Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PT UNILEVER INDONESIA Tbk

DALAM MEMENAGKAN PERSAINAGN GLOBAL MELALUI ANALISIS SWOT

Disusun Oleh:
 Sutrisno (1560030028)
 Dewa Made Yunantara F (1660031002)
 Leidina Dafetta (1660030001)

1. Sejarah Perusahaan
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh
Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur
Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16
Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302
pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche
Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi
tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever
Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi,
S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi
PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman
dengan keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998
dan diumumkan di Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998
Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal
16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003,
para pemegang saham menyepakati pemecahan saham, dengan

1
mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100 per saham menjadi Rp 10
per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta No. 46
yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan
disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003. Perusahaan
bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur
dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman
dari teh dan produk-produk kosmetik.
Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada
tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No. 82 yang
dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan
juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa
penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan
Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia
dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-
Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan
perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan
perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang
pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus
cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura
dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.
Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan
Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT
Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor
barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos.
Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad
mengadakan perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore
Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad

2
sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada
Technopia Singapore Pte. Ltd.
Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8
Desember 2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang
saham minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI)
dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini berlaku
pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara
perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21
Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan
PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda
yang sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest).
Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan
dan setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan
hukum yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No.
740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.
Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. telah menandatangani
perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company
Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan industri minuman sari
buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan “Gogo” dari Ultra ke
Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan PT Unilever Indonesia Tbk dan
Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.
Di Indonesia, PT Unilever Indonesia Tbk bergerak dalam bidang produksi
sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan makanan yang terbuat dari
susu, es krim, makanan dan minuman dari teh, produk-produk kosmetik,
dan produk rumah tangga melalui beberapa perusahaan di Indonesia:
a. PT Anugrah Lever: didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang
pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus

3
cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan
Sakura dan merek-merek lain.
b. PT Technopia Lever: didirikan pada tahun 2002 dan bergerak di
bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan
menggunakan merk dagang Domestos Nomos.
c. PT Knorr Indonesia: diakuisisi pada 21 Januari 2004.
d.

2. Visi, Misi dan Strategi


1) Visi
Produk Unilever telah menyentuh sekitar 2 milyar orang setiap hari, baik
itu melalui perasaan yang luar biasa karena mereka memiliki rambut
yang kemilau dan senyum yang menawan, membuat rumah mereka
segar dan bersih, atau dengan menikmati secangkir kopi, makanan
yang lezat atau snack yang sehat.
2) Misi
 Menjadi yang pertama dan terbaik di kelasnya dalam memenuhi
kebutuhan dan aspirasi konsumen
 Menjadi rekan yang utama bagi pelanggan, konsumen dan komunitas.
 Menghilangkan kegiatan yang tak bernilai tambahdari segala proses.
 Menjadi perusahaan terpilih bagi orang-orangdengan kinerja yang
tinggi.
 Bertujuan meningkatkan target pertumbuhan yangmenguntungkan dan
memberikan imbalan di atasrata-rata karyawan dan pemegang saham.
3) Strategi Perusahaan
(1) Strategi Fungsional
Sasaran jangka pendek mengacu pada strategi fungsional yang
sifatnya operasional. Strategi fungsional yang sifatnya lebih
operasional ini mengarah kepada berbagai bidang fungsional

4
dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan makna strategi
utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik. Strategi
fungsional ini menjadi penuntun dalam melakukan berbagai
aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanya
saja, melainkan juga dengan strategi dibidang fungsional lainnya.
Didalam dunia binis, perusahaan harus mempunyai bidang-bidang
fungsional yang utama agar dapat bersaing dengan pesaing
bisnisnya, antara lain :
 Strategi Manajemen Keuangan
Strategi ini harus mampu menentukan arah penggunaan dana
baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek. Strategi ini
umumnya berkisar pada tiga hal, yaitu bagaimana perusahaan
memperoleh modal, alokasi kapital, dan manajemen modal kerja
termasuk dalam hal pembagian keuntungan.
Unilever saat ini memang fokus melakukan pertumbuhan organik
seperti peningkatan omset penjualan, laba perusahaan dan
menekan struktur biaya. Namun tidak menutup kemungkinan
melakukan pertumbuhan anorganik. Sepanjang kiprahnya di
Indonesia, Unilever telah empat kali mengakuisisi merek. Akuisisi
teh celup Sari Wangi dilakukan tahun 1990, Yoohan (dengan
berbagai merek seperti Molto, Trisol, Whipol) tahun 1998, kecap
Bango tahun 2000 dan Taro tahun 2003. Dalam melakukan akuisisi,
Unilever selalu menggunakan dana keuangan internal, tidak perlu
injeksi dana kantor pusat. Ia menekankan, akuisisi hanya akan
dilakukan jika bisa mendukung bisnis utama Unilever yang telah
ada. Unilever tidak akan keluar dari bisnis utamanya,
memproduksi dan memasarkan barang-barang konsumer.
Strategi manajemen keuangan Unilever dilakukan melalui
pendirian kantor pemasaran Unilever Indonesia ke berbagai

5
negara seperti Singapura, Jepang dan Australia. Sabun Lux
buatan Rungkut, ice cream Wall’s dan teh Sari Wangi buatan
made in Cikarang bisa ditemukan di ketiga negara ini. Total
ekspor produk Unilever Indonesia mencapai 6% dari omset
penjualan.
 Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia
Kegiatan manajemen sumber daya manusia berkisar pada
pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sumber daya
manusia. Agar ketiga pokok kegiatan tersebut berjalan lancar
perlu disiapkan sistem yang handal. Tahap pengadaan
mencakup perencanaan SDM, rekrutmen, seleksi dan orientasi.
Tahap penggunaan perlu memperhatikan kesesuaian antara
kemampuan SDM dan apa yang menjadi tugas serta tanggung
jawabnya. Juga perlu diperhatikan hal-hal mengenai
kesempatan memperoleh pelatihan dan pendidikan, supervisi,
penilaian kinerja, imbalan serta jaminan perlindungan dan
kesehatan kerja. Terakhir, pada tahapan pemeliharaan sumber
daya manusia tujuannya adalah bagaimana agar karyawan
merasa puas bekerja.
Salah satu kekuatan Unilever ada pada kualitas sumber daya
manusia. Unilever secara rutin merekrut lulusan baru dari
universitas terkemuka. Setelah itu diberikan pelatihan sistem
produksi, pemasaran dan keuangan selama tiga bulan. Mereka
tidak langsung kerja tetapi ditraining terlebih dahulu di berbagai
bidang seperti manufaktur, pemasaran, penelitian dan
pengembangan. Saat ini tenaga kerja yang diserap oleh Unilever
secara langsung berjumlah 3.000 orang ini belum termasuk
tenaga kerja tidak langsung. Total tenaga kerja yang terserap
berjumlah 25.000 orang. Jika diansumsikan satu orang memiliki

6
empat anggota keluarga maka perusahaan menanggung nasib
sekitar 100.000 orang.
 Strategi Manajemen Operasional
Merumuskan strategi manajemen operasional paling tidak
membutuhkan dua komponen, yaitu adanya sarana dan
prasarana yang memadai dan cara menyediakan sarana dan
prasarana tersebut. Dari dua komponen diatas, hal-hal pokok
dalam manajemen operasional dapat dijabarkan menjadi
beberapa bidang, yaitu inventarisasi, prosedur, pembelian
barang, pengendalian mutu, biaya produksi, produktivitas kerja,
jadwal produksi, tenaga kerja, penggunaan fasilitas, dan
pemeliharaan peralatan.
Strategi Manajemen Operasional Unilever adalah penyertaan,
merangkul perbedaan, menciptakan kemungkinan dan
berkembang bersama-sama untuk bisnis yang lebih baik
kinerjanya. Perusahaan merangkul keragaman dalam tenaga
kerja. Ini berarti memberikan perhatian penuh dan adil kepada
semua pemohon dan pembangunan berkelanjutan semua
karyawan tanpa memandang jenis kelamin, kebangsaan, ras,
kepercayaan, cacat, atau status sosial. Keanekaragaman
memainkan peranan penting dalam memastikan perusahaan
memahami kebutuhan konsumen. Produktivitas kerja yang
berusaha ditingkatkan dari tahun per tahun dengan melatih SDM
dalam bidang produksi dan keuangan.
 Strategi Manajemen Pemasaran
Ada empat komponen pokok bidang pemasaran yang dapat
dikendalikan perusahaan yang kita kenal dengan sebutan
4P(Product, Price, Place, dan Promotion), termasuk pula kondisi
persaingan.

7
Dalam strategi pemasaran, Unilever menciptakan brand masing-
masing pada setiap produk, sehingga membagi pasar produk
sabunnya dalam 3 merek, yaitu Lux (untuk kecantikan wanita
dengan segala manfaat dari sabun Lux), Lifebuoy (Kesehatan-
keluarga) dan Dove (kecantikan sejati karena cantik itu tidak
mengenal usia, ras dan batasan yang lain sera menonjolkan
keistimewaan formulanya yang hingga kini belum bisa dicontoh
oleh produsen sabun dimanapun), atau bagaimana Sosro
membagi konsumennya berdasarkan jenis produk teh botol Sosro
(umum), Estee (menyukai volume/isi lebih banyak) dan Fruit tee
(anak muda/khususnya anak sekolah yang menyukai teh rasa
buah & cenderung suka rasa manis).Unilever tidak saja menjawab
kebutuhan pasarnya tetapi juga memastikan kempetitornya
untuk berfikir beberapa kali sebelum menyemplungkan diri
kekancah persaingan tersebut
(2) Program Pelaksanaan, Pengendalian, dan Evaluasi
Agar sasaran yang ingin diraih dapat direalisasikan dengan strategi
yang telah ditetapkan, strategi perlu ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan (action). Pelaksanaan tidak akan efektif bila tidak
didahului dengan perencanaan. Perencanaan yang baik minimal
mengandung asas-asas untuk mencapai tujuan, realistis dan wajar,
efisien serta merupakan cerminan dari strategi dan kebijakan
perusahaan. Perencanaan yang masih dalam bentuk global
hendaknya dibuat dalam bentuk yang lebih detail, misalnya dalam
bentuk program-program kerja. Jika program kerja telah disiapkan
berikut sumber daya yang dibutuhkan, maka pelaksanaan kerja
sudah dapat dimulai. Pengendalian atau pengawasan
dimaksudkan untuk lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang
diselenggarakan oleh perusahaan hendaknya didasarkan pada

8
rencana yang telah disepakati, sehingga sasaran tidak
menyimpang atau keluar dari batas-batas toleransi.
Tiga pengujian dapat digunakan untuk mengevaluasi pilihan
strategi terbaik, yakni :
 Goodness of Fit Test – Strategi yang baik harus benar-benar
cocok terhadap kondisi industri dan kompetisi, peluang dan
ancaman pasar, dan aspek lain dari lingkungan eksternal
perusahaan. Pada sisi lain, ia juga harus selaras dengan
kekuatan dan kelemahan sumber daya, kompetensi, dan
kemampuan kompetitif perusahaan .
 Competitive Advantage Test – Strategi yang baik harus mampu
menigkatkan daya saing perusahaan.
 Performance Test–Strategi yang baik harus mampu
meningkatkan kinerja perusahaan. Dua jenis peningkatan kinerja
yang paling sering dikatakan mengenai
kemampuan strategi adalah: meningkatkan profitabilitas serta
meningkatkan kekuatan kompetitif perusahaan dan posisi pasar
dalam jangka panjang
Program yang dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk adalah :
Program sosial masyarakat yang dilakukan brand-brand Unilever di
antaranya:
 Kampanye Cuci Tangan dengan Sabun (Lifebuoy)
 Program Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent)
 Program Pelestarian Makanan Tradisional (Bango)
 Program memerangi kelaparan dan membantu anak Indonesia
yang kekurangan gizi (Blue Band)
Dalam bidang korporasi, di bawah payung Yayasan Unilever
Indonesia, Unilever menjalankan tanggung jawab sosial
perusahaannya dalam bidang:

9
 Program pemberdayaan masyarakat/UKM (Program
Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam)
 Program edukasi kesehatan masyarakat (Pola Hidup Bersih dan
Sehat / PHBS)
 Program Lingkungan (Green and Clean)

4) Analisis SWOT
Didalam persaingan industri yang semakin maju ini perusahaan dituntut
untuk selalu melakukan perkembangan positif didalam tubuh
perusahaan sehingga perusahaan selalu berupaya memperbaiki diri
dengan perencanaan strategi yang baik. Untuk itulah PT Unilever
sebagai perusahaan multinasional yang memproduksi produk-produk
kebutuhan konsumen perlu untuk mengidentifikasi setiap kekuatan dan
kelemahannya, dan selalu memantau setiap peluang yang
mendatangkan keuntungan dan ancaman yang mendatangkan
kerugian. Untuk memenuhi tuntutan ini terciptalah analisis SWOT yang
memiliki peran penting dalam menetapkan suatu strategi perusahaan.

Analisis SWOT merupakan cara yang sistematis didalam melakukan


analisis terhadap wujud ancaman dan kesempatan agar dapat
membedakan keadaan lingkungan yang akan datang sehingga
dapat ditemukan masalah yang ada. Dari analisis swot, perusahaan
dapat menentukan strategi efektif yang sejauh mungkin
memanfaatkan kesempatan yang berlandaskan pada kekuatan yang
dimiliki perusahaan, mengatasi ancaman yang datang dari luar, serta

Analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis


untuk memutuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada

10
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang
(Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan
keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi,
tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian
perencana strategis (strategi planner) harus menganalisis faktor-faktor
strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman)
dalam kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis
Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah Analisis
SWOT.

SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan


Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang
dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor
eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats) dengan
faktor internal Kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
Analisis SWOT pada PT Unilever Indonesia dapat diuraikan sebagai
berikut:

Kekuatan (Strengths)
a. Strategi promosi produk PT Unilever yang efektif dengan
menampilkan model-model yang tipikal muda, berkulit putih,
berambut panjang, sehingga memacu konsumen (lebih spesifik
perempuan) untuk membeli produk tersebut agar dapat
mengalami sendiri hasil yang diterima si model dalam iklan
tersebut.
b. PT Unilever gencar di misi sosial, sehingga kedekatan dengan
konsumen dapat terus terjaga. Hal ini terlihat dari pembelanjaan
iklan dan promosi yang telah mendorong pertumbuhan
penjualan di tengah pasar yang kompetitif. PT Unilever Indonesia

11
sebagai salah satu perusahaan dengan belanja iklan terbesar
menurut majalah marketing (top Brand Survey, edisi khusus 2007)
c. Pemimpin pasar consumer goods di Indonesia.
d. Memiliki tim yang terdiri dari orang-orang berdedikasi, terampil,
dan termotivasi di segenap jajaran.
e. Adanya kenaikan pangsa pasar untuk kategori-kategori penting
seperti face care, savoury, dan ice cream.
f. Perencanaan baik dan kerja sama erat dengan para pemasok,
konsumen dan distributor untuk menghantar produk-produk dari
pabrik ke tempat-rempat penjualan.
g. PT Unilever sudah memiliki jaringan distribusi sendiri sehingga
distribusi produknya hingga ke daerah-daerah dapat terlayani.
h. PT unilever mempunyai moto “operational excellent with no
compromise on quality”. Unilever dalam menjalankan operasinya
dijalankan dengan baik tanpa mengabaikan kualitas produk.

Kelemahan (Weaknesses)
a. PT Unilever memiliki struktur matriks, yang terdapat beberapa
tantangan yang mesti dihadapi perusahaan yaitu pertama,
sulitnya koordinasi kegiatan antar departemen yang mempunyai
agenda dan jadwal sendiri-sendiri. Kedua, komunikasi pada
karyawan yang bisa menerima pesan yang berbeda-beda. Dan
ketiga, resolusi konflik antara inisiatif dari dukungan departemen
(SDM, keuangan, dan lain-lain) dengan departemen lini produk
yang biasanya sangat berorientasi komersial.
b. Rendahnya respon pasar terhadap produk-produk tertentu.
c. Jumlah karyawan yang tambun.

12
d. Birokrasi yang panjang karena kebijakan sentralisasi yang
menyebabkan unilever indonesia tidak bisa begitu saja
memutuskan sesuatu.
e. Lambatnya konsolidasi intern dalam pengambilan keputusan.
f. Ketidakjelasan sertifikat halal untuk produk tertentu.
g. Mayoritas produk unilever memiliki entry barrier rendah.
h. Growth omzet penjualan dibawah rata-rata industri.

Kesempatan (Opportunities)
a. Stabilitas ekonomi yang relatif baik dengan pertumbuhan yang
menggembirakan bagi ekonomi Indonesia sebesar 6.3%.
b. Pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah pulau-pulau seperti
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan papua.
c. Tingginya kepuasan konsumen terlihat dari predikat prima indeks
kepuasan konsumen.
d. Banyaknya pemain pasar nasional yang belum memiliki cara
produksi kosmetik yang baik.
e. Luasnya potensial market sekitar 250 juta tepatnya 122.527.186
laki-laki (49,9%) dan 122.922.553 (50,1%) perempuan.
f. Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat akan jenis produk
consumer goods.
g. Rekomendasi investasi pada saham dengan level beta
dibawah 1.
h. Tinggi dan stabilnya tingkat kesetiaan masyarakat atas produk
consumer goods 83 %.

Ancaman (Threats)

13
a. Adanya kenaikan biaya bahan baku dan bahan kemasan seperti
minyak kelapa sawit, gula kelapa, dan bahan berbahan dasar
petroleum yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak, bahan
kimia dan komoditas lainnya.
b. Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
c. Melemahnya daya beli konsumen.
d. Maraknya pemalsuan dan penyelundupan produk dari cina.
e. Rendahnya infrastruktur yang memadai berupa jalan yang
menyebabkan tingginya biaya pemasaran produk.
f. Adanya penghapusan subsidi BBM bagi industri.
g. Tidak konsistennya pasokan gas dari pertamina.
h. Adanya tren perubahan gaya hidup masyarakat dari produk
tradisional-nasional menjadi produk-produk luar negeri.
i. Adanya campaign against unilever oleh greenpeace akibat
penggundulan hutan yang membahayakan komunitas orang
utan.
j. Adanya pemboikotan produk zionisme termasuk unilever.
k. Produk pesaing dengan harga lebih rendah.

5) Penerapan International Financial reporting Standard (IFRS)


IFRS adalah standar,interpretasi dan kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan (dengan tidak adanya standar atau
interpretasi) yang diadopsi oleh dewan standar akuntansi internasional.
Di sisi lain IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur
keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap
kurangnya transparansi keuangan (Dewangga, 2010).

IFRS diterbitkan sebagai upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan


global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kerangnya

14
transparasi informasi keuangan. Adapun tujuan penerapan IFRS
adalah:
 Memastikan bahwa laporan keuangan internal perusahaan
mengandung informasi berkualitas tinggi.
 Transparasi bagi penggina laporan dan dapat dibandingkan
sepanjang periode yang disajikan.
 Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk
para pengguna.
 Meningkatkan investaSI.

Sedangkan manfaat dari adanya suatu standar global, antaralain


adalah:
 Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak
di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan
keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di
seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local.
 Dapat membuat keputusan yang lebih baik.
 Perusahaan – perusahaan dapat memperbaiki proses
pengambilan keputusan mengenai merger dan akuisisi.
 Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar
dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang
berkualitas tinggi
Kewajiban untuk menggunakan IFRS bagi perusahaan-perusahaan
yang terdaftar di bursa efek (listed companies) merupakan salah
satu perubahan paling signifikan dalam sejarah regulasi akuntansi
(Daske dkk., 2008). Telah lebih dari 100 negara mengadopsi IFRS.
Regulator berharap bahwa penggunaan IFRS dapat meningkatkan
komparabilitas laporan keuangan, meningkatkan transparansi

15
perusahaan dan kualitas pelaporan keuangan sehingga
menguntungkan investor
Pada kenyataannya, pelaksanaan IFRS tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Ada beberapa kendala maupun
tantangan yang dihadapi dan masalah ini berbeda disetiap negara.
Kartikahadi (2012) menyatakan permasalahan yang dihadapi
Indonesia diantaranya adalah frekuensi perubahan IFRS yang relatif
sering melakukan revisi atas standar yang dikeluarkannya.
Sedangkan perlu waktu dan uang yang cukup untuk memahami
dan mengaplikasikan sebuah standar akuntansi. IFRS menjadi sebuah
tantangan baik dalam hal tantangan budaya, politik, dan
hukum(Rezaee,dkk.,2010). Tantangan utama dari mengadopsi IFRS
adalah biaya yang berkaitan dengan adopsi. Ini meliputi biaya
untuk pelatihan staff/pendidikan dan penerapan informasi sistem
teknologi.
Penerapan IFRS pada PT Unilever Indonesia (Persedro) Tbk
Laporan keuangan konsolidasian disusun atas dasar akrual dengan
menggunakan konsep nilai historis, kecuali dimana standar akuntansi
mengharuskan pengukuran nilai wajar.
Laporan arus kas konsolidasian disusun dengan metode langsung
(direct method), dan menyajikan perubahan dalam kas dan setara
kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam laporan keuangan
konsolidasian adalah Rupiah yang merupakan mata uang
fungsional Grup. Seluruh angka dalam laporan keuangan
konsolidasian ini dibulatkan menjadi dan disajikan dalam jutaan
Rupiah yang terdekat, kecuali bila dinyatakan lain.
Perubahan pada pernyataan standar akuntansi Keuangan

16
Beberapa standar akuntansi baru dan revisi telah diterbitkan
namun belum berlaku efektif untuk tahun berakhir 31 Desember
2014, dan belum diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan
konsolidasian ini. PSAK berikut ini, yang akan berlaku efektif mulai 1
Januari 2015, mungkin memiliki dampak signifikan pada laporan
keuangan konsolidasian Grup di masa mendatang, dan mungkin
memerlukan penerapan retrospektif sesuai dengan PSAK 25,
“Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan”:
 PSAK 1 (Revisi 2013), “Penyajian Laporan Keuangan”
 PSAK 4 (Revisi 2013), “Laporan Keuangan Tersendiri”
 PSAK 24 (Revisi 2013), “Imbalan Kerja”
 PSAK 46 (Revisi 2014), “Pajak Penghasilan”
 PSAK 48 (Revisi 2014), “Penurunan Nilai Aset”
 PSAK 50 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Penyajian”
 PSAK 55 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran”
 PSAK 60 (Revisi 2014), “Instrumen Keuangan: Pengungkapan”
 PSAK 65, “Laporan Keuangan Konsolidasian”
 PSAK 68, “Pengukuran Nilai Wajar”.
Pada saat penerbitan laporan keuangan konsolidasian ini,
manajemen sedang mempelajari dampak yang mungkin timbul
dari penerapan standar baru dan revisi tersebut serta pengaruhnya
pada laporan keuangan konsoildasian Grup
(Sumber : Laporan Tahunan PT. Unilever Indonesia Tbk 2014)

3. Simpulan dan Saran


1) Simpulan

17
(1) PT Unilever Indonesia Tbk kian menegaskan keberhasilan mereka
dalam menancapkan jejak bisnisnya di tanah air, sebuah ikhtiar
yang telah dilakukan sejak tahun 1933.
(2) PT Unilever sebagai perusahaan multinasional yang memproduksi
produk-produk kebutuhan konsumen perlu untuk mengidentifikasi
setiap kekuatan dan kelemahannya, dan selalu memantau setiap
peluang yang mendatangkan keuntungan dan ancaman yang
mendatangkan kerugian. Untuk memenuhi tuntutan ini terciptalah
analisis SWOT yang memiliki peran penting dalam menetapkan
suatu strategi perusahaan.
(3) Penerapan IFRS pada PT Unilever Indonesia (Persedro) Tbk Laporan
keuangan konsolidasian disusun atas dasar akrual dengan
menggunakan konsep nilai historis, kecuali dimana standar
akuntansi mengharuskan pengukuran nilai wajar.

2) Saran
1. Agar hasil analisis BSC selalu digunakan untuk meningkatkan daya
saing PT. Unilever Indonesia, Tbk. Dari hasil analisa BSC dapat
diarnbil kesimpulan tentang baik buruknya strategi perusahaan,
dan dapat dilihat manfaat dan kekurangan dari strategi yang
diambil.
2. Perusahaan harus menerapkan strategi efektif dengan
menciptakan peluang pasar terutama bagi pelanggan kelas
menengah yang terus tumbuh.
3. Perusahaan juga harus mengembangkan pasar dengan menerika
feedback dari konsumen, memperluas pola konsumsi dan
memberikan manfaat yang lebih besari dari setiap produk di
seluruh kategori.

18

Anda mungkin juga menyukai