Anda di halaman 1dari 35

SALINAN

BUPATI SAMBAS
PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS


NOMOR 5 TAHUN 2018
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SAMBAS,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 65 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan
Pasal 73 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
110 Tahun 2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa,
perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Badan
Permusyawaratan Desa;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di
Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 352) Sebagai Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1820);
3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah berapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun
2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
2091);
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun
2016 tentang Badan Permusyawaratan Desa (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 89);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 96 Tahun 2017
tentang Tata Cara Kerja Sama Desa di Bidang
Pemerintahan Desa (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1444);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2018
tentang Pengelolaan Keuangan Desa (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 611);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SAMBAS
dan
BUPATI SAMBAS

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BADAN


PERMUSYAWARATAN DESA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:


1. Daerah adalah Kabupaten Sambas.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai
unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Sambas.
4. Camat adalah Camat di wilayah Kabupaten Sambas.
5. Desa adalah desa yang berada di Kabupaten Sambas.
6. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
7. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dibantu Perangkat Desa sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan Desa.
8. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah
lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya
merupakan wakil penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah
dan ditetapkan secara demokratis.
9. Musyawarah Desa adalah musyawarah antara Badan
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang
diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa untuk
menyepakati hal yang bersifat strategis.
10. Kepala Desa adalah Kepala Desa di wilayah Kabupaten Sambas.
11. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang selanjutnya disingkat
APBDes adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan BPD yang
ditetapkan dengan Peraturan Desa.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2
Maksud Pengaturan BPD dalam Peraturan Daerah ini untuk memberikan
kepastian hukum terhadap BPD sebagai lembaga di Desa yang
melaksanakan fungsi Pemerintahan Desa.

Pasal 3
Tujuan Pengaturan BPD dalam Peraturan Daerah ini untuk :
a. mempertegas peran BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
b. mendorong BPD agar mampu menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat Desa; dan
c. mendorong BPD dalam mewujudkan tata kelola pemerintah Desa yang
baik.

Pasal 4
Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi:
a. keanggotaan BPD;
b. kelembagaan BPD;
c. fungsi dan tugas BPD;
d. hak, kewajiban dan wewenang BPD;
e. Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Akhir Tahun
Anggaran;
f. peraturan tata tertib BPD;
g. pembinaan dan pengawasan; dan
h. pendanaan

BAB III
KEANGGOTAAN BPD

Paragraf 1
Pengisian Anggota BPD
Pasal 5
(1) Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan keterwakilan perempuan yang pengisiannya
dilakukan secara demokratis melalui proses pemilihan secara langsung
atau musyawarah perwakilan.
(2) Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan jumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 9
(sembilan) orang.
(3) Penetapan Jumlah anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memperhatikan jumlah penduduk dan kemampuan keuangan Desa,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Desa dengan jumlah penduduk sampai dengan 1.500 (seribu lima
ratus) jiwa, dan kemampuan operasional pemerintahan desa setelah
dikurangi belanja aparatur desa dan insentif RT/RW di dalam
APBDes tahun terakhir kurang dari Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) anggota BPD berjumlah 5 (lima) orang;
b. Desa dengan jumlah penduduk 1.501 (seribu lima ratus satu) jiwa
sampai dengan 3.000 (tiga ribu) jiwa, dan kemampuan operasional
pemerintahan desa setelah dikurangi belanja aparatur desa dan
insentif RT/RW di dalam APBDes tahun terakhir antara Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp.
100.000.000,- (seratus juta rupiah) anggota BPD paling banyak
berjumlah 7 (tujuh) orang; dan
c. Desa dengan jumlah penduduk di atas 3.000 (tiga ribu) jiwa, dan
kemampuan operasional pemerintahan desa setelah dikurangi
belanja aparatur desa dan insentif RT/RW di dalam APBDes tahun
terakhir lebih dari Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) anggota
BPD paling banyak berjumlah 9 (Sembilan) orang.
(4) Wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan wilayah dalam
desa yaitu Dusun.

Pasal 6
Pengisian keanggotaan BPD dilakukan melalui:
a. Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah; dan
b. Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan.

Pasal 7
(1) Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukan untuk
memilih calon anggota BPD dari wilayah Dusun.
(2) Wilayah Dusun adalah wilayah pemilihan dalam desa yang telah
ditetapkan memiliki wakil dengan jumlah tertentu dalam keanggotaan
BPD.
(3) Wilayah pemilihan dalam desa sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat
berupa dusun atau gabungan dusun.
(4) Jumlah anggota BPD dari masing-masing wilayah sebagaimana
dimaksud ayat (2) ditetapkan secara proporsional dalam musyawarah
desa dengan memperhatikan jumlah penduduk.
(5) Jumlah anggota BPD dari masing-masing wilayah harus
memperhatikan keterwakilan perempuan dari keseluruhan anggota
BPD.
(6) Musyawarah desa dilaksanakan selambat-lambatnya 9 (Sembilan)
bulan sebelum berakhirnya periode anggota BPD.

Pasal 8

(1) Pengisian anggota BPD berdasarkan keterwakilan perempuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b dilakukan untuk
memilih 1 (satu) orang perempuan sebagai anggota BPD.
(2) Wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
perempuan warga desa yang memenuhi syarat calon anggota BPD
serta memiliki kemampuan dalam menyuarakan dan
memperjuangkan kepentingan perempuan.
(3) Pemilihan unsur wakil perempuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh perempuan warga desa yang memiliki hak pilih.
(4) Perempuan warga desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri
dari unsur :
a. PKK Desa;
b. Anggota Perempuan dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa
(LPMD);
c. Anggota perempuan dari Karang Taruna Desa; dan
d. Tokoh perempuan desa yang diusulkan oleh masyarakat.
(5) Perempuan warga desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,
huruf b dan huruf c, apabila terpilih menjadi anggota BPD, harus
mengundurkan diri dari keanggotaan organisasinya.

Pasal 9

(1) Pengisian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
dilaksanakan oleh panitia yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala
Desa.
(2) Jumlah Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai
berikut :
a. Dalam hal jumlah anggota BPD yang akan dipilih sebanyak 9
(Sembilan) orang, Panitia berjumlah paling banyak 9 (sembilan)
orang yang terdiri atas unsur Perangkat Desa paling banyak 3 (tiga)
orang dan unsur masyarakat paling banyak 6 (enam) orang;
b. Dalam hal jumlah anggota BPD yang akan dipilih sebanyak 7
(tujuh) orang, Panitia berjumlah paling banyak 7 (tujuh) orang yang
terdiri atas unsur Perangkat Desa paling banyak 2 (dua) orang dan
unsur masyarakat paling banyak 5 (lima) orang; dan
c. Dalam hal jumlah anggota BPD yang akan dipilih sebanyak 5 (lima)
orang, Panitia berjumlah paling banyak 5 (lima) orang yang terdiri
atas unsur Perangkat Desa paling banyak 1 (satu) orang dan unsur
masyarakat paling banyak 4 (empat) orang.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
wakil dari wilayah pemilihan.

Pasal 10

(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) melakukan


penjaringan dan penyaringan bakal calon anggota BPD dalam jangka
waktu 6 (enam) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.
(2) Bakal calon anggota BPD yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai
calon anggota BPD.
(3) Pemilihan calon anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa keanggotaan BPD berakhir.

Pasal 11

(1) Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPD ditetapkan melalui


proses pemilihan langsung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1), panitia pengisian menyelenggarakan pemilihan langsung calon
anggota BPD oleh unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih.
(2) Dalam hal mekanisme pengisian keanggotaan BPD ditetapkan melalui
proses musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1), calon anggota BPD dipilih dalam proses musyawarah
perwakilan oleh unsur wakil masyarakat yang mempunyai hak pilih.
(3) Musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwakili
oleh unsur masyarakat sebagai berikut :
a. Unsur Rukun Tetangga (RT) masing-masing 1 (satu) orang;
b. Unsur Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Tingkat Dusun
masing-masing 1 (satu) orang;
c. Unsur PKK masing-masing 1 (satu) orang;
d. Unsur Karang Taruna masing-masing 1 (satu) orang; dan/atau
e. Unsur Tokoh Masyarakat di Dusun, masing-masing paling banyak
5 (lima) orang.
(4) Musyawarah perwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan secara musyawarah dan mufakat.
(5) Dalam hal musyawarah dan mufakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) tidak tercapai, dapat dilakukan melalui pemungutan suara
oleh unsur masyarakat yang hadir dalam musyawarah perwakilan.
(6) Dalam hal hasil pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) tidak dapat tercapai karena memperoleh suara yang sama, maka
calon anggota BPD terpilih ditentukan berdasarkan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi.
(7) Dalam hal tingkat pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
sama, maka calon anggota BPD terpilih ditentukan berdasarkan usia
calon yang lebih tinggi.
(8) Calon anggota BPD terpilih adalah calon anggota BPD dengan suara
terbanyak berdasarkan wilayah pemililhan dalam desa.
(9) Mekanisme pengisian keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) sampai dengan ayat (8) melampirkan Surat Undangan, Daftar
Hadir, Notulen Rapat dan Berita Acara Musyawarah.
(10) Hasil musyawarah desa ditandatangani oleh panitia dan diketahui oleh
Kepala Desa.

Pasal 12

(1) Calon anggota BPD terpilih disampaikan oleh panitia kepada Kepala
Desa paling lama 7 (tujuh) hari sejak calon anggota BPD terpilih
ditetapkan panitia.
(2) Calon anggota BPD terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Kepala Desa kepada Bupati melalui Camat paling
lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya hasil pemilihan dari panitia
pengisian untuk diresmikan oleh Bupati.
Pasal 13

Pembiayaan untuk pemilihan anggota BPD dibebankan pada APBDes.

Pasal 14

(1) Persyaratan calon anggota BPD adalah:


a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika yang dibuktikan dengan Surat
Pernyatan bermaterai cukup;
c. berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun atau sudah/pernah
menikah;
d. berpendidikan paling rendah tamat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) atau sederajat dengan melampirkan fotocopy Ijazah yang
dilegalisir oleh pejabat yang berwenang dari awal hingga Pendidikan
terakhir;
e. bukan sebagai Perangkat Desa;
f. bersedia dicalonkan menjadi anggota BPD dibuktikan dengan surat
lamaran yang ditujukan kepada Bupati;
g. wakil penduduk Desa yang dipilih secara demokratis;
h. bertempat tinggal di wilayah pemilihan;
i. Sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari dokter pemerintah;
j. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Putusan Pengadilan yang
sudah memperoleh kekuatan hukum tetap yang dibuktikan dengan
Surat Pernyatan bermaterai cukup;
k. Pas foto terbaru berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 (dua)
lembar; dan
l. Untuk calon anggota BPD yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil
atau anggota TNI/Polri harus mendapat persetujuan tertulis dari
atasan langsungnya.
(2) Berkas peryaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
masing-masing sebanyak 1 (satu) rangkap asli dan 1 (satu) rangkap
fotocopy.

Paragraf 2
Peresmian Anggota BPD

Pasal 15

(1) Peresmian anggota BPD ditetapkan dengan Keputusan Bupati paling


lama 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan
anggota BPD dari Kepala Desa melalui Camat.
(2) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku
sejak tanggal pengucapan sumpah dan janji anggota BPD.
(3) Pengucapan sumpah janji anggota BPD dipandu oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
diterbitkannya Keputusan Bupati mengenai peresmian anggota BPD.
Pasal 16

(1) Masa keanggotaan BPD selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah/janji.
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk
masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau
tidak secara berturut-turut.

Pasal 17

(1) Anggota BPD sebelum memangku jabatannya bersumpah/berjanji


secara bersama-sama dihadapan masyarakat dan dipandu oleh Bupati
atau pejabat yang ditunjuk.
(2) Susunan kata sumpah/janji anggota BPD sebagai berikut :
”Demi Allah/Tuhan, saya bersumpah/berjanji,
bahwa saya akan memenuhi kewajiban saya selaku anggota Badan
Permusyawaratan Desa dengan sebaik-baiknya, sejujur-jujurnya, dan
seadil-adilnya;
bahwa saya akan selalu taat dalam mengamalkan dan
mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, dan
bahwa saya akan menegakkan kehidupan demokrasi dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
melaksanakan segala peraturan perundang-undangan, dengan selurus-
lurusnya yang berlaku bagi Desa, Daerah, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia”.

Pasal 18

(1) Pengucapan sumpah/janji jabatan anggota BPD sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2), didampingi oleh rohaniawan sesuai
dengan agamanya masing-masing;
(2) Dalam pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
anggota BPD yang beragama:
a. Islam, diawali dengan frasa “Demi Allah saya bersumpah”;
b. Kristen Protestan dan Kristen Katolik, diawali dengan frasa “Demi
Tuhan saya berjanji” dan diakhiri dengan frasa “Semoga Tuhan
menolong saya”;
c. Budha, diawali dengan frasa “Demi Hyang Adi Budha”; dan
d. Hindu, diawali dengan frasa “Om Atah Paramawisesa”.
(3) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilanjutkan penandatanganan berita acara pengucapan sumpah/janji.

Pasal 19

Anggota BPD yang telah melaksanakan sumpah dan janji sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3), mengikuti pelatihan awal masa tugas
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Paragraf 3
Pemberhentian Anggota BPD

Pasal 20

(1) Anggota BPD berhenti karena :


a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri; atau
c. diberhentikan.
(2) Anggota BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, apabila:
a. berakhir masa keanggotaan;
b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau
berhalangan tetap secara berturut-turut selama 6 (enam) bulan
tanpa keterangan apapun;
c. tidak lagi memenuhi syarat sebagai anggota BPD;
d. tidak melaksanakan kewajiban;
e. melanggar larangan sebagai anggota BPD;
f. melanggar sumpah/janji jabatan dan kode etik BPD;
g. dinyatakan bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak
pidana dengan ancaman pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
h. tidak menghadiri rapat paripurna dan/atau rapat BPD lainnya yang
menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-
turut tanpa alasan yang sah;
i. adanya perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2
(dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, pemekaran atau
penghapusan Desa;
j. bertempat tinggal di luar wilayah asal pemilihan;
k. ditetapkan sebagai calon Kepala Desa; dan/atau
l. ditetapkan sebagai Perangkat Desa.

Pasal 21

(1) Usul pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal


20 ayat (1) huruf a disampaikan dengan melampirkan surat
keterangan kematian.
(2) Usul pemberhentian Anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (1) huruf b disampaikan dengan melampirkan surat
pernyataan pengunduran diri anggota BPD.
(3) Usul pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (2) huruf a disampaikan oleh Kades kepada Bupati melalui
Camat dengan dilampiri Keputusan Bupati tentang Pengangkatan BPD
periode sebelumnya, hasil rapat desa tentang pemilihan anggota BPD
dan persyaratan bagi calon anggota BPD yang baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2).
(4) Usul pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g dan
huruf h disampaikan dengan melampirkan bukti pelanggaran yang
dilakukan oleh anggota BPD.
(5) Usul pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat (2) huruf l disampaikan dengan melampirkan Keputusan
Kepala Desa tentang pengangkatan yang bersangkutan sebagai
perangkat desa.
(6) Pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (4) diusulkan oleh pimpinan BPD berdasarkan hasil
musyawarah BPD kepada Bupati melalui Kepala Desa.
(7) Kepala Desa menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD
kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh) hari sejak
diterimanya usul pemberhentian.
(8) Camat menindaklanjuti usulan pemberhentian anggota BPD kepada
Bupati paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usul
pemberhentian.
(9) Bupati menetapkan pemberhentian anggota BPD paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak diterimanya usul pemberhentian anggota BPD.
(10) Penetapan pemberhentian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (9) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Paragraf 4
Pemberhentian Sementara

Pasal 22

(1) Anggota BPD diberhentikan sementara oleh Bupati setelah ditetapkan


sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, terorisme, makar,
dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara.
(2) Dalam hal anggota BPD yang diberhentikan sementara berkedudukan
sebagai pimpinan BPD, diikuti dengan pemberhentian sebagai pimpinan
BPD.
(3) Dalam hal pimpinan BPD diberhentikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), pimpinan BPD lainnya memimpin rapat pemilihan pimpinan
BPD pengganti antarwaktu.
(4) Anggota BPD yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) setelah melalui proses peradilan ternyata tidak terbukti
bersalah berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
ditetapkan putusan pengadilan, Bupati harus merehabilitasi dan atau
mengaktifkan kembali anggota BPD yang bersangkutan sampai dengan
akhir masa jabatannya.
(5) Apabila anggota BPD yang diberhentikan sementara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Bupati hanya
merehabilitasi anggota BPD yang bersangkutan.

Paragraf 5
Pengisian Anggota BPD Antarwaktu

Pasal 23

(1) Anggota BPD yang berhenti antarwaktu digantikan oleh calon anggota
BPD nomor urut berikutnya berdasarkan hasil pemilihan anggota BPD
dan mengacu pada wilayah pemilihan dalam desa.
(2) Dalam hal calon anggota BPD nomor urut berikutnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meninggal dunia, mengundurkan diri atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota BPD, digantikan oleh calon
anggota BPD nomor urut berikutnya.
(3) Dalam hal tidak ada lagi calon anggota BPD berdasarkan nomor urut
yang telah dipilih sebelumnya, maka dilakukan musyawarah mufakat
untuk memilih anggota BPD pengganti antarwaktu dengan
memperhatikan keterwakilan wilayah atau keterwakilan perempuan
dari anggota BPD yang berhenti sebagaimana dimaksud ayat (1).
(4) Musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
menghadirkan unsur-unsur sebagaimana tersebut dalam Pasal 11 ayat
(3) dan perwakilan dari Pemerintah Desa.
(5) Calon anggota BPD pengganti antarwaktu wajib memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) dan ayat (2).

Pasal 24

(1) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak anggota BPD yang diberhentikan
antarwaktu ditetapkan, Kepala Desa menyampaikan usulan nama calon
pengganti anggota BPD yang diberhentikan kepada Bupati melalui
Camat.
(2) Paling lama 7 (tujuh) hari sejak diterimanya usulan anggota BPD yang
diberhentikan antarwaktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Camat
menyampaikan usulan nama calon pengganti anggota BPD yang
diberhentikan kepada Bupati.
(3) Bupati meresmikan calon pengganti anggota BPD menjadi anggota BPD
dengan keputusan Bupati paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
disampaikannya usul penggantian anggota BPD dari Kepala Desa.
(4) Peresmian anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) mulai
berlaku sejak pengambilan sumpah/janji dan dipandu oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
(5) Setelah pengucapan sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
dilanjutkan penandatanganan berita acara pengucapan sumpah/janji.

Pasal 25

(1) Masa jabatan anggota BPD antarwaktu melanjutkan sisa masa jabatan
anggota BPD yang digantikannya.
(2) Masa jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung 1 (satu)
periode.

Pasal 26

(1) Penggantian antarwaktu anggota BPD tidak dilaksanakan apabila sisa


masa jabatan anggota BPD yang digantikan kurang dari 6 (enam) bulan.
(2) Keanggotaan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kosong sampai
berakhirnya masa jabatan anggota BPD.
Paragraf 6
Larangan Anggota BPD
Pasal 27
Anggota BPD dilarang :
a. merugikan kepentingan umum, meresahkan sekelompok masyarakat
Desa, dan mendiskriminasikan warga atau golongan masyarakat Desa;
b. melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat mempengaruhi keputusan
atau tindakan yang akan dilakukannya;
c. menyalahgunakan wewenang;
d. melanggar sumpah/janji jabatan;
e. merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa;
f. merangkap sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan
perundangan-undangan;
g. sebagai pelaksana proyek Desa;
h. menjadi pengurus partai politik;
i. menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang;
j. ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye pemilihan umum,
pemilihan kepala daerah dan/atau pemilihan kepala desa; dan/atau
k. terlibat dalam penggunaan dan/ atau peredaran narkotika, obat-obatan
terlarang dan minuman keras.

BAB IV
KELEMBAGAAN BPD

Pasal 28
(1) Kelembagaan BPD terdiri atas:
a. pimpinan; dan
b. bidang.
(2) Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. 1 (satu) orang ketua;
b. 1 (satu) orang wakil ketua; dan
c. 1 (satu) orang sekretaris.
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas :
a. Bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan pembinaan
kemasyarakatan; dan
b. Bidang pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa.
(4) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dipimpin oleh ketua
bidang.
(5) Pimpinan BPD dan ketua bidang merangkap sebagai anggota BPD.

Pasal 29

(1) Untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BPD diangkat 1


(satu) orang tenaga staf administrasi BPD.
(2) Tenaga staf administrasi BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditunjuk dari staf desa.
(3) Penunjukan tenaga staf administrasi BPD ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(4) Tenaga staf administrasi BPD secara operasional bertanggung jawab
kepada Ketua BPD dan secara administratif bertanggung jawab kepada
Kepala Desa.
(5) Ketua BPD dapat mengusulkan pergantian tenaga staf administrasi
BPD, dalam hal yang bersangkutan tidak mampu melaksanakan tugas
untuk mendukung pelaksanaan tugas kelembagaan BPD.

Pasal 30

Tugas staf administrasi BPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat


(1) terdiri atas :
a. membantu dan melaksanakan tata usaha Buku Administrasi BPD;
b. membantu BPD dalam menyusun Laporan Kinerja BPD;
c. membantu BPD melaksanakan tata usaha naskah dinas dalam rangka
pelaksanaan tugas dan fungsi BPD; dan
d. membantu pelaksanaan tugas lain yang diberikan BPD.

Pasal 31

(1) Pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
28 ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota BPD secara langsung dalam
rapat BPD yang diadakan secara khusus.
(2) Rapat pemilihan pimpinan BPD dan ketua bidang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) untuk pertama kali dipimpin oleh anggota
tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
(3) Rapat pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
paling lambat 3 (tiga) hari terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/
janji.
(4) Rapat pemilihan pimpinan dan atau ketua bidang berikutnya karena
pimpinan dan atau ketua bidang berhenti, dipimpin oleh ketua atau
pimpinan BPD lainnya berdasarkan kesepakatan pimpinan BPD.

Pasal 32

(1) Pimpinan dan ketua bidang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat
(1) yang terpilih, ditetapkan dengan Keputusan BPD.
(2) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku
setelah mendapatkan pengesahan Camat atas nama Bupati.

BAB V
FUNGSI DAN TUGAS BPD

Bagian Kesatu
Fungsi BPD
Pasal 33
BPD mempunyai fungsi:
a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.

Bagian Kedua
Tugas BPD
Pasal 34
BPD mempunyai tugas:
a. menggali aspirasi masyarakat;
b. menampung aspirasi masyarakat;
c. mengelola aspirasi masyarakat;
d. menyalurkan aspirasi masyarakat;
e. menyelenggarakan musyawarah BPD;
f. menyelenggarakan musyawarah Desa;
g. membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;
h. menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan Kepala
Desa antarwaktu;
i. membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala
Desa;
j. melaksanakan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;
k. melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemerintahan
Desa;
l. menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa
dan lembaga Desa lainnya; dan
m. melaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundangundangan.

Paragraf 1
Penggalian Aspirasi Masyarakat
Pasal 35
(1) BPD melakukan penggalian aspirasi masyarakat.
(2) Penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan langsung kepada kelembagaan dan masyarakat Desa
termasuk kelompok masyarakat miskin, masyarakat berkebutuhan
khusus, perempuan, kelompok marjinal.
(3) Penggalian aspirasi dilaksanakan berdasarkan keputusan
musyawarah BPD yang dituangkan dalam agenda kerja BPD.
(4) Pelaksanaan penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan panduan kegiatan yang sekurang-kurangnya memuat
maksud, tujuan, sasaran, waktu dan uraian kegiatan.
(5) Hasil penggalian aspirasi masyarakat Desa disampaikan dalam
musyawarah BPD.

Paragraf 2
Menampung Aspirasi Masyarakat
Pasal 36
(1) Pelaksanaan kegiatan menampung aspirasi masyarakat dilakukan
di Sekretariat BPD.
(2) Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diadministrasikan dan disampaikan dalam musyawarah BPD.
Paragraf 3
Pengelolaan Aspirasi Masyarakat
Pasal 37
(1) BPD mengelola aspirasi masyarakat Desa melalui pengadministrasian
dan perumusan aspirasi.
(2) Pengadministrasian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan pembidangan yang meliputi bidang pemerintahan,
pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan
masyarakat Desa.
(3) Perumusan aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan cara menganalisa dan merumuskan aspirasi masyarakat Desa
untuk disampaikan kepada Kepala Desa dalam rangka mewujudkan
tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
kesejahteraan masyarakat Desa.

Paragraf 4
Penyaluran Aspirasi Masyarakat
Pasal 38
(1) BPD menyalurkan aspirasi masyarakat dalam bentuk lisan dan atau
tulisan.
(2) Penyaluran aspirasi masyarakat dalam bentuk lisan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) seperti penyampaian aspirasi masyarakat oleh
BPD dalam musyawarah BPD yang dihadiri Kepala Desa.
(3) Penyaluran aspirasi masyarakat dalam bentuk tulisan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) seperti penyampaian aspirasi melalui surat
dalam rangka penyampaian masukan bagi penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, permintaan keterangan kepada Kepala Desa, atau
penyampaian rancangan Peraturan Desa yang berasal dari usulan
BPD.

Paragraf 5
Penyelenggaraan Musyawarah BPD
Pasal 39
(1) Musyawarah BPD dilaksanakan dalam rangka menghasilkan
Keputusan BPD terhadap hal-hal yang bersifat strategis.
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti
musyawarah pembahasan dan penyepakatan rancangan Peraturan
Desa, Evaluasi Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa, menetapkan Peraturan Tata Tertib BPD, dan usulan
pemberhentian anggota BPD.
(3) BPD menyelenggarakan musyawarah BPD dengan mekanisme, sebagai
berikut:
a. musyawarah BPD dipimpin oleh pimpinan BPD;
b. musyawarah BPD dinyatakan sah apabila dihadiri oleh paling sedikit
2/3 (dua pertiga) dari jumlah anggota BPD;
c. pengambilan keputusan dilakukan dengan cara musyawarah guna
mencapai mufakat;
d. apabila musyawarah mufakat tidak tercapai, pengambilan
keputusan dilakukan dengan cara pemungutan suara;
e. pemungutan suara sebagaimana dimaksud dalam huruf d
dinyatakan sah apabila disetujui oleh paling sedikit ½ (satu perdua)
ditambah 1 (satu) dari jumlah anggota BPD yang hadir; dan
f. hasil musyawarah BPD ditetapkan dengan Keputusan BPD dan
dilampiri notulen musyawarah yang dibuat oleh Sekretaris BPD.

Paragraf 6
Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Pasal 40
(1) Musyawarah Desa diselenggarakan oleh BPD yang difasilitasi oleh
Pemerintah Desa.
(2) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti
oleh BPD, Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk
memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
(3) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. penataan Desa;
b. perencanaan Desa;
c. kerja sama Desa;
d. rencana investasi yang masuk ke Desa;
e. pembentukan BUM Desa;
f. penambahan dan pelepasan Aset Desa; dan
g. kejadian luar biasa.
(4) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. tokoh adat;
b. tokoh agama;
c. tokoh masyarakat;
d. tokoh pendidikan;
e. perwakilan kelompok tani;
f. perwakilan kelompok nelayan;
g. perwakilan kelompok perajin;
h. perwakilan kelompok perempuan;
i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak; dan
j. perwakilan kelompok masyarakat tidak mapan.
(5) Selain unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
musyawarah Desa dapat melibatkan unsur masyarakat lain sesuai
dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
(6) Musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Paragraf 7
Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa
Pasal 41
(1) BPD membentuk panitia pemilihan Kepala Desa serentak dan panitia
pemilihan Kepala Desa antarwaktu.
(2) Pembentukan panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan BPD.
Pasal 42

(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) terdiri dari
perangkat Desa dan unsur masyarakat.
(2) Jumlah anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa Serentak paling sedikit
3 (tiga) orang dan paling banyak 7 (tujuh) orang.
(3) Jumlah anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa PAW paling sedikit 3
(tiga) orang dan paling banyak 5 (lima) orang.
(4) Panitia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggungjawab kepada
BPD.
(5) Dalam hal anggota panitia tidak melaksanakan tugas dan kewajiban
dapat diberhentikan dengan keputusan BPD.
(6) Ketentuan mengenai tata cara pemilihan, pengangkatan, dan
pemberhentian Kepala Desa diatur dalam Peraturan Daerah tersendiri.

Pasal 43

(1) Panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1) melakukan


penjaringan dan penyaringan bakal calon Kepala Desa antarwaktu.
(2) Penyaringan bakal calon Kepala Desa menjadi calon Kepala Desa, paling
sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 3 (tiga) orang.
(3) Dalam hal jumlah bakal calon yang memenuhi persyaratan lebih dari 3
(tiga), panitia melakukan seleksi tambahan dengan menggunakan
kriteria memiliki pengetahuan mengenai Pemerintahan Desa, tingkat
pendidikan, usia dan persyaratan lain yang ditetapkan Bupati.
(4) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan kurang dari 2 (dua)
orang, panitia memperpanjang waktu pendaftaran selama 7 (tujuh) hari.
(5) Dalam hal bakal calon yang memenuhi persyaratan tetap kurang dari 2
(dua) setelah perpanjangan waktu pendaftaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), BPD menunda pelaksanaan pemilihan Kepala Desa
antarwaktu sampai dengan waktu yang ditetapkan kemudian.

Paragraf 8
Penyelenggaraan Musyawarah Desa
Khusus Untuk Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu
Pasal 44
(1) BPD menyelenggarakan musyawarah Desa khusus untuk pemilihan
Kepala Desa antarwaktu.
(2) Penyelenggaraan musyawarah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan untuk mengesahkan calon Kepala Desa yang diajukan
panitia serta memilih dan pengesahan calon Kepala Desa terpilih.
(3) Forum musyawarah Desa menyampaikan calon Kepala Desa terpilih
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada panitia untuk
disampaikan kepada BPD.
(4) Ketentuan mengenai mekanisme pemilihan Kepala Desa antar waktu
diatur dalam Peraturan Daerah tersendiri.

Pasal 45

BPD menyampaikan calon Kepala Desa terpilih sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 44 ayat (3) kepada Bupati melalui Camat paling lama 7 (tujuh)
hari sejak diterimanya laporan hasil pemilihan Kepala Desa dari panitia
pemilihan.

Paragraf 9
Pembahasan dan Penyepakatan Rancangan Peraturan Desa
Pasal 46
(1) BPD dan Kepala Desa membahas dan menyepakati rancangan
Peraturan Desa yang diajukan BPD dan atau Kepala Desa.
(2) Pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan oleh BPD dalam musyawarah BPD.
(3) Rancangan Peraturan Desa yang diusulkan Kepala Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibahas terlebih dahulu dalam musyawarah
internal BPD paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak
rancangan Peraturan Desa diterima oleh BPD.
(4) Pelaksanaan pembahasan rancangan Peraturan Desa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) antara BPD dan Kepala Desa untuk pertama
kali dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak pelaksanaan
musyawarah internal BPD.
(5) Setiap pembahasan rancangan Peraturan Desa dilakukan pencatatan
proses yang dituangkan dalam notulen musyawarah.

Pasal 47

(1) Dalam hal pembahasan rancangan Peraturan Desa antara BPD dan
Kepala Desa tidak mencapai kata sepakat, musyawarah bersama tetap
mengambil keputusan dengan disertai catatan permasalahan yang
tidak disepakati.
(2) Rancangan Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diajukan oleh Kepala Desa kepada Camat disertai catatan
permasalahan yang tidak disepakati paling lambat 7 (tujuh) hari sejak
musyawarah pembahasan terakhir untuk mendapatkan evaluasi dan
pembinaan.
(3) Tindaklanjut evaluasi dan pembinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat berbentuk :
a. penghentian pembahasan; atau
b. pembinaan untuk tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan
rancangan Peraturan Desa.
(4) Tindaklanjut pembahasan dan kesepakatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf b dapat dihadiri Camat atau pejabat lain yang
ditunjuk Camat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penyusunan Peraturan
Desa diatur dengan Peraturan Bupati.

Paragraf 10
Pelaksanaan Pengawasan Kinerja Kepala Desa
Pasal 48
(1) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa.
(2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. perencanaan kegiatan Pemerintah Desa;
b. pelaksanaan kegiatan; dan
c. pelaporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(3) Bentuk pengawasan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
monitoring dan evaluasi.
(4) Untuk mendukung pengawasan kinerja Kepala Desa, secara internal
BPD dapat menyusun instrument dan kriteria penilaian kinerja
dengan memperhatikan aspek sebagaimana ayat (2).
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumen dan kriteria penilaian
kinerja Kepala Desa diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 49

Hasil pelaksanaan pengawasan kinerja Kepala Desa sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) menjadi bagian dari laporan kinerja BPD.

Paragraf 11
Evaluasi Laporan Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Pasal 50
(1) BPD melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
(2) Evaluasi laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
evaluasi atas kinerja Kepala Desa selama 1 (satu) tahun anggaran.
(3) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
berdasarkan prinsip demokratis, responsif, transparansi, akuntabilitas
dan objektif.
(4) Evaluasi pelaksanaan tugas Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. capaian pelaksanaan RPJM Desa, RKP Desa dan APBDesa;
b. capaian pelaksanaan penugasan dari Pemerintah, Pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat dan Pemerintah Kabupaten Sambas;
c. capaian ketaatan terhadap pelaksanaan tugas sesuai peraturan
perundang-undangan; dan
d. prestasi Kepala Desa.
(5) Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
bagian dari laporan kinerja BPD.

Pasal 51

(1) BPD melakukan evaluasi LKPPD paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja
sejak LKPPD diterima.
(2) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) BPD
dapat:
a. membuat catatan tentang kinerja Kepala Desa;
b. meminta keterangan atau informasi;
c. menyatakan pendapat; dan
d. memberi masukan untuk penyiapan bahan musyawarah Desa.
(3) Dalam hal Kepala Desa tidak memenuhi permintaan BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b, BPD tetap melanjutkan proses
penyelesaian evaluasi LKPPD dengan memberikan catatan kinerja
Kepala Desa.
(4) Evaluasi LKPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi bagian
dari laporan kinerja BPD.
Paragaraf 12
Menciptakan Hubungan Kerja yang Harmonis dengan Pemerintah Desa
dan Lembaga Desa lainnya

Pasal 52
(1) Dalam rangka menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan
Pemerintah Desa dan lembaga Desa lainnya, BPD dapat mengusulkan
kepada Kepala Desa untuk membentuk Forum Komunikasi Antar
Kelembagaan Desa (FKAKD).
(2) FKAKD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari unsur
Ketua/Kepala kelembagaan Desa yang telah terbentuk.
(3) FKAKD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan
Keputusan Kepala Desa.
(4) Tugas forum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyepakati dan
menyelesaikan berbagai permasalahan aktual di Desa.
(5) Untuk mendukung pelaksanaan tugas FKAKD, Pemerintah Desa dapat
mengalokasikan pembiayaan di dalam APBDes.

BAB VI
HAK, KEWAJIBAN DAN WEWENANG BPD
Bagian Kesatu

Hak BPD

Pasal 53
BPD berhak :
a. mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa;
b. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan
c. mendapatkan biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Paragraf 1
Pengawasan
Pasal 54
(1) BPD melakukan pengawasan melalui monitoring dan evaluasi
pelaksanaan tugas Kepala Desa.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap
perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
(3) BPD menyusun instrumen pengawasan terhadap aspek sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Penyusunan instrumen pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) harus dikonsultasikan kepada Camat.
Paragraf 2
Pernyataan Pendapat
Pasal 55
(1) BPD menggunakan hak menyatakan pendapat berdasarkan Keputusan
BPD.
(2) Pernyataan pendapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
kesimpulan dari pelaksanaan penilaian secara cermat dan objektif atas
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(3) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui
pembahasan dan pendalaman suatu objek penyelenggaraan
Pemerintahan Desa yang dilakukan dalam musyawarah BPD.
(4) Keputusan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan hasil
musyawarah BPD.

Paragraf 3
Biaya Operasional
Pasal 56
(1) BPD mendapatkan biaya operasional yang bersumber dari APBDesa.
(2) Biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk dukungan pelaksanaan fungsi dan tugas BPD.
(3) Alokasi biaya operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan
memperhatikan komponen kebutuhan operasional dan kemampuan
Keuangan Desa.

Bagian Kedua
Hak Anggota BPD
Pasal 57
(1) Anggota BPD berhak:
a. mengajukan usul rancangan Peraturan Desa;
b. mengajukan pertanyaan;
c. menyampaikan usul dan/atau pendapat;
d. memilih dan dipilih; dan
e. mendapat tunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
(2) Hak anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai
dengan huruf d digunakan dalam musyawarah BPD.
(3) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) anggota BPD berhak:
a. memperoleh pengembangan kapasitas melalui pendidikan dan
pelatihan, sosialisasi, pembimbingan teknis;
b. kunjungan lapangan yang dilakukan di dalam negeri;
c. penghargaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
Kalimantan Barat, dan Pemerintah Kabupaten Sambas bagi
pimpinan dan anggota BPD yang berprestasi;
d. memperoleh Tunjangan Akhir Masa Jabatan sesuai dengan
kemampuan keuangan desa; dan
e. memperoleh jaminan kesehatan sesuai kemampuan keuangan desa.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf e, Tunjangan Akhir Masa Jabatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d dan jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 58

(1) Pimpinan dan anggota BPD mempunyai hak untuk memperoleh


tunjangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (1) huruf e.
(2) Tunjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tunjangan
pelaksanaan tugas dan fungsi dan tunjangan lainnya.
(3) Tunjangan pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) merupakan tunjangan kedudukan.
(4) Tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
tunjangan kinerja.

Pasal 59

(1) Tunjangan kedudukan anggota BPD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 58 ayat (3) diberikan berdasarkan kedudukan anggota dalam
kelembagaan BPD.
(2) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (4),
dapat diberikan dalam hal terdapat penambahan beban kerja.
(3) Tunjangan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersumber dari
Pendapatan Asli Desa.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan besaran tunjangan kinerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur melalui Peraturan Desa.

Pasal 60

(1) Pembiayaan pengembangan kapasitas sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 57 ayat (3) huruf a dan huruf b, bersumber dari APBN, APBD
Provinsi, APBD Kabupaten dan APBDesa.
(2) Penghargaan kepada pimpinan dan anggota BPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3) huruf c diberikan pada tingkat
nasional, provinsi dan kabupaten dalam 2 (dua) kategori:
a. kategori pimpinan; dan
b. kategori anggota.

Bagian Ketiga
Kewajiban Anggota BPD

Pasal 61
Anggota BPD wajib:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
c. mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan/atau golongan;
d. menghormati nilai sosial budaya dan adat istiadat masyarakat Desa;
e. menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan Lembaga
Pemerintah Desa dan lembaga desa lainnya;
f. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori
penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola
pemerintahan yang baik; dan
g. melaksanakan dan menjalankan tata tertib BPD.

Bagian Keempat
Laporan Kinerja BPD
Pasal 62
(1) Laporan kinerja BPD merupakan laporan atas pelaksanaan tugas BPD
dalam 1 (satu) tahun anggaran.
(2) Laporan kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dengan
sistematika:
a. dasar hukum;
b. pelaksanaan tugas meliputi keberhasilan yang dicapai,
permasalahan yang dihadapi dan upaya yang ditempuh termasuk
pembiayaan dalam pelaksanaan tugas; dan
c. penutup.
(3) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan
secara tertulis kepada Bupati melalui Camat serta disampaikan kepada
Kepala Desa dan forum musyawarah Desa secara tertulis dan atau
lisan.
(4) Laporan kinerja BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
paling lama 4 (empat) bulan setelah selesai tahun anggaran.

Pasal 63
(1) Laporan kinerja BPD yang disampaikan kepada Bupati sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 62 ayat (3) digunakan Bupati untuk evaluasi
kinerja BPD serta pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(2) Laporan kinerja BPD yang disampaikan pada forum musyawarah Desa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62 ayat (3) merupakan wujud
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas BPD kepada masyarakat Desa.

Bagian Kelima
Kewenangan BPD
Pasal 64
BPD berwenang:
a. mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk mendapatkan
aspirasi;
b. menyampaikan aspirasi masyarakat kepada Pemerintah Desa secara
lisan dan tertulis;
c. mengajukan rancangan Peraturan Desa yang menjadi kewenangannya;
d. melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja Kepala Desa;
e. meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa
kepada Pemerintah Desa;
f. menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
pelaksanaan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa,
dan pemberdayaan masyarakat Desa;
g. mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan
penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori
penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola
pemerintahan yang baik;
h. menyusun peraturan tata tertib BPD;
i. menyampaikan laporan hasil pengawasan yang bersifat insidentil
kepada Bupati melalui Camat;
j. menyusun dan menyampaikan usulan rencana biaya operasional BPD
secara tertulis kepada Kepala Desa untuk dialokasikan dalam
Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa;
k. mengelola biaya operasional BPD;
l. mengusulkan pembentukan Forum Komunikasi Antar Kelembagaan
Desa kepada Kepala Desa; dan
m. melakukan kunjungan kepada masyarakat dalam rangka monitoring
dan evaluasi penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

Bagian Keenam
Administrasi BPD
Pasal 65
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsi BPD berpedoman pada
administrasi BPD.
(2) Ketentuan mengenai administrasi BPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur lebih lanjut melalui Peraturan Bupati.

BAB VII
LAPORAN KETERANGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA
AKHIR TAHUN ANGGARAN

Pasal 66
(1) Laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan Desa akhir tahun
anggaran disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan
Permusyawaratan Desa secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah berakhir tahun anggaran.
(2) Laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan Desa akhir tahun
anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi yang
merupakan langkah kebijakan dalam pelaksanaan Peraturan Desa
khususnya yang berhubungan dengan pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa.
(3) Dalam hal Kepala Desa tidak menyampaikan laporan dalam waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD melaporkan kepada Bupati
melalui Camat.

Pasal 67

Laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan Desa akhir tahun


anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 digunakan untuk bahan
evaluasi.
Pasal 68
(1) BPD melakukan pembahasan atas Laporan Keterangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun anggaran paling lama
10 (sepuluh) hari setelah diterimanya dokumen laporan.
(2) Dalam hal BPD tidak memberikan tanggapan dalam batas waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Laporan Keterangan
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir tahun anggara dianggap
telah sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

BAB VIII
PERATURAN TATA TERTIB BPD

Pasal 69
(1) BPD menyusun peraturan tata tertib BPD.
(2) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibahas
dan disepakati dalam musyawarah BPD.
(3) Peraturan tata tertib BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:
a. keanggotaan dan kelembagaan BPD;
b. fungsi, tugas, hak, kewajiban dan kewenangan BPD;
c. waktu musyawarah BPD;
d. pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD;
e. tata cara musyawarah BPD;
f. tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD dan anggota BPD;
g. pembuatan berita acara musyawarah BPD;
h. sanksi atas pelanggaran tata tertib; dan
i. penggunaan pakaian/seragam.
(4) Pengaturan mengenai waktu musyawarah sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf c meliputi:
a. pelaksanaan jam musyawarah;
b. tempat musyawarah;
c. jenis musyawarah; dan
d. daftar hadir anggota BPD.
(5) Pengaturan mengenai pimpinan musyawarah BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf d meliputi:
a. penetapan pimpinan musyawarah apabila pimpinan dan anggota
hadir lengkap;
b. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua BPD berhalangan
hadir;
c. penetapan pimpinan musyawarah apabila ketua dan wakil ketua
berhalangan hadir; dan
d. penetapan secara fungsional pimpinan musyawarah sesuai dengan
bidang yang ditentukan dan penetapan penggantian anggota BPD
antarwaktu.
(6) Pengaturan mengenai tata cara musyawarah BPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf e meliputi:
a. tata cara pembahasan rancangan Peraturan Desa;
b. konsultasi mengenai rencana dan program Pemerintah Desa;
c. tata cara mengenai pengawasan kinerja Kepala Desa; dan
d. tata cara penampungan atau penyaluran aspirasi masyarakat.
(7) Pengaturan mengenai tata laksana dan hak menyatakan pendapat BPD
dan anggota BPD sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf f meliputi:
a. pemberian pandangan terhadap pelaksanaan Pemerintahan Desa;
b. penyampaian jawaban atau pendapat Kepala Desa atas pandangan
BPD;
c. pemberian pandangan akhir atas jawaban atau pendapat Kepala
Desa; dan
d. tindak lanjut dan penyampaian pandangan akhir BPD kepada
Bupati.
(8) Pengaturan mengenai penyusunan berita acara musyawarah BPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf g meliputi:
a. penyusunan notulen rapat;
b. penyusunan berita acara;
c. format berita acara;
d. penandatanganan berita acara; dan
e. penyampaian berita acara.

BAB IX
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 70
Bupati melakukan pembinaan dan pengawasaan terhadap pelaksanaan
peran BPD dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa di wilayahnya.

Pasal 71
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70,
meliputi:
a. memfasilitasi dukungan kebijakan;
b. menyusun Peraturan Daerah Kabupaten;
c. memberikan bimbingan, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan supervisi
pelaksanaan kebijakan;
d. melaksanakan bimbingan teknis serta pendidikan dan pelatihan
tertentu; dan
e. memberikan penghargaan atas prestasi pimpinan dan anggota BPD.
BAB X
PENDANAAN

Pasal 72
Pendanaan pelaksanaan kegiatan BPD dibebankan pada:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan
e. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 73
(1) Anggota BPD dari Desa yang mengalami perubahan status Desa menjadi
kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa atau lebih menjadi 1 (satu) Desa,
pemekaran atau penghapusan Desa, diberhentikan dengan hormat dari
jabatannya.
(2) Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberi penghargaan
dan/atau pesangon sesuai dengan kemampuan keuangan Pemerintah
Daerah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan dan/atau
pesangon diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 74
Pada saat Peraturan Daerah ini diundangkan, maka BPD yang telah
diresmikan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini :
a. tetap melaksanakan tugas sampai dengan berakhirnya periode
keanggotaan BPD ; dan
b. melaksanakan tugas, fungsi, wewenang, kewajiban dan hak, sesuai
dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 75
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Pasal 61 sampai
dengan Pasal 87 Peraturan Daerah Kabupaten Sambas Nomor 1 Tahun
2009 tentang Desa (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 2) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 76

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Sambas.

Ditetapkan di Sambas
pada tanggal 15 Agustus 20iB

BUPATI SAMBAS.

TTD

ATBAI-{ ROMIN SUHAILI

Diundangkan di Sambas
pada tanggal i5 Agustus 2018
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMBAS,

lII'D

URAY TAJUDIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2018 NOMOR 5"

Salinan Sesuai ngan Aslinya


N HUKUM.

Pembina Tk. I (IV/b)


NrP. 19680612 t99710 1 00i

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATT]N SAMBAS,


PROVINSI KALIMANTAN BARAT : 5/2018
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS
NOMOR 5 TAHUN 2018
TENTANG
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

I. PENJELASAN UMUM

Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD


adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang
anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan
keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Praktek dari
pelaksanaan pemerintahan Desa sesungguhnya merupakan cermin
atas sejauh mana aturan demokrasi diterapkan dalam pemerintahan
kita. Badan Permusyawaratan Desa adalah wakil dari penduduk Desa
yang mempunyai tugas membahas dan menyepakati Rancangan
Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat Desa dan melakukan pengawasan kinerja Kepala
Desa. Bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan
pembangunan desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang
diartikulasi dan diagregasi melalui Badan Permusyawaratan Desa dan
Lembaga Kemasyarakatan Desa sebagai mitra Pemerintah Desa.
Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pelaksanaan pembangunan ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program
dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas
kebutuhan masyarakat.
Berbicara mengenai implementasi demokrasi dalam
pemerintahan Desa tentu tidak lepas dari keberadaan peraturan
perundang-undangan yang mengaturnya. Oleh karena itu peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar dalam praktek demokrasi
pemerintahan desa harus dijiwai, selaras dengan semangat demokrasi
yaitu memberikan kesempatan bagi warga masyarakat untuk ikut serta
menentukan kebijakan-kebijakan dan arah pembangunan Desa.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Yang dimaksud dengan keterwakilan perempuan adalah
setiap BPD harus mempunyai keterwakilan perempuan
paling sedikit 1 (satu) orang.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan unsur masyarakat yang
mempunyai hak pilih adalah masyarakat yang telah
berumur 17 (tujuh belas) tahun keatas dan/ atau telah
menikah.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan unsur wakil masyarakat yang
mempunyai hak pilih adalah masyarakat yang telah
berumur 17 (tujuh belas) tahun keatas dan/ atau telah
menikah.
Ayat (3)
Unsur masyarakat yang mewakili menunjukkan Surat
Tugas/Surat Penunjukan atau sebutan lainnya dari
unsur Pimpinan masing-masing.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Ayat (7)
Cukup jelas.
Ayat (8)
Cukup jelas.
Ayat (9)
Cukup jelas.
Ayat (10)
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan berusia paling rendah 20
(dua puluh) tahun adalah usia pada saat
pendaftaran dengan melampirkan KTP/KK/Akta
Kelahiran, sedangkan bagi yang sudah/pernah
menikah dengan melampirkan Surat Nikah.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Cukup jelas.
Huruf h
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas.
Huruf j
Cukup jelas.
Huruf k
Cukup jelas.
Huruf l
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan 3 (tiga) kali berturut-turut atau
tidak berturut-turut adalah bahwa anggota BPD dapat
dipilih paling banyak 3 (tiga) kali masa keanggotaan, baik
pada desa yang sama maupun pada desa yang berbeda.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Yang dimaksud mengawasi dan meminta keterangan adalah
pengawasan terkait dengan:
a. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir masa jabatan;
b. Keterangan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa akhir
tahun anggaran; dan
c. Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Pasal 54
Cukup jelas.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Besaran tunjangan kinerja ditentukan paling banyak 25
% (dua puluh lima persen) dari Pendapatan Asli Desa
(PAD).
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
huruf a
Cukup jelas.
huruf b
Cukup jelas.
huruf c
Cukup jelas.
huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan menjaga norma dan etika dalam
hubungan kerja dengan Lembaga Pemerintah Desa dan
lembaga desa lainnya adalah menjalin hubungan kerja
yang harmonis dan saling hormat menghormati diantara
Lembaga Pemerintah Desa dan lembaga desa lainnya
dengan menjalankan tugas, fungsi dan kewenangan
masing-masing lembaga, serta memenuhi permintaan
dan/atau keperluan lembaga yang berhubungan dengan
tugas pokok dan fungsinya.
huruf f
Cukup jelas.
huruf g
Cukup jelas.
huruf f
Cukup jelas.
Pasal 62
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Cukup jelas.
Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 44.

Anda mungkin juga menyukai