverage, TATO tetap. hipotesis awal (H3) yang
dan dilihat dari tingkat menyatakan bahwa Aktivitas
signifikasinya menunjukan nilai berpengaruh terhadap
sebesar 0.689 lebih besar dari Financial Distress. H3
0.05. Hal ini berarti menunjukan diterimaProfitabilitas tidak
bahwa profitabilitas (NPM) tidak berpengaruh terhadap
berpengaruh terhadap Financial Financial Distress. Dengan
demikian tidak sesuai

13
dengan hipotesis awal (H4) diberi masukan bagi penelitian
yang menyatakan bahwa selanjutnya agar menjadi lebih baik
profitabilitas berpengaruh adalah sebagi berikut. Dapat menambah
terhadap Financial Distress. variabel atau faktor lain yang dapat
H4 ditolak mempengaruhi financial distress
mengingat masih ada 70,4 persen
variabel diluar penelitian ini yang dapat
6. Saran mempengaruhi financial distress. Maka
Berdasar hasil penelitian yang dapat di tambahkan variabel lain seperti
telah dilakukan, maka peneliti pertumbuhan perusahaan, suku bunga
memberikan saran sebagai berikut : Indonesia, Inflasi atau menambah
1. Sebaiknya perusahaan tetap periode penelitian.
meningkatkan profitabilitas
perusahaan agar terhindar
dari resiko kebangkrutan
karena ketidak mampuan DAFTAR ISI
membayar hutang.
2. Perusahaan hendaknya Lindawati. 2013 .”Pengaruh Rasio
berhati – hati dalam Leverage dan Rasio Likuiditas
pengambilan keputusan Terhadap Kondisi Financial
untuk besarnya penambahan Distress”. Jurnal Akuntansi.
modal (hutang) dari luar Universitas Komputer Indonesi.
perusahaan karena resiko
yang akan ditimbulkan dari Kumalaningrum Bimbi.2015.”Analisis
tingginya hutang yang Pengaruh Rasio Keuangan Dalam
memicu kebangkrutan. Prediksi Financial Distress Pada
Perusahaan Manufaktur yang
5.3 Keterbatasan Penelitian terdaftar di BEI Pada tahun 2010-
2013”.Jurnal Akuntansi,
Penelitian ini masih bisa Universitas Muhamadiyah
dikembangkan dengan melihat Surakarta.
keterbatasan penelitian ini dapat
Noviandri Tio. 2014 .”Peranan Analisis
dijadikan sebagai revisi untuk penelitian
Rasio Keuangan Dalam
selanjutnya. Keterbatasan penelitian
Memprediksi Kondisi Financial
berikut ini adalah hanya didapat
Distess Perusahaan Sektor
sebanyak 34 perusahaan Di mana
Perdagangan “.Juranal Ilmu
berdasarkan hasil penelitian keempat
Manajemen, Volume Nomor 4
variabel tersebut memberikan nilai
Oktober 2014.
Adjusted RSquare sebesar 0,296 atau
29,6 persen sehingga masih terdapat Rahmandi Novita, Sujana Edy, Surya
70,4 persen faktor atau variabel lain Darman Nyoman Ari. 2014
yang dapat mempengaruhi financial .”Analisis Pengaruh Rasio
distress. Likuiditas, Rasio Profitabilitas
Ekonomi dan Rasio Leverage
5.4 Agenda Penelitian Yang Akan Terhadap Prediksi Financial
datang Distress (Studi Kasus pada Sektor
Melihat dari hasil penelitian dan Perbankan Di Bursa Efek
keterbatasan penelitian, maka dapat Indonesia Periode 2009-

14
2013).Jurusan Akuntansi Program Financial Distress”. Universitas
S1 (Volume:2 No. 1 Tahun 2014), Pendidikan Ganesa Singaraja.
E-journal SI AK Universitas
pendidikan Ganesha. Haerudin.Muhammad. “Pengaruh
Likuiditas, Sovabilitas Dan
Ripais. Mohd.2013.:Pengaruh Rasio Profitabilitas Untuk Mengetahui
Likuiditas,Rasio Leverage, Rasio Kondisi Keuangan Yang Dapak
Profitabilitas Terhadap Financial Terhadap Prediksi Financial
Distress Perusahaan Manufaktur Distress Pada PT.Bakrie &
yang Terdaftar di BEI Periode Brother, Tbk dan Anak
2009-2013”. Jurnal Akuntansi, Perusahaan”. Universitas
Universitas Maritim Raja Ali Pakuan.
Haji.
Hapsari.Evanny Indri. “Kekuatan Rasio
. Keuangan Dalam Memprediksi
Kondisi Financial Distress
Rahmadi.Novita, Sujana.Edi, Surya Perusahaan Manufaktur di BEI”.
Darmawan.Nyoman Ari. Universitas Negri Semarang.
”Analisis Pengaruh Likuiditas,
Rasio Profitabilitas, Rasio IkatanAkuntansiIndonesia.2009.”Stand
Rentabilitas Ekonomi dan Rasio ar Akuntansi Keuangan “. Salemba
Leverage Terhadap Prediksi Empat:Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai